'Aomine kemana, ya?' batin Kagami persis setelah bel masuk sesudah istirahat. Teman sebangkunya yang berkulit gelap itu belum juga menampakkan batang hidungnya setelah uhuk-insiden-uhuk jam istirahat hari ini. Jujur saja, Kagami tetap merasa bersalah sudah meninggalkan Aomine begitu saja−tanpa berterimakasih karena sudah meminjamkan seragam olahraganya−meskipun Aomine juga keterlaluan.

Tadinya Kagami yakin Aomine akan mengejarnya ketika ia meninggalkan pemuda dim itu dengan dramatisnya ala telenopela−ternyata tidak. Rasa dongkol dan kesal masih berbekas di hati Kagami sepanjang jalannya dari atap ke kelas sebagai buah dari tindakan asal Aomine. Tapi rasa dongkol di hatinya langsung berubah ketika ia melihat seragam sekolahnya terlipat rapi di atas mejanya, ada juga secarik kertas dengan garis-garis kasar dan berantakan yang Kagami kenali adalah tulisan Aomine.

'Baju lo udah kering. Gue taro disini aja ya'−kalimat yang tertulis di kertas kecil itu.

Pipinya memerah total. Tak pernah terpikir dalam benak Kagami kalau Aomine−yang notabene tidak perhatian−akan melakukan hal semanis ini. Kagami mengambil seragam yang terletak di atas meja, dan meletakkannya di dalam tas. Sehabis itu, di ambilnya kertas sakral dari Aomine, di bacanya lagi berkali-kali macam istri yang menemukan surat perceraian dari suami. Ge'er-nya sudah meluap-luap kali ini.

"Surat cinta 'eh?" seorang lelaki bersurai merah terang−yang nampaknya lebih pendek dari Kagami−mengambil kertas yang di pegangnya dari depan.


.

.

S O U R

A Kirigaya Kyuu and OrdinaryFujoshi Fanfiction

Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi

Seito!AU, AlphaOmega, Sho-ai

Nerd&Dork!Kagami and Punk!Aomine

.

.


"Apaan si−" gerakkan tangan Kagami untuk mengambil balik kertas sakralnya terhenti. Matanya membelalak setelah melihat siapa sosok yang berani mengambil kertasnya.

Sengiran terpatri di wajah licik manik heterochrome "Yo, Ka-ga-mi-kun" lelaki itu menekankan surfix kun dan mendelik jijik ke arah Kagami.

"A-A-Aka-shi..." Kagami sudah berharap dari dulu kalau Akashi tidak akan pernah mengganggunya lagi. Dia pun berharap kalau mereka berdua tidak sekelas. Dan do'a itu terkabul. Namun sekarang, Akashi kembali. Kembali ingin me-ijime-nya lagi.

Akashi Seijuuro. Siswa yang genius, kaya raya, terkenal elegan dan populer. Ketua OSIS di SMP alumnus Kagami, yang notabene disegani dan dipuji banyak guru. Seorang siswa yang sempurna, secara singkatnya. Seorang Alpha yang termasuk pemilih terhadap golongan Omega. Tetapi dibalik terangnya cahaya dan prestasi seorang Akashi Seijuuro, ada bayangan gelap pekat yang dihasilkan−sifat buruknya yang selalu mengatakan dirinya absolut dan berkuasa penuh terhadap orang lain−dimana sifatnya itu mengganggu Kagami. Memang, Akashi sudah sejak SMP terus mem-bully Kagami karena status Kagami sebagai seorang pria Omega−derajat yang dianggap paling rendah diantara hirarki manusia yang memiliki gen-gen istimewa tersebut−dan karena Kagami itu bodoh untuk di ijime.

Akashi menghirup aroma dari kertas itu perlahan. "Hm? Dari seorang Alpha pria, ya, Kagami-kun?" Entah darimana ia tahu. Apa mungkin karena aroma mint khas Aomine yang sangat kuat masih menempel di kertas itu? Atau memang karena Akashi yang selalu absolut?

"B-b-bukan..." dustanya. Dia memalingkan wajah dari tatapan maut Akashi. Arah manapun tidak menjadi masalah, asal tidak menatap lelaki boncel di depannya.

"Siapa yang memberikannya?" tanya Akashi ketus.

Namun yang di terimanya hanyalah rapatnya mulut Kagami. "Tch, sudah berani mendekati Alpha lain, 'eh? Baru saja aku tinggal enam bulan, apa kau sudah seliar ini? Apa harus ku 'ajari' lagi, hm?" tangan kecilnya menarik dagu Kagami.

"Aka−"

"Minna! Quiz kanji sekarang! Duduk di tempat masing-masing!" seru sesosok lelaki yang datang memasuki kelas.

"Ck." Kedua tangan si heterochrome di masukkan kedalam saku. Kakinya melangkah keluar−kembali ke kelasnya. Kagami mendesah lega setelah Akashi keluar. Teman-temannya sungguh jahat, tidak ada yang berani membantunya tadi. Eh−? Sejak kapan Kagami punya teman?

Sebelum bayangan Akashi benar-benar hilang di telan jarak, si surai merah terang itu menatap Kagami dengan tatapan... membunuh? Kagami dibuat menelan ludah olehnya.

'Siapapun yang mendekati Taiga akan ku hancurkan' batin si merah terang. Dia bahkan baru ingat memanggil Kagami dengan nama kecilnya sekarang. Akashi mungkin terlalu terpesona dengan makhluk omega yang sering di ijime ini.

Setelah Akashi benar-benar telah keluar, barulah Kagami mengambil buku tulis dan menghempaskan bokong menggodanya di kursi. Sampai dia teringat akan satu hal. Tangannya bergerak sana-sini mencari suatu hal yang nampaknya sangat penting.

'Kertas dari Aomine ada di mana?!'

.

.

.

.

.

Jam pelajaran kelima dimulai. Pelajaran Geografi dari Kasamatsu-sensei. Dan Aomine masih belum masuk ke kelas, itu Kagami jadi makin cemas. Entah kenapa makin hari Kagami makin sering saja mengkhawatirkan keadaan pemuda berandal berkulit dim eksotis tersebut. Pikirannya hanya bisa terfokus saat ketua kelas 1-3 memberikan aba-aba untuk memberi salam pada guru mereka. Setelah duduk lagi di kursinya, pikiran Kagami melayang entah kemana, jauh dari tubuhnya.

Aomine. Kertas sakral berisi dua kalimat sederhana darinya, sekarang menghilang tak tahu kemana. Aomine. Sifat berandalnya, juga wajahnya yang bagi Kagami ternyata menawan juga−tak lupa dua manik biru tua yang mempesona itu. Bagian yang terbaik: Aroma tubuh maskulinnya. Sifat malas dan tidak acuh pada lingkungan sekitar. Juga tugas dari Hyuuga-sensei untuk menjinakkan black panther liar itu...

"Jadi, ketinggian suatu tempat dapat diketahui dari tingkat kerapatan garis kontur pada suatu peta," suara Kasamatsu-sensei yang keras dan agak terlalu cepat hanya sedikit yang masuk ke telinga Kagami. Kagami berusaha fokus, tapi tidak bisa. Mungkin karena sepanjang istirahat tadi ia tidak sempat minum akua.

'Dimana kertas itu? Di dalam tasku tidak ada. Di dalam Loker meja pun tak ada. Di saku celanaku juga tidak ada. Oh Tuhan, itu benda terpenting untuk−' pikiran Kagami berhenti sejenak.

Benda terpenting katanya? Wait. Itu cuma sepotong kecil kertas dengan coretan sana-sini yang tidak begitu penting bukan?

'A-apa jangan-jangan...'

Bletak!

"Pfftt" bunyi tawa tertahan dari seluruh penjuru kelas terdengar.

Kagami yang masih belum sadar sepenuhnya pada lamunannya itu menoleh ke arah suara. Dan di dapatkannya, seroang pemuda bersurai golden yelllow yang suka meng-ijime dirinya. Si golden yellow itu rupanya tengah menahan rasa sakit hasil dari pukulan penuh rasa sayang(?) dari Kasamatsu-sensei. Ah, sekedar rumor saja yang sering terdengar di SMA Seito, kalau Kasamatsu-sensei itu sebenarnya adalah seorang Omega. Namun rumor itu di tepis jauh-jauh dari otak coretmesumcoret para Alpha. Itu semua di karenakan Kasamatsu-sensei tidak memiliki bau macam Omega.

"Kise Ryouta! Sensei sudah mengawasimu dari tadi! Kenapa kau terus-menerus menengok ke bawah 'hah?!" tangan Kasamatsu menarik sebuah benda kecil dari dalam loker meja Kise "Ah... bermain ponsel 'eh?"

Kise tersenyum kecut "Gomen-ssu Kasamatsu-sensei..." wajahnya memelas sekarang. Lengkap dengan puppy eyes dan tangan yang di tangkupkan di depan wajah.

Sayangnya trik seperti itu tidak mempan di mata Kasamatsu-sensei−yang notabene masuk ke dalam salah satu nominasi the most killer sensei in Seito Highschool.

"Kise Ryouta... BERDIRI DI KORIDOR KELAS SAMPAI PELAJARAN SELESAI!" titah sensei itu mutlak. Jadi mau tak mau−harus mau−Kise berjalan keluar sambil mencibir menatap Kagami.

Mata Kasamatsu berpindah. "Kagami Taiga... Apa kau ada masalah? Sedari tadi kau melamun." Sensei menepuk pelan pundak Kagami. "Dan... Apa kau tahu kemana Aomine?"

Kagami sweatdrop. "Tidak Kasamatsu-sensei. Aku juga tidak tahu dimana Aomine..." bisiknya tak kalah pelan dari suara sang sensei.

"Hm, baiklah. Semua! Mata kembali ke papan tulis!" teriaknya sambil berjalan menuju podium kelas.

Kagami menghela nafas panjang. Kasamatsu-sensei tidak melihatnya melamun sepanjang pelajaran. Atau mungkin belum ketahuan saja.

Pelajaran kembali dilanjutkan. Kasamatsu-sensei kembali menjelaskan tentang peta-peta-atau-apalah itu, Kagami tidak tahu. Dirinya masih belum bisa memfokuskan pikirannya pada pelajaran. Semakin ia berusaha fokus, semakin jauh dirinya dari pusat konsentrasinya. Semakin ia berusaha untuk memikirkan pelajaran yang dijelaskan gurunya, semakin pikirannya melayang jauh dari tubuhnya. Kemana? Tentu saja ke pemuda dim eksotis yang sekarang tak tahu dimana posisi pastinya. Kagami tak mampu mengalihkan pikirannya dari si bengal itu. Tak tahu mengapa ia mencemaskan pemuda bersurai navy blue.

"Jadi kesimpulannya adalah..." Kasamatsu-sensei berhenti sejenak. "Kagami Taiga!" serunya. Kagami tersentak kaget. "Coba tarik kesimpulan dari pelajaran hari ini!" titahnya.

Kagami gelagapan. Tentu ia tak mampu menjawab pertanyaan dari sang sensei. Seharian ini ia tak memperhatikan pelajaran bahkan sedetik. Ia hanya sempat mendengar sedikit-sedikit, itu pun terdengar samar karena ia tak memfokuskan diri sepenuhnya. Dilihatnya papan tulis, ada sedikit penjelasan tentang peta topografi dan jenis-jenis skala peta. juga ada beberapa gambar dengan banyak garis yang rapat dan renggang, dengan angka-angka yang bertambah banyak semakin ke tengah gambar yang Kagami kira mungkin puncak dari sesuatu.

"J-Jadi..." Kagami terbata. "P-Peta... Dibedakan menjadi... 2 jenis?" Kagami menjawab asal. "P-Peta... P-Peta..."

"CUKUP!" suara lantang Kasamatsu-sensei kembali terdengar. "Kagami Taiga. Pulang sekolah nanti. Gambar peta Jepang lengkap dengan garis kontur yang menunjukkan ketinggian wilayah, berikan penjelasan tentang tinggi-rendah kawasannya. Letakkan di meja saya jika sudah selesai!" perintahnya.

'Oh, great,' batin Kagami. 'Aomine memang sumber masalah. Baik di kelas maupun tidak. Ah, akhir-akhir ini sering sekali aku dihukum karenanya, bahkan memikirkannya juga kena hukuman.'

Sekumpulan siswa di kelas 1-3 masih sedikit terbahak melihat reaksi Kagami yang hanya menjawab 'Ya' gurunya dengan suara pelan.

Kasamatsu-sensei hanya bisa menggeleng kecil memperhatikan satu persatu gelagat muridnya.

"Baiklah, mari lanjutkan kembali..."

Samar-samar Kagami dapat mendengar hinaan−bisa dibilang begitu−dari teman-temannya.

"Hey, kau lihat tadi? Bahkan Kagami no yatsu di benci Kasamatsu-sensei! Kise saja tidak di suruh membuat peta Jepang yang ribetnya minta ampun" seorang lelaki kepala pelontos berbisik ria bersama temannya sampai-sampai tidak melihat penghapus melayang−lagi−ke arah mereka.

"YANG DARI TADI NGE-GOSSIP! BERDIRI DI KORIDOR BERSAMA KISE!" dua pria itu terkejut. Perasaan tadi mereka sudah berbisik sekecil mungkin, tapi masih saja terdengar di telinga sang sensei. Ternyata julukan 'Ear Killer' itu bukan sekedar julukan biasa ya.

'Rasakan itu karena telah menjelek-jelekkan aku!' Kagami, untuk pertama kalinya menatap orang yang menindas dirinya dengan tajam−penuh kebencian. Dan ternyata tatapan itu berhasil membuat si lelaki plontos terdiam saat berjalan ke luar kelas.

.

.

.

Pelajaran geografi hari itu selesai. Setelah memberi salam pada Kasamatsu-sensei, sang guru bersurai raven berjalan ke luar kelas. Terdengar jitakan yang cukup keras dan "Sensei hidoi-ssu!" yang semua orang tahu pasti dari bibir model bersurai pirang itu.

Tiga orang yang dihukum berdiri di koridor akhirnya masuk lagi ke kelas dan kembali ke bangku masing-masing. Dua dari mereka memandang Kagami yang tersenyum-senyum sendiri dengan tatapan kesal. Yang satu lagi−Kise−memandang Kagami seakan ia merencanakan sesuatu, entah apa itu.

"Haaahhh... Akhirnya... Pelajaran terakhir..." seorang murid bersurai coklat muda yang duduk di depan Kagami meregangkan tubuhnya.

'Pelajaran terakhir, ya...' Kagami melirik bangku di sebelahnya, yang masih ada tas−yang nyaris kosong−milik pemuda yang seharusnya duduk di sana selama jam sekolah. Arah pandang manik crimson Kagami diarahkan ke pintu yang masih menutup. Tidak ada tanda-tanda Aomine.

'Kenapa sih yang ada di pikiranku lagi-lagi Aomine?! Bukannya dia... Bukannya dia sudah.. C-Ci-Cium.. Ahhh!' Kagami kesal sendiri. Tidak seharusnya ia memikirkan pemuda dim itu−pikirnya. Lebih baik ia menggunakan waktu luang untuk mengerjakan tugas dari Kasamatsu-sensei−mumpung guru yang mengajar di jam terakhir tak kunjung datang.

.

.

.

Tap tap tap tap

Suara langkah kaki terdengar dari luar kelas. Temponya cukup cepat, sepertinya sedang berlari kecil.

'Aomine?' pikir Kagami.

Sreeeett

Pintu kelas 1-3 terbuka. Ternyata cuma ketua kelas. Kagami merasa agak kecewa jadinya.

"Izuki-sensei tidak mengajar!" serunya. Sang ketua kelas berjalan menuju papan tulis, mengambil sebatang kapur dan menulis 'Jam Kosong' di papan tulis. "Ada rapat mendadak," lanjutnya. "Izuki-sensei bilang kerjakan dulu halaman 34, lalu terserah."

"Dikumpulkan tidak-ssu?" Kise berseru dari bangkunya.

"Entahlah. Sepertinya tidak."

"Ah, kalau begitu tidak usah dikerjakan saja, ssu!" Kise memosisikan tangannya di belakang kepala. "Lagipula... Sepertinya ada sesuatu yang lebih seru untuk dikerjakan, ssu!" Kise melirik ke arah Kagami, lalu bersiul−bermaksud menggoda Kagami.

Kagami yang sedang 'asik' mengerjakan tugas hukuman Kasamatsu-sensei itu membuang muka. 'Apa-apaan Kise itu?' rutuknya dalam hati.

"Ne..ne! Kalian berdua! Sini deh!" panggil Kise ke arah dua orang lelaki yang ikut di hukum oleh Kasamatsu-sensei bersamanya.

"Y-ya?"

"Aku... punya ide bagus-ssu" sekali lagi, matanya melirik ke arah Kagami "Dia, juga pasti akan ikut-ssu"

.

.

.

Jam sudah menunjukan pukul 17.00, yang berarti waktu pulang sekolah. Dan Kagami masih berada di kelas. Sedang apa? Tentu saja masih mengerjakan peta Jepang serinci mungkin. Seharusnya, dua jam terakhir tadi, Kagami sudah bisa menyelesaikan 'hukuman'nya. Tapi dikarenakan Kise dan kawan-kawan terus mengganggu... waktunya jadi di ulur-ulur.

Aomine Daiki masih menghantui pikirannya.

"Haah... yatta..." Kagami menatap kertas berukuran A4 di depannya bahagia. "Selesai juga..."

"Hem... kalau di lihat-lihat... sayang juga kalau harus di kasih ke Kasamatsu-sensei..." Si crimson terlalu sibuk menatapi kertas sampai tidak sadar kalau ada seorang lelaki yang berjalan mendekatinya– "Apa aku scan aja y– Hmph!"

Are... kok kepalaku pusing ya...

–dan membekap hidung serta mulut Kagami dengan sapu tangan yang agak basah karena cairan kimia.

.

.

.

"Hoaam..."

Di sisi lainnya, Aomine baru saja terbangun dari tidur siang panjangnya. Ia berdiri dan berjalan ke pinggiran besi pembatas, bersender disana. Matanya menatap sekeliling dengan bosan hingga–

"Hm? Itu bukannya temen sekelas gue ya?" Ia melihat tiga orang laki-laki–satu diantaranya bersurai golden yellow– yang menggeret sebuah benda besar? "Mou.. ii ka"

Sniff... Sniff...

"K-Ka... gami?" dahinya berkerut.

–ia mencium aroma yang sangat familiar dari arah ketiga orang di bawah yang tampak sangat mencurigakan.

Matanya terus mengikuti arah mereka berjalan. Sayangnya, setelah si golden yellow berbelok, Aomine tidak dapat melihat siluet mereka lagi.

'Ja-jangan-jangan...' tangannya mengepal, lalu berlari kebawah. 'CK! SIALAN!'

Aomine hanya bisa mengandallkan indra penciumannya untuk mendeteksi dimana letak keberadaan pemilik aroma si red apple.

Dan mungkin untuk pertama kalinya. Seorang Aomine Daiki peduli terhadap orang lain.

.

.

.

.

.

To be continued

.


a/n

Ordinary : Ehem... HAI MINNA~~ Akhirnya . Apdet. Huft. Salahin Ordin karena jadwal apdet yang tadinya kilat jadi super telat gini. Wabah WB sedang menyerang, huh. Mungkin karena Ordin lagi sering baper juga /apaan

Chapter ini sebenernya udah mulai ditulis semwnjak 2 minggu yang lalu (kayaknya), dan hebatnya karena Ordin WB parah, BUTUH waktu yang sangat lama untuk nyari wangsit, semedi di bawah air terjun. MAAP YAH BULAN PUASA APDET HUMU. Porsi hint terpaksa dikurangi (kayaknya nggak juga). Tenang. Bakal banyak hint lagi. Kalo udah bukan bulan puasa.

Curhat dikit yah. Ordin galau. Salah satunya karena Kyuu gak WB dan post oneshot banyak banget. Sementara Ordin berkutat dengan ide fic chap ini yang masih jadi utang dan fic Ordin sendiri yang belum apdet, juga oneshot ret M (kemungkinan setelah lebaran di publish). AYOK DONG REVIEWNYA, BIAR ORDIN MAU NULIS LAGI :''' /apaan sih lu

Sudahlah... Ordin harus kembalilah ke alamnya.. Nulis lagi, ngetik lagi... Masih banyak kutang, eh, hutang.

OKELAH.. BABAI! *lempar mik ke Kyuu*

Kyuu: *tangkep mik dengan gaya heroik* *ditendang massal* "Aduh.. halow!"

ehm... HALOO /apasih

oke. aku abis pundung karena bagian akhir yang keapus /abaikan.

nah, karena lama apdet... itu salah ordin /ditendang. sama salah kyuu juga sih :v (tapi kyuu ga ngerasa salah) /ditendang lagi

udah ah, ga tau mau ngomong apa :v *back pundung*

jangan lupa review ples -_- dan err.. baca fic kyuu yak /ditendang lagi karena promosi

akhir kata,

Read and Review please?

Terima Kasih kepada untuk reviewnya di chapter kemarin: ThUltramarine, CA Moccachino, Penikia, Melmichaelis, Ao Yuuki Shintaro, dan KAU! silent-reader san!