Disclaimer: Kuroko no Basuke tetep bukan milik saya tapi milik Tadotoshi Fujimaki-Sensei but-but-but! This story is mine!

Title: It can't be True, right ?!

Rated: entahlah… mungkin T, mungkin juga M karena belum tahu gimana lanjutannya entar.

Casts: AoKaga, Midorima, Takao, Kuroko, Momoi. Riko, Tatsuya, Furihata, Hyuuga, Kiyoshi.. for Now…

A/N: Typos, ceritanya absurd dan nggak jelas, dan maaf jika tidak memuaskan..

Summary: Aomine bukanlah orang yang percaya Oha-asa seperti si Midorima tsun-tsun-nanodayo. Tapi bagaimana jika ini berhubungan dengan jodoh? Apa? Merah? Liar? ; Hei! Mau malak aku yah?! Tch! Old man!

Balas Reviews dikit~~ (-3-)

nana: gantung~ gantung~ gantung yg dalam~ (salah lirik!) maaf, maaf.. saya emang suka gantung kalo bikin cerita.. biar bikin gemezz! hihihihi(ini mbak kunti, bukan saya!)

Maji Tenshi 10: itu mbak-nya langsung pindah kerjaan ke kantin sebelah.

melani. : ini masih gak ada..huehehehe~~! chap depan dijamin ada! ini kelewat puanjang kalo dipaksain sampe moment AoKaga.. Huff...

CHAPTER 13

::Tempat tinggal Kagami::

Tiga puluh menit adalah waktu yang ia sebutkan pada Aomine, namun nyatanya mandi saja dia sudah menghabiskan lebih dari dua puluh menit. Kini dengan langkah santai Kagami menuju lemari pakaiannya dan memilih pakaian yang ingin dikenakannya, mungkin kaos merah akan ia pilih kali ini. Beberapa menit kemudian, Kagami telah siap dan mencoba untuk menghubungi Aomine bahwa dia akan terlambat namun saat melihat Handphone miliknya tak ada tanda-tanda kehidupan dengan cepat Kagami men-charge untuk kemudian mengaktifkannya kembali.

"Akh! Aku lupa memasukkan buku Grammar! Dimana aku menaruhnya…" Kagami, kau suka sekali membuat orang menunggu.

Cukup lama Kagami mencar hingga akhirnya buku tebal tersebut akhirnya ditepukan diantara tumpukan majalah di meja belajarnya.

"Oh shit! Sepertinya aku terlambat!" ya.. kau sangat terlambat Kagami. Dengan cepat ia berbalik menuju Handphone-nya dan mencoba untuk mengirim sebuah pesan untuk Aomine namun sebelum pesan itu terkirim sebuah pesan lain masuk.

"Ha? Tatsuya ? " Himuro Tatsuya, nama yang tertera di layar sebagai pengirim pesan itu. Kagami segera membukanya, menunda pesan untuk Aomine tidak akan membunuh old man itu kan?

From: Himuro Tatsuya

Subject: where are you?

Taiga, dimana kau? aku di kelasmu sekarang. Temui aku sekarang. Penting"

" Ha? Dia di kelasku?" dengan segelintir pertanyaan Kagami membalas pesan tersebut.

To: Himuro Tatsuya

Subject: re: where are you?

What's wrong, Tatsuya?

"and…sent!" beberapa menit Kagami mencoba menunggu balasan dari Tatsuya namun tidak ada sama sekali. Himuro Tatsuya, seorang senpai yang sudah ia anggap sebagai kakak sendiri yang selalu membalas pesannya ataupun mengangkat teleponnya kurang dari satu menit tiba-tiba mengiriminya pesan penting tapi tidak membalas pesannya? Aneh sekali.

"Sepertinya aku harus segera menemuinya sekarang" putus Kagami. Selanjutnya ia segera mengirim sebuah pesan kepada Aomine yang tadi sempat tertunda.

"Maaf, old man. Aku harus menemui Tatsuya lebih dulu" gumamnya seraya keluar dari kamar dan segera pamit pada Riko dan Kuroko untuk pergi ke Kampus.

"Hei! Tunggu aku Kagami! Bukankah kita mau ke kampus bersama-sama?" teriak Takao yang sejak lama menunggu Kagami keluar dari kamar.

"Oh! warui Takao! Aku ada urusan penting ! aku sendiri saja. Maaf!" teriak Kagami yang sudah berlari menuju Kampus. Ia harus cepat agar bisa segera menemui tatsuya.

"Ha? Ada apa dengan anak itu? Tadinya dia malas keluar rumah, sekarang dia malah berlari seperti itu… ck..ck..ck.." ucap Takao yang tak habis pikir dengan kelakuan temannya tersebut.

::Seirin University, Taman Kampus::

"Hyuuga, apa kau menemukan sesuatu?" tanya Kiyoshi pada Hyuuga yang tengah duduk bersandar di salah satu bangku taman. Kiyoshi teppei, Hyuuga Junpei dua polisi senior yang ditugasi untuk mengecek seluruh areal kampus tampak lelah. Keduanya telah berkeliling ke beberapa area tapi tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan. Selanjutnya mereka harus memeriksa semua local kuliah dia beberapa department, yakni department Bahasa Inggris dan Matematika karena dua department itu saling berdekatan dan berada di satu gedung yang sama yakni satu gedung berlantai tiga. Sisanya akan sedang diperiksa oleh anggota polisi yang lain yang kini tengah menyebar dan berbaur dengan para Mahasiswa dan dosen di kampus ini.

"Belum, bagaimana denganmu Kiyoshi? Apakah ada sesuatu yang mencurigakan di sekitar Auditorium dan gedung olahraga?" tanya Hyuuga pada rekan satu timnya itu.

"Haaaahh~~ sepertinya pelaku adalah orang yang cukup cerdik. Kita sudah menyisir tempat ini namun tidak menemukan sesuatu apapun…. " ucap Kiyoshi lemas.

"-Tunggu!"

"Ada apa Kyoshi?! Apa kau menemukan sesuatu?!" tanya Hyuuga antusias saat rekannya duduk tegak dan menatapnya serius.

"Aku ….."

"…kau..?"

"Aku meninggalkan handphone-ku di dalam gedung olahraga, tepatnya di ruang latihan basket! HAHAHAHAHA! Mengapa aku bisa melupakannya? Mungkin karena aku terlalu asyik bermain dengan para mahasiswa yang tengah berlatih tadi. HAHAHAHA~~~~!"

Twitch! Twitch! Satu pernyataan bodoh dari Kiyoshi yang sukses membuatnya menerima satu pukulan di kepala.

"kau bodoh atau apa hah?! Meninggalkan Handphone di tempat terbuka seperti itu?! Dan lagi, kenapa kau malah bermain dengan para mahasiswa disini ?! Bagaimana jika ada yang mengambilnya bodoh! bukannya mencari seorang pelaku pembunuhan malah asyik bermain basket! " teriak Hyuuga keras tepat di depan wajah Kiyoshi. Yang di ceramahi malah nyengir kuda tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Argh! Lupakan! Kau akan kuhukum nanti! Sekarang kita harus bergerak ke gedung Matematika, setelah itu naik ke lantai 3 di bagian Department Bahasa Inggris. Ayo cepat!" perintah Hyuuga seraya berlari menuju gedung tujuan mereka. Kiyoshi segera bangkit dan mengikuti Hyuuga dengan cepat.

::lantai 3 English Department local 3.03 ::

"Siapa kau?! kau mengenal Taiga-ku ?!" teriak sebuah suara dari ujung kelas yang menggema hingga sampai pada pendengaran Aomine. Kelas yang gelas karena semua lampu dimatikan dan tidak ada satu tirai pun yang terbuka membuat Aomine cukup susah untuk mengetahu letak pasti dari sumber suara tersebut namun samar-samar di melihat seorang remaja berdiri tegap mengacungkan pistol ke hadapannya dari kejauhan. Shit! Sepertinya dia memang berbahaya, pikir Aomine.

"…ya.. aku…teman Kagami Taiga.." jawab Aomine perlahan, mencoba untuk membuat langkah sepelan mungkin untuk mendekati sosok tersebut dan meladeni ucapannya.

"Hah?! Kau pikir aku bodoh atau apa ?! mana mungkin Taiga-ku berteman dengan seorang polisi?!" ucap sosok itu lagi.

Ugh! Langkah Aoimne terhendi, diabahkan belum menyebutkan siapa namanya, darimana bocah ini tahu jika dia adalah polisi?!

"hmm… aku benar-benar teman Kagami.. kau tidak percaya?" sambil meraba dinding Aomine melangkah lagi mencoba mencari dimana saklar lampu berada. Dia butuh penerangan untuk memastikan siapa sosok tersebut dan siapa yang hingga kini masih terisak menangis di belakang sosok tersebut.

"… buktikan! … buktikan jika kau memang teman Taiga! Buktikan padaku!" suruh suara itu gemetar. Dia menyadari bahwa polisi di depannya ini semakin dekat dan memiliki senjata api yang sama dengan yang ia pegang saat ini. Rasa takut benar-benar telah membuatnya bertindak bodoh. Membunuh adiknya sendiri, lari dan kini menyandera salah satu mahasiswa di kampusnya.

"..bagaimana aku bisa membuktikannya ? apa yang harus aku lakukan ?" tanya Aomine lagi. Selangkah lagi. Dia telah melihat saklar lampu tepat selangkah di sisi kirinya. Ia hanya harus menyalakan lampu kelas ini dan melihat sosok tersebut.

"kenapa kau bertanya padaku?! Jika kau benar teman Taiga-ku kau harusnya tahu apa yang harus kau lakukan?!" teriak sosok bersurai hitam tersebut. Matanya melihat sinis pada Aomine dengan tatapan tak percaya. Dia yakin bahwa polisi di depannya ini adalah polisi yang dikirim oleh orang tuanya untuk menangkapnya. Tch! mereka memilih dia ditangkap oleh polisi daripada menemuinya sendiri kesini. Dia sudah mengirim pesan pada mereka bahwa dia ada di kampus dan datanglah jika memang mereka benar-benar orangtuanya, tapi apa yang dia dapat? Seorang polisi tengah mencoba untuk menangkapnya saat ini.

"Tch! mereka benar-benar tidak menganggapku anak mereka!" ucapnya ketus. Dilihatnya seorang yang kini masih menjadi sandera di belakangnya, seorang mahasiswa jurusan Bahasa Inggris berambut kecoklatan dengan postur tubuh mungil sedang meringkuk sambil menyembunyikan diri dibalik jaket hitam miliknya. Mahasiswa yang malang, andai saja dia tidak pulang lebih cepat seperti teman-temannya yang lain dan tidak melihat seorang pria masuk ke kelasnya dan menyapa pria tersebut tentu dia tidak akan menjadi sandera seperti saat ini. Mungkin saja.

"Hei kau! kenapa kau terus menangis sejak tadi, hah?! Berhentilah bertingkah seperti seorang gadis!" perintah sang penyandera. Yang disandera sekejap menghentikan isakan tangisnya seakan perintah barusan adalah suatu hal yang mutlak ia patuhi meski ia tahu hanya satu orang yang punya perintah mutlak dikampus ini.

"bagus. Kau akhirnya berhenti. Aku tidak tahan dengan tangisanmu. Benar-benar merusak mood-ku" ucapnya sambil menatap sinis pada sang sandera. Aomine mengambil kesempatan kecil ini untuk melangkah sedikit lagi hingga ia tiba di dekat saklar lampu. Jemarinya sudah berada di saklar tersebut dan hmpir saja ia menyalakan lampu sebelum ia merasakan ada sebuah getaran di celananya, oh, ada yang mengiriminya pesan. Aomine segera membuka handphone-nya dengan cepat dan melihat siapa yang berani mengiriminya pesan disaat genting begini.

From: Momoi

Subject: aku lupa

Dai-chan, aku lupa menyebutkan nama pelaku, namanya Himuro Tatsuya. Dia satu tingkat diatas Kagamin di jurusan yang sama.

"Tch, Satsuki sialan. Aku tidak butuh namanya saat ini, yang kubutuhkan adalah lampu yang menyala agar aku bisa melihat dengan jelas wajah di depanku ini" ucap Aomine pelan pada dirinya sendiri. Aomine segera menyimpan handphone-nya kembali dan kali ini dia benar-benar menyalakan lampu hingga kelas yang tadinya gelap tampak terang dan Aomine mampu melihat dengan jelas wajah orang di depannya yang kini dengan cepat kembali mengarahkan senjata pada Aomine saat menyadari semua lampu di ruangan itu menyala.

"Hei! Apa yang telah kau lakukan bodoh?!" teriaknya. Aomine tidak menanggapi, ia hanya melihat sosok di depannya itu dengan seksama kemudian mengeluarkan kembali handphone-nya untuk melihat foto pelaku pembunuhan yang ia cari. Rambut hitam, tahi lalat di bawah mata, dan wajah yang tampak seperti perempuan.

"Oh, kau memang orang yang kucari, Himuro Tatsuya" ucap Aomine kemudian. Namun pandangannya beralih pada sosok bertudung jaket hitam di belakang Tatsuya. Jika dugaannya benar maka orang itu adalah Kagami, semoga salah. hanya itu yang bisa Aomine harapkan saat ini.

"Hah! Ternyata kau memang orang yang dikirimkan oleh orang tuaku! Berapa mereka membayarmu , hah?!" teriak Tatsuya geram.

"Berapa mereka membayarku, huh? ..hmm.. itu juga hal yang ingin kuketahui tapi sebelum itu, lepaskan mahasiswa itu. Dia tidak ada hubungannya dengan semua ini. Kau hanya perlu menyerahkan dirimu dengan pasrah jika tidak ingin hal ini semakin rumit".

"Melepaskannya lalu kau bisa menangkapku dengan cepat, begitu maksudmu?!" Tatsuya cukup cerdas rupanya.

"Ya.. begitulah.." jawab Aomine jujur. Atau bodoh.

"Tch! kau kira aku bodoh, mau termakan omongan polisi sepertimu hah?! Kau aho atau baka?!"

Twitch! Dibilang bodoh oleh seorang pembunuh dan entah kenapa kata 'polisi sepertimu' semacam de javu bagi Aomine.

"Hei pria cantik! Katakan kalau aku aho sekali lagi dan kau akan ku kirim ke dalam penjara setelah ini" ucap Aomine dingin. "Kau lupa siapa aku, hah?" Aomine melangkah pelan menuju Tatsuya yang dengan cepat berteriak menyuruh Aomine untuk mundur dengan mengancamnya dan mengancam sandera.

"Mundur! Kau mau aku tembak, hah?! Atau kau mau aku menembak pria dibelakangku ini?!"

"Kau tak akan berani menembak sahabat baikmu sendiri, bodoh" ucap Aomine sambil terus melangkah maju. Kini dia hanya berada beberapa langkah di depan Tatsuya. Aomine berhenti dan masih mencoba untuk menyelesaikan semua ini tanpa ada yang terluka.

"Hei, aku tidak melakukan semua ini karena orangtuamu. Ini memang sudah tugasku sebagai seorang aparat kepolisian. Dan aku tidak suka memukul anak kecil sepertimu, terlebih lagi… aku tidak akan membiarkan Kagami terluka sedikitpun"

"…"

"Bagaimana? kau mau melepaskan sandera itu ?" pinta Aomine lagi berusaha setulus mungkin meski ia yakin ia dapat membuat Tatsuya pingsan hanya dengan beberapa pukulannya. Masalah selesai, tapi reputasinya akan kembali dikenal sebagai kepala polisi yang paling suka menyelesaikan segala masalah dengan kekerasan.

Tatsuya menatap Aomine mencari kejujuran disana. namun meski ia tahu bahwa Aomine jujur dia tetap menyangkalnya. Dia tidak salah! kenapa dia harus menyerahkan diri, huh? Apa salahnya menembak adik yang tidak menganggapnya sebagai kakak sendiri. Dia sangat menyayangi adiknya, tapi adiknya sama sekali menolak untuk memanggilnya nii-san seperti apa yang Tatsuya harapkan. Bahkan kedua orang tuanya tidak pernah memanggil namanya, nama yang mereka berikan padanya. Dia tidak pernah menjadi Tatsuya! Tidak sekalipun! Karena dari awal dia memang tidak pernah berada di keluarga itu.

"Tatsuya, kau tahu hal yang benar adalah melepaskan pistol itu dan menyerahkan dirimu dengan baik-baik.."

Tatsuya.. hanya satu orang yang pernah memanggil nama itu dan hanya satu orang itu yang boleh memanggil nama itu. Taiga, Kagami Taiga. Taiga-ku. Hanya Taiga yang selalu menganggapnya ada sejak mereka kecil. Taiga lah orang yang menganggapnya sebagai keluarga, sebagai kakaknya.

::Flashback::

"Tatsuya! Permainan basketmu hebat sekali! Andai aku punya kakak sepertimu, that must be awesome! tapi sayang aku anak tunggal."

"Hmm… kalau begitu… kau boleh memanggilku kakak. Aku akan jadi kakakmu."

"hontoka?!"

"ha'i…ha'i.. mulai sekarang aku akan jadi kakakmu dan kau jadi adikku dan kita adalah keluarga, right, outoto?"

"UWOOOOOHHH~~~! Aku punya kakak! Yeaaaa~~~! kalau begitu, mulai sekarang kau adalah Tatsuya nii-san! Tatsuya nii-san! Nii-san~~~!"

"Ha'i~ ha'i~ "

::End of Flashback::

Ya, hanya Taiga! Hanya Kagami Taiga. Dan apa yang baru saja didengarnya? Seorang polisi yang ia bahkan tidak tahu namanya memanggilnya dengan Tatsuya?! Berani sekali dia!

DOOR! Satu tembakan dilepaskan Tatsuya ke arah Aomine. Aomine yang memiliki reflex cukup baik mampu mengindar namun tidak menghindar cukup cepat. Peluru mengenai lengan atas kirinya membuat lengan itu berlumuran darah.

"Argh! Anak sialan! Kau sudah diluar batas rupanya" ucap Aomine sambil menahan sakit dilengannya.

"Mundur! Kubilang mundur!" Tatsuya diluar kendali, ia menodongkan pistol ke segala arah. Tembakan pertama yang ia lepaskan pada adiknya sudah cukup membuatnya frustasi dan sekarang ia benar-benar telah kehilangan kontrol pada dirinya sendiri.

"Tenang, Tatsuya.. tenang…" Aomine terus berusaha menenangkan Tatsuya agar kejadian yang sama tidak terulang kembali. Jika ia tidak berhati-hati bisa saja kepalanya yang akan kena tembakan brutal selanjutnya.

"Berhenti memanggilku Tatsuya Polisi Sialan! Tidak ada yang boleh memanggilku Tatsuya selain Taiga-ku!" Tch! Aomine salah langkah rupanya. Memanggil namanya hanya akan memperburuk keadaan. Lalu apa yang dia mau?! Aomine sangat ingin menerjang pria cantik di depannya ini jika saja tangannya tidak terasa sakit begini.

"ok..ok..! tenang…tenangkan dirimu Himuro.." Aomine mencoba mencari jalan lain. Tidak mungkin dia bisa melawan seorang anak bersenjata yang rentan untuk menembak tanpa pikir panjang dengan keadaannya yang terluka seperti ini.

"…"

"Hei, dengar Himuro….apa yang kau inginkan dari melakukan semua ini? Kau hanya akan menyakiti dirimu sendiri nantinya dan aku sangat yakin. Kagami tidak akan menyukaimu yang seperti ini"

"Diam kau! kau tidak tahu Taiga-ku! Taiga-ku adalah orang yang sangat menyayangiku! Dia pasti akan membelaku! Dia tahu aku tidak salah! mereka yang salah! mereka mengasuhku dan berjanji akan merawatku dengan baik sebagai bagian dari keluarga mereka, tapi nyatanya tidak! tidak pernah sekalipun!

"Ok..ok… aku yakin Kagami akan membelamu..tapi sebelum itu letakkan pistol yang ada ditanganmu jika tidak, aku, kau atau bahkan Kagami bisa saja terluka dan aku yakin Kagami tidak akan menyukai hal tersebut" come on Aomine! You can do it! Aomine terus menatap mata Tatsuya memberi keyakinan bahwa dia berada di pihak yang sama dengan Tatsuya. Tatsuya mulai bisa mengendalikan dirinya. Dia lebih tenang sekarang, sepertinya membawa nama Kagami memang berpengaruh padanya.

"bagus.. dengar Himuro.. aku yakin jika kau benar adalah orang sangat mengenal Kagami kau pasti tahu bahwa dia tidak akan menginginkan semua ini terjadi padamu. Dia akan berusaha untuk melindungimu namun dia tidak akan melakukan kekerasan dan ancaman sepertimu…"

"…Kau pasti tidak ingin Kagami kecewa padamu, benar kan?" kali ini ucapan Aomine nampaknya mampu membuat Tatsuya melihat kesalahannya. Tangan yang tadinya mengacungkan pistol kini terkulai lemas di sisi tubuhnya. Pandangannya tertunduk seakan ia telah menyesali perbuatannya.

"aku….. aku akan menyerahkan diri." Ucap Tatsuya lemah namun tetap dapat di dengar oleh Aomine, ia dapat bernafas lega sekarang, "Tapi….." atau tidak.

"Tapi?" Aomine ingin Tatsuya segera melanjutkan ucapannya.

"Hanya jika kau membawa Taiga-ku kehadapanku, maka aku akan melepaskan sandera ini dan menyerahkan diri" pinta Tatsuya sambil menatap Aomine penuh harap. Aomine balik menatapnya namun bukan tatapan iba melainkan kesal bahkan marah karena yang mampu dia dengar dari suara lemah Tatsuya adalah Taiga-ku dan Taiga-ku saja.

"Tch! sejak tadi kau selalu saja bicara Taiga-ku, Taiga-ku! Seperti dia milikmu saja! Dia itu milik—! Wait a minute…. Kau bilang… bawa Kagami kesini?" oh, akhirnya otak Aomine bekerja dengan baik dalam mencerna ucapan.

" Ya. Itu yang kuinginkan. Aku ingin menemuinya meski untuk yang terakhir kali, aku ingin menemuinya" ungkap Tatsuya jujur. Tujuan awalnya lari ke kampus memang untuk menemu Kagami, dia sudah menunggu lama di depan kelas ini untuk menemu Kagami karena ia tahu bahwa siang ini Kagami ada jadwal kuliah di local 3.03 lt.3 English Department. Ia sempat mengirim pesan pada Kagami untuk menemuinya namun sampai saat ini Kagami tidak terlihat seujung jari pun, hanya sebuah pesan balasan yang tidak dapat dibalas oleh Tatsuya karena diganggu oleh seorang mahasiswa berstatus sandera yang mencoba kabur, yang sukses melemparkan handphone-nya keluar jendela dengan mengira bahwa benda itu adalah pistol yang ia todongkan padanya.

"WAIT A MINUTE! Jadi yang kau sandera itu bukan Kagami?!"

"Hah? Kenapa aku menyandera Kagami? Untuk apa?" Tatsuya cukup bingung dengan polisi satu ini. Sejak awal dia sangat ingin menyelamatkan sandera namun dia bahkan tidak tahu siapa orang itu.

"Kau tidak berbohong 'kan? Itu benar-benar bukan Kagami?"

"I swear to god, this little puppy is not Kagami"

"Ta—tapi yang aku tahu adalah Kagami ada di kampus dan tadi siang dia mengirimiku pesan jika dia ingin menemui seorang teman! Teman itu kamu kan?!" Aomine masih tidak percaya jika orang yang dia kira adalah Kagami adalah orang lain, alias orang asing baginya.

"Entahlah, mana kutahu! Kagami punya banyak teman dan aku kakaknya, bukan temannya, ingat itu!"

"Whatever.. lalu siapa itu?" tunjuk Aomine pada pria yang masih menutupi dirinya dengan jaket hitam miliknya.

"hah? Orang ini?" Tatsuya menyuruh sang sandera berdiri dan berdiri di hadapan Aomine dan segera membuka jaket yang menutupi kepalanya.

Aomine tertegun saat melihat wajah itu. Rambut coklat, bukan merah. Tidak ada alis bercabang, tidak ada wajah seindah malaikat disana. Melainkan wajah ketakutan dengan air mata terus mengalir dari kedua matanya dan ekspresinya saat ini lebih kepada seekor cihuahua yang ketakutan daripada seekor macan yang mengaum.

"Kamu—! Kamu…. – siapa?" adalah hal pertama yang ditanyakan Aomine. Dia benar-benar sungguh-sungguh tidak mengenal wajah ini.

"Eh? A—ku ..namaku Furihata Kouki.. aku teman Kagami, aku hanya ingin mengembalikan buku yang aku pinjam padanya tapi ternyata dia tidak hadir."

Kedua pasang mata di depan dan dibelakangnya menatap Furihata serius, "A—ku kira dia sedang mengambil jadwal di kelas lain jadi aku sempat mengirim pesan padanya untuk menemuiku di local ini setelah jam kuliah berakhir. Ta—tapi saat aku sudah menunggu terlalu lama dan ingin pulang, di—dia langsung menodongkan pistolnya kepadaku. Aku panik, tentu saja! Jadi aku dorong dia ke arah jendela tanpa berani melihat apapun dan berusaha mengambil pistol itu lalu melemparnya lewat jendela tapi… aku malah mengambil handphone miliknya, melemparnya dan.. ja—jadi sandera"

Aomine hanya bisa membeo, jadi sejak tadi dia mengkhawatirkan seorang cihuahua bernama Furihata Kouki dan bukannya Kagami Taiga? Bu—bukannya dia tidak mengkhawatirkan sandera meski itu bukan Kagami, bukan! Hanya saja..hanya saja…

"Arggghhhh~~~! Jadi sebenarnya dimana kau, brat?!" teriak Aomine nyaring.

"Apa?! Jadi kau juga tidak tahu dimana Taiga-ku?"

"Berhenti mengatakan Taiga-ku! Dia bukan milikmu! Dia itu milik—"

"Old man?! Tatsuya?! Eh? Furihata?!" dan ketiga nama yang dipanggil serempak menoleh ke arah suara tepat di depan pintu masuk kelas. Disana berdiri seorang pria bersurai merah, beralis ganda dengan kaos merah yang penuh dengan peluh dan nafas yang terengah-engah tak beraturan.

"Taiga/Kagami/Brat?!"

TO BE CONTINUED~!

gomen, gak ada AoKaga-nya

tapi chap selanjutnya dapat dipastikan AoKaga moment! beneran! suer!

\\(^_^)/