Sampai tiba saatnya...

Akasuna Sakura

Tidak ada pandangan memuja saat ia lewat, semuanya berjalan normal seperti satu bulan lalu saat pertama Sakura menginjakkan kakinya di tempat ini. Kelas terakhirnya di semester ini baru saja selesai. Selanjutnya hanya tinggal kuliah lapangan dan ujian akhir semester. Wajahnya cerah tak seperti biasa, kelewat senang sepertinya. Beberapa kali Sakura senyum-senyum sendiri membuat orang-orang yang dilaluinya beberapa ada yang memandang aneh. Penampilan aneh, sifat juga aneh begitu mungkin sekiranya yang ada di kepala mereka.

Kuliah lapangan selama satu bulan dan ujian akhir semester, Sakura sangsi tidak akan melewatinya. Untuk apa? Toh gelar sarjana sudah ada di tangannya. Jangan bingung dulu, ceritanya baru akan dimulai.

"Haruno Sakura." Kaki mulus yang tertutup rok panjang kebesaran itu berhenti melangkah. Sakura mendongak ingin tahu siapa yang menghentikan langkahnya ditengah koridor yang agak ramai kali ini. Setahu Sakura nanti malam ada perayaan dies natalis salah satu perhimpunan di fakultas bisnis. Beberapa orang ada yang ikut menengok ke arah mereka saat suara lantang itu bergema.

"Ya?" Suara Sakura seperti suara burung yang sedang mencicit, sangat kecil. Ia memandang tak mengerti orang di depannya. Ada perlu apa?

"Jadi kau—" Haruki, Sakura tahu gadis ini, dia cukup terkenal dikalangan mahasiswa fakultas tempatnya berada, memandang Sakura dari kepala sampai ke kaki dengan pandangan remeh lalu mendecih. Rambut pink dikepang 2, rok panjang kebesaran, kemeja yang sama kebesarannya, juga kacamata bulat"—kau orangnya." Sakura makin bingung, apanya yang salah? Netra hijaunya ikut memandangi sekujur tubuhnya yang terjangkau, apa yang salah dengan bajunya? Sakura menghela napasnya.

"Ada perlu apa?"

"Kau seharusnya tahu, siapa dirimu dan dimana tempatmu."

Sakura menaikkan alis kanannya, apa-apaan gadis ini tiba-tiba menyemprotnya dengan kata-kata tidak pantas begitu. Sakura tahu betul apa maksudnya, ia tidak bodoh. Gadis ini meremehkannya, sedang melabraknya. Dari balik kacamata besarnya Sakura bisa melihat raut kekesalan yang tipis-tipis muncul di wajahnya. Tapi karena apa? Setahunya, Sakura tidak pernah punya masalah dengan Haruki, kenal saja tidak. Hanya sekedar tahu. Catat itu!

"Jangan dekati pria ku!"

Raut wajah Sakura berubah, kini ia mengerti kemana arah pembicaraan mereka sekarang. "Utakata? Kau salah paham nona, aku hanya teman satu kelompoknya."

"Aku tahu, tipikal gadis sepertimu. Gadis bodoh yang diam-diam menaruh hati pada pria tampan seperti kekasihku. Hidup ini bukan drama, jangan bermimpi itik buruk rupa sepertimu berubah jadi angsa cantik."

Sakura sedikit menganga. Bodoh katanya? Duduk di bangku SD hanya 4 tahun dan dua kali meloncat kelas karena otaknya yang terlalu encer dibilang bodoh? Demi pacar-pacar Sasori. Sakura tidak terima.

"Kau takut?"

"Takut? Cih." Haruki tolak pinggang. Posenya seperti model junior yang berlagak di sesi pemotretan. Celananya terlalu ketat batin Sakura.

"Lalu kenapa melabrakku?"

"Aku hanya tidak suka kekasihku dekat-dekat dengan gadis serigala berbulu domba sepertimu."

Sakura kesal, baru mengatainya bodoh sekarang mengatainya serigala berbulu domba? Hei, kenal saja tidak!

"Kalau kau takut kekasihmu ku rebut, maaf nona kekasihmu bukan seleraku sama sekali. Aku tidak suka. Selera ku tinggi." Kali ini Haruki yang menganga, benar ini yang namanya Haruno Sakura? Yang kata teman-temannya pendiam dan lemah?

Sakura agak gerah jadi tontonan orang-orang di koridor dengan topik pasaran, memperebutkan laki-laki. Bukan. Ralat. Masalah seorang gadis yang takut lelakinya direbut. Apa tidak ada topik yang lebih menarik untuk dipermasalahkan? Bursa saham misalnya?

"Jangan pesimis. Pacarmu benar-benar bukan seleraku." Kalimat tadi jadi penutup sebelum Sakura berlalu dengan senyum yang lagi-lagi membuat Haruki menganga tak percaya. Mau balas ucapan Sakura tapi si pinky itu sudah hilang.

"Sialaaaaaan!"

Brave

Sasuke, Sakura

"Halo Kaa-san aku sedang dijalan.. iya, baiklah aku mengerti. Aku mencintaimu."

Akasuna Sakura.

Hidup di dunia yang bagaikan dongeng. Hidupnya sempurna. Sangat sempurna sampai-sampai dirinya bosan.

Sebulan lalu Sakura kabur.

Semua orang dibuat sibuk dan cemas saat dirinya hilang, sementara Sakura di luar bersenang-senang.

7 hari pertama memang menyenangkan untuknya, namun hari selanjutnya hingga kemarin namanya tiba-tiba berubah menjadi Haruno Sakura. Setelah neneknya tahu dimana cucunya berada, wanita itu bukan membawanya pulang tapi malah menghukumnya. Bukan hukuman sih sebenarnya, sebagai nenek yang baik Akasuna Arishu hanya mewujudkan impian cucunya yang berkata:

Ingin merasakan hidup tanpa Akasuna

Dan rasakanlah Sakura!

Sakura hidup di dunia belantara dengan fasilitas dan identitas seadanya. Satu lagi, ia baru boleh kembali setelah menghasilkan provit di salah satu cabang perusahaan Akasuna yang terancam kritis.

"Nona kita sudah sampai."

Sakura mengalihkan perhatiannya kembali ke dunia nyata setelah berlayar ke masa sebulan yang lalu.

"Terimakasih Yamato-san sudah membantuku." Ujarnya dengan senyum.

"Sudah tugas saya."

Yamato bejalan di belakang Sakura keluar pesawat yang baru membawa mereka dari India.

Perjalanan bisnis.

Ada meeting penting yang harus dihadiri Sakura disana berhubungan dengan perusahaan yang baru dikembangkannya. Kepalanya tidak bisa diam, Sakura menoleh ke kanan-kiri mencari seseorang yang sudah sangat dirindukannya satu bulan ini. Hanya dirinya saja yang tidak menjenguk Sakura selama dihukum.

Moodnya kembali rusak. Janjinya mau datang menjemput.

Pasti sedang dengan wanita-wanitanya dasar playboy. Batinnya kesal.

"Langsung ke kampus saja ya, aku minta tolong sekali lagi untuk surat pengunduran diriku Yamato -san."

"Ah, tidak perlu nona. Biar saya saja yang kesana." Yamato tahu benar nonanya ini mabuk karee. Datang kesana disuguhi karee, pulangnya juga makan karee.

"Tidak, aku mau ikut."

"Baiklah."

oooo

Sakura merasa biasa menjadi pusat perhatian, tapi tidak di tempat ini, di tempat dirinya biasa diacuhkan. Yamato berjalan di belakangnya dengan tenang. Sakura kembali setelah satu minggu tidak muncul untuk mengurus pengunduran dirinya. Memang dia bukan mahasiswa resmi, tapi setidaknya namanya pernah ada di daftar mahasiswa Universitas ini.

Di koridor yang sama, dan posisi yang sama langkahnya terhenti lagi oleh orang yang berbeda. Sakura memandang malas orang di depannya, kemarin perempuannya sekarag lelakinya.

Utakata.

"Sakura."

Sakura menolehkan kepalanya ke arah Yamato. "Yamato-san duluan, temanku sepertinya mau bicara."

"Baik nona." Orang kepercayaan Sasori itu berlalu setelah membungkuk di depan Sakura. Situasi ini membuat beberapa orang yang 'ngeh' dengan Haruno Sakura merasa aneh. Satu minggu tidak muncul, lalu kembali dengan wujud baru yang jauh lebih cantik, dihormati orang yang lebih tua darinya pula.

Sakura makin malas saat Haruki muncul dan ikut bergabung dengan mereka.

"Ada apa?" Tanya Sakura to the point. Sakura sudah malas berurusan dengan queen and king of drama di kampus ini.

"Kau kemana saja?"

"Bukan urusanmu Haruki-san." Nada bicara dibuat seramah mungkin. "Seminggu tidak muncul, kau operasi plastik?" Sakura menaikkan sebelah alisnya. Sebegitu jelekkan Haruno Sakura sampai-sampai langsung disuguhi pertanyaan begitu saat dia kembali? Sakura sudah selesai dengan analisanya, dari pertanyaan yang sudah-sudah, nona Haruki ini memang tidak sopan.

Tidak ada tanggapan, Haruki kesal. Sedetik kemudian dia tersenyum lalu merangkul lengan Utakata. "Kau tahu sayang apa yang dikatakannya minggu lalu. Kau bukan seleranya, kau tidak selevel dengannya."

"Hei." Sakura tidak setuju. Dia memang tidak selera melihat pria ini, tapi demi rambut merah Sasori, Sakura tidak pernah membahas tentang level.

"Apa?" Haruki tersenyum, Utakata mudah sekali terpancing. Mata hitam lelaki itu beralih menatap Sakura. "Kau pikir kau siapa?"

Sakura menghela napas, opera sabun akan segera dimulai.

Mata Sakura terbelalak kaget saat tiba-tiba tangan Utakata meraih lehernya dan membawanya menabrak tembok. Sakura tidak ada persiapan sama sekali akan diserang secara fisik begini. Haruki tersenyum manis di belakang Utakata.

"Kau pikir aku mau denganmu? Jika bukan karena taruhan, aku juga malas mendekati gadis jelek sepertimu—" Utakata mendekatkan wajahnya ke telinga Sakura. "—ku akui kau sekarang sangat cantik Sakura." Sedetik kemudian kembali menjauh.

"Kau yang harusnya tahu tempat jalang!"

Bugh

Utakata langsung mendapat bogem mentah saat teriakannya selesai. "Utakata—" Haruki menghampiri kekasihnya yang jatuh tersungkur. "—kau! Siapa kau?"

"Kau beruntung rahangmu tidak patah." Desisnya dingin. Sakura ditariknya ke belakang, napasnya masih agak tersenggal. "Gaara." Gumamnya.

"Jangan ikut campur urusan orang!" Utakata bangkit dengan satu kepalan tangan yang ditujukan pada Gaara.

Bugh.

Kali ini bogeman yang diterima Utakata lebih kencang dari sebelumnya.

"Kau juga beruntung hanya berurusan denganku."

Sebelum Gaara menendang perut Utakata, Sakura menariknya menjauh dari tempat itu. Koridor yang awalnya sepi kini mulai ramai.

"Sudah."

"Kau tidak apa-apa?"

Gaara menelisik ke arah leher Sakura, tanda kemerahannya sudah mulai pudar, lelaki itu tidak benar-benar mencekik Sakura. Gaara serius, untung yang datang dia, bukan Sasori. Ia berani bersumpah jika Sasori tahu adiknya dilecehkan seperti ini Utakata mungkin hanya tinggal nama.

"Kenapa kau yang datang? Kenapa bukan nii-san?" Gaara tersenyum, Sakura sudah seperti biasa lagi. Kejadian tadi bukan apa-apa untuknya.

"Aku juga nii-san mu."

"Iya-iya aku tahu. Tapi Sasori-nii berjanji menjemputku di bandara pagi ini."

"Dia ada meeting mendadak—" Gaara tidak terlalu fokus saat bicara saat matanya menangkap kehadiran Yamato di ujung koridor. Ada pesan dari Sasori untuknya, Gaara bisa keburu lupa jika tidak langsung menyampaikannya. "—Sakura kau tunggu di mobil ya kita makan malam di luar nanti, aku mau bicara dengan Yamato dulu."

"Haaaa'i." Sakura menjawab dengan malas.

Menunggu Gaara pasti lama.

Sakura tersenyum, kenapa harus menunggu jika bisa kabur?

"Aku berangkat duluan saja ya Gaara-nii." Gumamnya rendah. "Iya Sakura, nanti aku menyusul." Gumamnya lagi meniru suara datar Gaara.

oooo

Beberapa orang memandangnya dengan pandangan memuja. Cantik. Itulah satu kata yang terlintas di benak setiap orang yang melihatnya. Wajah rupawan, tubuh sintal, kaki jenjang, rambut indah.

Akasuna Sakura.

Tubuhnya berhenti disebrang restaurant besar yang didominasi dengan kaca terbuka. Di dalamnya tidak terlalu ramai untuk ukuran weekend seperti sekarang. Tempat yang nyaman untuk sekedar bersantai sambil minum kopi dan makan roti. Bukan bangunan unik itu yang menyedot perhatian Sakura, tapi orang di dalamnya.

Lelakinya.

Lelaki Uchihanya berhadapan dengan perempuan lain di dalam sana di pojok ruangan, yang Sakura yakini dia bukan client Sasuke.

Sudah biasa.

Sudah biasa seperti ini. Bukan Sasuke namanya jika hanya jalan dengan satu perempuan. Akasuna Sakura saja tidak cukup, Sakura tersenyum miris. Benarkah? Bahkan Sasuke secara terang-terangan menolaknya dari dulu. Lelaki itu melakukan segala cara agar Sakura menjauh dan berhenti mengikutinya.

Sakura menghela napasnya. Ia ada disampingnya saja lelaki itu masih bisa menggandeng perempuan lain di depan matanya, catat lagi! Di depan matanya! Apalagi ditinggal satu bulan?

Sakura jalan cepat kearah restaurant yang tidak mau ia hapal namanya. Satu lagi tempat yang akan ia blacklist dari ingatannya.

Kakinya berhenti tepat di depan mobil sport putih yang terparkir di depan.

Maaf, umurmu hanya sampai malam ini.

Prang.. ciiiit...

Kaca bagian depan mobil Sasuke pecah dengan sempurna, badan kanan mobil tergores dalam dan panjang. Ulah Siapa? Akasuna Sakura. Beberapa orang yang lewat terlihat kaget tak percaya. Perempuan ini gila atau apa? Ada yang berteriak karena saking kagetnya. Bisa dibayangkan? Suasana yang amat tenang dibuat riuh karena seorang Akasuna Sakura?

Tanpa menoleh kanan-kiri atau belakang, Sakura melanjutkan langkahnya. Perempuan itu menghiraukan orang-orang yang memanggilnya tak percaya. "Hei, nona!"

Sasuke?

"Sasuke-kun mobilmu." Perempuan berambut gelap di depannya shock melihat kejadian tadi.

Wajah Sasuke datar seperti biasa. Tak ada emosi apa pun di wajahnya. Dalam hati? Kesal setengah mati! Sasuke melangkahkan kakinya keluar restaurant. Hasil karya Sakura.

Mobil kesayangannya.

"Hn."

Drrt..

Sasuke mengeluarkan ponselnya, ada 1 pesan masuk.

oooo

Sakura berjalan cepat tanpa menghiraukan panggilan dan teriakan-teriakan orang di belakangnya.

Gadis itu mengeluarkan handphonenya, dengan tangan yang gemetar Sakura mengetikkan pesan singkat untuk seseorang.

Matanya memandang kosong ke arah depan. Benar-benar kosong sampai-sampai tidak memperhatikan lampu hijau khusus penyebrang sudah berganti menjadi merah. Jalanan sudah sepi dari pejalan kaki, beberapa mobil sudah mulai maju.

Tiiiiin

oooo

From: Sakura

Kau menghancurkan hatiku

Aku menghancurkan mobilmu.

Jadi, aku lakukan hal yang sama.

Kita lihat siapa yang akan tertawa pada akhirnya...

To be continue...

Hai..mohon maaf sebelumnya, fict ini aku buat sebagai pengganti skyfall yang aku hapus, maaf aku ngga tau gimana progres skyfall kedepannya jadi aku rombak semuanya, isi ceritanya blablabla dan hadirlah fict ini. Semoga suka yaa..

Be brave!