Pair: KaiHun. Kim Jongin dan Oh Sehun

Genre: Romance, school life.

Rated: M

Warning: Boys Love aka Yaoi, Typo, Mature Content.

.


.

.

Di dalam sebuah ruangan luas yang di depan pintunya tertulis ruangan kepala sekolah, nampak ada tiga orang pria berbeda usia yang terlihat sedang duduk berhadapan dengan dipisahkan hanya sebuah meja.

Pria dengan usia akhir 30-an nampak memperhatikan dua orang pemuda berusia 17 tahun yang tengah berdebat. Ah sebenarnya hanya si kulit pucat yang merengek manja sedangkan si kulit tan hanya menguap malas.

"Mom, Hunnie tidak mau…" Si kulit pucat, atau bisa kita panggil Sehun merengek pada lelaki yang di panggilnya mom itu.

"Kamu harus mau. Guru Kang sudah mengatakan pada mommy kalau Jongie bisa mengajari kamu." Joonmyeon, Wu Joonmyeon. Ibu dari Wu Sehun yang juga menjabat sebagai kepala sekolah di Seirin SHS. Joonmyeon sedang membujuk anak manjanya ini agar mengikuti bimbingan belajar pada Kim Jongin, pemuda berkulit tan yang sedari tadi hanya diam melihat anaknya ini merengek.

"Ta-tapi, Hunnie bisa belajar di rumah sama mommy kan?" Sehun mencoba menawar lagi, karena dia sungguh tidak mau di ajari oleh saingannya itu. Sebenarnya hanya Sehun yang menganggap Jongin sebagai saingan, tepatnya saingan menjadi yang terpopuler di sekolah ini.

Sehun itu terkenal, sudah manis, cantik, imut, penuh aegyeo, manja, apalagi dia anak pemilik sekolah ini. Tapi dia merasa kurang popular di bandingkan Kim Jongin. Jongin itu pendiam, terlihat malas tapi sangat pintar, Jongin juga tampan dan kulit tan-nya itu membuat dia tambah sexy. Sehun merasa ini tidak adil, karena Jongin itu hanya diam berdiri sambil menguap saja sudah menarik dan banyak yang tertarik.

"Tidak ada tapi-tapian, mommy sudah sering dapat laporan dari guru-guru kalau nilai Matematika kamu itu bukan jongkok lagi malahan udah tiarap." Joonmyeonberucap santai sambil menandatangani berkas-berkas sekolah. "Lagipula, Jongie itu pintar. Kamu mau bantu imo kan sayang?" Joonmyeon beralih pada Jongin yang sedang menopang dagu di meja.

"Hemmmmm.." Jongin hanya berdehem tapi dia tahu kalau Joonmyeon pasti mengerti. Dia sebenarnya malas banget mengajari anak bebal kayak Sehun yang parah banget soal menghitung, ini cuma buang-buang energy. Tapi, karena Joonmyeon yang minta dia bisa apa? Bukan karena Joonmyeon itu kepala sekolah disini. Tapi karena Joonmyeon ah tidak, maksudnya keluarga Wu itu memang sahabat dekat keluarganya Jongin. Appa dan eomma-nya adalah sunbae Joonmyeon di universitas dulu, dan mereka bersahabat sampai sekarang. Hahhh, Jongin menghela nafas lagi, dia akan terjebak dua bulan penuh setiap pulang sekolah bersama anak manja ini.

"Jadi, saya sudah selesai berbicara. Kalian bisa keluar sekarang." Joonmyeon memerintah sebagai kepala sekolah kali ini, yang langsung di patuhi oleh Sehun dan Jongin.

Sesampainya di luar ruangan, Jongin langsung di tarik Sehun agak menjauh dari ruangan ibunya dan memojokkan Jongin di sebuah pilar.

"Kenapa kamu terima sih? Aku enggak mau belajar sama kamu tauuuu." Sehun mulai merengek, sedangkan Jongin hanya diam malas menjawab.

"Jawab Jongin…"

"Jawab, jawab, jawabbbbb" Sehun menghentakkan kakinya.

Karena jengah melihat kelakuan anak manja ini, Jongin menarik badan Sehun dan balik memojokkannya di pilar yang tadi.

"Dengar Sehun, aku juga tidak mau mengajari anak bebal dan manja sepertimu." Jongin tidak memberika kesempatan pada Sehun untuk menjawab dan langsung melanjutkan perkataannya. "Tapi ini adalah amanat kepala sekolah, jadi lakukan ini dengan cepat agar energy-ku tidak terbuang percuma. Karena, jika kau tidak bisa di ajak bekerja sama….

Suara Jongin terdengar rendah di telinga Sehun, membuat dirinya gemetar karena gugup.

-kau akan menyesal Hunnie."

Sehun terduduk lemas, ketika Jongin beranjak pergi. Dia kehilangan tenaga ketika bibir lelaki tan itu mengecup cepat bibirnya tadi. Jongin sendiri berjalan pergi meninggalkan Sehun. Hahhhh, dia merasa energy-nya banyak terbuang akibat bicara panjang pada Sehun tadi. Dia tau kalau Sehun masih terduduk di sana, tapi dia tetap menjauh. Mana dia perduli…

.

.

-AkaSuna-

.

.

"Sehunnieeeee…" Seorang panda, Upsss.. maksud saya pemuda yang mempunyai lingkar hitam dimatanya seperti panda merangkul Sehun yang berjalan sendirian di koridor sekolah.

"Ah, Tao ge.." Sehun menunjukkan eye smile-nya, yang sukses membuat pemuda bernama Tao itu tersenyum. Tao, Huang ZiTao. Tao juga merupan murid popular di sekolah ini, tubuhnya yang tinggi bidang, wajahnya yang manly, keahlian wushunya, dan jangan lupakan kulit tan sexy-nya yang sama seperti Jongin, sukses membuat dia di sukai banyak orang. Tao adalah sepupu Sehun. "Ge, mana pesanan Hunnie?" Sehun melirik pada Tao yang masih menjajari langkahnya.

Tao berhenti berjalan dan merogoh tasnya mengambil beberapa buku tulis, dan menyerahkan buku-buku itu pada Sehun yang menantinya dengan mata berbinar.

"Untuk apa buku-buku ini? Gege akan membelikan yang baru kalau Hunnie membutuhkan buku." Tao bertanya heran, karena tadi malam Sehun menelpon dia agar membawa buku-buku matematikanya pada tingkat dua dulu hari ini, karena sekarang Tao sudah berada di tingkat tiga.

"No no no" Sehun menggelengkan kepalanya dan membuat poni rambutnya bergoyang lucu, yang sukses membuat Tao gemas setengah hidup. "Hunnie di suruh mommy ikut bimbingan sama Jongin. Jadi Hunnie mau baca-baca dulu, agar nanti tidak terlalu susah"

"Jongin? Yang sekelas sama kamu?" Tao bertanya pada Sehun yang mulai berjalan menuju perpustakaan.

"Iya ge…" Sehun mengerucutkan bibirnya. "Hunnie juga sudah menolak, tapi mommy tetap memaksa." Sehun merajuk lucu.

"Tapi gege setuju sama imo, kamu memang harus di ajari sama orang yang tepat. Kamu itu akan bermain dan tidak serius belajar kalau sama orang yang dekat sama kamu." Tao menjelaskan pada Sehun, Tao juga menyadari betapa buruknya Sehun dalam pelajaran menghitung. Karena dia dulu juga pernah disuruh untuk membimbing Sehun, dan hasilnya? Mereka bermain ular tangga.

"Tapi ge….. ini Jongin loh" Sehun menjawab dramatis, "Jongin yang punya aura hidup segan mati tak mau itu. Hunnie bisa mati bosan gegeeee…." Sehun menggoyang-goyangkan lengan Tao dan menampilkan wajah anak anjing minta di pungut.

"Coba aja dulu, kalau dalam sebulan kamu ada kemajuan berarti metode dia mengajari kamu memang bagus dan kamu harus terus belajar sama dia. Tapi kalau kamu tidak ada kemajuan, gege akan bantu kamu buat bicara sama aunty. Deal?" Tao memberikan solusi pada adiknya ini, bagaimana pun juga Tao ingin adiknya mulai belajar serius.

"Baiklah, Hunnie akan coba." Sehun berbelok menuju koridor merpustakaan. "Gege pulang aja duluan, Hunnie mau bertemu sama Jongin dulu."

"Gege antar sampai perpustakaan, dan kamu pulang naik apa? bukannya mobil kamu masih di bengkel?"

"Hunnie pulang naik taksi, karena mom sama dad sore ini ada undangan di tempat rekan bisnis mereka."

"Gege jemput ya? Jam berapa kamu pulang?"

"Nanti Hunnie hubungin, kalau sudah selesai." Sehun melambaikan tangannya pada Tao yang mulai beranjak, karena mereka sudah sampai pada pintu perpustakaan.

Setelah bayangan Tao sudah tidak terlihat, Sehun mulai berjalan masuk. Tidak ada orang di dalam bahkan ibu penjaga perpustakaan yang sudah beruban itu pun tidak ada. Sehun mengangkat bahu, mungkin mereka sudah pulang karena ada urusan. Dia terus berjalan ke meja paling pojok, karena dia tau itulah singgasana Jongin untuk tidur. Jantungnya mulai berdegup kencang, ketika melihat Jongin sedang tertidur dengan berbantalkan sebuah buku tebal. Dia masih mengingat bagaimana Jongin mencium bibirnya sekilas kemarin sore, yang sukses membuat dia tidak tidur tadi malam. Sehun menunduk memperhatikan wajah damai Jongin, berbeda sekali dengan wajah malas yang biasa di tampilkannya. Dan entah kenapa sejak kemarin Sehun merasa saingannya ini terlihat begitu tampan.

Eh…? Tampan..? TAMPAN…?

Sehun menggelengkan kepalanya guna mengusir pikiran bodohnya. Tampan? Cih, dari mana tampannya? Mata hitamnya? Hidung bangirnya? Rahang tegasnya? Bibir sexy-nya?

Ahhhh… benar-benar tampan.

"Shit, dia sama sekali tidak tampan tapi sangat tampan. Bagaimana bisa aku baru menyadarinya?" Sehun berguman pelan di depan wajah Jongin, dia bahkan tidak menyadari si empunya wajah sudah terbangun dan melihat tingkah absurd-nya.

"Apa yang kau lakukan?" Suara malas Jongin terdengar di telinga Sehun yang sukses membuat dia terlonjak kaget.

"A-ah i-itu. A-aku melihat nyamuk, ya ny-nyamuk. Hehehe" Sehun menggaruk tengkuknya gugup.

"Hmmm" Jongin hanya berdehem, dia tidak mau repot dan membuang energy-nya untuk bertanya lebih lanjut. Dia mendorong sebuah buku paket matematika ke hadapan Sehun. "kerjakan dari nomor satu sampai tiga." Sekelas dengan Sehun dari tingkat satu sampai sekarang membuat Jongin tau kemampuan Sehun, makanya dia hanya memberikan tiga soal.

Sehun mendudukkan dirinya di depan Jongin dan mulai membaca soalnya juga mencoret-coret kertas untuk mencari jawabannya.

5 menit..

Sehun melirik Jongin yang mulai tidur lagi sambil bertopang dagu.

10 menit…

Sehun masih betah melirik ah bukan,dia bisa di bilang tengah memelototi wajah Jongin.

15 menit…

'Oh god, bagaimana ada makhluk setampan ini?' Sehun berfanboying ria.

20 menit…

Sehun tersadar dan mulai menghitung.

25 menit…

"Shit, jangan salahin aku ya. Wajah kamu itu manggil-manggil aku buat terus melihatnya' Sehun mendengus, tapi dia kembali mengerjakan tugasnya.

Tepat 30 menit…

"Sudah selesai?" Jongin bangun dan meregangkan badannya, sedangkan Sehun hanya tertawa canggung.

"Hehehe, sebenarnya aku tidak mengerti" Sehun menunduk dengan rona merah di pipinya. Dia benar-benar malu, masa tiga soal saja dia tidak bisa.

"Kenapa tidak bertanya?" Jongin mendengus.

"Kamu tidur tadi…" Sehun beraegyeo, dan lagi-lagi Jongin mendengus. Hahhhh, ini juga salahnya. Jadi dia harus rela energy-nya terbuang percuma untuk menjelaskan pada Sehun tiga soal yang di berikannya tadi, sampai Sehun mengerti dan itu bisa berlangsung sangat lama.

Setelah jam menunjukkan pukul setengah lima sore, Jongin dan Sehun keluar dari perpustakaan untuk pulang. Ketika mereka sampai di lobby, mereka baru sadar kalau sedang hujan deras. Jongin berjalan ke kanan menuju loker, sedangkan Sehun hanya berdiri di sana dengan cemas karena Tao baru saja mengirim pesan kalau dia tidak bisa menjemput karena ada urusan yang darurat. Sehun ingin menelepon perusahaan taksi ketika ponselnya tiba-tiba mati kehabisan baterai, Yeah holly crap... Tak lama kemudian Jongin datang dengan tangan kanannya membawa payung , Sehun memberanikan dirinya untuk meminjam ponsel Jongin.

"Emmm.. tolong pinjamkan aku ponselmu." Sehun menunduk, tak mau melihat wajah Jongin.

"Untuk apa?" Jongin menyahut sambil mulai membuka payung berwana biru yang di pegangnya.

"A-aku ingin menelepon taksi."

"Hmmm.." Jongin merogoh saku celananya dan menemukan ponsel bercasing putih dengan gambar Kyuubi, dan memberikannya pada Sehun.

"Jong, i-ini tidak hidup." Mendengar suara lirih Sehun, Jongin mengambil ponselnya dan melihat bahwa dirinya juga kehabisan baterai.

"Baterainya habis." Dia bisa melihat Sehun yang menggigit bibir bawahnya. Hahhh, Jongin menghela nafas.

Namun mana mungkin dia meninggalkan anak ini di sekolah sendirian apalagi dalam keadaan hujan deras seperti ini. Dan dia kembali menghela nafas, setelah sadar kalau ini akan membuang banyak energynya.

"Ayo." Jongin membuka payungnya dan mulai berjalan. Setelah beberapa langkah dia tidak merasa Sehun mengikutinya, Jongin berbalik dan melihat Sehun yang masih berdiri di tempatnya semula.

"Aku akan mengantarmu" Di genggamnya tangan Sehun dan menariknya pelan agar mengikutinya menuju parkiran. Sehun yang merasakan hangatnya genggaman tangan Jongin hanya bisa menunduk menyembunyikan rona merahnya.

Di dalam mobil pun mereka hanya diam dengan pikiran masing-masing. Sehun tidak pernah merasakan sensasi berdebar seperti ini bila berdekatan dengan orang lain, tapi Sehun mengakui bahwa dia menyukai sensasi ini. Dia suka bila jantungnya berdegup bila melihat Jongin. Tapi dia juga merasa agak kecewa mungkin? bagaimana bisa dia berdebar-debar setelah semalam sedangkan Jongin hanya biasa-biasa saja? Bastard..

Jongin sendiri cukup heran akan sikap Sehun yang sangat penurut hari ini. Yang dia tahu biasanya Sehun itu orang yang manja dan suka merengek, tapi hari ini dia melihat sisi lain Sehun yang seperti seorang errrr.. pemalu? Dan jujur saja Jongin menyukai Sehun yang seperti ini, karena terlihat lebih manis.

30 menit kemudian mereka sampai di gerbang kediaman keluarga Wu. Sehun hendak membuka pintu mobil ketika Jongin menahan tangannya, Sehun bisa melihat Jongin mengambil payung di jok belakang dan berjalan keluar untuk membukakan pintu mobil Sehun.

"Aku akan mengantarmu sampai pintu." Jongin menarik pinggang Sehun lebih dekat padanya agar tidak terkena air hujan. Sehun sendiri merasa sangat takut, takut kalau Jongin bisa mendengar degupan jantungnya yang menggila. Setelah sampai di pintu rumahnya, Sehun membungkuk singkat.

"Terimakasih" Sehun tersenyum manis, tapi ketika dia berbalik Jongin dengan cepat menarik tangan Sehun dan memojokkannya di pintu. Sehun terkejut tapi dia segera menunduk setelah sadar akan posisi mereka yang sangat dekat. Sehun merasakan dagunya di tarik pelan hingga mata mereka bertatapan. Dan sukses membuat dia merona ketika merasakan nafas Jongin menerpa wajahnya.

"Hanya itu?" Sehun memiringkan kepalanya pertanda bingung. Jongin mendengus melihatnya. "Hanya itu ucapan terimakasihmu, setelah aku membuang banyak energyku untuk mengantarmu?"

"Ka-kau mau berapa Jong?" Sehun menjawab gugup, dia bergetar di bawah tatapan Jongin.

"Aku tidak butuh uang." Jongin mengusap bibir bawah Sehun dengan ibu jarinya. "Tapi aku mau ini"

Sehun terkesiap kaget ketika dengan cepat Jongin menarik pinggangnya dan mengecup bibirnya, bukan hanya kecupan biasa seperti kemarin, tapi kecupan yang berubah jadi jilatan, Jongin menjilat bibir bawah Sehun dengan sensual yang membuat tubuh Sehun bergetar. Dia mengulum bibir Sehun seolah itu adalah permen termanis di dunia. Setelah merasa cukup, Jongin melepaskan bibir Sehun dengan suara kecipak pelan.

Tetapi melihat wajah Sehun yang memerah dan tersengal, membuatnya terangsang. Fuck! Jongin menarik tengkuk Sehun dengan kasar dan kembali menempelkan bibir mereka. Dia juga makin mengeratkan tangannya di pinggang Sehun. Sehun sendiri entah apa yang merasukinya hingga dia sama sekali tidak menolak, tapi juga tidak membalas.

Sehun hanya mengeratkan cengkramannya di seragam Jongin. Sebenarnya Jongin tadi hanya ingin meminta bayaran singkat, tapi merasakan bibir Sehun yang manis dan juga basah dia merasa tidak bisa berhenti. Apalagi dia bisa merasakan Sehun yang seolah pasrah menyerahkan segalanya pada Jongin.

Jongin melumat bibir Sehun dan mulai memasukkan lidahnya guna menjelajahi rongga mulut lelaki pucat ini. Menggelitiki langit langit mulut Sehun dan mengabsen deretan gigi putihnya. Dia menyeringai di dalam ciuman mereka ketika mendengar Sehun melenguh saat dia menghisap lidahnya.

"Aghmmmm, Jhong..." Lenguhan Sehun benar-benar membuat Jongin tegang.

Jongin bisa merasakan Sehun yang sepenuhnya bersandar padanya karena kehilangan keseimbangan, dia menurunkan wajahnya di leher putih Sehun dan menggigit pelan juga menghisapnya keras menciptakan sebuah kissmark. Sehun melenguh nikmat kala Jongin kembali menciptakan beberapa buah kissmark.

"Ngahhhh... Jhong.." Shit, Sehun mengerang keras ketika tangan nakal Jongin turun kebawah meremas bokongnya dengan kuat. Sehun menggelengkan kepalanya karena nikmat, dia tidak pernah di sentuh orang lain hingga sejauh ini.

Melihat wajah Sehun yang semakin merah Jongin melepaskan pelukannya dan menghentikan semua sentuhannya. Jangan sampai dia menyetubuhi anak ini di sini. Ayolah, ini masih di depan pintu keluarga Wu bagaimana kalau daddy Sehun yang sangar itu tau? Bisa-bisa Jongin tinggal nama besok. Lagipula, dia masih mempunyai banyak waktu untuk bermain bersama Sehun. Bukankah dia akan mengajari Sehun selama dua bulan ini? Jongin tertawa setan di dalam hati.

"Hah hah hah" Sehun mengambil nafas banyak-banyak dan mendongak melihat Jongin juga melihatnya.

"Aku sudah mendapat bayaranku." Jongin berbalik dan melenggang pergi sambil menyeringai lebar. Dia akan rela membuang banyak energinya jika itu untuk membuat Sehun mendesah di bawahnya. Let's see later...

Sedangkan Sehun kembali terduduk di depan pintu rumahnya sambil meraba bibirnya.

"Ya tuhan, apa itu tadi?" Sehun menekuk lututnya dan menenggelamkan kepalanya disana, berharap dia tidak mati akibat jantungnya yang memberontak.

.

.

TBC..?


Holla chingudeul...

Di FF ini saya membuat sifat Jongin sama seperti karakter anime 'Hyouka' Oreki Houtarou.

Karakter malas tetapi pintar, dan memempunyai moto 'Jangan pedulikan apapun dan jangan melakukan sesuatu yang membuang-buang energi'

Ingat, hanya sifat itu yang saya ambil dari Oreki. Karena disini Jongin juga mempunyai sifat mesum dan juga liar, yang sangat tidak mungkin ada pada diri Oreki.

Jadi, berminat untuk review..?#Bow

Adios...