Because it's not a reason

By. Hikari Hyun Arisawa

.

Disclaimer : Naruto milik Masashi Kishimoto.

Rated : M

Genre : Hurt/comfort, Romance

Summary : Disaat Sasuke merasa Sakura dan Sarada dalam bahaya, ia mengirimkan Itachi dengan tubuh Edo Tensei untuk melindungi mereka. Bagaimana jika Itachi merasa ada yang salah dalam rumah tangga adiknya? Canon, Read and review~

.

.

.

Sudah hampir larut malam ketika seorang wanita berambut pink keluar dari ruang kerjanya di rumah sakit Konoha. Ia berjalan menyusuri lorong rumah sakit sambil membawa beberapa catatan medis milik pasiennya. Dia sudah cukup lelah dengan pekerjaannya hari ini.

Pekerjaan membuatnya melupakan rasa gelisahnya. Sama seperti saat dulu ia berlatih dengan giat untuk menjadi seorang ninja medis, tak lain sebagai bentuk pengalihan.

Pengalihan pada perasaannya.

'Aku kuat.' Ia beberapa kali mengulang kata-kata itu dalam hatinya saat bekerja. Alih-alih menguatkan diri bahwa ia juga kuat menjalani semuanya sendirian. Tanpa suaminya.

"Sakura-chan!"

Wanita berambut pink itu menengok kebelakang saat ia mendengar seseorang memanggil namanya.

"Naruto?" Melihat sahabatnya mendekat ke arahnya, Sakura memiringkan sedikit kepalanya.

"Sedang apa malam-malam begini?"

Naruto menunjukan cengiran khas nya saat menjawab, "Kau taulah, Hokage banyak pekerjaan hehehe."

Sakura hanya tersenyum tipis. Ia menatap sahabatnya yang kini terlihat begitu dewasa meski tingkah lakunya masih saja sering membuat orang-orang tertawa.

"Kau mau kemana? Tidak pulang ke rumah?" wanita berambut pink itu tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya. Ia tahu ini bukanlah jalan menuju tempat tinggal Naruto dan keluarganya sekarang.

"Aku akan pulang setelah mengantarmu pulang, Sakura-chan," jawab Naruto sambil mulai berjalan mendahului Sakura.

Sakura sempat terdiam sebentar sebelum akhirnya ikut berjalan di sebelah sahabatnya, "Apa terjadi sesuatu?"

Ia tahu pekerjaan Naruto sebagai Hokage ketujuh sudah sangat menyita waktunya. Jika seorang Hokage sampai menyempatkan diri untuk bertemu dengannya larut malam seperti ini, pastilah terjadi sesuatu –atau mungkin ingin menyampaikan sesuatu yang begitu penting.

"Ya ampun, Sakura-chan. Kenapa harus bertanya hal serius begitu 'sih? Benar-benar tidak asik."

"Naruto-baka! Cepat beritahu aku ada apa!" Sakura mulai tidak sabar untuk mengetahuinya.

"Ehehehe, aku memang tidak bisa menyembunyikan apapun darimu ya."

"Apa ini tentang rumah sakit? Atau mengenai misi rahasia?"

"Bukan. Bukan hal seperti itu. Kau sudah bekerja keras sebagai ninja medis. Konoha sangat beruntung memiliki kunoichi sepertimu. Karena itulah..."

Sakura sedikit menahan nafas menunggu Naruto menyelesaikan kalimatnya.

"-aku bermaksud memberimu kupon gratis Ichiraku Ramen! Eehehe."

"Naruto! Jangan main-main!" Sakura menjitaknya.

"Awww! Sakura-chan, aku bisa melaporkanmu karena melukai Hokage," Naruto berpura-pura cemberut. Ia tahu Sakura segera mengalirkan chakra penyembuhan untuk menghilangkan rasa sakit di kepalanya.

"Laporkan saja, setelah itu kau tidak akan punya ninja medis sehebat aku yang akan mengurus rumah sakitmu," Sakura menjulurkan lidahnya untuk meledek Naruto. Ia tertawa melihat wajah Naruto yang cemberut karena tidak bisa membalas perkataannya.

Naruto terdiam sejenak melihat Sakura tertawa lepas. Sudah lama sejak saat itu. Saat suami Sakura pergi untuk misi yang sangat rahasia selama bertahun-tahun. Naruto hampir tidak pernah melihatnya tertawa selepas itu.

"Syukurlah."

"Eh? Kau bilang apa, Naruto?" Sakura menghentikan tawanya dan menatap Naruto dengan pandangan bingung.

"Senyum Sakura-chan adalah yang terbaik. Aku harap kau bisa selalu tertawa seperti itu."

"Naruto..." Sakura menghentikan langkahnya.

"Terima kasih, Naruto. Kau begitu baik," Sakura kembali tersenyum menatap sahabatnya.

Naruto hanya menunjukan cengiran khas-nya.

.

.

.

Sesaat mereka terdiam dalam pikiran masing-masing sambil terus berjalan di sepanjang jalan yang telah sepi –mengingat sudah larut malam sejak Sakura selesai dengan pekerjaannya.

Tak terasa mereka telah sampai di depan rumah Sakura. Rumah yang dihiasi lambang kipas untuk menandakan bahwa yang tinggal di sana adalah keluarga Uchiha.

Naruto menghentikan langkahnya. Ia menatap lambang klan Uchiha yang berada di rumah itu. Kini ia harus mengatakan hal yang sebenarnya ingin dia sampaikan kepada Sakura.

Seakan tahu bahwa Naruto ingin berbicara serius kali ini, Sakura hanya terdiam dan menunggu Naruto untuk memulai pembicaraan mereka.

"Sasuke memberiku sebuah kabar yang mungkin akan membuatmu sedikit terkejut," ucap Naruto.

Sakura melebarkan matanya mendengar nama suaminya disebut. "Sasuke-kun? Apa yang terjadi dengannya?"

"Bukan. Ini mengenai Sarada."

"Sarada?"

"Dia merasa musuh kali ini mengincar sesuatu yang ada hubungannya dengan klan Uchiha. Entah apa tujuan mereka, yang jelas Sasuke merasa Sarada dalam bahaya."

"Jadi dia akan pul-"

"Tidak, Sakura-chan. Kali ini dia belum bisa pulang. Dia mengirimkan seseorang untuk kalian. Untuk menjaga kalian."

"Apa? Mengirimkan seseorang..."

Sakura menundukan wajahnya. Ia merasa aneh mendengar suaminya tiba-tiba berniat mengirimkan seseorang untuk menjaga Sarada. Sakura selama ini merasa sudah aman berada di desa bersama dengan shinobi hebat seperti Naruto, Kakashi-sensei, Hinata, Shikamaru, Ino, dan yang lainnya.

Jika Sasuke sampai mengirimkan orang untuk secara khusus menjaga keselamatan putri mereka, artinya Sarada memang dalam bahaya.

Ia mengepalkan tangannya dan menatap Naruto dengan wajah serius. "Siapa pun musuh kali ini, aku tidak akan pernah membiarkan mereka menyakiti putriku."

Naruto tersenyum melihat semangat Sakura, "Sebagai Hokage, aku juga tidak akan membiarkan hal seperti itu terjadi. Jadi Sakura-chan, kau harus segera melapor jika ada hal yang mencurigakan."

"Aku mengerti. Tapi... apa suamiku saat ini baik-baik saja?"

"Jangan berwajah murung seperti itu, Sakura-chan. Aku tahu kau mengkhawatirkan dia. Tapi untuk saat ini, fokuslah pada Sarada. Dia membutuhkanmu."

Sakura mengangguk. "Kau benar. Aku harus fokus pada Sarada."

"Nah, karena sudah mengantarmu pulang, jadi aku juga harus segera pulang. Ehehehe selamat malam, Sakura-chan."

"Terima kasih, Naruto. Selamat malam," Sakura tersenyum saat melihat sahabatnya itu melompat ke atas atap rumah.

"Ah, ada yang belum aku katakan. Orang yang dikirim oleh Sasuke akan datang besok. Jadi datanglah ke kantor Hokage besok pagi."

"Apa? Besok kau bi-" belum sempat Sakura melanjutkan kalimatnya, Naruto sudah berlalu dari tempat itu.

Mendengus pelan, Sakura melangkah masuk ke dalam rumahnya. Ia segera mengunci kembali pintu rumahnya. Dengan langkah cepat ia langsung menuju kamar putri kesayangannya, Sarada Uchiha.

Senyum tipis menghiasi wajah cantiknya saat ia melihat Sarada sedang tertidur pulas. Perlahan, Sakura membenarkan selimut Sarada dan diusapnya lembut rambut putrinya itu.

Sarada kini berusia delapan tahun. Ia sudah menjadi Ibu selama delapan tahun. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sasuke telah pergi begitu lama untuk misi rahasia yang hanya diketahui olehnya dan para kage.

Untuk menjaga putri mereka, tidak kah Sasuke berfikir untuk pulang?

Meski tahu alasan Sasuke untuk pergi tetap saja di dalam hati kecilnya, ia merasa ada yang kurang dalam keluarga mereka. Seandainya saja ia bisa egois dan menahan Sasuke untuk tidak pergi, kemudian menyuruh orang lain untuk menggantikan misi tersebut. Jika saja ia bisa begitu.

Tapi tentu saja, tidak mungkin. Hanya Sasuke yang bisa melacak keberadaan musuh dengan Sharingan miliknya. Dan alasan yang paling penting adalah, Sasuke tidak akan mau tinggal, sekali pun ia memaksa. Ia bukanlah orang yang bisa merubah keputusan Sasuke.

Mengingat Sasuke, Sakura jadi penasaran siapa orang yang dikirim untuk menjaga Sarada. Apakah itu Jugo? Mengingat Jugo adalah rekan Sasuke yang paling setia padanya. Atau mungkin Suigetsu? Manusia air yang bisa selalu mengawasi Sarada. Atau 'kah Karin? Tidak, tidak. Tidak mungkin Karin. Sakura bahkan lebih bisa melindungi Sadara dibanding Karin. Kalau dipikir-pikir, seseorang yang dikirim itu pasti lah kekuatannya melebihi Sakura. Tidak mungkin Sasuke mengirim seseorang dengan kemampuan di bawah Sakura, itu hal yang tidak berguna. Dan Sasuke tidak akan melakukan sesuatu yang menurutnya tidak berguna. Sakura tahu itu.

'Apa jangan-jangan Orochimaru?' pikir Sakura dalam hati. 'Astaga, apa benar Orochimaru?' Sakura menjadi sedikit gelisah membayangkan Sarada akan diawasi oleh Orochimaru. Membayangkannya saja sudah membuat Sakura tidak bisa tenang.

.

.

.

.

Sakura baru akan meninggalkan kamar Sarada ketika ia merasakan ada bayangan yang bergerak masuk ke dalam kamar. Dengan cepat ia memeriksa bawah ranjang Sarada dan menemukan bayangan itu bergerak cepat untuk kabur dari Sakura.

"Siapa kau?!" bentak Sakura yang membuat Sarada kaget dan terbangun.

Sakura mengejar bayangan itu dan melihat bahwa sosok bayangan yang ia lihat mirip dengan juubi. Hanya aja ukurannya kecil. Dan sesuatu yang mirip juubi itu memiliki sharingan di bola matanya.

Sakura masih mengejarnya sampai ke halaman depan rumah dan seketika makhluk kecil itu menghilang dengan jurus yang mirip dengan kamui milik Obito.

Pasti ada seseorang yang memindahkan makhluk kecil itu. Seseorang itu pasti berada di sekitar sini. Astaga, Sarada. Sarada dalam bahaya!

"Mama."

Sakura melihat Sarada yang berdiri di depan pintu rumah. Anak itu menatap ibunya dengan pandangan bingung. Ia sedikit ketakutan melihat ibunya yang baru saja mengejar makhluk kecil yang berasal dari kamarnya.

"Sarada, kemari!" perintah Sakura.

Sarada langsung menurut dan berdiri di belakang Sakura.

Sakura menatap sekeliling dan bersiap untuk menyerang jika ada musuh yang mendekat tiba-tiba. Ia merasa si pemakai jurus-yang-mirip-kamui itu masih berada di dekat mereka.

"Tetap di dekatku, Sarada," bisik Sakura.

.

.

.

Beberapa saat berlalu dan tidak ada serangan musuh sama sekali, Sakura mulai merasa bahwa mungkin mereka hanya datang untuk memata-matai, bukan untuk menyerang.

Wanita berambut pink itu langsung menggunakan kuchiyose no jutsu dan memanggil katsuyu.

Sakura menyebarkan katsuyu di bagian-bagian rumahnya dan menyuruh mereka untuk mengawasi rumah.

.

.

.

.

"Sarada, malam ini kau tidur denganku," ucap Sakura sambil menatap Sarada yang sedang menarik selimut dan bersiap-siap untuk tidur lagi.

Malam ini, Sakura bahkan tidak berniat untuk tidur. Ia mulai merasa apa yang Sasuke katakan benar, bahwa putri mereka dalam bahaya.

Meskipun Sakura seorang ninja yang memiliki kekuatan yang melebihi Hokage kelima, ia merasa disaat seperti ini, ia hanyalah seorang ibu yang mencoba melindungi anaknya.

Jika ia harus jujur, ia memang merasa takut. Bukan, bukan takut pada musuh. Ia takut tidak bisa melindungi Sarada. Ia takut terjadi sesuatu yang buruk pada anaknya jika ia gagal melindunginya.

Di saat seperti ini...

Di saat membingungkan seperti ini..

Dia tidak bisa menyangkalnya..

Ia sangat membutuhkan suaminya...

Ia sangat membutuhkan Sasuke.

"Sasuke-kun, kau dimana?" bisik Sakura lirih.

.

.

.

TBC.

Sorry buat typo dan yang lainnya. Bagi yang udah baca Naruto Gaiden chapter 5 pasti pernah liat makhluk kecil yang mirip juubi. Terus tau juga alasan Sasuke pergi selama bertahun-tahun. Awalnya aku ga begitu suka Naruto gaiden karna aku pikir disitu Sakura bakal menderita hidup seperti janda. Tapi setelah diikuti terus tiap chapter-nya, aku jadi suka. Dan geregetan sendiri sampe akhirnya balik ke Fanfiction lagi. ^^
So, what do you think about my story? Review please~