Where are you, and i'm so sorry, i cannot sleep i cannot dreams tonight
I need somebody and always, this sick strange darkness
Come creeping on so haunting everytime

Jungkook memeluk kedua lututnya erat. Hujan di luar begitu derasnya. Samar-samar ingatan membawanya pada kejadian setahun yang lalu.

Saat dimana kedua orangtuanya bercerai.

Saat itu, Jungkook masih berusia 9 tahun. Terlalu dini baginya untuk dihadapkan pada peristiwa sekelam itu. Dimana masa kanak-kanaknya yang membutuhkan kasih sayang orangtua secara utuh, tak lagi dapat dia rasakan.

Sejak itu ia tinggal bersama ibunya. Namun, hampir setiap saat ibunya akan meneriakinya, mencaci makinya, dan berbuat kasar padanya. Ya, ibunya memang kerap kali hanya memikirkan dirinya sendiri, tanpa mengetahui isi hati bocah itu.

Namun Jungkook sangat mencintai ibunya.

Hingga kini. Bahkan ketika Jungkook tak lagi berada satu atap dengan ibunya—karena ibunya telah mengusirnya. Ia masih sangat mencintai ibunya.

Jungkook menelusupkan tangannya ke bawah kasur. Tangan mungilnya meraih sebuah silet. Ia tersenyum lebar sebelum akhirnya menyayatkan silet itu ke lengan atasnya, menambahkan luka dari sederet luka lainnya. Matanya mengabur sesaat karena air mata. Darah dari lengannya menetes teratur.

"Kookie butuh hyung,"

Bibirnya terisak pelan. Sayup-sayup terdengar suara langkah kaki

Klek

"Kookie!"

Si pemilik suara berlari dan merengkuh tubuh mungil Jungkook ke dalam pelukannya. Lengan kekar khas remaja miliknya melingkar pas pada pinggang ramping Jungkook, mengangkatnya ke kasur.

"Kookie, maafkan hyung, ya? Hyung terlambat pulang,"

Jungkook masih terisak, menyandarkan kepalanya pada dada bidang Taehyung, menghirup aroma maskulin pemuda berusia delapan belas tahun itu.

Taehyung tak sengaja melihat lengan kekasihnya mengeluarkan darah. Tak pelak membuatnya meringis, sungguh ia menyesal karena pulang terlambat.

Tangannya meraih kotak P3K di laci meja, dan segera mengobati lengan Jungkook.

"Jangan melakukannya lagi, hyung tidak mau kau kenapa-kenapa, Kookie. Maafkan hyung,"

Perlahan bibir tebalnya menyatukan diri dengan bibir tipis Jungkook. Menyalurkan rasa penyesalannya, dan juga rasa cintanya yang begitu berlebihan, yang mampu membuat Jungkook nyaman.

"Ja-jangan pergi lagi.."

"Ya. Hyung tidak akan pergi, hyung akan disini untuk Kookie."

Jungkook masih cukup beruntung memiliki Kim Taehyung sebagai malaikatnya. Malaikat dari segala mimpi buruknya.