Pair: KaiHun. Sligh! KrisHo, dan LuMin

Genre: Romance dan School life

Warning: Boys Love, Typo dan kata tidak baku.

MENGANDUNG LIME NOT LEMON.

.


Chapter 7…

.

.

Lusa adalah waktu yang menegangkan untuk Jongin, karena pada hari itu dia akan melihat bagaimama kemampuannya untuk menjadi tutor kekasihnya.

Yah, berhasil atau tidaknya Sehun pada lusa depan semua bergantung pada semangat pemuda pucat itu lagi karena sejauh yang Jongin ingat ia sudah memberikan seluruh kepintaran dan mengeluarkan seluruh kemampuan dan kesabarannya untuk mengajari Sehun yang bebal terhadap matematika.

Jongin menghela nafas panjang, lusa juga merupakan hari pertunangan mereka. Jongin semakin nervous karena siangnya akan menghadapi ujian dan malamnya akan bertunangan, ia meyakinkan dirinya kalau semuanya akan baik-baik saja.

Toh, bertunanagan dengan Sehun adalah impianya nomer dua dari dulu dan kalau kalian bertanya apa impiannya nomer satu? Jawabannya sudah jelas, menikahi pemuda pucat itu dan mengerjainya setiap malam di ranjang. Kekekeke..

Jongin memijat pelipisnya yang pusing dan berdenyut menyakitkan, walau lusa adalah pertunangannya tapi calon mertuanya sama sekali tidak mengurangi frekuensi pekerjaannya di kantor.

Malah sebaliknya, Yifan terkesan menyiksa Jongin dengan berkas-berkas yang harus secepatnya selesai seakan balas dendam karena kejadian di perpustakaan beberapa waktu yang lalu.

Jongin menghembuskan nafasnya kasar saat kembali mengingat kejadian itu, dimana ia berlari luntang lantung ke kantor setelah menerima pesan dari Yifan. Sesampainya di kantor, Jongin masih ingat jelas bagaimana wajah menyeramkan Yifan yang serupa dengan naga pejantan yang menemukan buruan.

Jongin membungkuk-bungkuk minta maaf pada Yifan, dan Yifan hanya berdehem menyeramkan dan menyuruhnya mengerjakan setumpuk berkas dan harus di selesaikan dalam waktu 35 menit.

Jongin bahkan tak mau mengingat , dimana ia hampir kehabisan nafas karena lupa cara mengambilnya akibat terlalu serius mengerjakan tugasnya.

Tapi semuanya terbayar saat Sehun mengiriminya pesan dengan emoticon Love besar, ahhhh mengingatnya Jongin menjadi berbunga-bunga. Ia lalu dengan semangat mengerjakan pekerjaannya itu dan membuat Yifan terheran-heran dengan semangat sang calon menantu.

"Oi, Hitam."

Jongin mengangkat kepalanya bak tentara yang siap sedia bila sang jendral datang berkunjung, karena nyatanya memang tak jauh berbeda. Karena saat ini Yifan dengan santai memasuki ruangan Jongin dan langsung duduk di kursi depan meja kerja Jongin.

Jongin ketar-ketir, takut Yifan menemukan kesalahannya. Ia memang tidak melakukan kesalahan, namun yakinlah kalau calon mertuanya ini begitu lihai dalam mencari-cari kesalahannya dan menghukumnya dengan berat.

Yifan sendiri hanya menyeringai dalam hati saat mengetahui betapa gugupnya Jongin, ia menyilangkan kaki jenjangnya dan menatap Jongin dengan pandangan serius. Tak lupa ia menggulung kemeja hitamnya se-siku dan melonggarkan dasi dark blue yang di pakainya, ia menautkan tangannya di atas meja Jongin.

"Mana berkas yang tadi pagi?"

Jongin dengan sigap memberikan map dengan warna merah ke atas tangan Yifan yang mengadah, ia lalu menghapus peluh yang menuruni dahinya dengan tisu.

"Emm, cukup bagus. Ayo keluar."

Yifan membawa berkasnya keluar, ia sampai di depan pintu saat menyadari Jongin tidak beranjak dari kursinya dan masih mematung menatapnya dengan pandangan kosong.

"Kau tak mau menurut?"

Suara berat Yifan membuat Jongin berkedip dengan cepat, maka dengan sigap ia mengambil ponsel dan dompetnya lalu mengikuti Yifan yang sudah berjalan di depannya.

"Pa-paman, kita mau kemana?"

Jongin bertanya takut-takut saat mereka keluar dari lift di lantai dasar, ia sesekali membungkuk membalas sapaan karyawan disana berbeda dengan Yifan yang hanya berjalan mengangkat dagunya angkuh.

"Diam dan gunakan kaki panjangmu itu untuk mempercepat jalanmu itu anak muda."

"Y-ya kapten."

Jongin dengan sigap segera menjajarkan langkahnya dengan langkah Yifan, mereka terus keluar dari perusahaan dan berjalan di trotoar. Jongin hendak bertanya kenapa mereka tidak menggunakan mobil saja, namun karena ia masih sayang nyawa makanya pertanyaan itu hanya di telannya bulat-bulat.

Sejujurnya, selain penasaran Jongin juga sedang takut sekarang. Bagaimana kalau Yifan sedang merencanakan pembunuhannya? Bagaimana kalau di salah satu gang yang sepi nanti ternyata ada sekelompok pereman yang sudah Yifan bayar untuk menghajarnya? Atau Yifan dengan tega mendorongnya ke jalan raya dan ia tertabrak truk?

Jongin menggelengkan kepalanya guna mengusir pikiran anehnya, Yifan tidak mungkin melakukan hal itukan? Iya kan? Tapi matanya sukses membelalak saat mereka menginjakkan kaki di sebuah gang sempit, ia merasa pikirannya kosong akibat memikirkan pemikiran yang terburuk.

Yifan memasuki gang itu dengan santai, namun keningnya mengerenyit saat telinganya tidak mendengar langkah kaki Jongin yang mengikutinya. Ia berbalik dan menemukan Jongin yang mematung di mulut gang dengan keringat dingin yang menetes di dahi dan lehernya.

Yifan menaikkan sebelah alisnya bingung, ia bingung melihat raut cemas dan takut di wajah Jongin. Apa calon menantunya ini punya phobia terhadap gang sempit?

Hah, tidak mungkin. Ia sudah mengenal Luhan dari mereka masih kecil dan dia juga menyaksikan tumbuh kembang Jongin dari kecil sampai sekarang, dan sekalipun ia belum pernah mendengar Luhan ataupun Minseok membicarakan kalau Jongin punya phobia.

"Yak, apa yang kau lakukan disana? Ayo cepat."

Yifan berbicara dengan setengah membentak, ia bisa melihat Jongin yang terkejut dan menatapnya dengan pandangan horror.

"Paman, kenapa kita kesini?"

Bukannya bergerak, Jongin malah melontarkan pertanyaan pada Yifan yang menunggunya tak sabar di tengah-tengah gang.

"Kita akan kedalam, ayo cepat."

"Paman, akan membunuhku? Aku bahkan belum menikahi Sehun paman."

Jongin memelas dan mengatupkan tangannya di depan dada, berbeda dengan Yifan yang sudah menahan kekesalan lengkap dengan empat sudut urat yang tercetak di dahinya.

Jadi sedari tadi Jongin tengah memikirkan hal aneh sehingga takut untuk melangkah kedalam gang? Dan apa itu tadi? Membunuh? Yifan tidak akan segila itu untuk membunuh Jongin, walau ia ketus pada pemuda tan itu tapi bukan berarti ia membencinya.

Malah sebaliknya, yifan percaya pada Jongin sehingga ia menyerahkan anak tunggalnya dan perusahaannya untuk di kelola oleh Jongin. Ia juga menyayangi Jongin selayaknya anak kandungnya sendiri.

"Sudahlah, ayo cepat. Atau aku akan membatalkan pertunangan kalian lusa nanti."

"Ja-jangan paman, baiklah."

Jongin dengan segera melangkahkan kakinya, ibarat ninja Hatori. Gunung akan di daki dan lautan akan di sebranginya demi menikah dengan Sehun, jangan sampai karena takut masuk ke dalam sebuah gang pertunangannya batal.

Maka dengan semangat pejuang kemerdekaan ia segera mempercepat langkahnya saat melihat Yifan juga mulai melangkahkan tungkai kakinya kembali, ia mengedarkan pandangannya kekiri dan kekanan. Ia agak mengerenyit heran saat menyadari kalau gang ini sama sekali tidak menyeramkan seperti di film-film action barat sana, yang gelap, bau dan penuh tong sampah yang di diami kucing dan anjing liar.

Gang ini bersih, malah terlihat ada bunga-bunga yang tumbuh di sisi badan gang ini. Jongin kembali mengerenyit, ia merasa penasaran kemana Yifan membawanya. Namun tak berapa lama Jongin segera tahu arah tujuan mereka saat melihat sebuah bangunan di ujung gang.

Bangunan klasik zaman dulu, namun asri dengan beberapa pot bunga yang di gantung di terasnya. Jongin menebak bangunan itu adalah sebuat café ataupun kedai mengingat ia melihat sebuat papan menu di samping pintu masuk.

Jongin mengikuti langkah Yifan untuk masuk ke dalam, seketika ia merasa sejuk akibat pendingin ruangan yang di pasang tepat di atas pintu masuk. Telinganya juga di manjakan dengan alunan lagu jazz yang cocok dengan suasana café ini, hidungnya bisa mencium aroma kopi yang baru saja di seduh.

Jongin menghentikan langkahnya saat Yifan menuju sebuah meja yang telah di huni oleh seseorang. Ia mengerenyit dan berdecak kesal saat telah sampai di meja itu dan mendudukkan dirinya di salah satu kursi.

"Kenapa appa disini?"

Jongin bertanya heran pada sosok itu yang tak lain dan tak bukan adalah Kim Luhan, ayahnya sendiri. Luhan hanya mendengus dan menyesap kopinya tanpa menjawab pertanyaan Jongin.

"Appa.."

"Wae?" Luhan mengangkat sebelah alisnya.

"Kenapa appa ada disini? Appa bolos kerja? Atau sedang menemui selingkuhan?"

Jongin memberondong Luhan dengan pertanyaan –pertanyaan absurdnya, Luhan berdecak kesal saat mendengarnya. Berbeda dengan Yifan yang sudah menuliskan pesanannya dan memberikan pada pelayan yang lewat, ia memesan 2 ice coffe dan beberapa cemilan.

"Ck, kau benar-benar jahat." Luhan mendelik pada Jongin. "aku hanya mencintai umma mu."

"Lalu? Kenapa appa disini?"

Jongin masih belum puas akan jawaban Luhan, bisa sajakan memang benar kalau appanya itu selingkuh? Dan tak berapa lama kemudian Luhan akan membawa seorang putra lainnya untuk di perkenalkan sebagai adik tirinya. Yaiksss, Jongin sama sekali tidak bisa membayangkannya.

"Tanya pada naga ini, dia yang mengajakku untuk menghabiskan istirahat siang disini."

Luhan menunjuk Yifan dengan dagunya, sedangkan yang di tunjuk hanya stay cool sambil melihat smart phonenya guna memantau pasar saham. Yah tidak dimanapun dan kapanpun, namanya saham harus selalu di pantau agar tidak kecolongan.

Sedangkan Jongin hanya bisa terdiam saat mendengar perkataan Luhan,bertanya pada Yifan? Enggak deh sorry aja.

Luhan yang melihat Jongin enggan bertanya pun menghela nafas, bagaimana bisa anaknya ini lebih takut pada Yifan daripada dirinya yang merupakan ayah kandungnya? Luhan menggelengkan kepala frustasi, Jongin benar-benar durhaka.

"Oi naga, kenapa kau menyuruhku kesini? Kau tahukan? Kantorku jauh dari sini." Luhan bertanya ketus, ia lelah mengemudikan mobil ke sini.

"Kenapa? Kau keberatan?"

Yifan menaikkan sebelah alisnya setelah menyimpan smart phone-nya ke dalam saku kemeja. Ia menatap Luhan dengan pandangan menantang, sedangkan Luhan hanya bisa mendengus saat melihat ke-songongan Yifan. Dasar naga, maki nya dalam hati.

"Kalau aku keberatan, aku tak mungkin duduk di depanmu sekarang." Luhan memutar bola matanya.

"Aku hanya ingin makan siang bersama kalian, calon besan dan menantuku." Yifan mengangkat bahunya cuek.

Sedangkan Luhan dan Jongin tengah berpandangan heran dan langsung menggeleng kompak, tak percaya ucapan manis Yifan. Ck, sejak kapan pula angry bird itu mau mengundang mereka untuk makan bersama tanpa suruhan Joonmyeon dulu?

"Kalian tak percaya?" Yifan bertanya setelah melihat tatapan Luhan dan Jongin.

"TI-DAK." Ayah dan anak itu kompak menjawab.

"Ya sudah." Yifan menjawab cuek, ia meminum ice coffe-nya saat pelayan baru saja menghidangkan pesanannya. "Aku hanya ingin membicarakan pertunangan mereka lusa nanti."

Yifan nunjuk Jongin dengan kentang goreng yang di pegangnya, lalu tak menunggu lama untuk stick kentang itu menghilang kedalam mulutnya.

"Ada apa dengan pertunangan mereka?" Luhan menaikkan sebelah alisnya, masih gagal paham akan tujuan Yifan.

"Iya paman ada apa dengan pertunangan kami? Bukannya imo dan umma sudah mengaturnya?" Jongin ikut menyesap ice coffe-nya.

"Aku mau cucu."

BRUSHHHHHH…

Jongin menyemburkan kopi yang baru saja di teguknya saat mendengar ucapan polos Yifan, ia menatap horror sang calon mertua. Ia bahkan tidak menghiraukan amarah Luhan akibat meja mereka yang basah karena semburannya tadi.

"A-apa?" Jongin tergagap.

"Aku mau cucu.!" Sekali lagi Yifan menegaskan.

Jongin ingin sekali menjedotkan kepalanya ke meja saat ini, bagaimana bisa Yifan mengucapkan hal itu tanpa melunturkan wajah datarnya? Lagipula bukanya Yifan melarangnya menyentuh Sehun?

Lalu darimana ia bisa memberikan cucu? Memangnya bayi itu bisa di gambar dengan kapur ajaib Rudy Tabooty? Atau bayi bisa di antar melalui bungkusan di paruh burung?

"Pa-paman kau baik-baik saja?" Jongin bertanya pada Yifan, ia takut kalau daddy kekasihnya itu tengah dimasuki roh halus.

"Tentu saja, kau kira aku kenapa hah?" Oke, semburan sang naga sudah kembali yang berarti sosok di depannya ini benar-benar Yifan.

"Kenapa tiba-tiba kau menginginkan cucu?" Luhan ikut bertanya setelah menyuruh pelayan untuk mengelap meja mereka.

"Kemarin aku pergi ke tempat teman kuliahku, ia menikahkan anak keduanya." Yifan mulai bercerita.

"Lalu?" Luhan masih belum menemukan ujung benang yang menyambungkan kepergian Yifan dengan cucu.

"Di sana aku melihat ia menggendong bayi laki-laki yang sangat imut, setelahnya aku tahu kalau bayi itu adalah cucunya dari anak pertamanya." Yifan menjawab dengan semangat. "Karena itu aku ingin cucu, kurasa sudah waktunya aku menggendong bayi lagi dan menurutku menjadi kakek di usia muda bukanlah masalah."

Jongin tersedak liurnya saat mendengar ucapan Yifan, ia juga langsung merinding saat Luhan berbalik menatapnya dengan seringai.

"Appa setuju, appa juga ingin cepat-cepat menggendong bayi."

"Kenapa bukan kalian saja yang buat anak lagi, hah?"

Jongin bertanya frustasi, kalau ingin menggendong bayi kan tinggal meniduri istri masing-masing. Jadi kenapa dua pria dewasa ini malah melimpahkan segalanya pada dirinya yang masih polos ini? Jongin tidak sadar diri.

"Aku mau cucu hitam, bukan anak." Yifan menjawab ketus.

"Ummamu tidak akan mau hamil lagi, dasar bocah." Kali ini Luhan yang menjawab.

"Tapi kami masih kelas dua dan akan naik kekelas tiga. Bagaimana kalian bisa meminta cucu di saat seperti ini?" Jongin bertanya heran, walau dia mesum tapi setidaknya ia masih memikirkan masa depannya dan Sehun.

"Oh kau tenang saja, bukankah kau sudah jelas akan bekerja di perusahaan? Masa depanmu sudah jelas, kalau Sehun sih bisa ikut home schooling selama hamil dan dia juga tidak akan kekurangan uang kok." Yifan menjawab santai, berbeda dengan Jongin yang melotot.

Emangnya Sehun mau di hamilin? Dia benar-benar tak habis pikir dengan situasi ini. Jongin pusing, dia sih tinggal meniduri Sehun menggoyang sana sini agar spermanya bisa menghasilkan janin di perut Sehun. Tapi masalahnya, apa Sehun mau perutnya menjadi buncit dan menjadi seorang ibu?

Sehun itu masih muda, kekanak-kanakan dan manja. Jangankan mengurus bayi, mengurus dirinya pun terkadang Sehun tak sanggup. Jongin takut, ia akan mengurus dua bayi nanti dan masa mudanya di habiskan dengan tangisan anaknya dan rengekan istrinya.

"Appa, paman. Ayolah pikirkan lagi, bagaimana bisa bayi mengandung bayi?" Jongin berbicara serius. "Sehun masih sangat muda, umurnya bahkan baru saja menginjak 17 tahun. Aku tentu saja tak masalah dengan hal itu, tapi Sehun juga mempunyai cita-cita. Dia ingin menjadi dokter, kalian tahu sendiri kan?"

Luhan dan Yifan tertegun saat mendengar ucapan Jongin, mereka mengangguk-angguk tanda setuju. Yah, Sehun masih muda dan mempunyai cita-cita yang harus di raihnya. Hahhh, sepertinya mereka harus menunggu 4 atau 5 tahun lagi agar bisa kembali menimang bayi.

"Sehun melepaskan statusnya sebagai pewaris demi mengejar impiannya sebagai seorang dokter. Apakah kalian tega menghancurkan impiannya hanya karena keinginan egois kalian untuk menimang bayi?"

Luhan dan Yifan lagi-lagi tertegun, sejak kapan bocah hitam di depan mereka ini menjadi sangat bijak dan dewasa?

"Baiklah, baik.." Yifan mengangkat tangannya di depan dada.

"Kita bicarakan masalah cucu setelah kalian siap." Luhan juga menyerah.

"Nah, itu baru benar. Kalau sudah tua, kalian harus mendengarkan yang muda." Jongin berucap songong.

"DIAM KAU." Luhan dan Yifan berucap kompak.


.

-AkaSunaSparKyu-

.


Hari ini merupakan hari yang sangat menegangkan untuk Sehun, hari ujian matematika. Pagi-pagi sekali Sehun sudah bangun dan segera mandi, ia cepat-cepat memakai seragamnya dan turun ke ruang makan. Ia bisa melihat daddy dan mommy-nya sudah berada di sana dengan setelan kantor masing-masing.

Sehun mengecup pipi Yifan dan Joonmyeon bergantian, mendudukkan dirinya di samping kiri Yifan tepat di depan Joonmyeon. Joonmyeon dengan sigap menuangkan susu ke dalam gelas Sehun, ia juga menyodorkan setangkup roti bakar ke hadapan sang putra.

"Siap untuk nanti?" Joonmyeon menatap Sehun yang sedang mengunyah rotinya.

"Hmm, doakan Hunnie ya mom." Sehun meneguk susunya setelah menelan kunyahan rotinya.

"Tentu, mommy akan selalu mendoakan Hunnie." Joonmyeon tersenyum.

"Dad juga ya, do'akan Hunnie." Mata Sehun beralih pada Yifan yang membaca Koran paginya.

"Iya-iya. Lagian kamu heboh banget sih, kamu itu mau ujian bukan mau ikut perang. Pakai di do'a-do'ain segala." Yifan menjawab cuek.

"Ishhh daddy gimana sih, Hunnie kan enggak mau ngecewain Jongie yang udah ngajarin Hunnie selama ini." Sehun mempoutkan bibirnya.

"Hooo, jadi kamu mau dapat nilai bagus Cuma demi si hitam itu?" Yifan menggeleng dramatis.

"Y-ya tidak juga." Sehun tergagap dengan rona merah di wajahnya.

"Terserah lah, nanti malam adalah pertunangan kalian. Jangan terlalu lelah hari ini sayang." Yifan menatap Sehun dengan pandangan lembut.

"Oke dad." Sehun berpose hormat.

"Ayo, mom sudah siap. Kamu berangkat sama mommy kan?" Joonmyeon bangkit dari duduknya di ikuti oleh Sehun.

"Iya, Hunnie tidak mau berjumpa dengan Jongie pagi ini." Sehun mengecup pipi Yifan dan beranjak keluar ruangan, ia berjalan menuju mobil Joonmyeon di halaman.

"Sayang, aku berangkat ya. Hati-hati di jalan nanti ya." Joonmyeon menncium bibir Yifan.

"Iya, aku juga sebentar lagi berangkat. Kau juga hati-hati ya sayang." Yifan bangkit dari duduk nyamannya dan kembali melumat bibir merah sang istri.


.

-AkaSunaSparKyu-

.


Sehun keluar dari mobil Joonmyeon saat mobil sang mommy sudah terparkir rapi di parkiran khusus kepala sekolah dan guru-guru. Dia menunggu Joonmyeon turun karena Sehun ingin berjalan bersama sampai di kelasnya karena ruang kepala sekolah melewati kelasnya hingga Joonmyeon bisa sekalian.

Sehun segera melingkarkan lengannya di sekeliling pinggang Joonmyeon yang tak kalah ramping dari pinggangnya, Joonmyeon hanya diam saja melihat kelakuan Sehun. Dia tak mau melarang karena takut anak manjanya ini merajuk, padahal kalau boleh jujur Joonmyeon sama sekali tidak suka dengan posisi ini.

Oh ayolah, dia ini adalah seorang kepala sekolah dan Sehun yang merupakan muridnya –disekolah- malah melingkarkan tangannya di pinggangnya. Joonmyeon membenci hal ini, benci bila mengingat tubuh tinggi Yifan menurun pada Sehun sehingga pada usianya yang masih jalan 17 tahun, tinggi Sehun sudah jauh melebihinya.

Murid-murid yang sudah datang, menyapa mereka. Banyak sih yang mau menggoda Sehun, namun mengingat sang kepala sekolah tengah berjalan di sebelahnya makanya niat itu terpaksa dibatalkan.

Mereka sudah sampai di kelas Sehun, Joonmyeon menghadap sang putra dan mencium pipi putra manjanya itu. Sehun mempoutkan bibirnya menggerutu kecil dengan bunyi 'Ughhh, Hunnie bukan anak kecil lagi mom'. Joonmyeon terkekeh dan melambaikan tangannya, ia beranjak pergi menuju ruangannya.

Samar, namun Sehun bisa mendengarnya. Do'a tulus mommy-nya yang menambah kadar semangatnya untuk menaklukkan ujian matematika hari ini.

'Mommy berharap Hunnie bisa menjalankan ujian ini dengan lancar dan benar.'

Sehun berjalan menuju kursinya, dia bisa melihat kursi Jongin masih kosong yang mengartikan kalau kekasih tercintanya itu masih belum datang. Sehun mengeluarkan buku matematikanya yang selama dua bulan ini menemaninya belajar, bibirnya mengeluarkan suara-suara kecil pertanda kedua belah nya tengah menghapalkan rumus-rumus.

15 menit kemudian Sehun bisa melihat Jongin yang memasuki kelas nya dengan gaya khasnya yang pemalas namun sexy itu, ia kembali memfokuskan matanya pada lembaran bukunya saat Jongin sama sekali tidak menegur dan menghiraukannya malah duduk diam saja.

Ya, sedikit banyaknya Sehun mengerti, mungkin Jongin tidak mau menggangu konsentrasinya menghapal. Jongin menginginkan naiknya nilai Sehun begitu pula dirinya, dia akan sangat malu setelah mendapatkan tutor sehebat Jongin tapi gagal.

Sehun memasukkan bukunya saat guru Jang sudah masuk kedalam ruangan. Hatinya berdebar saat kertas ujian sudah di tangannya, memulainya waktu ujian Sehun kembali tersenyum saa tlantunan do'a dan semangat yang di tunggunya datang.

Jongin berbisik dengan suara yang kecil, bahkan dia sama sekali tidak membalikkan badanya namun Sehun bisa mendengarnya dengan jelas.

"Aku mendoa'kan yang terbaik untukmu sayang, setiap kau melupakan rumus ataupun pemecahannya. Ingatlah bagaimana kerasnya kita belajar bersama."

Sehun nyaris menangis bila tak mengingat kertas ujiannya menunggu untuk di isi, maka dengan semangat dan keyakinan yang mantap Sehun mulai menggerakkan matanya untuk membaca soal dan menggunakan ingatannya untuk mencari jawaban.

Dia akan berhasil, itulah tekadnya. Kerja keras mereka akan terbayar dengan nilainya yang bagus. Dia berjanji akan hal itu.


.

-AkaSunaSparKyu.

.


Setelah keteganan tadi pagi, mengerjakan ujian mata pelajaran yang di bencinya. Maka malam ini Sehun mengalami ketegangan lainnya dimana ia dan kekasihnya akan saling mengikat.

Bukan ikatan pernikahan, namun pertunangan. Namun Sehun sudah cukup puas akan hal itu, karena ia yakin Jongin hanya miliknya.

Tubuh rampingnya berbalut tuxedo berwarna putih, seluruh keluarga Wu memakai tuxedo berwarna putih, Yifan, Joonmyeon bahkan Zitao gege. Sedangkan Jongin dan keluarga Kim menggunakan tuxedo berwarna hitam.

Jongin tampak menawan saat tubuhnya di balut tuxedo mahal pesanan ibunya, ia juga cukup terpana tadi saat melihat kecantikan Sehun dalam balutan warna putih.

Ballroom hotel itu sudah penuh akan tamu-tamu keluarga Wu dan Kim, teman-teman Sehun dan Jongin pun tak ketinggalan datang guna mendo'akan hubungan teman mereka agar langgeng hingga kepernikahan.

Baekhyun dan Chanyeol datang dengan balutan tuxedo hitam, mereka berdiri di didi Jongin dan Sehun sambil masing-masing tangan mereka memegang segelas sampanye.

"Kenapa kalian memakai setelan hitam-hitam?" Sehun mempoutkan bibirnya,lengan dengan setia menlingkari lengan Jongin.

"Kami berada di pihak Jongin." Baekhyun dan Chanyeol menjawab kompak, sukses membuat Sehun merengut.

"Baekkie hyung juga di pihak Jonginie?" Matanya mengerjap.

"Hiyaaa, Hunnie imut sekali." Baekhyun malah sibuk mencubit pipi Sehun. "Tidak dong, hyung Cuma ikut kata Yeollie aja."

"Jadi yang salah disini Yeollie hyung ya." Mata Sehun memicing ke arah Chanyeol.

"Hehehehe, tentu saja. Kami ini pasangan loh Hun, masak setelannya beda."Chanyeol menjawab seadanya.

"Sudahlah sayang, kita harus berterimakasih karena mereka sudah mau datang." Jongin berucap lembut, sangat tahu bagaiman meluluhkan hati sang calon tunangan.

"Baiklah." Sehun mengangguk.

"Sayang, acaranya sudah mau dimulai." Yifan-Joonmyeon dan Luhan-Xiumin pun datang menginterupsi.

"Siap?" Joonmyeon bertanya pada Sehun dan Jongin yang di balas anggukan oleh mereka.

Ting-ting…

Yifan mendentingkan gelas yang di pegangnya guna menarik perhatian tamu. Semua orang dengan cepat melihat kearah mereka berdiri.

"Hallo semuanya, pertama mungkin aku akan mengucapkan selamat malam."

Yifan memulai dengan gaya khasnya, sama sekali tak tampak di wajahnya kalau lelaki China itu telah mempunyai satu anak yang bahkan sudah mau bertunangan. Wajah tampannya nampak berbinar karena bahagia.

"Malam ini adalah salah satu malam yang sangat membahagian di dalam hidupku. Malam dimana aku akan melepaskan separuh kehidupan anakku pada kekasihnya."

Yifan tersenyum lembut, senyum yang sangat jarang di tunjukkannya kecuali di depan orang-orang terdekatnya. Matanya menatap Sehun yang masih bergandengan tangan dengan Jongin.

"Malam ini, dengan resmi aku dan seluruh keluarga Wu dan Kim. Kami akan mempererat hubungan kedua keluarga kami dengan ikatan pertunangan antara kedua putra tunggal kami. Kim Jongin dan Wu Sehun."

Tepuk tangan mengalun riuh saat Yifan menunjuk Jongin dan Sehun, senyum lembutnya masih terpatri apik dibibirnya. Tak menyangka kalau bayi yang di asuhnya dulu sudah bertunangan dengan putra sahabatnya.

Baekhyun mengeluarkan kotak cincin yang berbalut beludru berwarna biru lembut, ia membuka kotak itu dan nampaklah dua cincin emas putih dengan sebuah permata biru di tengahnya, tidak ada yang membedakan keindahan cincin itu kecuali ukurannya.

Jongin mengambil jemari lentik Sehun dan mengelusnya dengan perlahan, ia mengecup punggung tangannya sekilas sebelum menyematkan cincin yang lebih kecil di jemari manis sang kekasih.

Sehun juga mengambil jemari Jongin dan segera menyematkan cincin yang lebih besar ke dalam jari manis Jongin, ia tersenyum lembut saat menatap betapa indahnya jemari mereka yang masih bertautan dan mengenakan cincin yang sama.

"Kim Jongin." Suara berat Yifan mengalun dan terdengar sangat jelas.

"Aku menitipkan putra kesayanganku padamu, ini memang bukan pernikahan namun aku tetap meminta karena aku yakin suatu saat kalian tetap akan menjalaninya."

Jongin mendengarkan dengan seksama ucapan Yifan, dia tahu betul bagaimana sayangnya Yifan pada Sehun. Melepaskan Sehun untuk bertunangan dengannya pasti berat untuk lelaki China itu.

"Aku dan istriku menyayanginya dengan seluruh hidup kami, Sehun adalah malaikat tuhan yang di kirimkan untuk melengkapi kehidupan kami."

Jongin mengangguk menyetujui, Sehun memang merupakan sosok malaikat tuhan bukan hanya untuk keluarganya tapi juga untuk semua orang.

"Sehun adalah hidup kami, buah hati kami. Sehun adalah perwujud-an cintaku dan istriku."

Sehun meneteskan air matanya saat mendengar ucapan Yifan, ia benar-benar beruntung memiliki Yifan dan Joonmyeon sebagai orang tua. Orang tua yang rela kehilangan tender miliyaran saat mendengar Sehun jatuh dari sepeda, mereka rela kehilangan sangat banyak ketika Sehun hanya terluka gores kecil.

"Aku mohon, jaga Sehun kami. Bahagiakan dia dengan semua yang kau punya. Aku mempercayaimu."

Yifan membungkukkan tubuhnya yang sukses membuat orang-orang terbelalak kaget, tangis Sehun pecah saat melihatnya. Daddy-nya rela memohon demi kebahagiannya. Orang-orang disana masih membelalakkan mata, tidak menyangka sosok dingin dan keras Yifan yang bahkan tak pernah mengucapkan maaf apalagi memohon ternyta bisa melakukan semua itu demi putranya.

Jongin melepaskan genggaman Sehun dan berjalan menuju Yifan, ia berucap dengan tegas dan lantang.

"Aku berjanji akan membahagiakannya dengan seluruh hidupku, aku akan memberikan kebahagian padanya dengan seluruh hal yang ku punya."

Yifan tersenyum setelahnya, ia memeluk Jongin dan melunturkan senyumnya dan menggantinya dengan seringai mengerikan ia berbisik dengan suara rendah di telinga pemuda yang baru saja jadi tunangan anaknya itu.

"Kekekek, kau memang harus melakukan hal itu hitam. Karena bila kau menyakiti dan membuat mata indah Sehun mengeluarkan air mata barang setitik maka taruhannya adalah nyawamu. Aku memberikan pilihan kau mati karena ku mutilasi dengan pisau daging atau ku berikan tubuhmu yang hitam ini pada hiu peliharaanku."

Yifan terkekeh dalam hati saat melihat wajah Jongin pias, seperti tak ada darah disana. Ia menyeringai, mempercayai bukan berarti melepaskan, dia tidak akan melepaskan pengawasannya pada Jongin. Khukhukhu.. Iblis naga di dalam tubuh Yifan bersorak senang.

"Oke-oke, hentikan drama menyedihkan ini."

Luhan menepukkan tangannya kuat-kuat demi menarik perhatian, ia tidak tega juga saat melihat wajah putranya yang seperti wajah mayat hidup. Luhan yakin, Yifan pasti mengatakan hal-hal yang tidak-tidak pada Jongin.

"Aku dan seluruh keluarga Kim, mengucapkan selamat datang pada Wu Sehun di dalam keluarga besar kami."

Luhan berjalan menuju Sehun yang masih menangis karena kata-kata Yifan tadi, Luhan memeluk Sehun dan mengecup kedua pipi tunangan anaknya itu.

"Jongin adalah putra tunggal keluarga Kim. Kami menyayanginya amat teramat sangat, dia merupakan putra yang di kandung oleh istriku selama Sembilan bulan lamanya, dia adalah putra yang kami besarkan sendiri dengan kedua tangan kami."

Luhan tersenyum, sangat tampan. Ia menatap Jongin yang juga menatapnya, Jongin cukup terharu karena Luhan sama sekali tak pernah jujur akan rasa sayangnya selama ini.

"Jongin adalah sinar keluarga kami, yah walau pun kulitnya tan namun tetap saja ia menjadi sinar. Hahaha…" Luhan terkekeh di ikuti oleh semua orang yang ada di sana.

"Sehun, paman yakin Jongin akan membahagikanmu. Tetaplah disampingnya karena kau merupakan pelengkap hidupnya. Aku mohon, cintai putraku sebanyak cinta yang diberikannya untukmu."

Kali ini Luhan yang membungkuk, memohon akan kebahagian putranya. Badannya kembali berdiri tegap dan langsung sedikit oleng saat Sehun memeluknya.

"Pasti paman, aku pasti mencintainya bahkan lebih dari cinta yang di berikannya untukku. Aku akan selalu di sampingnya, itu janjiku."

Sehun menangis deras, begitupula dengan Jongin yang diam-diam menghapus air matanya.

"Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya, nikmati pesta nya."

Joonmyeon berucap dengan keras, dan langsung di amini oleh semua orang disana.

Ketika semua orang kembali sibuk dengan pesta ini, Jongin menyelipkan jemarinya di antara jemari Sehun. Mata keduanya memandang masing-masing dengan sorot penuh cinta, akhirnya pertunangan mereka terlaksana.

Mereka berjanji di dalam hati masing-masing namun dengan tekat yang sama. Sama-sama ingin membahagiakan satu sama lainnya.

"Aku mencintaimu." Jongin mendekatkan dirinya.

"Aku lebih mencintaimu." Sehun membalas.

Dua bibir itu akhirnya bersatu, dalam ciuman yang penuh cinta dan kasih. Mereka berciuman di tengah-tengah ballroom hotel dimana mata-tamu-tamu melihat mereka dengan pandangan menggoda.

Di dalam ciumannya, Sehun hanya berharap agar nilai ujiannya yang di bagikan besok memuaskan. Sedikit banyak mereka berterimakasih pada Matematika, karen berkatnya lah mereka bisa sampai di titik ini.

.

.

Fin..


Epilog…

Jongin menggeram rendah saat merasakan mulut Sehun melingkupi penisnya dengan erat, tangan Sehun yang berada di pangkal penisnya sama sekali tidak membantu karena sekarang jemari lentik itu malah menangkup bola-bolanya dan meremasnya dengan lembut namun sukses membuat Jongin mengeluh.

"Ughhh, Hunniehhh kau pintar baby. Ahhhhh…"

Lolongan kepuasan tercetak jelas di wajahnya, cairannya menyembur hingga wajah Sehun belepotan cairan kental berwarna putih itu. Sehun menyapukan lidahnya di sekitar bibirnya, mengumpulkan cairan Jongin sebisanya dan membiarkan yang lainnya berceceran di wajahnya.

"Huhhh, sayang kau sexy sekali."

Sehun merona mendengar pujian Jongin, ia menelan cairan yang telah terkumpul dan menelannya dengan perlahan sambil tetap menjaga kontak matanya dengan Jongin. Ia mengedipkan matanya nakal saat Jongin melihatnya dengan hawa nafsu yang menyelimuti bola mata indah sehitam jelaga yang Sehun puja.

"Kau cukup nakal sekarang, dan aku cukup terkejut dengan hal itu."

"Aku belajar dari ahlinya."

"Siapa?"

"Baekkie hyung.."

Jongin menyeringai, Baekhyun berhasil ternyata.

Jongin membaringkan badan Sehun yang naked dan berkeringat ke atas ranjang yang penuh dengan kelopak mawar yang bertebaran.

Bibirnya segera memerangkap bibir Sehun dengan ciuman panas dan bergairah, Jongin bisa mencecap rasa cairannya yang masih tertinggal di dalam mulut Sehun.

"Ughhh, ini sedikit pahit. Kenapa kau menelannya tadi?"

Jongin sama sekali tidak pernah mengharuskan Sehun untuk meminum cairannya, karena ia takut Sehun akan tidak menyukainya.

"Aku suka kok, asalkan itu punya Jonginie." Sehun berucap malu-malu yang malah membuat ereksi Jongin kembali menegang.

"Nakalnya."

PLAK…

Jongin menampar bokong padat Sehun, mengundar jeritan sexy dari si empunya.

"Nyahhhh…."

Sehun merona parah saat Jongin menatap tubuhnya dengan pandangan lapar, Sehun kembali berjengit saat telapak tangan Jongin melingkupi penisnya dan mengocoknya dengan cepat.

"Nyahhh… J-jonginiehhh…."

"Siapa yang mengajarimu berbuat nakal seperti ini hah?"

Jongin mengucapkannya dengan nada yang sanggup membuat Sehun bergetar dan penisnya pun semakin tegak dengan lelehan pre-cum mengalir lambat dari pucuknya.

"J-jonginiehhh.. maafkan Hunnieehhh.. Ahhh…."

Sehun susah berbicara di saat tangan Jongin masih setia mengocok dan meremas penisnya, Sehun hanya tak tau bila jemari Jongin yang basah dengan salivanya tengah bersiap didepan lubangnya.

"Arghhhh.. Sa-sakit- hiks.. hiks…"

Sehun kesakitan, ia merasakan lubangnya seakan di koyak dengan paksa. Jongin sendiri hanya menyeringai saat melihat kedua jari telunjuk dan tengah yang di masukkannya kedalam terasa di hisap oleh lubang Sehun.

"Kau sangat sempit sayang."

"Ahhh- Ahhh.. "

Sehun sama sekali tak tahu apa yang dirasakannya sekarang, sakit yang di rasakan lubangnya tadi sudah memudar seiring jemari Jongin bermain disana. Belum lagi kocokan Jongin di penisnya, tambah membuat Sehun merasakan kenikmatan yang tidak pernah di rasakannya.

"Arghhhh…Sa-sakit.. Keluarkan keluarkan…"

Sehun berteriak saat merasakan Jongin memasukkan satu lagi jarinya, namun Jongin sama sekali tidak mendengarkannya malah semakin meningkatkan intensitas tusukan dan kocokannya.

"Nyahhh.."

Sehun membelalakkan matanya saat merasakan kenikmatan yang melebihi kenikmatan yang pernah dirasakannya, liurnya menetes saat jemari Jongin semakin menusuk titik kenikmatannya.

"Ahhh- Jonginiehh.. Sentuh lagi.."

"Apa yang di sentuh?" Jongin bertanya dengan nada polos, berbeda dengan kedua tangannyayang masih setia mengerjai lubang dan penis Sehun.

"Sentuh lagi, Ahh..Ahhh.. Nik-matthhhh…"

"Baiklah."

Jongin menunduk dan menghisap penis Sehun dengan kuat, jemarinya semakin kuat menusuk prostat Sehun. Jongin sudah tidak sabar untuk kembali meminum cairan manis kekasihnya.

"Ahhhh.. Jo-jong.. Aku ke-keluarhhhhh…"

Pinggul Sehun bergerak liar, tangannya berjalan kebawah untuk semakin menekan kepala Jongin yang masih setia menghisap penisnya dengan kuat.

Sehun bisa merasakan sesuatu yang mendesak untuk keluar, Jongin juga mengetahui hal itu saat merasakan penis Sehun yang berkedut di dalam mulutnya.

Maka dengan keras Jongin menghisap penis itu hingga pipinya mencekung dan dengan tiga tusukan terakhir jemarinya di prostat Sehun. Namja cantik itu sampai pada puncaknya.

"Nyahhhhh… "

Sehun berteriak keras saatcairan itu menyembur dengan deras dan langsung di hisap oleh Jongin. Ia bisa merasakan Jongin yang masih membersihkan penisnya dari sisa sperma miliknya. Sehun sudah terlalu lelah akan kenikmatan yang di dapatnya tadi.

Matanya mulai menutup, dan hembusan nafasnya mulai teratur. Jongin tersenyum saat melihat Sehun yang tertidur, ia mengerti bila Sehun kelelahan.

Ini adalah hal baru untuk Sehun karena selama ini Jongin sama sekali belum pernah menyentuhnya hingga sejauh itu, namun malam ini pengecualian karena malam ini adalah malam pertunangan mereka.

Jongin ikut membaringkan dirinya di sebelah Sehun, menarik tubuh ringkih itu kepelukannya dan mencium keningnya sekilas. Ia menaikkan selimut guna menghangatkan tubuh mereka yang polos. Tak berapa lama dengkuran halus pun sudah terdengar dari mulutnya, mengikuti jejak Sehun menjelajahi dunia mimpi.

Tenang saja, mereka masih aman kok. Jongin masih belum memasuki Sehun sampai saat ini. Kekekekeke...

.

.


Holla, ada yang nunggu FF ini gak? Gak ada yah…? #Pout

Emm, okey. Jangan lupa review walaupun udah chap terakhir ya. Suna mau membuat FF baru, adakan teman-teman yang ingin membacanya? Hehehehe…

Terimakasih untuk semua yang sudah memfavorite, memfollow, dan mereview FF suna.

Terimakasih semuanya…

Sekali lagi jangan lupa review ne chinguuu…..

Adios..#Bow

Jaa na Minna…

Big thanks to:

[ParkJitta] [whirlwind27] [umaelf93] [JongOdult] [choco jin] [saphire always for onyx] [Nagisa Kitagawa] [Zelobysehuna] [Hann Hunnie] [babyhunhun94] [dia luhane] [vipbigbang74] [bbuingHyewa] [Noona Sehun] [Ath Sehunie] [gwanghwamun] [liestie ajhah] [exolweareone9400] [KimKaihunbb94] [Ubannya Sehun] [HoonHoon] [sehuskai] [auliavp] [melizwufan] [Yessie94esy] [emin duck] [Ihfaherdiati892] [kireimozaku] [Kaihun520] [blackforwhite] [Clara701] [my love double b] [Guest] [sumiya wu] [hunnbebi] [VampireDPS] [Xing1002] [ahn naemi] [aliyya] [seinn] [alexandraLexa] [utsukushii02] [Lucky8894] [haeri20412] [nin nina] [izzsweetcity] [KS] [ohxoho] [nadya] [buble106] [kaishixun] [yh3810]