Disclaimer:

Semua trademark dalam fanfic ini dimiliki oleh pemegang copyright masing-masing (Shokugeki no Soma oleh Yuuto Tsukuda et al.), kecuali plot dan hasil pemikiran penulis. Fanfic ini dibuat hanya untuk hiburan semata dan tidak dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan material apapun.

Peringatan Pengarang:

Fic ini mengandung retcon, info yang diciptakan, dan hal yang tidak canon secara umum. Membaca fic ini dapat menyebabkan bingung mana yang canon dan mana yang bukan, memiringkan kepala, facepalm, dan dalam kasus ekstrim dapat menimbulkan rasa sakit di bagian-bagian tubuh tertentu. Kehati-hatian pembaca sangat dianjurkan. Resep dan cara memasak dalam cerita ini tidak akurat walau diusahakan realistis.


"Pin, coba elu pikir..."

"Pikir apaan kong?"

"Sepanjang jalan ke sini lu kan liat. Restoran ape yang paling banyak?"

"Restoran... Jepang ye kong?"

"Bener, Pin. Dari sejak engkong mude ampe jaman sekarang, makin banyak restoran Jepang buka di Jakarte ni. Engkong takut, suatu ketika makanan kite dipandang sebelah mata di mane-mane. Makanan rendahan, kagak cocok dimakan nyonye dan tuan gedongan!"

"Oo... gitu ye kong?"

"Iye... Maka dari entu, elu harus bisa entar, bikin makanan kite berjaye di mane-mane! Biar nyonye dan tuan yang di Jepang sono juga bangga makan masakan Betawi!"

"Iye kong! Aye janji entar bakal buka warung masakan betawi di Jepang! Tar engkong boleh makan gratis seumur idup di warung aye!"

"Tah, itu baru namenye jagoannye engkong! Gimane, bahannye elu udah siapin?"

"Udeh kong! Jeroan ama dagingnye udah aye rebus terus potong-potong, susunye udah aye keluarin dari kulkas, tomatnye juga udeh aye potongin!"

"Sip. Susunye susu sapi perawan kagak?"

"Kagak tau kong. Emang ade?"

"Ya kagak lah, mana ade sapi perawan ngeluarin susu. Yuk ah kita kemon!"

"Siap kong!"


Food Wars: Gyakushuu no Sarpin

A Shokugeki no Soma fanfiction

Prolog: Satu Melawan Jepang


"Duh... Kok gue mimpi gini lagi ya..." Gumam seorang pemuda sambil menggeliat bangun. Rambut pendeknya hitam, dan perawakannya sedang. Azan subuh yang membangunkannya pagi itu, sama seperti sehari-hari.

"Pin, ente udah bangun?" Panggil sebuah suara lelaki dari luar pintu kamar.

"Udah beh, bentar!" Balas sang pemuda sambil turun dari tempat tidur.

"Elu masak sarapan ye! Kite ade tamu," ujar sang lelaki diikuti suara langkah kaki menjauh.

Tak berapa lama, sang pemuda yang sudah mandi itu pun siap di dapur. Dengan tenang, ia melihat sekeliling, memikirkan apa yang akan ia masak hari ini untuk ayah dan tamunya. Rempah dan bumbu berjajar rapi di rak di atas kompor seperti disusun seorang koki profesional, sementara kulkas yang terbuka menampakkan berbagai bahan makanan siap masak.

"Hoo, kau tampak berbeda dari yang terakhir kali aku ke sini dulu," ucap sebuah suara dari belakang sang pemuda. "Sekarang punggungmu sudah nampak lebih seperti punggung koki."

"Bang Joe?" ucap sang pemuda kaget sambil menghadap ke arah suara. "Kirain siapa tamu Babe, ternyata Abang toh."

"Yaa begitulah," ucap lelaki yang dipanggil Joe itu sambil tertawa. "Masaklah, aku ingin melihat seberapa jauh kamu sudah berkembang."

"Boleh, siapa takut?" Balas sang pemuda sambil tersenyum.

Sang pemuda pun bekerja. Gerakannya cepat dan terukur, bak seorang juru masak berpengalaman. Tak seberapa lama, dapur itu pun dipenuhi aroma gurih masakan yang sedang dibuat.

"Sup daging, ya," ucap Joe sambil mengendus udara dapur yang dipenuhi aroma kaldu.

"He eh," balas sang pemuda sekenanya. "Kupikir karena Bang Joe udah lama ga ke Jakarta, harus makan masakan Betawi nomor satu juga dong. Resep warisan Engkong Ali nih."

"Haa, kita lihat apa kamu sudah boleh diangkat jadi pewaris restoran soto betawi Pak Ali," ucap Joe sambil tertawa kecil.

Tak sampai tiga puluh lima menit kemudian, semangkok soto betawi bersama nasi sudah terhidang di hadapan Joe. Uap dari masakan itu berkepul-kepul, menyebar aroma sedap ke seantero dapur. Tak ingin lama menunggu, Joe pun menyendok soto dalam mangkuk itu lalu menyiramkannya ke atas nasi. Setelah puas dengan beberapa adukan, sang lelaki pun menyendokkan campuran kuah, daging, dan nasi ke dalam mulutnya.

"Gimana? Persis kan sama buatan engkong Ali?" Ucap sang pemuda sambil tersenyum.

"Hampir persis dengan buatan pak Ali, tapi... ada yang lain di sini. Ini pasti bukan resep asli beliau," balas Joe sambil menatap sang pemuda dengan pandangan mengukur.

"Yaa begitulah," ucap sang pemuda sambil tertawa kecil. "Aku pakai susu kotakan, soalnya di sini susah kalau mesti pakai susu sapi perawan kayak resepnya engkong. Selain itu, masakan bang Joe kan biasanya rasanya ga setajem bikinan orang sini, jadi bumbunya juga dikurangin."

"Tapi itu belum semua, kan?" ujar Joe sesudah menelan sesuap nasi bercampur daging dan kuah soto.

"Emang dah, bang Joe koki internasional beneran. Kagak ade yang lepas!" kata sang pemuda sambil menggaruk bagian belakang kepalanya. "Kaldu daging yang kupakai ini rebusan kedua yang sedikit diencerkan dengan lebih banyak susu, jadi rasanya lebih ringan dari lazimnya soto betawi. Selain itu ada juga kecap asin karena bang Joe kan baru datang... biasanya orang yang habis capek lebih suka rasa yang lebih asin."

"Hoo. Matamu jeli, calon chef memang harus begitu," ucap Joe sebelum mengganti bahasanya menjadi bahasa Jepang. "Bagaimana pelajaran nihongo-mu? Sudah lancar?"

"Sudah. Saya belajar dari Meguro-sensei setiap ia ada waktu," balas sang pemuda dengan bahasa Jepang pula. "Ujian tingkat N2-ku lolos kemarin."

"Bagus. Kau sudah siap masuk Tootsuki," balas Joe dengan bahasa Jepang sambil mengacak rambut sang pemuda. "Bagaimana? Apa kau siap bertarung dengan calon-calon chef muda dari seluruh dunia? Apa kau siap membawa nama Indonesia di medan perang kuliner Jepang?"

"Aku siap, Saiba-sensei," jawab sang pemuda dalam bahasa Jepang sambil mengacungkan jempol.


Sekian bulan kemudian, awal tahun ajaran di Jepang…


Pagi itu, sang pemuda Indonesia yang berjanji akan membuka warung masakan betawi di Jepang sedang duduk di hadapan seorang lelaki paruh baya. Ia sudah menjalani wawancara awal dan mengisi beberapa formulir dibantu sang lelaki. Hidupnya di sekolah kuliner elite dunia itu akan ditentukan sebentar lagi.

"Baiklah, surat-surat kepindahan sekolah anda sudah selesai diproses dan anda diperbolehkan untuk mengikuti ujian masuk Sekolah Kuliner Tootsuki..." ucap sang pewawancara sambil sejenak memastikan pengejaan nama pemuda asing di hadapannya. "...Sarupin Binjari-san. Tinggal satu lagi kolom isian yang dibutuhkan."

"Kolom apa itu?" Tanya sang pemuda. "Oh, dan nama saya Sarpin bin Jali. Bin dan Jali-nya dipisah."

"Oh, begitu... maaf kalau pengucapan saya salah, saya belum pernah menemui nama seperti anda di Tootsuki sebelumnya..." Ucap sang pewawancara sambil mengangguk. "Anda diharuskan untuk memilih sebuah nama Jepang yang akan digunakan selama anda bersekolah di Tootsuki. Ini tradisi sekolah untuk memudahkan siswa-siswa asing untuk membaur."

"Begitu ya..." Ucap Sarpin sambil menggaruk dagu. "Apa nama ini harus ditulis dengan kanji?"

"Tidak juga, tapi bila anda lebih memilih nama yang ditulis dengan kanji maka nama yang anda pilih tidak boleh sama persis dengan nama dan nama keluarga siswa lain selama setidaknya lima angkatan ke belakang," kata sang pewawancara menjawab pertanyaan Sarpin.

"Kalau begitu... Saya pilih nama Yuuki Takemon," ucap Sarpin sambil mengambil secarik kertas dan menuliskan kanji nama barunya di sana sebelum mengangsurkannya pada sang pewawancara. "Takemon sebagai nama keluarganya."

"Yuuki Takemon, ya... Biar saya lihat di database dulu..." Ujar sang pewawancara sambil membaca sejenak tulisan Sarpin lalu mengetikkan nama pilihan itu ke dalam komputer. "Ah, nampaknya nama pilihan anda belum pernah ada di database Tootsuki. Biar saya input dulu... Oke, selesai. Selamat datang di ujian masuk Sekolah Kuliner Tootsuki, Yuuki Takemon-san. Semoga anda bisa masuk dan lulus dari sini dengan prestasi yang memuaskan. Wawancara dan ujian praktek akan dilakukan nanti pukul sepuluh di ruang yang sudah ditentukan. Selamat berjuang."

"Terima kasih," ucap Sarpin sambil menerima tanda peserta yang diserahkan sang pewawancara.


A/N: Well what can I say. Ceritanya Shokugeki no Soma menarik dan saya ngeship Souma/Megumi =))