Author's Prolog: Banyak karya di dari FFN dan AO3 yang sangat bermutu dari berbagai fandom yang bisa dijadikan contoh, yang membuat kita jatuh cinta berkali-kali dengan karya mereka. Saya bukan seorang writer expert. Mohon maaf untuk ketidaknyamanan bahasa dan grammar. Semoga karya saya hadir sebagai 'karya lain' yang menyenangkan di fandom Bleach.

Disclaimer: Dear Kubo Tite, I borrow your precious characters to add in my story and they are more grown up in this time. Thank you for creating Bleach. We love happy endings.


About The Water

By Rimrim-chan

A-side:

Track #1: James Morrison – You Give Me Something

Genre: Rock/Pop

Release: 2006

Album: Undiscovered

Label: Polydor Records

Aku memperhatikan Kurosaki Ichigo sibuk mengutak-atik Gibson akustik miliknya. Aku masih ingat dia sangat membanggakannya kala pertama kali dia membeli instrument ini, bagaimana dia menjelaskan bahwa gitar itu yang memanggilnya untuk dimiliki dan bagaimana suara yang dihasilkan sangat lembut dan dingin ketika dimainkan. Aku hanya memutar bola mataku, dan mencemooh dirinya bahwa itu hanyalah strategi marketing dari pemilik tokonya ditambah Ichigo sendiri yang agak melankolis.

"Aku tahu kau pasti tidak sabar ingin mendengarkan aku memainkannya." Ichigo berkata sembari jari-jarinya menari di senar gitar untuk nada-nada dasar.

"Percaya diri sekali Kurosaki." Aku membalas dengan nada mencemooh sembari membenarkan posisi dudukku di sofa berwarna beige di apartemen Ichigo.

Ichigo membuat ekspresi mengejek.

"Aku selalu heran apa yang membuatmu jauh-jauh membelinya setahun lalu di mana—oh ya Budapest, aku bahkan tidak tahu di kota itu siapa shinigami yang bertugas di sana. Padahal di Karakura atau Tokyo banyak yang menjual, atau kau bisa pesan di toko ajaib yang tiba-tiba kau pilih produk dan datang sendiri—oh ya Ebay." Aku memperhatikan lipatan ujung terusan putih yang aku kenakan tiba-tiba saja jadi menarik di mataku.

Ichigo terkekeh pelan. "Rukia, kau hadir di dunia nyata ini lebih satu dekade sejak pertama kali kau menemuiku. Aku tidak mau menghitung berapa umur shinigamimu sekarang, dan aku perhatikan bahwa shinigami juga tumbuh dan berkembang seperti manusia. Kalian memiliki ciri-ciri hidup, berkembang biak, bernafas, bergerak dan semacamnya. Tapi menurutku, manusia itu jauh lebih kompleks, mulai dari sel hingga alam semesta—yah seperti itulah yang aku pelajari bertahun-tahun selama bersenang-senang di fakultas kedokteran." Aku jadi memperhatikannya sekarang, Ichigo melanjutkan, "Aku berasumsi istilah di dunia nyata semakin familiar denganmu sekarang."

Aku paham yang Ichigo maksud, terlepas dari kehidupan shinigaminya, dia terlahir sebagai manusia. Menjadi manusia adalah luarbiasa dan menjadi bagian dari shinigami adalah anugerah—kurang lebih begitulah kalimat Ichigo yang aku kutip beberapa tahun lalu. Aku tidak tahu apa cita-cita tertinggi Ichigo sebagai manusia, namun yang sekarang dia bukan remaja yang pertama kali aku temui. Sekarang dia menyebut level mereka ini apa—oh ya young adult. Seperti itulah istilah yang aku ingat, Orihime yang mengatakan istilah itu padaku.

Orihime Inoue yang berkerja sebagai tempat orang bercerita tentang masalahnya, kemudian orang itu menangis, dan Orihime menenangkannya, apa istilahnya—oh ya, psikiater. Aku sering menemaninya di ruang kerja dalam wujud shinigami, sehingga pasiennya berfikir hanya dia dan psikiaternya, padahal aku ada di belakang Orihime ikut mendengarkan dan ikut observasi juga.

Kurosaki Ichigo dan teman-temannya memutuskan untuk tetap melanjutkan hidup sebagai manusia. Kami, para shinigami juga seperti itu. Takdir tidak bisa diubah, ketentuan Tuhan yang ingin seperti itu. Kami tidak pernah menyesal telah habis-habisan berperang dan kehilangan banyak sesuatu yang berharga hingga orang-orang terkasih, tapi harapan untuk melanjutkan hidup selalu ada. Walaupun mengingat perang sama saja melemparkan diri ke jurang penderitaan untuk kesekian kalinya.

"Hey, Rukia. Sebentar lagi aku akan berubah menjadi James Morrison!" Ichigo membawa aku kembali ke sofa nyaman di apartemennya setalah berjalan-jalan di pikiranku.

"Kau tetap Kurosaki Ichigo." Aku bersikeras.

"Aku, Kurosaki Ichigo, aku bisa menjadi siapa saja yang aku mau."

"Baiklah, katakan padaku mengapa kau ingin menjadi James Morrison?" Aku nyilangkan kedua kakiku dan membawanya ke atas sofa.

"Sebab kau terus menyanyikan You Give Me Something, Rukia." Ichigo mencondongkan sedikit badannya ke arahku.

"Aku menyukai lagunya."

"Aku berharap kau mendengarkan lagu itu tidak lagi dari suara James Morrison, tapi aku yang menyanyikannya untukmu." Ekspresi Ichigo berubah serius.

Aku mengangkat kedua alisku. "Silahkan saja buktikan bahwa kau James Morrison."

Ichigo terkekeh. "Tantangan diterima, setelah ini setiap kau mendendangkan You Give Me Something, yang akan diputar di kepalamu bukan suara James Morrison lagi, tetapi suaraku. Tidak ada lagi James Morrison."

Aku mengangkat sedikit kepalaku dan menatapnya lurus ke iris kecoklatan miliknya, memastikan Ichigo tidak salah bicara atau sedang sakit perut mungkin. Kemudian, Ichigo balas menatapku tanpa berkedip. Mengapa Ichigo jadi sebal dengan si tuan James Morrison ini?

"Buktikan Kurosaki 'over confident' Ichigo."

Aku ingat setahun lalu Ichigo pulang dari Budapest dan membawa Gibson putih ini. Aku mencemooh karena Gibson tersebut, bahkan Renji-pun bisa membuatkannya untuk Ichigo tapi setelah kepala merah itu mencemooh Ichigo pula tentunya. Namun, beberapa minggu setelahnya Sado memberitahuku di bar sudut kota Seireitei sesat setalah kami sparring bahwa Gibson putih ini banyak legendanya, seperti siapa itu vokalis band British yang memilikinya pula, band era 60an—oh ya John Lennon dari The Beatles. Seperti itulah kira-kira yang Sado ceritakan.

Aku bertanya kepada Sado untuk apa Ichigo ingin seperti John Lennon. Sado menjawab bahwa warna putih membuat dia teringat akan sesuatu seperti salju dan bulan purnama, selain itu Gibson menghasilan suara yang seperti dia idamkan. Aku tidak begitu paham maksud Sado, tapi dia melanjutkan bahwa John Lennon menghasilkan karya luar biasa hingga istrinya sekarang Yoko Ono menyukainya. Sado tidak menjelaskan John Lennon ini adalah pria romantis atau bukan tapi karya yang dihasilkan tentang kemanusiaan. Aku bergurau bahwa Ichigo ingin menjadi romantis seperti John Lennon untuk menikahi wanita impiannya hanya dengan memainkan dengan gitar Gibson. Sado menaikan bahunya dan ikut tetawa pelan bersamaku.

Ichigo dan Sado tidak mengada-ada tentang suara yang dihasilkan Gibson putih ini. Antara aku fokus dengan suara yang dihasilkan dari senar Gibson atau memang You Give Me Something yang punya daya magis atau suara Ichigo yang membuat jantungku terasa dua kali lebih besar atau mungkin.. kombinasi ketiganya. Apa yang terjadi di depan mataku adalah indah.

'Cause you give me something

That makes me scared, alright

This could be nothing

But I'm willing to give it a try

Please give me something

'Cause someday I might know my heart


Track #2: Coldplay – X & Y

Genre: Alternative Rock

Release: 2005

Album: X & Y

Label: Capitol Records

Sungguh sakit itu tidak menyenangkan. Sekujur tubuhku menggigil seperti di rendam di air es selama berjam-jam, dan badanku memar seperti habis di hujam Senbonzakura. Tapi jelas bukan Nii-sama yang melakukannya. Itu hanya dramatisasi.

Tapi sungguh aku tidak tahan. Beberapa jam sebelumnya, Nii-sama memintaku untuk pulang ke Kuchiki mansion saja untuk pemulihan dan perawatan, tapi aku menyesal mengabaikan perintahnya dan sekarang tidak sanggup bangun dari quarter tigabelas untuk pulang. Oke mungkin shunpo bisa cepat, tapi aku tidak memiliki energi cadangan untuk itu.

Baiklah, aku minta Renji untuk mengantarku ke Nii-sama. Tapi, oh ayohlah aku memanggil kupu-kupu neraka saja tidak ada suara yang keluar. Bagaimana Ukitake taichou bisa bertahan dalam posisi sakitnya dan memimpin pasukan? Pemimpin sejati itu sakit bukan halangan, jiwanya masih sehat. Sedangkan aku meratapi ketidakmampuanku di balik futon tebal ini. Ichigo dan Renji masih bisa mengumpat walau mereka dalam keadaan antara hidup dan mati saat pertempuran. Mereka petarung dan pengumpat sejati, badan luka dan memar bukan halangan untuk memenangkan pertempuran. Aku? Memar yang aku rasa di bagian tubuhku ke atas saja sudah meringis, selebihnya aku tidak mampu merasakan kedua kakiku sama sekali.

Oh yeah, aku baru sadar sekarang, kakiku mati rasa.

Aku merasakan reiatsu menghampiriku, tapi aku tidak bisa mengidentifikasi siapa pemiliknya. Hanya yang aku rasa ini reiatsu yang sangat besar. Aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, terserah apa yang ingin seseorang ini lakukan, aku berharap pulang ke Nii-sama.

Seseorang ini berbisik ditelingaku, ada nada kecemasan. Aku juga merasakan seseorang ini mengusap lembut wajahku, kemudian berbisik lirih memanggil namaku. Aku ingin membuka mataku dan mengatakan terima kasih sudah hadir di sini , tapi kelopak mataku bersikeras menutup.

Seseorang ini membawa lengan kiriku ke udara, mungkin ingin mengangkatku. Tapi tidak, dia membawa telapak tanganku mengusap lembut sesuatu. Aku berasumsi aku berada di wajah seseorang ini, dan sepertinya dia menangis. Aku merasakan bulir hangat di sela-sela jemariku.

Sungguh aku meminta maaf karena membuat Anda menangis. Aku tidak bermaksud membuat dirimu cemas. Bawa saja aku ke Nii-sama dan Anda tidak perlu cemas lagi. Aku baik-baik saja, hanya sedikit tidak bisa menggerakan anggota tubuhku.

Aku merasa melayang di udara, sepertinya Anda membawaku terbang. Dalam kecepatan super cepat tentunya. Siapa shinigami bisa shunpo secepat ini? Semua level kapten bisa. Aku ingat saat aku kehilangan kekuatan shinigami, Ichigo membawaku ke punggungnya dan dia shunpo cepat sekali, ya secepat ini. Anda hebat sekali, mungkin saat aku sehat aku akan cerita ke Ichigo bahwa ada shinigami dengan shunpo cepat melebihi dirinya. Aku yakin Ichigo akan berpura-pura tidak peduli tapi cukup membuat dokter itu sebal.

Tiba-tiba aku sudah berada di kamarku di Kuchiki mansion, aku hafal aroma kamarku sendiri, sandalwood. Aku mendengar suara-suara kaki lebih dari dua orang hilir mudik di sekitarku. Oh, mungkin Naomi-san dan yang lainnya menyiapkan tempat aku berbaring. Maaf Naomi-san aku membuat repot lagi ya?

Selagi menunggu, Anda mendekapku begitu rapat dan kuat, kemudian sesekali berbisik sesuatu bahwa aku akan baik-baik saja. Sesekali lagi dia menempelkan pipinya ke puncak kepalaku. Aku merasakan berat di atas kepalaku. Dari suara Anda, terdengar berat dan cemas berlebihan. Nii-sama tidak seperti ini.

Oh, Renji. Anda adalah Renji, terima kasih Renji, kau membawaku pulang.

Ichigo akan kesal apabila tahu bahwa kecepatan shunpo Renji lebih daripada kemampuannya. Renji, aku akan membanggakanmu untuk yang satu ini di depan kepala orange itu. Renji meletakkanku dengan sangat hati-hati. Selanjutnya, Naomi-san mengusapkan sesuatu di dahiku dan memar lenganku, aku tahu dari caranya melakukannya, lembut dan cekatan. Mungkin Naomi-san melakukan sesuatu di kakiku, tapi sayang sekali aku tidak merasakan apapun, Naomi-san. Sepertinya sesuatu yang Naomi-san taburkan diseluruh tubuhku terasa hangat tetapi dingin, aku curiga ada campuran daun mint dan jahe.

Terima kasih Naomi-san dan Renji.

Aku membiarkan diriku masuk ke level sub-conscious kalau aku tidak salah ingat istilah yang dikatakan Ishida saat kami berbicara tentang strategi marketing design miliknya. Aku tidak mengerti awalnya, tapi diam-diam aku antusias ingin tahu. Level dimana segalanya bersumber, bersemayan entah baik atau buruk, segala ingatan hingga asumsi. Di level itu harus diisi pesan-pesan yang positif. Menurut Ishida marketing harus sampe ke level itu. Apapun itu Ishida, aku berharap Renji dan Naomi-san berkata yang positif, karena aku menuju ke level itu sekarang.

Entah berapa lama aku tidak sadarkan diri, yang pasti sekarang aku mulai merasakan kakiku berdenyut sakit, sial aku tidak tahan. Aku mengeluarkan suara tapi yang terdengar erangan tidak enak, kerongkongan aku terasa kering dan dipaksa mengeluarkan suara ini. Aku berfikir positif yang selalu Ichigo ajarkan, bahwa pasien bisa sembuh bukan karena kerja keras dokter, melainkan pikiran positif pasien sendiri yang ingin sembuh dapat membawanya ke kondisi benar-benar sehat dan bugar.

Positifnya, aku tidak lumpuh, aku bisa merasakan kakiku walaupun sakit. Artinya syarafnya berkerja sekarang dan sistem motorik mampu menggerakkann otot kakiku. Bisa jadi memar di kaki lebih parah dari pada di lengan, aku tidak tahu.

Seseorang berkata menenangkan kembali, oh Renji masih menemaniku. Terima kasih. Aku kembali ke level sub-conscious.

"… bahwa memang keadaan masyarakatnya demikian."

Renji sepertinya berbicara padaku. Aku hanya mendengar sepenggal. Dan dia terus bercerita, mungkin dia ingin aku merasakan kehadirannya dan berkata seolah aku sehat dan sedang duduk di tepian sungai Rokungai bersama dirinya.

"Awalnya aku tidak memperdulikan orang ini, kau tahu Rukia dia bisa membaca pikiranku. Temanku—Petr berkata wanita ini memang fortune teller. Kau tahu seseorang peramal masa depan, aku tidak percaya seperti itu, tapi aku penasaran sebenarnya." Renji tertawa kecil, dan masih melanjutkan, "Hey, kau ingat foto-foto yang aku kirimkan kepadamu dari Cote d'Azur, wanita si fortune teller itu ada di sana."

Renji mengirim foto apa? Aku tidak pernah ingat Renji menyukai fotografi, bahkan bukankah kau tidak tahu cara pakainya? Kau berulang kali meminta Ichigo dan Tatsuki untuk mengajarimu, kan? Dan sejak kapan Renji fasih mengucapkan lafal kata berbahasa Perancis?

Seseorang yang mempunyai banyak koleksi foto pastilah Tatsuki dan Ichigo. Bahkan Ichigo setiap kota yang ia singgahi selalu ada kertas bertuliskan namaku dan dia memotretnya dengan background kota tersebut. Semua foto yang Ichigo ambil adalah indah. Tapi favoritku adalah Milan, kepulauan Cayman, dan Budapest.

Tatsuki tidak terlalu suka foto-foto travelling, dia menyukai foto-foto dengan close-up. Apapun yang menarik perhatiannya pasti di tangkap dengan lensanya bahkan kancing baju yang dikenakan Orihime saat farewell party sesaat mereka lulus dari Karakura High School.

Berarti seseorang ini Tatsuki atau Ichigo?

"…saat itu aku tidak menduga bahwa mereka memberikanku kejutan, kau ingat saat aku ke Connecticut? Teman-teman yang aku temui saat seminar tentang kedokteran dari Universitas Yale mereka berkumpul di apartemen Joseph dan Adam, aku pernah bercerita tentang mereka, kau ingat Rukia? Mereka berdua ditambah Adina, Jennifer, dan Abdul merombak apartemen itu menjadi tempat berpesta. Aku terkejut sekali. Hey, aku menghubungi via Skype 'kan saat itu, kau ingat? Wajahku berlumur krim dari kue ulang tahunku yang dibeli Jennifer dan mereka malah menggodaku untuk menggunakan celana dalam di wajahku saat video call denganmu. Sial mereka." Tertawa pelan. "Tapi aku merindukan mereka, Rukia.."

Tidak salah lagi, aku kira adalah Renji atau Tatsuki, tapi Anda adalah Ichigo. Shunpo dan reiastu terkuat ternyata milik Ichigo? Aku terkekeh dalam pikiranku.

"Sekitar tiga minggu lalu, Adam menghubungiku via Line. Dia sekarang pindah ke bagian barat, Colorado dan berkerja menjadi dokter di rumah sakit pemerintah setempat. Dia mintaku untuk travel ke daerah itu karena dia tahu bahwa aku menyukai alam, dan kota itu berada di dataran tinggi, Adam yakin kau menyukainya, banyak pohon pinus." Tiba-tiba Ichigo terkekeh. "Aku dan Adam sangat dekat, Rukia. Adam selalu bercerita tentang kakak lelaki satu-satunya yang aneh dan gadis impiannya yang—ironisnya menikah dengan kakaknya yang aneh itu. Sungguh menggelikan sekaligus menyedihkan. Adam ingin tahu tentangmu, Rukia. Karena Adam bertanya siapakah gadisku? Aku tidak pernah menyebutkan nama siapapun, kecuali Yuzu dan Karin. Aku tidak mengerti bagaimana Adam bisa mengetahui namamu."

Aku juga tidak mengerti, Ichigo. Mungkin kau mengigau saat tidur dan memanggil nama teman-teman wanitamu dan Adam mendengarnya sehingga dia dapat memilih satu nama secara random. Malangnya yang dingat Adam adalah namaku. Tapi, bagaimana Adam bisa tahu bahwa aku pasti menyukai Colorado dengan pinusnya? Aku bertanya pada Ichigo, tapi di dalam kepalaku saja. Aku tidak bisa mengatakannya.

"… padahal aku sering menyanyikan lagu itu, tapi kau malah menyukai segala hits Artic Monkeys." Ichigo sekarang melompat berbicara tentang band-band masa kini favortinya. "Yeah, Artic Monkeys is cool. Tapi Coldplay tidak pernah gagal membuat kombinasi musik dan lirik yang selalu ingin menenggelamkanku ke dasar lautan kerinduan.."

Mulai lagi karakter melankolis Ichigo keluar. Tidak mengherankan bagi penyuka karya William Shakespeare.

Ichigo sepertinya berbaring di sampingku dan menggengam tanganku yang kecil dengan telapak tangannya yang besar. Aku bisa merasakan panas tubuhnya menjalar di tubuhku. Aku ingin seperti ini lebih lama lagi, belum pernah aku merasa aman dan damai seperti ini.

"… kau ingat lagu Coldplay yang ini, Rukia?"

Ichigo membawa nada-nada lembut ke ruang kosong di dalam kepalaku, menghasilakan emosi yang berputar dalam pusara jiwa. Semua berasal alunan seindah suara gemercik air dari sungai di Rokungai, dan Ichigo berhasil membawa suara indah itu bergetar ke telingaku. Aku membayangkan lagi foto-foto koleksi Ichigo yang dikirimkan untukku, matahari terbenam di kota Budapest pada pukul 8.29 p.m di bulan Mei. Kau tahu Ichigo, banyak kota yang mempunyai sentuhan matahari terbenam yang indah, tapi kau menggambarkan seolah Budapest-lah yang paling indah.

Saat itu kau mengunggah video di Youtube, isinya memamerkan Gibson barumu yang baru kau beli di kota itu. Durasi menit berikutnya kau berdiri di sebuah bukit tepat sebelum matahari terbenam sempurna dengan latar belakang sungai Donau dan bangunan khas Budapest. Warna jingga yang lembut membentang di langit Budapest, bahkan warna rambutmu terlihat selaras dan tidak pernah aku melihat kau berada pada element-mu sendiri. Tangerine Sky. Mana yang lebih indah Tangerine Sky atau kau begitu bahagia di video itu. Aku tidak menduga secara tiba-tiba kau menyanyikan sebuah lagu yang indah sekali, tapi sayangnya aku hanya ingat bagian chorus-nya saja, You and Me.

Sekarang aku baru tahu Ichigo, lagu yang kau nyanyikan itu bukan judulnya You and Me. Momen terbaik itu kau hadirkan kembali, di relung antara sadar dan tertidur, di celah antara nyata dan mimpi, di antara kebencian dan cinta, kau menyanyikan lagu itu lagi, membawa aku kembali ke Budapest. Bahkan aku belum pernah ke sana, namun kau membawa aku kembali seolah akulah yang punya kenangan itu.

I, dive in at the deep end, she become my best friend

I wanna love you but I don't know If I can

I know something is broken and I'm trying to fix it

Trying to repair it, any way, I can

You and me floating on a tidal wave

Together

You and me drifting into outer space

And singing

Lagu itu adalah bagian dari hits Coldplay, kau yang mengatakannya 'kan? Kau juga selalu protes padaku bahwa judulnya bukan You And Me, tapi judulnya X & Y. aku tidak mengerti bagaimana tuan-tuan Coldplay memberi judul X & Y tapi tidak menyebutkan huruf X dan Y di liriknya.

Ichigo kemudian berbisik dengan suara seperti menuntunku ke tempat terindah dimana aku bisa menyentuh awan. Tenang dan dengan keyakinan.

"… apabila kau adalah X maka aku adalah Y. X and Y that's mean You and me. Kau dan aku. Hanya kau dan aku. Maka kita adalah X & Y yang selalu bersama."


Track #3: The 1975 – Chocolate

Genre: Indie Pop/Rock

Release: 2013

Album: The 1975, Music For Cars EP

Label: Vagrant Records, Interscope Records

Momen terbaik aku putuskan salah satunya adalah sekarang, saat ini. Aku di antara teman-teman dari shinigami dan ras manusia, berkumpul tanpa ada batasan. Kami memang berbeda, tetapi tidak menjadikan alasan untuk selalu membeda-bedakan. Bahkan Quincy hadir, Ishida dan Ichigo. Walapun Ichigo penggabungan semua ras, yah dia memang makhluk agak aneh, tapi siapa peduli sekarang. Dia pahlawan, dia tidak berpikir apapun juga sangat melakukannya, hanya atas nama kedamaian. Kadang untuk membahas ini di depan hidungnya hanya akan membuat kepalanya semakin besar dan warna rambutnya semakin menyala.

Malam ini kami berkumpul di apartemen Inoue, memakan masakannya dan menikmati malam dengan champagne dan arak. Bernyanyi layaknya kami selalu muda. Selera masakan Inoue masih tetap aneh, tapi itulah masakannya, kami 'menyukainya'. Sepertinya lelah banyak tertawa, tapi malam masih panjang.

"Hey, aku bawakan arak terbaik Soul Society!" Renji teriak dari arah dapur sembari melemparkan botol ke Ishida.

"Jangan lagi kau salah bawa Abarai-san! Kemarin kau membawa jus jeruk!" Tatsuki protes keras.

"Itu karena Kuukaku membohongiku! Dia bilang apabila aku menang taruhan dia akan membayarkan dengan arak yang banyak untukku. Memang banyak arak, tapi hanya botolnya saja. Sial! Isinya tetap jus jeruk, aku dibohongi." Renji tersipu malu. "Kalian beruntung aku tidak memberikan botol dari Kuukaku yang lain. Yang kalian minum jus jeruk, yang Matsumoto dan Shuhei minum sepertinya oplosan, campuran anggur, minyak kemiri, kapur, dan mungkin sedikit air liur Ganju.."

Kami membayangkan dengan ekspesi jijik.

"Itu karena kau yang bodoh. Kuukaku itu tidak pernah kalah, sekalipun dia kalah pasti dia tetap menang bagaimanapun caranya, bahkan cara klasik membohongi lawannya." Ichigo mencibir. Renji manyun.

Aku dan Orihime tertawa geli. Sado senyum. Tipikal Sado.

"Kalian tahu, kita—manusia ataupun shinigami sekalipun tidak ada takaran siapa bodoh atau pintar." Tiba-tiba Orihime berkata. "Mungkin bodoh akar dari kemalasan."

Semua mematung. Orihime saat umur lima belas tahun adalah orang yang sering berkhayal. Sekarang dia sedang berhayal atau berbicara fakta?

"Apa hubungannya antara bodoh atau pintar, Orihime untuk takaran Abarai-san?" Tatsuki menanggapi serius.

Renji protes keras dari sisi kanan kami, tapi diabaikan oleh Tatsuki.

"Umm, aku tidak begitu yakin dengan shinigami, tapi kalau melihat ciri-ciri shinigami mirip manusia mungkin ada kesamaan. Yang aku tahu—untuk manusia, intelegensi dapat diukur dengan metrik angka, tapi kecerdasan itu tidak hanya tentang intelegensi, tapi ada emosional, spiritual,dan fisik." Orihime menjawab serius. Sekarang kami yakin ini bukan Orihime Inoue yang sering berkhayal masa depan, bahwa ini adalah masa depannya, menjadi ahli psikologi manusia bukan robot dalam dunia khayalannya.

Hening.

"Bingo." Tiba-tiba Sado berkata dengan intonasi datar. Menambah padatnya udara pada moment canggung.

Dalam situasi seperti ini saling toleh-menoleh tapi tidak ada yang mengeluarkan komentar atas statement Orihime. Kita ingin berkomentar sekalipun hanya basa-basi tapi di bagian mananya? Sepuluh tahun lebih kami berteman, dan bagaimanapun masa depan membawa Orihime menjadi psikiater handal, tetapi tetap saja menghasilkan awakward di gimmick moment apapun yang dia utarakan.

"O-okay guys, bagaimana kalau kita bermain kuis sederhana s-saja." Ishida memberikan solusi untuk menyelamatkan situasi seperti ini.

Hening. Namun sepersekian detik berikutnya kami akhirnya tertawa lepas. Terbahak-bahak.

Ishida menjadi cengo.

"Kena kau Ishida perangkap awakward moment!" Ichigo adalah orang yang paling bahagia bila Ishida kena sial.

"h-hey!" Ishida mencoba protes. "A-aku h-hanya—"

"Orang yang bersuara duluan setelah awakward moment adalah the fool—orang bodoh!" Renji adalah orang kedua yang paling bahagia—setelah Ichigo tentunya apabila Ishida kena sial.

"Tapi Sado bergumam setelahnya!" Ishida meminta keadilan.

"Nope, Nope, Nope dear darling Ishida Uryuu. Biar aku jelaskan." Tatsuki mendekati Ishida dan menekan telunjuknya ke dahinya. Ishida dalam keadaan terjepit.

"Kau, Ishida Uryuu. Designer dan founder brand The Quincy Essentials adalah orang yang paling bodoh—the Fool. Kau tidak sadar bahwa selama ini orang yang paling bahagia hidupnya karena kau menderita adalah dua orang bodoh ini." Tatsuki menunjuk wajah Ichigo dan Renji. Mereka teriak tidak terima dari sisi kanan dan kiri grup. "Jadi—siapapun yang berkomentar setelah awakward moment, siapapun tidak masalah, mereka hanya ingin menargetkanmu untuk kena perangkap cemooh mereka."

Itu benar sekali, aku rasa Ishida sudah menyadarinya sejak dahulu, hanya saja tadi dia lengah dari jerat perangkap dua anak punk ini. Kasihan Ishida.

Tapi yasudahlah, itulah momen kebersamaan yang tidak ingin aku lewatkan bersama mereka. Kami, orang-orang bodoh yang selayaknya bertingkah laku bodoh. Aku tidak masalah manjadi bodoh bersama mereka sampai aku mati.

"H-hey, aku benar-benar punya kuis sebenarnya." Orihime melempar umpan. Kami menoleh gugup namun penasaran juga. "Bagaimana mau dicoba tidak?"

Aku tersenyum lebar. "Kenapa tidak?" Renji mengangkat bahu namun mimiknya mengisaratkan shoot then, Inoue. Ichigo hanya nyengir canggung. Aku pikir dia kasihan juga dengan Ishida yang sudah di-bodohi mereka berdua.

"Well, begini. Aku punya problem statement. Sebenarnya ini tes sederhana untuk melihat sejauh mana seseorang dapat mengambil keputusan. Ini bagian dari tes psikologi."

"Situasinya seperti ini: kalian adalah salah satu penumpang di kapal karam. Bayangkan kamu adalah yang tersisa bersamaan dengan seorang nenek yang terluka parah, seorang anak kecil yang ternyata jenius dan bisa membawa suatu negara untuk menjadi adidaya, dan terakhir ibu hamil yang ternyata menandung anak lelaki terakhir dari keturunan kerajaan yang akan memimpin suatu negeri. Nah, dari ketiga orang itu, siapakah yang akan kalian selamatkan sedangkan sekoci yang tersedia hanya satu dan hanya berkapasitas tiga orang termasuk hitungannya adalah kamu. Artinya ada satu orang yang harus kalian tinggalkan dan berikan alasannya."

Aku berpikir keras. Siapa yang akan aku selamatkan dalam posisi seperti itu? Dan aku tidak mungkin mengorbankan salah satunya.

"Aku tahu!" Tatsuki bereakasi pertama. "Aku harus menyelamatkan semuanya!"

"Tapi sekocinya hanya berkapasitas tiga orang dan kalian berempat, artinya kau yang ditinggal di kapal itu?" Ishida berasumsi dengan logika.

"Eh, iya juga ya." Tastuki baru sadar kekeliruannya. Lagi pula hebat sekali punya jiwa mau berkorban seperti itu. Heroik memang, tapi kalau kenyataanya mengerikan bila terkubur sendirian di dasar lautan bersama kapal karam.

"Aku tahu jawabannya!" Renji dengan kamampuan seadanya mencoba berusaha menjawab. "Aku akan membelah lautannya menjadi dua dengan Zabimaru! Aduh!"

Ichigo melempar penyumbat botol champange ke kepala Renji. "Kau pikir, kau itu adalah Musa! Membelah lautan sehingga mereka bisa berjalan melewatinya dan menuju daratan! Kenapa kau tidak melakukan sejak awal sebelum kapal tersebut karam!"

"Aku shinigami, aku bisa melakukan apa saja!" Renji tidak terima solusi kreatifnya tidak dianggap Ichigo.

"Kalau kau Shinigami, bawa roh mereka bertiga ke Soul Society saja, selesai!" Ichigo menyudahi asumsi Renji yang agak masuk akal menurutku.

"Artinya mereka malah mati bodoh, bukannya menyelamatkan mereka!" Giliran Ishida yang memiliki argumen lebih logis dari pada kedua bocah kekanakan itu.

"Kalian tidak memberikan solusi!" Tastuki teriak.

"Bagaimana dengan solusimu Sado-san?" Orihime bertanya, semua perang argumen berhenti dan menoleh untuk menunggu Sado menjawab.

"Anak kecil jenius itu pasti berpikiran sama denganku. Aku akan melakukan hal yang sama seperti pada Kuchiki kala itu. Saat pertama kali aku dan Kuchiki dalam pertempuran kami pertama di Karakura melawan hollow."

"Apa yang kau lakukan dengan Rukia?" Ichigo menanggapi cepat.

"Aku dilempar oleh Sado yang memiliki kekuatan tangan yang kuat. Seperti aku diberi lompatan yang lebih tinggi ke udara karena kekuatan Sado. Kekuatan lompatanku di tambah kekuatan tangan Sado membuat aku melambung lebih tinggi." Aku yang menjawab. Kalem.

Ichigo membuat ekspresi No damn way!

"Jadi asumsi Sado, anak kecil jenius itu memiliki pola pikir dan postur tubuh seperti Kuchiki-san saat pertama kali Sado kenal Kuchiki-san, kemungkinan anak itu mau dilempar Sado untuk mencapai daratan lebih dahulu dan meminta bantuan?" Ishida menyederhanakan.

Sado mengangguk dan aku nyengir lebar.

"Tidak mungkin!" Asal suara datangnya dari Renji. "Kalau aku jadi Chad, aku akan—"

"Hey kau sudah menjawab, Abarai-san" Tatsuki memberikan peringatan. "Terserah solusi Sado-san!"

"Kenapa kalian tidak protes dari jawaban Sado?" Sekarang Renji yang minta keadilan.

"Karena Sado adalah Sado, dia bisa berkomentar apa saja." Aku lagi menjawab . Kalem.

"Kena kau Renji!" Tiba-tiba Ichigo dan Ishida tertawa. Renji baru sadar dia kena jebakan The Fool. Artinya The Fool hanya untuk tiga orang bodoh ini saja, siapapun tidak berlaku. Hanya tiga orang bodoh ini. Siapapun boleh memberi umpan untuk The Fool.

"Grrr!" Renji kesal. Ishida dan Ishida tertawa paling keras, puas membuat Renji menderita.

"Nah, apa jawaban dari Uryuu-kun, kalau begitu?" Orihime cocok sebagai pemandu kuis, membuat orang-orang menjadi fokus pada pertanyaan awal.

Ishida mencoba kembali sadar setelah tertawa seperti tiada hari esok. "Eh? Aku akan apa ya?"

"Kau lamban mata empat!"

Renji melempar gumpalan tisu bernoda mayones dan sisa bawang merah dari mulutnya ke kacamata Ishida membuat sisa bawang menempel di sudut dahinya. Tindakan balas dendam harus lebih kejam. Kemudian dibalas umpatan sadis a la Quincy itu. Ichigo melempar keduanya dengan ponsel miliknya dan Tatsuki untuk meredakan perang sebelum meledak. Alih-alih mencoba gencatan senjata, Tatsuki membuat lahan perang baru dengan mengomel karena ponselnya dijadikan senjata oleh Ichigo, sekarang Tatsuki memukul kepala Ichigo dengan sandal milikku.

Keributan terjadi. Tapi aku tidak mau repot-repot meredakannya, justru sebenarnya aku menikmati.

"Bagaimana dengamu, Kuchiki-san apa yang akan kau lakukan untuk situasi seperti itu?" Orihime sang host kuis ini melempar dadu padaku. Aku diam sejenak.

Bukan kali pertama aku harus menyelamatkan nyawa. Baik yang mampu aku selamatkan hingga yang gagal. Jangan ceritakan lagi padaku kegagalanku yang satu ini, bagaimana Kaien-dono berterima kasih padaku setelah aku gagal menyelamatkannya. Aku bisa menjadi setengah gila apabila aku mengingatnya, apalagi Kaien-dono masih ada hubungan dengan Kurosaki Isshin karena Shiba adalah klan Kurosaki Isshin.

Membaca ulang chapter sebelumnya tidak akan pernah membuat aku beranjak ke chapter baru. Aku tersenyum dan menjawab pertanyaan Orihime.

"Aku, Kuchiki Rukia akan segera datang ke Sado dan membantunya. Aku tahu kapan Sado membutuhkan bantuanku. Aku akan menyuruh nenek, anak kecil, dan ibu hamil untuk naek ke sekoci hingga ke daratan. Setelah itu aku bersama Sado melewati lautan dengan berenang. Sado memiliki lengan yang kuat, benar kan?" Aku menjawab sangat kalem.

Sado tersenyum dan mengangguk. "Itulah gunanya teman dalam tim."

Orihime setuju dan tidak berkomentar. Yang lain berhenti dalam peperangan dan membuat wajah terkejut.

"Tapi kau 'kan tidak bisa berenang, Rukia?" Renji memberikan statement bukan pertanyaan.

"Aku tahu." Tersenyum.

"Bagaimana kau bisa yakin tetap hidup dengan terus berenang? Kau tidak punya lengan sekuat Chad." Ichigo sepertinya tidak terima dengan solusiku. Hey ini hanya kuis!

"Aku percaya Sado, setidaknya dia yang akan selamat sampai akhir, aku punya kepercayaan bahwa dia akan selamat." Aku memiringkan kepalaku membuat gerakan untuk meyakinkan jawabanku.

"Artinya, kau mengorbankan dirimu sendiri untuk Sado dan orang-orang ini?" Ishida menyederhanakan namun kali ini membuat semua terkejut, termasuk Sado yang tidak percaya alasanku.

"Mengapa kau membuat alasan seperti itu Kuchiki? Kalau kau percaya aku akan selamat, setidaknya kau pasti bertahan dengan gelombang." Sado menyudutkanku. Belum pernah aku melihat dia sangat gelisah seperti itu.

Aku tetap tersenyum. Ekspresi Ichigo dan Renji berubah menjadi sangat keras, dimana rahang mereka mengatup kaku. Mereka terlalu serius untuk sebuah kuis.

"Kuchiki-san, aku setuju dan membenarkan apapun jawaban dan alasan dari kalian. Sekalipun tidak masuk akal, karena tujuan problem statement hanya bagaimana pengambilan keputusan. Tapi jawabanmu—yaitu keputusanmu, aku tidak bisa menerimanya." Orihime berkata lirih.

"Kalau begitu bagaimana bila kau disituasi seperti itu, Orihime? Sekarang pertanyaannya berkembang siapa yang akan kau selamatkan saat keadaan terdesak antara aku dan Sado di tengah lautan? Aku tidak lagi kuat berenang dan Sado tidak mau meninggalkanku." Aku membalikkan pertanyaan ke host kuis.

"A-aku.." Orihime tidak sanggup membuat keputusan, memang sulit pertanyaan ini. "Aku tidak mampu menjawab Kuchiki-san, aku membayangkannya saja tidak ingin." Orihime menjawab diantara suara sesenggukan dan tertawa kecil.

Aku menghampirinya dan memelukknya. Jelas tidak mungkin Orihime, itu tidak akan terjadi. Andai kau datang di situasi itu, lebih mudah bagi Sado membawamu ke daratan daripada menunggu orang yang siap mati demi orang-orang terbaiknya. Pastilah orang itu adalah aku.

"Inoue, apa kau lupa giliranku yang menjawab?" kali ini semua menoleh ke Ichigo.

"Aku akan mencoba menjawab pertanyaan yang paling sulit ini, yang dilontarkan Rukia." Secara aneh ekspresi Ichigo menjadi menyebalkan a la Tony Stark yang menjawab tantangan.

Aku menahan nafas menunggu Ichigo menjawab, sepertinya Orihime yang di dekapanku melakukan hal yang sama.

"Aku tidak mengerti Rukia, kau akan mengambil keputusan untuk mengorbankan dirimu untuk Sado dan lainnya. Antara kau sangat bodoh atau berlagak sok pahlawan. Aku sangat tidak bermasalah dengan keputusanmu, apapun itu."

"Apabila kau bertanya mana yang akan aku selamatkan antara kau dan Chad, aku akan mengambil keputusan dengan menyuruh Chad terus berenang hingga mencapai daratan, karena aku juga punya kepercayaan bahwa dia pasti selamat." Ichigo menjawab santai.

Aku merasa paru-paruku menciut seketika karena menahan nafas terlalu lama.

"Lalu apa yang kau lakukan setelahnya, Ichigo? Kau menyuruh Chad untuk terus berenang dan bagaimana dengan Kuchiki-san yang tidak kuat berenang?" Tatsuki bertanya pada dalang seolah ini cerita bersambung.

Tiba-tiba Ishida terkekeh. "Aku tahu apa tindakan bodohmu selanjutnya, Kurosaki!"

Aku dan lainnya menjadi bengong. Apa yang Ishida Uryuu katakan?

Ichigo tertawa pelan dan menuangkan champagne ke gelasnya. "Kau bisa membaca pikiranku, tapi aku masih enggan memanggilmu teman satu tim yang saling percaya."

Ishida tertawa mengejek dan ikut mengambil gelas champagne miliknya. Membawa gelas itu ke udara menunggu Ichigo mengkopi gerakannya.

"Untuk tim dan partner seumur hidup." Ishida berkata dan diikuti Ichigo mengulangi kata-kata Ishida.

"Untuk tim dan partner seumur hidup."

"And you smell like Chocolate." Ichigo berkata dan kali ini Ishida mengulangi kata-kata Ichigo.

"And you smell like Chocolate.."

Sepertinya hanya mereka yang mencoba menjadi Cool Kids di sini, yang lain hanya The Fool. Aku tidak mengerti begitu juga yang lainnya.

"Apa artinya ini? Smell like Chocolate? Kalian menghisap ganja?" Tatsuki menuduh mereka. Tapi keduanya tidak peduli.

"Lalu apa tindakanmu terakhir Ichigo?" Renji sekarang host di penghujung acara.

Ichigo masih meneguk sisa champagne dan menunggu Ishida yang menjawab. Tetapi, Ishida member isyarat dengan matanya dan menunjuk gelas champagne kosong miliknya ke Ichigo—kau yang harus menutup dengan cantik drama ini.

Ishida dan Ichigo seperti geng anak band indie yang saling percaya dalam masa depan band mereka. Punya bahasa isyarat penting yang hanya mereka sendiri yang bisa menggunakannya.

"Tatsuki." Ichigo menjawab tenang. "Pertama, smell like chocolate kemungkinan istilahnya seperti sehabis mengihisap ganja, chocolate kata ganti untuk ganja. Begitulah menurut The 1975, ya 'kan hey Ishida?" Di balas dengan anggukan dari designer itu. Ichigo melanjutkan. "Kedua kami tidak pernah menghisap ganja, kecuali Ishida yang membakar rumput liar dan menghisapnya di pekarangan rumah lama Inoue di Karakura dulu agar Inoue bersedia menjadi pasangannya di farewell party kita saat tahun ketiga High School." Ichigo membuka rahasia. Orihime dan Ishida tersipu.

"Lalu artinya smell like chocolate dalam konteks kalian?" Aku yang bertanya.

"Seperti kau dan Sado, partner dalam tim, kepercayaan. Sekalipun Sado berbuat kejahatan kau tetap membantunya. Aku juga begitu dengan Ishida, Sado, Renji, dan lainnya. Kepercayaan dalam tim."

"..dan Renji jawaban untuk pertanyaanmu." Ichigo meletakkan gelas kosong di atas meja dan seketika menatapku. "Apa yang aku lakukan setelah menyuruh Sado tetap terus berenang dengan kepercayaan dia pasti selamat."

Ichigo berkata kepadaku seolah akulah yang memberi pertanyaan. Dengan tegas dan tanpa berkedip ke arahku.

"Bahwa aku tidak berkeberatan tenggelam bersama Rukia ke dasar lautan."

Now we run away from the boys in the blue

And my car smells like chocolate

Hey now think about what to do

Think about what to say, I think about how to think

Pause it, play it

Pause it play it,

Pause it!


See you at second chapter!

Author's Epilog: Kemungkinan Ichigo dkk ini anak 90an dan masih ter-influence 80an, playlist Kubo Tite macem Bad Religion dan mendeskripsikan Ichigo penyuka The Godfather dan Al Pacino. Makanya saya yakin Ichigo seperti young adult man yang lahir era 80 akhir dan 90 awal, kira-kira playlist yang kemungkinan didengar pria-pria seperti Ichigo adalah seperti kompilasi di atas. Rukia pasti teracuni playlistnya dari Ichigo.

Ada tujuh (7) tracks yang sudah disiapkan di a-side dan b-side . Beserta ceritanya. Total ada sepuluh (10) tracks terdiri dari berbagai genre, rentang generasi, dan yang pasti recommended track.

Ada istilah kampret: Happy people listen to the music, sad people listen to the lyric.

Kali salah satu dari kalian karya FF nya bisa di adaptasi ke film kan macem Fifty Shades of Grey dari fandom Twillight Saga. siapa tahu kan? kabar-kabar ya kalau sudah terkenal. Ehehe.

Thanks for reading, ladies!

Review and discuss are very welcome.

Rimrim-chan