VIXX COUPLE

Romance –Fantasy –Romance

Cast: Hakyeon and Taekwoon (Leo)

Hakyeon sekali lagi mengganti handuk biru basah itu di atas kepala Leo, membalikkan handuk dengan suhu dingin itu berharap suhu Leo akan segera turun. Suhu pria itu tak normal –bahkan gila. Hakyeon masih sangat ingat saat dia mengukur suhu tubuh Leo, dan tebak berapa angka yang ditunjukan termometer alkohol miliknya.. 72 derajat! –Hakyeon tahu pasti suhu tertinggi yang bisa di ukur termometer itu hanya pada titik 78 derajat, menakjubkan bukan ? ah.. atau mungkin lebih bisa dibilang mengerikan ?

Hakyeon sedang menatap Leo dengan pandangan khawatir sekarang, pria itu tampak sangat tak baik baik saja dengan keringat yang terus mengucur di sekujur wajahnya. Leo memang menyebalkan –sangat malahan, tapi Hakyeon tetap tak bisa begitu saja mengabaikan pria itu, sungguh bukan dirinya sekali menyimpan dendam lama pada seseorang. Dan karrna-nya Hakyeon terus saja mengganti handuk basah di kepala Leo sambil terus berharap suhu pria itu turun. Hakyeon bahkan mengabaikan tangan-nya yang luka karna panas-nya kulit Leo yang menyentuhnya tadi.

Pria itu tetap pada duduk-nya sejak sejam lalu dia membuka pintu kamar ini, mengamati wajah tertidur Leo dalam diam. Hakyeon mengakui Leo itu tampan –tapi bukan berarti Hakyeon tak tampan, Leo hanya sedikit lebih tampan darinya, sedikit –tidak banyak.

Akkhh...

Hakyeon meringis, saat dirasa tangan-nya mulai nyeri, tangan Hakyeon tak bisa dikatakan baik baik saja sekarang, tangan itu melepuh karna panas tubuh Leo tadi ditambah lagi tangan-nya yang terus terusan basah karna harus mengganti kompresan Leo –bukan hal yang baik mengingat air dingin itu semakin memparah keadaan tangan Hakyeon

Hakyeon mengarahkan tangan-nya mengambil kotak P3K tepat dilaci meja nakas disamping-nya "akhh" ringis-nya lagi saat salep berwarna putih ke kuningan itu secara perlahan menyentuh tangan Hakyeon "bahkan tangan-ku tak sampai seperti ini saat menyentuh wajan panas" gumam-nya sambil terus mengolesi salep perlahan.

Ditatapnya lagi Leo yang sedang terlelap, tak lama pandangan Hakyeon beralih pada termometer yang diletakkan-nya pada ketiak Leo. Dia mengambilnya, mengecek apakah suhu Leo sudah cukup turun atau tidak "43 derajat" gumamnya. Helaan nafas lega Hakyeon keluar "setidaknya panas-nya sudah cukup turun" lanjutnya dan mulai berdiri keluar dari kamar

Hakyeon tak lantas beristirahat setelahnya –mengingat suhu tubuh Leo masih sangat panas untuk ukuran suhu normal. Pria itu menuju ruang tengah untuk mengambil selimut miliknya, "aku bahkan sampai lupa betapa dingin-nya malam ini" ucapnya. Itu memang benar, mengingat bagaimana keadaan Hakyeon sekarang –kaos tipis dan celana pendek yang tak membantu menghalau dingin sama sekali. Pria itu melupakan semuanya saat melihat Leo dengan keadaan mengenaskan seperti tadi, rasa kantuk,dingin, dan lelahnya seolah lenyap karna ke khawatiranya pada orang baru rumahnya itu –Hakyeon hanya bisa menertawakan dirinya sendiri saat mengingat betapa paniknya dia tadi, Leo bahkan bisa dibilang sangat kasar padanya, tapi lihat bagaimana Hakyeon mengkhawatirkan orang itu.

Setelah mengambil selimut, Hakyeon segera masuk menuju kamar dan kemudian mengganti kompres di atas kepala Leo, dan sekali lagi mengamati wajah tertidur Leo yang begitu damai

"hnnmm"

Hakyeon menautkan alis saat mendengar Leo berguman dalam tidurnya, pria itu tampak sedang bermimpi buruk dalam pandangan Hakyeon. Hakyeon perlahan mengenggam tangan Leo –pria itu mengingat bagaimana dulu ibunya selalu melakukan itu saat dia dalam keadaan buruk seperti sekarang "semoga ini akan membantumu seperti hal-nya aku" ucapnya dan semakin mengeratkan tangan-nya pada tangan Leo. Suhu pria itu tak begitu panas lagi sekarang mengingat tangan Hakyeon yang tak terasa begitu panas lagi saat menyentuhnya. Tangan Leo sangat nyaman –begitulah pikiran Hakyeon. Perlahan namun pasti Hakyeon mulai merasakan kantuknya lagi saat merasakan salah satu bagian tubuh-nya itu menghangat karna tautan tangan Leo –nyaman, sangat nyaman...

.

.

.

.

.

Mentari pagi mulai menyongsong kota NewYork saat jam dinding menunjuk pukul lima lewat. Perlahan cahaya ke emasan berjalan masuk pada celah celah gorden putih dikamar berukuran sedang dimana dua pria sedang dalam dunia mimpi mereka masing masing, pria yang satu sedang tertidur lelap diatas tempat tidur sedang yang satunya lagi sedang tertidur dalam keadaan terduduk dengan kepala yang berada dipinggiran kasur.

Tak begitu lama, cahaya matahari membuat pria yang sedang tertidur di tempat tidur terganggu –dia melenguh saat merasakan sinar matahari yang perlahan menyapa retina matanya. Dia terbangun, mengecek kearah tangan kanan-nya saat merasakan sesuatu yang janggal. Leo –pria yang adalah dewa itu menatap pria satunya yang sedang tertidur tepat disebelahnya dengan tangan yang menggenggam tangan-nya erat –itu hakyeon

Leo menatap hakyeon bingung sebelum menemukan tangan kiri Hakyeon yang tampak memerah. Leo bangkit dan menatap Hakyeon dalam diam "apa dia menyentuhku semalam?" tanya-nya entah pada siapa. Leo kemudian menarik tangan Hakyeon yang satunya dan meilhat-nya dalam "dia memang menyentuhku" lanjutnya saat melihat luka ditangan Hakyeon yang dipastikan-nya adalah luka bakar itu.

Leo kemudian mengalihkan pandangan-nya ke sekeliling dan mendapati benda seperti piring bubur tempatnya makan namun jauh lebih besar dengan air dan kain tebal berbulu didalamnya.

Dia tahu itu pasti benda seperti itu dipakai untuk menurunkan suhu tubuh –Leo pernah melihatnya entah berapa ribu tahun yang lalu. Pandangan Leo berubah melembut pada Hakyeon "aku bahkan mengasarimu selama aku disini, tapi kau tetap merawatku ? kau ini punya otak atau tidak" terdengar kasar –dan kurang ajar tentunya, tapi beginilah Leo menunjukan perhatian-nya. Leo sebenarnya cukup khawatir pada keadaan Hakyeon karna merawat dirinya. Seingat Leo, suhu tubuhnya seharusnya sangatlah panas dan hampir musta–

Tunggu dulu !

Leo menatap sekelilingnya, kemudian kasur yang ditidurinya, lalu hoodie coklat yang dikenakan-nya, dan semuanya baik baik saja –rapih, teratur dan… utuh!.

"bagaimana mungkin" ucapnya. Seperti yang sudah Leo katakan tadi, suhu tubuhnya sangat sangat panas –bahkan cukup panas untuk melelehkan apapun disekitarnya saat dia dalam keadaan seperti tadi malam. Melihat bagaimana keadaan kamar ini, dapat dipastikan bahwa suhu tubuh Leo tak naik seperti seharusnya

"mustahil, bagaimana bisa kompresan itu menurunkan suhu tubuhku?" pikiran Leo mendadak kalut, bingung dan entahlah –Leo bahkan tak bisa menjelaskan apa yang sedang terjadi pada dirinya sendiri sekarang, ini tak pernah terjadi sekalipun. Leo sempat memikirkan kemungkinan kemungkinan lain yang mungkin saja menjadi penyebab hal ini, tapi demi Underworld yang dipimpin-nya, tak ada satupun yang cukup bisa diterima olehnya untuk menjadi alasan akan semua yang terjadi disini. Sejauh yang di-ingatnya, bahkan Poseidon yang dewa sekalipun akan memilih menjauh saat Leo dalam keadaan seperti semalam. Bayangkan betapa panas-nya dia, akan sangat tak masuk akal bukan, jika kompresan kecil bisa membuat suhu tubuhnya turun ?

.

.

.

.

.

Sejam berlalu sejak bangun-nya Leo –hanya Leo, Hakyeon bahkan belum menampakkan tanda akan bangun sama sekali. Karna bosan, Leo memilih untuk sekali lagi mengitari rumah Hakyeon, pria itu tampak sangat serius dengan kegiatannya –meskipun pada kenyataan-nya Leo masih saja memikirkan kejadian yang baru saja menimpanya tadi.

"sampai kapan dia akan tidur" Leo menggerutu saat melihat Hakyeon yang masih sangat tenang dalam tidurnya, pria itu sebenarnya bisa saja membangunkan Hakyeon dengan paksa, tapi saat mengingat apa yang dilakukan Hakyeon semalam untuknya, Leo berpikir setidaknya dia harus sedikit berterima kasih untuk itu.

Leo kemudian menuju ke arah pintu depan dengan cepat lalu membukannya. Dingin yang menusuk –yang pastinya tak dirasakan Leo– segera menyapanya saat pintu dengan cat coklat tua itu terbuka. Leo menatap sekitanya dengan pandangan tertarik "bumi benar benar berubah" ucapnya dan melangkah keluar, menelik cermat berbagai benda yang sebagian besar tak dia tahu sama sekali, kursi, meja –Leo tahu yang ini, berbagai bentuk pot tanaman dan tentunya deretan bunga bunga dengan berbagai warna...

Leo menautkan alis saat melihat deretan bunga bunga ditaman depan rumah Hakyeon. Tak begitu lama hingga Leo mengalihkan pandangan-nya kearah lain –tentu saja berusaha tak perduli pada hal hal yang menurutnya tak begitu penting untuk-nya

Leo menunduk kemudian mengarahkan tangannya pada tanah sambil menutup mata. Leo bertahan dengan posisi itu cukup lama hingga helaan napas berat keluar dari bibir dewa penguasa Underworld itu "kekuatanku memang benar benar belum kembali" ucapnya pasrah.

Kekuatan Leo memang belum kembali –bahkan bisa dibilang tak akan kembali untuk sementara waktu, alasan inilah yang menjadi alasan Leo pingsan seperti semalam. Leo melakukan hal yang sama seperti sekarang saat semalam pria itu berada didalam kamar Hakyeon, yang berbeda hanyalah betapa keras kepalanya Leo semalam yang memaksakan dirinya sendiri. Pria itu tahu pasti bahwa kondisinya tak akan cukup baik untuk melakukan Theleis –prinsip-nya sama seperti telepathy, hanya saja Theleis menggunakan perantara tanah dan jangakauan yang jauh melebihi telepathy biasa. Tak perlu bertanya siapa yang coba dihubungi Leo semalam. –Leo tentu saja berusaha menghubungi dewa yang lain, tapi dengan kekuatannya yang sekarang, hal itu mungkin akan menjadi hal yang mustahil dilakukannya.

Leo memijat kepalanya yang mendadak pusing "aku bahkan tak bisa melakukan Theleis, memalukan!" ucapnya kesal. Maklum saja, dia adalah dewa yang menguasai Underworld, dan sebagai dewa yang menguasai tempat yang luar biasa besar itu Leo merasa dirinya benar benar tak berguna sekarang.

"sekarang aku hanya bisa berharap kalian-lah yang menemukanku" ucap Leo pasrah. Tak ada yang bisa dilakukan-nya sekarang. Leo hanya bisa menunggu sampai dewa lainnya menemukannya disini. Mengesalkan memang, tapi seberapa kesal pun Leo, tak akan ada yang berubah sama sekali. Bahkan jika Leo memaksakan untuk melakukan Theleis sekali lagi, itu tak akan ada guna-nya sama sekali –Leo bisa merasakan dengan jelas bahwa tubuhnya tak jauh berbeda dengan manusia biasa sekarang, tapi tentu saja dengan tenaga yang jauh berbeda –Leo sungguh bersyukur kekuatan-nya yang hilang tak berpengaruh sama sekali tenaga-nya. Sudah cukup memalukan buatnya tak bisa melakukan Theleis, setidaknya harus ada satu hal yang membuatnya berbeda dari orang dia dalam yang sedang tid–"jangan bilang dia masih tidur didalam" Leo menggeram kesal dan bergegas masuk kedalam rumah. Melangkah lurus dengan langkah kasar kearah kamar dimana Hakyeon sedang tidur sekarang. Tak butuh waktu lama hingga langkah lebar Leo sampai pada bibir pintu, Leo akan memaki Hakyeon saat menemukannya tidur dengan lel –

Tapi nyatanya tempat tidur itu telah kosong dan dalam keadaan rapih seperti semalam saat Leo pertama kali memasuki kamar itu.

"kau kemana saja oh ?"

Leo seketika mengalihkan pandangan-nya kearah suara yang barusan ditangkapnya. Itu Hakyeon dengan rambut basah dan handuk yang melingkar dipinggang-nya, menampakkan tubuh atasnya yang tanpa balutan pakaian sama sekali.

"bukan urusanmu" Leo mendecih lalu berlajalan lurus kearah sofa mengabaikan Hakyeon yang menatapnya kesal. Memilih tak perduli dengan kata kata Leo, Hakyeon masuk kekamar –tak begitu lama hingga Hakyeon keluar dengan termometer ditangan-nya "kemarikan tangan-mu" ucap Hakyeon

Leo seperti biasa tak menanggapi sama sekali, memilih diam dan menganggap Hakyeon seakan tak sedang ada disana.

Hakyeon memutar bola matanya malas "aku hanya ingin mengukur suhu tubuhmu dewa Hades, jadi tolong bekerjasamalah"

"aku baik baik saja bodoh"

"cih.. aku seharusnya mengambil gambarmu semalam, tampang mengenaskan dan keringat yang bercucuran itu benar benar tak seperti seseorang yang baik baik saja asal kau tahu" Hakyeon melempar termometer ditangan-nya kearah Leo "letakan itu diketiakmu dan bilang padaku berapa suhunya"

Hakyeon memilih meninggalkan ruang tengah dan kembali menuju kamar sebelum langkahnya terhenti karna panggilan Leo. Hakyeon berbalik dan mendapati Leo tengah berdiri dan menatapnya lekat "tangan-mu"

Hakyeon diam, tak lama sebelum dia mengarahkan tangan-nya kearah Leo"ini baik baik saja" senyum kecil Hakyeon merekah saat mengatakan itu, mengisyaratkan pada Leo bahwa dia memang baik baik saja "kau sebaik-nya mandi, aku akan membuatkan sarapan untukumu" lanjutnya dan segera masuk kedalam kamar, tapi sebelum benar benar masuk kedalam kamar Hakyeon berbalik "kau tahu kan apa itu mandi?" tanyanya –hanya sekedar memastikan. Untuk ukuran orang yang tak tahu apa itu bubur akan sangat wajar bukan jika dia juga tak tahu apa itu mandi ?

Tak perlu lama Hakyeon menunggu, pria itu segera disuguhkan dengan wajah dingin Leo yang kemudian diikuti langkah pria itu kearah kamar mandi, membuka pintu kemudian membanting-nya dengan keras "setidak-nya dia tahu apa itu mandi"

.

.

.

.

.

Setelah menyiapkan sarapan Hakyeon memilih memakan sarapan-nya lebih dulu –antisipasi jika Leo memakan makanan-nya lagi. Hakyeon sebenarnya cukup heran dengan apa yang dilakukan Leo didalam kamar mandi, sekarang telah berlalu setengah jam sejak Leo masuk dan pria itu tak kunjung keluar. Tapi berbeda dengan semalam Hakyeon tak begitu khawatir lagi sekarang mengingat suara gemercik air dan sesekali geraman kesal Leo yang terdengar bisa menujukan bahwa pria itu tak akan berakhir dengan kondisi yang sama seperti semalam.

Setelah menghabiskan sarapan-nya Hakyeon segera keluar rumah setelah terlebih dahulu memakai hoodie –ingatlah bahwa sekarang sedang musim gugur dan suhu diluar benar benar benar seperti di freezer.

Setelah membuka toko kecil milik-nya, Hakyeon kemudian melanjutkan kegiatan-nya dengan menata puluhan pot pot bunga didalam toko-nya dengan senyum merekah, menyirami beberapa tanaman dengan bunga yang telah merekah dengan indah-nya, dia memang selalu senang melakukan hal yang satu ini tak perduli seperti apapun keadaan-nya.

Sesekali Hakyeon menyempatkan diri menyapa beberapa orang yang lewat di depan tokonya, tersenyum manis lalu melambaikan tangan dan mengucapkan selamat pagi.

Sedang asik dengan kegiatan-nya Hakyeon tiba tiba dikejutkan dengan suara Leo yang entah muncul dari mana dan memanggil-nya "kau tak perlu sampai berteriak kan" Hakyeon agak berteriak sedangkan Leo hanya diam tak menanggapi Hakyeon dan memilih menatap diam pria didepan-nya itu.

"kau mau apa?" sekali lagi Leo tak menghiraukan-nya dan memilih melangkah kesisi lain toko kecil itu. Hakyeon menatap-nya malas, Leo memang menyebalkan

Memilih tak menghiraukan Leo, Hakyeon melanjutkan pekerjaan-nya mengurusi bunga bunga ditoko, sesekali Hakyeon melirik kearah Leo yang diam dan menatap tertarik pada bunga bunga disamping-nya "kau suka bunga?" tanya-nya dan Hakyeon hanya bisa mengeratkan giginya kesal, Leo benar benar tak menggubrisnya sama sekali.

"bunga ini.. apa mereka wajar mekar disaat seperti ini?"

Hakyeon melihat sekeliling-nya, memastikan bahwa Leo memang bertanya padanya tadi "kau bertanya padaku ?" dan sekali lagi Leo tak menjawab dan lebih memilih bunga didepan-nya. Hakyeon menghela napas kesal "ini pagi hari jadi tentu saja wajar jika bunga-nya mekar, tak ada yang aneh soal itu"

"akan aneh jika mekarnya di pagi musim gugur bodoh, bahkan sebagai seseorang yang bukan manusia, aku sendiri tahu soal ini"

Hakyeon menatap bunga-nya sebentar, kemudian senyum nan lebar mengembang diwajah pria berkulit eksotis itu "itu karna aku merawat-nya dengan baik" ucap-nya membanggakan diri.

Lain Hakyeon lain pula Leo. Pria itu menatap lama Hakyeon yang tengah tersenyum manis sambil sibuk dengan bunga bunga-nya setelah beberapa saat lalu membanggakan dirinya akan bunga bunga milik-nya. Entah apa yang dipikirkan Leo saat ini

"hhh... seandainya saja matahari bersinar lebih cerah, bunga-nya pasti akan mekar lebih indah dibanding sekarang" guman Hakyeon. Leo yang mendengar-nya hanya menatap datar punggung pria itu. tapi setelah-nya Leo kemudian mengarahkan pandangan-nya pada matahari dilangit, menatap-nya sebentar sebelum kristal hitam Leo berubah warna menjadi merah terang. Seakan diperintah, cahaya matahari kemudian mengarah tepat kearah toko bunga Hakyeon

"minggirlah" ucap Leo saat melihat kembali kearah Hakyeon –pria itu melihat dengan jelas bagaimana tubuh kecil Hakyeon mengahalangi sinar matahari yang tadi diarahkan-nya, tapi Hakyeon yang masih sibuk dengan aktifitas-nya tak mendengar itu.

Leo menatap jengah, pada dasar-nya dia memang tak begitu suka bicara, dan saat tak mendapat apa yang dinginkan-nya dari kata kata yang dilontarkan-nya tadi, Leo tak akan sudi untuk mengeluarkan suara-nya lagi. Pria itu lebih memilih menarik lengan Hakyeon –tentunya untuk menyingkirkan pria itu yang menghalangi cahaya matahari

Leo menarik lengan Hakyeon dengan cepat membuat pemilik-nya terhentak saking kaget-nya. Hakyeon yang memang bertubuh kecil tak bisa mempertahankan tubuh-nya sendiri hingga"kubilang ming-Heyy!"

BUGHH

"akhhh" rintih Hakyeon saat tubuh-nya yang tadi ambruk ditimpa Leo. Menahan sakit, pria dengan kulit eksotis itu menatap Leo diatas-nya, dan seketika fokus Hakyeon terpusat sepenuh-nya pada mata merah menyala milik Leo. Pria itu diam sesaat menatap dalam dalam Leo diatas-nya

"K-AAU !"

"Le-Leo-ya"

ToBeContinue

AN: maaf karna chapter ini di update lamaaaaaa banget, hehehe, aku lagi agak sibuk akhir akhir ini, tapi aku usahain chapter selanjut-nya gak bakalan nyampe seminggu udah di update lagi. Aku juga terima kasih buat yang udah review.. thanks banget ^^, ah.. satu lagi buat Rin-Chan Park.. thank you udah ngigetin.

Buat yang nunggu second chance, mungkin aku bakalan update barengan sama LTISFTY, chapter depan ada Hyukbin couple loh hehehe ^^

Oh, ya satu lagi, buat yang nanya aku Nam atau Yeo. Aku Yeo.. line 96. Ok udah dulu.. see ya minggu depan. Bye bye semuaaa ^^