"aku tidak menyukai ruangan ini nodayo, membuatku merinding" aku hanya menatap Midorima yang berbicara pada dirinya sendiri, menurutku ruangan ini tidak ada apa apanya. "kau saja yang aneh" jawabku asal.
Sebuah perempatan muncul di sisi wajah pemuda berambut 'wah' itu, matanya yang terlindung kacamata menatapku dengan tajam. Wah, selain tsundere kalau marah dia galak ya. Dia berteriak padaku.
"mata di dinding ini mengingatkanku akan kucing yang selalu mencoba mencakarku nodayo! Di tambah cat kuning ini mengingatkanku pada model aneh!" wah, dia punya trauma ya? Dan model aneh? Yang ku tahu di mana mana model itu cantik dan tampan, tapi aneh? Sepertinya agency model itu menyukai sesuatu yang berbeda ya.
"pelankan suaramu Midorima, kita akan berpencar. Kau akan pergi dengan kuroko di pintu itu" Akashi menyanggah, memberi instruksi sambil menunjuk pintu di sebelah kanan. "aku dan [name] akan masuk ke pintu sebelah kiri"
.
.
.
"kau menemukan sesuatu?" tanyaku pada pemuda bersurai menyala itu, sebuah gelengan di berikan sebagai jawaban ke arahku, aku menghela nafas tak sabaran. "apa kau sudah mengecek tirai tirai itu?"
"tidak dapat di buka" aku menggigit bibir bawahku, mencoba mencerna keadaan ruangan aneh ini, memiliki beberapa pilar, di pilar pertama terdapat gambar stickman dengan mata merah menyala, di depan ruangan ada lukisan, judulnya 'A Chef's Talent' dan di pilar lainnya hanyalah tirai yang tidak dapat di buka. Sebuah bunyi aneh mengagetkanku.
"apa itu?" aku menoleh ke arah suara, tepatnya di sebelah kananku. Di mana gambar stickman itu berada, dan aku menyadari ada sebuah perubahan di pilar ini, di samping gambar itu terdapat beberapa kata.
'play Hide and Seek?'
Gambar itu menghilang dan tiba tiba di bawah setiap tirai muncul tombol, cukup membuat kaget Akashi yang tengah mengamati pilar ujung di baris pertama, sungguh aku ingin tertawa melihat ekspresinya. Mata yang terbuka lebar, mulut yang juga terbuka dan badannya yang termundur ke belakang, dia specchless.
"apa yang terjadi?" tanyanya saat melihatku, sepertinya sudah dapat menenangkan dan mengatur postur tubuhnya. Aku tersenyum aneh padanya, dibalas oleh tatapan garang yang mengisyaratkan 'kau beritahu ini kepada orang lain, aku akan membunuhmu'. "cepat katakan"
"santai saja Akashi-kun~ tenang, aku tidak mau kok ada orang yang mengatahui sisi lucumu~" jawabku cepat dengan wajah jahil, sedangkan empunya mengalihkan wajahnya sambil melipat tangannya di depan dada. Semburat merah yang samar-namun masih dapat kulihat menghiasi pipinya karena malu sepertinya. "cepat jelaskan" aku menghela nafas.
"apa kau lihat gambar yang ada di pilar ini?" aku mengisyaratkan pada pilar pertama di sebelah kananku, yang sekarang tidak terdapat lagi gambar aneh itu "ada sebuah tulisan di sampingnya, kau lihat? Sepertinya dia ingin bermain petak umpet dengan kita"
"kita harus mencarinya di setiap tirai ini" aku mengangguk terhadap pernyataan Akashi, menekan tombol pertama, tirai tersibak, sebuah lukisan sinister terlihat, wah. Bahaya juga. "seperti itulah"
.
"Kya!" *plak!*
.
*plak!*
.
"...apa yang dilakukannya?" gumamku pada diriku sendiri setelah mendengar suara suara aneh dari bagian pilar di belakang, Aku membagi tugas, Akashi memeriksa pilar di belakang sedangkan aku di muka "ah ketemu!"
'you found me, you get the prize'
"Akashi, aku menemukannya!"
"...ada apa dengan wajahmu?" tanyaku kepadanya saat melihat bekas tamparan di pipinya dan cat merah berbentuk telapak dangan di wajahnya, si empunya hanya menatapku datar, tapi di tatapannya aku melihat kekesalan.
"aku membuka tirai yang salah dan (tanpa sengaja) melihat gambar wanita yang sedang mandi. Tiba tiba pipiku serasa di tampar, dan saat aku membuka tirai lainnya sebuah tangan menampar wajahku lagi"
"...sudahlah, aku yakin kau tidak ingin membahasnya, hapus dulu cat di wajahmu" aku menyodorkan sapu tangan yang selalu ku bawa padanya, lalu aku mengisyaratkan pada pilar paling pojok di bagian depan " katanya dia akan memberi kita hadiah, tapi aku tidak melihat benda apapun di sekitar sini"
"mungkin sebaikny-" sebelum aku sempat melanjutkan kalimatku, sebuah suara yang cukup besar menghentikanku "Akashicchi~! Aku menemukan- are, siapa itu...?
.
.
.
Pfffft... HAHAHAHA! ADA APA DENGAN MUKAMU AKASHICCHI? MERAH BEGITU? HAHAHAHAHA!"
Aku hanya menatap pemuda di depanku yang tengah tertawa terbahak bahak, suaranya keras sekali. Bukannya dia model itu? Kise Ryouta yang sedang di puja oleh kalangan hawa, katanya semenjak dia jadi model, 100 wanita di jepang meninggal. -karna kehabisan darah setelah mimisan melihatnya. Wah, parah ya.
"diam, RYOUTA" pemuda flamboyan itu segera bungkam setelah Akashi menyebut nama depannya, keringat dingin mengalir di tubuhnya dan badannya bergetar, wah sepertinya dia sangat ketakutan. Sebaiknya aku merekamnya untuk di jual pada fans-nya.
"he... jadi kau gadis tidak sopan yang Midorimacchi bicarakan itu ya?" aku menatap Midorima tajam, ini orang dari tadi kerjanya cari masalah terus ya? "aku akan bersikap sopan kepada orang yang bersikap sopan JUGA padaku"
"ah, aku yakin kau sudah mengenalku... kan?" aku menatap model di depanku sebelum mengangguk dengan bosan, siapa juga yang tidak mengenal orang ini jika setiap hari di bicarakan oleh teman sekolahku, bahkan cowok pun ada yang pernah bilang kalau Kise Ryouta itu MANIS dan GANTENG, cocok untuk UKE IDAMAN.
"sudahlah, untuk apa kalian ke sini?" tanyaku, mengalihkan pembicaraan sebelum sang model sempat narsis dan memamerkan dirinya, mereka menunjukanku sebuah pahatan ikan, ekor dan kepala "yang kepala kami temukan di depan lukisan tentang ikan yang tepotong itu" ah, jadi itu ya hadiahnya.
"ini... kalau di sambungkan bisa di masukkan ke lubang berbentuk ikan di luar kan?" kami menatap si model berambut kuning keemasan itu dengan ekspresi kaget, si empunya hanya sweatdrop melihat reaksi tak karuan dari kami "ada apa...?"
"tumben otakmu berjalan Model-san" komentarku, menghasilkan si empunya punduk di pojok sebelum berbalik lalu menunjukku "ternyata Midorimacchi betul! Kau itu kejam! Dan jangan panggil aku begitu! Otakku setiap saat berjalan kok!"
"ho~"
.
.
"kau itu kejam!"
"sudah terpasang?" tanyaku pada manusia bersurai hijau lumut, memperhatikan tangannya yang sedang mengutak atik pahatan kayu itu agar bisa menempel dengan sempurna, setelah tertempel si empunya mengembalikannya kepadaku "kau saja yang pasang" dia pasti takut mata kucing yang ada di dinding itu akan keluar dan mengejarnya.
Suara aneh pun keluar saat aku memasang pahatan ikan itu ke lubangnya, di ikuti oleh suara meowngan beberapa kucing seiring terbuatnya jalan di depan kami, kupastikan Midorima-kun tidak senang mendengar suara ini.
.
.
"ruangan apa ini?"
Sebuah ruangan dengan cat kuning yang sama, hanya saja dengan barang yang berbeda, ruangan yang cukup luas untuk di jelajahi bersama, sebaiknya kita berpencar.
"kita akan berpencar"
Wa~ akhirnya Rovi menemukan waktu di seli seli waktu ramadhan yang sibuk, Rovi nulisnya buru buru karna waktu rovi Cuma sedikit banget... jadi maafkan untuk ketidak bagusan fanfict ini... setelah melihat fanfict the witch house milik Alice dreamland-senpai membuatku tidak bersemangat... karna aku sadar kalau fanfict milikku ini sangatlah jelek, reviewnya aja dikit banget... beda jauh ya *ketawa garing* apalagi yang nge-reviewnya gak ikhlas, mungkin aku bakal netapin aja ya, bahwa aku gak mau nyambung fanfict sebelum mendapat 3 review yang bermakna *itu namanya maksa!* ah sekian dan
AKASHI : Kuroko no Basket bukan milik Rovi tapi milik FUJIMAKI TADATOSHI
MARY : Ib juga bukan milik Rovi~ tapi milik KAORI-CHAN~
A : Tapi imajinasiku hanya milikku seorang~!
Cheers
Rovi Chan