Forget-Me-Not

Rated M; Warn Typos, Plot; Alternate Universe; Psychologist

Find the cast by yourself

Longshot [ maybe twoshot or threeshot, I dunno ]

Based on BTS – I Need U

Satu kesalahan yang besar

Adalah saat aku membuka pintu

Dan membiarkan mataku terpaku sejenak akan sosokmu

Tanpa daya

Membiarkan langkah kakimu terus membawamu masuk

Bahkan dalam celah terdalam

Satu kesalahan yang besar

Adalah membiarkan diriku sendiri

Jatuh cinta padamu

Alvabet © 2015 present

… - …

Summer July,

Aku mengerjap, dalam bimbang aku menarik beberapa lembar uang ratus won itu dari tangan kekar didepanku. Tangan itu beralih pada rambutku, mengacaknya dengan rakus, dan tawa itu berderai.

Disatu sisi, aku ikut senang.

"Gunakan uang itu sebaik-baiknya selama aku tidak ada disini." Ucapnya, dia merendahkan tubuhnya –hingga aku dapat melihat sepasang netra berwarna hitam itu yang sudah memenjarakanku- dia mengecup pipiku dan kemudian berlalu pergi; seperti biasanya, dan kembali tiga hari kemudian.

Disatu sisi lainnya, aku merasa hampa.

Pintu terdengar menutup, dan aku merasa yakin bahwa laki-laki yang sudah menemaniku hidup itu telah pergi. Aku melangkahkan kaki menuju jendela terdekat, mobil miliknya telah menjauh.

Detak jam yang terus berbunyi membuatku menolehkan atensiku pada benda bulat yang tergantung pada dinding itu, berjalan-jalan sebentar sepertinya tidak buruk.

Aku meraih knop lemari mempertahankan atensiku pada sosokku sendiri yang terpantul pada permukaan kaca, aku mengusap lengan kananku, dan menoleh kearah jendela kaca diseberang; cuaca panas tanpa ada awan terlihat.

Bagus, cuaca cukup mendukung untuk berjalan keluar.

Aku memilih jaket tipis berbahan kain yang cukup panjang, dan memakainya, memasukkan beberapa lembar uang kedalam saku, dan menyimpan beberapa yang lain pada tempat yang kusembunyikan.

Memilih untuk mengabaikan kunci mobil, aku lebih memilih untuk mengajak kedua kakiku untuk berolahraga. Begitu selesai dengan segala urusan mengunci pintu, aku beranjak meninggalkan kediamanku.

Hanya tinggal berjalan satu blok, dan aku akan menemui jajaran pertokoan dan beberapa café ataupun restoran cepat saji, sudah lama aku tidak keluar seperti ini, disudut sana akan ada satu halte bus.

Aku mematung didepan sebuah toko bunga, ada beberapa bunga yang dihias yang dipamerkan dietalase depan, mungkin membeli satu tidak akan membuat rumahnya kotor.

"Sudah lama tidak bertemu.." aku terkejut oleh suara disampingku dan sebuah tepukan halus pada bahuku. "Oow.. hyung…"

Lalu kami berakhir dengan duduk diatas kursi kayu dan saling berhadapan dengan dua mug berisi jus buah yang cukup segar; dengan cuaca panas seperti ini.

"Jadi… ini bisnismu hyung?" aku membuka percakapan sesaat setelah ia mendudukkan dirinya pada kursi didepanku "Iya, lumayanlah.." dia tertawa kecil.

Aku ikut menarik sudut bibirku; rasanya sulit.

"Jadi, kau kelihatan kurus."

Aku mengosok tengkukku "Oh ya, berarti program dietku berhasil." Aku tertawa, mencoba menghilangkan sedikit kegugupan disana.

Dia mengernyit "Oh ya?" ada nada tak percaya tersirat dari kalimat itu.

Aku mengangguk semangat "Tentu saja."

"Tidak kusangka bertemu denganmu disini, selama tiga tahun kau menghilang begitu saja." Laki-laki didepanku meraih mug dan meminum isinya "Mereka merindukanmu, terutama Jimin."

Aku mengerjap, mengingat sosok bocah gembul yang tingginya tak melebihiku, lalu aku tertawa cukup lepas "Dia masih mengingatku?"

Percakapan kami mengalir dengan cepat, dengan topik yang tak lepas dari masa lalu, dan beberapa keadaan teman masa sekolahku.

Ketika mentari telah bersiap kembali keperaduannya, aku pamit mohon diri, laki-laki berusia dua puluh lima itu segera berdiri, berlari menuju salah satu stand bunga dan membawa kembali pot kecil dengan tumbuhan berbunga biru.

"Oleh-oleh untukmu."

Aku tersenyum tipis "Terima kasih, Jin-hyung."

Laki-laki itu tertawa lalu menepuk lengan kananku; sedikit meringis, aku memundurkan sedikit tubuhku –menghindari tangannya.

"Kenapa?"

Aku menggeleng "Tidak apa-apa hyung. Aku pulang dulu, sampai bertemu lagi.."

… - …

Pot bunga kecil itu memaksaku menaruhnya disudut jendela, menaruhnya pada bagian yang cukup datar dan cukup mendapat sinar matahari, aku sama sekali tidak tahu-menahu bunga apa ini.

Aku mendesah ketika mengetahui tidak ada pesan ataupun panggilan yang terlewat dari sosok yang kurindukan; tapi disatu sisi yang lain, aku tidak tahu perasaan apa yang kurasakan padanya.

Aku menghela nafas sembari bangkit, mematikan saklar lampu, malam telah menjelang. Tidak ada yang bisa kulakukan lagi selain hanya terus bergumul dengan selimut. Tapi hari ini aku memutuskan untuk menonton televisi, membiarkan suara televisi yang keras itu meredam suasana kamarku.

Dalam kegelapan dan hanya dengan suasana temaram dari televisi aku mencoba menghidupkan lilin, bermain-main sebentar dengan nyalanya, mengoyang-goyangkan kedua tanganku dalam bentuk lingkaran, membuat api itu terguncang karena angin.

Perlahan, air mataku menetes.

… - …

Begitu mataku terbuka, yang kudengar hanyalah suara dering alarm dari jam weker berbentuk buah semangka itu diatas nakas. Aku mengeliat kecil dalam selimut hangatku dan memeluk guling, ketika mataku menangkap ruang kosong diatas ranjang berukuran queen ini.

"Aku merindukanmu…" terdengar suara yang kurindukan hadir dalam indra pendengaranku dan tangan yang merayap memeluk pinggangku dari belakang.

"Kau baru sehari pergi.." ucapku.

"Sehari itu serasa seperti setahun tanpamu, sayang." mendengarnya, aku seperti mual. Ada perasaan jengah yang terselip.

Dia memaksaku berbalik; sekali lagi, aku menurutinya.

Dia membuatku kembali menatap kelereng berwarna hitam itu, dan membuatku kembali seperti semula; aku yang penakut dan tak mau kehilangan.

Aku merelakan harga diriku untuk memeluknya dan terisak "Aku merindukanmu.." dan pelukan itu makin erat.

… - …

Ada beberapa tas belanjaan disudut ruangan, berserakan dengan isinya terlihat ada yang keluar. "Milik siapa itu?" tunjukku.

Laki-laki itu hanya bersandar pada bantal dan mulai asyik menekuni remote televisi, pandangannya nampak acuh "Itu untukmu."

"Sebanyak ini?"

Dia menatapku cukup tajam, lalu dengan nada cukup keras dia berkata "Berhentilah bertanya." Aku hanya terkejut, lalu mengumamkan permintaan maaf dan pergi menjauh.

Tapi kulihat pandangannya melembut "Maafkan aku sayang."

Disatu sisi lagi, aku muak.

Tapi aku hanya mengangguk "Apa aku bisa pergi keluar?"

"Tidak. Kau hanya perlu berada dirumah, dan tidak oleh menemui siapapun."

Lagi, seperti itu. Dia lalu pergi, dan kembali keesokkan harinya atau tidak.

. t b c .

a . n : hello guys, kali ini gue bawa ff chaptered nya anak2 BTS hwhw, gue cuma pgn kalian fav, follow, terus review hwhw, seorang penulis hidup karena kritik, saran, dan dukungan dari pembacanya. karena itu gue pgn ada dukungan dari kalian semua hwhw, next, lanjut ato delete aja hwhw

thanks :'