Naruto belongs to Masashi Kishimoto

WARNINGS : AU, OOC


",..Bukankah sudah kukatakan untuk tidak menyerangnya dalam waktu dekat ini?" Seorang pria berumur kisaran dua puluh sembilan tahun terlihat sedang duduk di kursi paling ujung yang berada di dalam ruangan tersebut.

Ruang bawah tanah yang sunyi itu terlihat lebih sunyi lagi ketika pria tadi menyelesaikan kalimatnya. Tak ada satupun diantara empat orang yang duduk mengelilingi pria itu berani membuka suaranya. Mereka semua terdiam sambil menunduk, seakan-akan menyesali perbuatan yang mereka lakukan.

Pria itu menggelengkan kepalanya pelan melihat kebodohan yang dilakukan oleh anak buahnya ini. Ia mengalihkan pandangannya dari empat orang tadi kepada seseorang yang duduk tak jauh darinya, "Apa kau tidak bisa menyuruh anak buahmu ini melakukan sesuatu yang benar, Sasori?"

Merasa namanya di panggil, pria berambut merah itu menghela napasnya. Ia memasukkan handphone miliknya ke dalam saku celananya sebelum memandang sesorang yang berbicara padanya tadi, "Mereka bukan anak buahku," ucapnya tak acuh. Sasori berdiri lalu berjalan mengelilingi ruang bawah tanah tersebut.

Tak ada yang berbicara setelahnya. Sasori masih terlihat mengelilingi ruang bawah tanah itu dan pria yang diketahui sebagai bosnya itu masih setia duduk di kursinya.

"Bagaimana kalian bisa lolos dari Uchiha Sasuke?" Sasori berhenti tepat di hadapan empat orang tadi, jarinya menunjuk wajah mereka masing-masing.

"D-dia membiarkan kami p-pergi, Sasori-sama," ucap pria tambun yang masih menundukkan wajahnya, tak berani menatap pria bernama Sasori itu.

Sasori tertawa, "Kau salah satu orang yang berhadapan langsung dengan mereka saat Deidara disandera, ya?" Pria itu bertanya namun hanya dibalas anggukkan oleh pria tambun itu.

Sang bos, yang sedari tadi mengamati pembicaraan antara Sasori dan pria tambun itu hanya diam saja. Ia berdiri lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya, menggoyang-goyangkan sebelah kakinya sebelum akhirnya berjalan ke arah pintu keluar, "Ini peringatan terakhir. Jangan melakukan pergerakan apapun, atau kalian akan tahu akibatnya."

Sasori menundukkan tubuhnya pelan saat pria itu keluar dari ruangan itu. Ia kembali menatap empat orang yang masih tersisa. "Berhubung aku tidak ada di tempat kejadian waktu si bodoh itu di sandera, adakah dari kalian yang mau menceritakan padaku bagaimana prosesnya?" tanyanya sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya.

Hening sejenak sebelum akhirnya pria berambut hitam legam bersuara, "Mereka bertiga," mulainya. "Aku hanya melihat tiga orang yang memasuki pelabuhan itu, awalnya mereka pergi bersama-sama tapi akhirnya mereka memisahkan diri," Pria itu memberikan jeda. "Kalau aku tidak salah lihat, ada satu wanita di antara mereka,-"

"Sasori!"

Pria berambut merah itu menolehkan wajahnya ke arah pintu keluar ketika ada seseorang yang memanggilnya. Sasori melihat seorang gadis berjalan ke arahnya, "Dia menunggumu di ruangannya," ucap gadis itu kepada pria itu.

Sasori langsung mengangguk mendengarnya. Ia kembali menatap empat orang tadi, "Kalian masih hutang cerita padaku," ia melirik jam di tangan kirinya, "Temui aku nanti sekitar jam sepuluh di ruanganku." Lanjutnya sambil meninggalkan mereka.

Gadis yang memanggilnya tadi mengikutinya dari belakang, "Kau sudah dapat berita terbaru mengenai Deidara?"

"Belum," balasnya. Pria itu mendecak, "Si bodoh itu benar-benar menyusahkan. Tahu begini aku saja yang datang ke pelabuhan kemarin."

Gadis itu tertawa pelan, "Aku pergi dulu," ucapnya saat mereka berada di persimpangan koridor.

"Tenten," Pria berambut merah itu memandang Tenten ketika gadis itu berbalik arah. Merasa dirirnya dipanggil, Tenten pun menaikkan kedua alis matanya ke arah Sasori, "Akhir-akhir ini kau terlihat aneh."

Gadis itu hanya mengedikkan bahunya mendengar kata-kata Sasori, "Aku tidak mengerti maksudmu," ucapnya. Ia mengindahkan pria itu dengan berbalik memunggunginya lalu melanjutkan jalannya yang tadi sempat terhenti. Meninggalkan pria itu dengan kening mengerut..

.


.

Sakura tersentak dari tidurnya saat merasakan sesuatu yang berat menimpa tubuhnya. Gadis itu mendecak pelan sambil memosisikan tubuhnya menjadi telentang. Terlihat sebuah tangan milik seseorang menutupi hampir seluruh wajahnya. Tubuh bagian bawahnya juga tak jauh berbeda dengan kondisi wajahnya, tertindih oleh sebuah kaki milik seseorang. Yang diketahui, pemiliknya ada seseorang yang sama dengan pemilik tangan yang menutupi wajahnya.

Dengan cepat Sakura menyingkirkan tangan yang menutupi wajahnya itu dengan tangan kanannya. Namun tak berapa lama, tangan itu kembali ke tempat semula. Menutupi wajahnya.

Sakura lagi-lagi mendecak sebal, ia melirik seseorang yang masih tertidur di sebelahnya. Sedang tidur saja pria ini masih menjengkelkan!

Gadis itu menyeringai singkat saat sebuah ide konyol terlintas dalam pikirannya. Ia menaruh kedua tangannya di sisi tubuh pria itu, lalu menghitung satu sampai tiga sebelum akhirnya ia mendorong pria itu.

Sakura menutup mulutnya dengan kedua tangannya ketika melihat pria itu jatuh dari ranjang yang mereka tempati barusan. Ia mendengar pria itu meringis menahan sakit sedangkan dirinya mematung. Takut melihat reaksi yang diberikan oleh pria itu.

Ia takut pria itu tidak terima jika Sakura mendorongnya seperti tadi dan berniat untuk balas dendam dengan melakukan hal yang tidak-tidak kepadanya.

Sakura menahan napas ketika Sasuke bangun dari posisinya, pria itu kembali mendudukkan dirinya ke ranjang miliknya. Dengan perlahan ia menyenderkan punggungnya ke kepala ranjang yang ada. Matanya yang masih setengah tertutup menatap Sakura, "Kau cari masalah, ya?" ujarnya. Keningnya mengernyit menahan sakit di kepalanya.

"Salahmu sendiri tidur dengan posisi yang aneh!" Gadis itu menampakkan wajah tak berdosanya. Matanya menyipit menahan senyum.

Sasuke menghela napas, "Kenapa kau ada di sini?" Tanyanya tak minat walaupun ia sendiri sudah tahu jawabannya. Pria itu kini berdiri dan berjalan ke arah kulkas yang berada di dekat meja mini bar miliknya. Sasuke membuka kulkas tersebut dan mengambil sebuah botol minum berisi air mineral lalu meneguknya dengan perlahan.

Seperti anak bebek yang penurut, Sakura pun mengekori Sasuke dari belakang namun tak menjawabnya. Ia duduk di salah satu kursi yang tersedia, "Aku lapar."

Sasuke melirik malas ke arah Sakura. Gadis ini benar-benar tak tahu sopan santun!

"Makan saja apa yang ada," ucapnya singkat.

Mendengar itu Sakura langsung lompat dari tempat duduknya senang. Karena tak ada makanan sama sekali di meja yang ada di hadapannya, Sakura melangkahkan kakinya ke arah kulkas tempat Sasuke mengambil minumnya tadi lalu membukanya. Gadis itu merengut melihat isi kulkas milik Sasuke, "Tak ada makanan sama sekali di sini."

Sasuke terkekeh, "Kalau begitu tak usah makan."

Bibir Sakura mengerucut mendengar jawaban Sasuke, pria itu lagi-lagi membuatnya sebal. Bukannya menjawab kata-kata Sasuke, Sakura malah membawa kakinya ke arah sofa yang biasa ia duduki lalu mengambil tas kecil miliknya. Tanpa mengatakan apa-apa Sakura melangkahkan kakinya ke arah pintu keluar.

"Mau ke mana?" tanya Sasuke begitu Sakura sudah berada di depan pintu.

Tanpa berbalik Sakura menjawab, "Menurutmu ke mana orang akan pergi kalau mereka sedang lapar?"

Pria itu mengerutkan keningnya, "Ke,.. rumah sakit?" Jawabnya dengan nada bercanda, bibirnya membentuk seringai seperti biasa. Namun sepertinya Sakura tak terhibur sama sekali dengan leluconnya yang super garing itu, karena gadis itu terlihat memutar kenop pintu rumahnya ketika Sasuke berhenti berbicara. "Aku bercanda. Delivery saja." Ucapnya cepat sebelum Sakura benar-benar keluar dari rumahnya.

Mau tak mau Sakura tersenyum mendengar jawaban Sasuke. Dengan senang hati ia menutup kembali pintu rumah pria itu dan melangkahkan kakinya ke arah kursi yang berada di samping Sasuke. Sakura bahkan tak menyangka jika gertakkannya berhasil pada seorang seperti Uchiha Sasuke.

"Jadi kau akan memesan makanan apa untukku, Tuan Sasuke?" Tanya Sakura dengan nada sok manisnya.

Sasuke hanya meliriknya malas sambil berjalan ke arah meja yang ada di samping ranjangnya untuk mengambil handphonenya.

Sakura tersenyum sambil merenggangkan tubuhnya melihat Sasuke berbicara dengan seseorang di balik handphonenya. Ia senang, karena akhirnya Sasuke mau memesankannya makanan. Namun tiba-tiba senyuman di bibirnya hilang begitu ia teringat akan sesuatu, "Memangnya ada yang tahu di mana posisi rumahmu ini?" tanya Sakura saat Sasuke duduk di sampingnya.

Pria itu kembali berdiri, "Tentu saja," balasnya. Ia berjalan ke arah rak-rak yang terisi berbagai macam minuman lalu mengambil satu botol yang dekat dengannya, sebotol wiski. Matanya kembali menatap Sakura sesaat kemudian menghentikan langkahnya tepat di depan kulkas, membukanya kemudian mengambil sebotol air mineral.

Sakura tak memperhatikan apa yang dilakukan Sasuke karena ia sedang sibuk dengan handphonenya sendiri. Sudah beberapa hari ini ia tidak kembali ke rumahnya, mungkin ia memang harus menghubungi Kumiko untuk memberikan kabar. Namun saat ia melirik jam tangannya, Sakura mengurungkan niatnya. Sudah terlalu malam untuk menelepon Kumiko. Nenek itu pasti sudah tidur sekarang.

Botol berisi air mineral itu kini sudah terletak di hadapan Sakura, "Minumlah," ujar Sasuke saat ia sudah duduk di samping Sakura.

"Hanya air mineral?" Tanya Sakura ketika melihat Sasuke meneguk wiski miliknya, "Kau punya berbagai macam minuman tapi hanya memberiku air mineral ini?" Tanyanya lagi tak mengerti kepada Sasuke.

Entah sudah berapa kali Sasuke menghela napas mendengar pertanyaan Sakura. Ia memandang Sakura bosan, "Anak kecil sepertimu tidak boleh minum minuman yang mengandung alkohol," Ia meraih botol minum yang ada di hadapan Sakura, membuka tutup botol tersebut lalu meletakkannya kembali ke hadapan Sakura, "Itu tidak baik untuk kesehatanmu." Lanjutnya.

Sakura terperangah. Sudah jelas sekali kalau Sakura ini berada di garis umur yang sama dengan Sasuke! Gadis itu juga yakin kalau Sasuke sendiri tahu bahwa mereka seumuran! Bagaimana bisa pria itu mengatakan hal seperti itu?!

"Ah, sudah datang." Ucap Sasuke saat bel rumahnya berbunyi. Ia tersenyum sebentar ke arah Sakura baru pergi mengambil pesanannya. Jelas sekali bukan senyum yang ramah karena Sakura merengut melihatnya.

"Ini pesananmu, Tuan Uchiha," Ucap seseorang di balik pintu.

Sasuke mendengus mendengarnya, "Terimakasih," Sasuke mengambil dua kantung plastik berisi makanan yang dipesannya, "Mobilku," ucapnya, "Di mana mobilku?"

Seseorang di balik pintu itu terlihat menunjukkan tangannya ke arah belakangnya, seakan-akan menunjukkan bahwa mobilnya berada di sana. "Kukira kau sedang ngidam atau bagaimana, ternyata ada tamu rupanya." Kata orang tersebut sambil menolehkan wajahnya ke dalam rumah Sasuke, berniat untuk melihat siapa tamu yang ia maksud.

Sasuke mendecak, "Sudah sana," usirnya kepada orang tersebut. Ia menaikkan kedua kantung plastik tadi, "Terimakasih, ya."

Lawan bicaranya hanya mengedikkan bahu, "Aku pergi dulu." Ucapnya kepada Sasuke lalu dibalas anggukkan olehnya.

Sasuke menutup pintunya dengan sebelah kakinya lalu membawa bungkusan tersebut ke tempat mereka duduk tadi.

Sakura mengambil satu kantung plastik yang diberikan Sasuke kepadanya. "Ramah sekali untuk ukuran seorang penjual dan pembeli." Sasuke hanya diam mendengar pernyataan Sakura.

Sakura menaikkan kedua alis matanya melihat makanan yang ada di hadapannya. Bukan merupakan makanan mewah sebenarnya, tetapi melihat makanan pada jam-jam sekarang? Siapa yang tak tertarik? Apalagi makanan ini dibelikan oleh seorang Uchiha Sasuke.

Dengan cepat Sakura membuka sumpit miliknya lalu memakan ramen yang ada di hadapannya dengan sumpit yang ada. Mereka terdiam sesaat menikmati ramen yang ada.

"Hoi, Sasuke," Panggil Sakura setelah sepuluh menit berlalu begitu saja. "Kau,.. sebenarnya sudah tahu 'kan alasanku mengikutimu terus menerus?"

Sasuke mengangguk pelan, "Lalu mengapa kau tidak memberitahukannya saja padaku?"

Pria itu menaruh mangkuk kosong miliknya di atas meja, ia meneguk minuman miliknya sebentar sebelum akhirnya menjawab, "Kita tidak akan membahas itu sekarang." Ia berdiri lalu meninggalkan meja itu dan berjalan ke arah sofa di samping ranjangnya.

Sakura yang merasa sudah selesai pun menaruh mangkuknya di meja itu dan mengikuti langkah Sasuke. Ia duduk tepat di samping pria itu. Posisi yang sama seperti beberapa waktu yang lalu saat ia datang ke tempat itu untuk yang pertama kalinya.

"Kapan kau akan berhenti mengikutiku seperti ini?"

Gadis itu menggelengkan wajahnya pelan, "Entahlah," Sakura membawa pandangannya kepada Sasuke. "Mungkin sampai kau mengatakannya padaku?" Tanyanya pada pria itu, juga pada dirinya sendiri.

Sasuke melakukan hal yang sama seperti pertama kali mereka berbicara panjang dulu, ia menatap langit-langit rumahnya dengan pandangan mata yang kosong. "Kan sudah kubilang, kau tidak akan mendapatkan apapun jika kau mengikutiku terus."

Gadis itu mengangguk, "Jadi kau mau aku berhenti mengikutimu?"

Sasuke terdiam.

Melihat Sasuke yang diam, Sakura memutuskan untuk membersihkan sisa-sisa makanan mereka. Ia membuang tempat-tempat yang tidak bisa dipakai lagi dan mencuci barang yang menurutnya masih bisa dipakai. Sakura menyenderkan tubuhnya di westafel yang ada, mengarahkan dirinya menghadap ke arah Sasuke yang masih duduk di sofa, "Rumahmu ini sangat kotor, tahu?"

"Kenapa tidak kau bersihkan saja?" balasnya. Pria itu menyenderkan punggungnya dengan nyaman di sofa itu. Matanya terpejam dengan sebelah tangan menutup wajahnya.

Sakura mengedikkan bahunya, "Well, karena mungkin ini hari terakhir aku datang ke sini, aku akan membersihkannya," Ia mengelilingi dapur Sasuke, mencari-cari di mana pria itu menaruh alat pembersih rumah miliknya, "Hitung-hitung sebagai ungkapan terimakasih karena kau sudah mentraktirku juga." Lanjutnya saat sudah menemukan alat pembersih tersebut.

"Lupakan saja," Sasuke kembali membuka matanya. Ia lagi-lagi terduduk dengan pandangan mata kosongnya, "Aku hanya bercanda tadi."

Sakura mendengus, "Kau baru belajar bercanda, ya?" Ucapnya. "Candaanmu itu tidak lucu." Lanjutnya sambil tetap membersihkan dapur pria itu.

"Hei, Haruno," Sasuke terlihat berdiri dari sofanya. Pria itu melangkahkan kakinya ke arah lemari yang ada di samping ranjangnya. Membuka lemari tersebut lalu mengambil salah satu kaus berwarna hitam yang ada di dalamnya. Dengan cepat ia melepas kemeja yang ia pakai tanpa membuka kancing-kancingnya terlebih dahulu lalu memakai kaus hitam yang diambilnya tadi.

Sasuke berbalik ke arah Sakura setelahnya, gadis itu masih setia membersihkan dapur kotor miliknya tanpa memperhatikannya. Ia mendekati Sakura dan duduk di sebrang gadis itu, menopang dagunya dengan sebelah tangannya sambil tetap memperhatikan Sakura, "Haruno Sakura," Panggilnya lagi dengan suara yang agak kencang, membuat gadis itu berhenti dari pekerjaannya dan menoleh ke arah Sasuke, "Aku yang pertama, kan?"

Sakura mengerutkan keningnya tak mengerti, "Maksudmu?"

Sasuke menarik napasnya pelan lalu menghembuskannya, "Ciuman itu. Aku yang pertama, kan?"

Blush.

Wajah Sakura memerah begitu mendengar pertanyaan Sasuke. Bisa-bisanya pria itu bertanya hal seperti itu padanya dengan santainya!

Namun Sakura tak ingin mengakuinya, mengakuinya sama saja menaikkan ego pria Uchiha itu. Ia tertawa pelan, "Tentu saja tidak," Sakura membalikkan badannya, berusaha mennyembunyikan kebohongannya. "Kau terlalu percaya diri."

"Lalu kenapa kau tidak membalasnya?"

Sakura menghela napas mendengarnya. Gadis itu membalikkan tubuhnya lalu memandang Sasuke dengan raut wajah lelahnya, "Bisakah kita tidak membahas hal itu?" Ia mencuci tangannya di westafel lalu kembali menatap Sasuke, "Hal itu merupakan sebuah kesalahan. Seharusnya,-"

Sasuke mengernyit, "Kesalahan?" Potongnya.

Sakura berjalan memutari meja yang ada di hadapannya lalu berhenti tepat di samping Sasuke, "Tidak ada kata-kata lain yang dapat mendefinisikan kejadian tadi selain 'kesalahan'," Ia mengambil tas kecilnya, "Kau mabuk tadi."

Pria itu berdiri di hadapan Sakura, membuat mereka terlihat seperti sedang mengulang kejadian yang beberapa jam lalu terjadi, "Aku cukup sadar sampai tahu apa yang kulakukan padamu tadi."

Gadis itu mengangkat wajahnya untuk menatap Sasuke, "Aku akan senang jika kau menganggap hal tersebut tidak pernah terjadi." Ucapnya sambil tersenyum. Ia kembali menundukkan pandangannya sambil menyisipkan anak rambutnya ke belakang telinganya, "Sudah hampir jam dua belas, lebih baik aku kembali ke apartmen sekarang." Ia melangkahkan kakinya menjauhi Sasuke.

"Kau bukan Cinderella yang harus pulang sebelum jam dua belas malam."

Sakura mengedikkan bahunya, "Aku memang bukan Cinderella."

Sasuke mendecak kesal ketika Sakura lagi-lagi mencoba untuk membuka kenop pintunya. Dengan cepat ia berjalan ke arah gadis itu, lalu menutup paksa pintu tersebut sebelum gadis itu keluar dari rumahnya. Sasuke mengunci Sakura dengan kedua lengannya. Mengurung gadis itu agar tidak pergi ke mana-mana.

Sakura terperanjat, "Astaga, Sasuke! Ada apa denganmu?" Tanyanya ketika ia membalikkan tubuhnya menghadap pria itu.

"Bermalamlah di sini."

Sakura tidak bisa bereaksi apa-apa lagi selain tertawa sinis. Ia menggelengkan kepalanya, "Apa yang sebenarnya kau inginkan?"

Pria itu menajamkan pandangannya kepada Sakura, "Aku ingin kau bermalam di sini." Jelasnya lagi.

"Tidak bisa." Sakura mengarahkan kedua tangannya untuk menurunkan kedua lengan Sasuke yang mengurungnya. Dan untungnya pria itu menurut begitu Sakura menurunkan kedua lengannya, "Aku,-"

"Kau belum selesai membersihkan rumahku."

Apa-apaan?!

Adakah hal yang lebih lucu dari ini? Entah Sakura harus bersikap seperti apa mendengar pernyataan pria di hadapannya ini.

"Kau bilang kau hanya bercanda."

"Bermalamlah di sini." Ulangnya lagi.

"Sasuke,-"

"Aku akan menceritakan semua hal yang ingin kau ketahui tentangku jika kau tetap di sini." Tawar pria itu kepada Sakura.

Gadis itu menaikkan kedua alis matanya. Penawaran yang menarik! Tapi sayang, Sakura memiliki pendirian yang cukup kuat, sehingga kata-kata seperti itu tidak akan memengaruhi pilihannya. Karena pilihannya sekarang adalah, ia ingin kembali ke apartmen dan tidak ingin berhadapan dengan pria ini lebih lama lagi.

Sakura tidak tahu apa itu alasannya. Ia hanya,.. Takut.

"Lain kali," Sakura membawa tangannya menyentuh wajah pria itu lagi. Sedangkan Sasuke memejamkan kedua matanya begitu merasakan telapak tangan Sakura menyentuh wajahnya, "Lain kali aku akan kembali lagi. Dan kau akan menceritakan semuanya padaku."

Sakura menurunkan tangannya lalu meraih kenop pintu yang ada di sampingnya. Ia membukanya lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu. Sakura bersyukur ketika pria itu tidak mengejarnya atau melakukan hal semacamnya.

Gadis itu menutup pintu tersebut saat ia sudah berada di luarnya. Meninggalkan seseorang yang berada di balik pintu tersebut. Melepaskan kesempatan besar yang selama ini ia tunggu. Melepaskan kesempatan besar ini hanya karena ia,.. Takut.

.

.

.

.

.

TBC


A/N : Chapter 7 is UP! Hayoo hayooo yang sudah membaca chapter ini semoga kalian terhibur yaaa!

Balasan Review Chapter 6 :

Tia TakoyakiUchiha : Ini sudah dilanjut yaa! Semoga kamu puas dengan chapter ini XD

Mustika447 : Kira-kira siapa sih, ketuanya? Ikuti terus ceritanya yaa mustika :p

sitieneng4, BloomBubbleBee dan williewillydo : Waaah dugaan sementara kalian sama nih hehe.. Ayoo diikuti terus yaa ceritanya biar tauu

Uchiha Cawit : Rencananya orang ketiga di fic ini tidak ada witt, tapi akan dipertimbangkan kembali kok hehe. Terimakasih sarannya yaa!

Sri334 : Ayoo tetap ditunggu yaa sri :p. Ah,.. Aku juga mauu di kissu kissu sasu sebenernya *eh

Guest : Ini sudah update yaa

Terimakasih juga untuk reviewer yang lain yaa. Maaf tidak bisa dibalas semuanya tapi saya sangat senang dengan review yg kalian berikan. Jangan bosan-bosan memberikan review ya minna :ppppp