My Sexiest Boyfriend

.

Naruto © Masashi Kishimoto

.

Aoi Bench Original by Sasuke

Aoi Bench Cover by Tegomass

.

I don't own anything except the story line.

.

Warning: OOC. Typo(s). AU. Slash. MalexMale. This fiction will contain STRAIGHT too. So, please just leave this page if you have problem with it. And this fiction will contain porn.

.

Pairing: SasuNaru. Slight: GaaNaru. ItaKyuuIno.

.

Ps: Straight di fanfic ini hanya seputar ItaKyuuIno. Entah itu bisa di sebut 'straight' atau tidak. Yang jelas, semua pair disini tidak bisa saya ubah sekalipun para pembaca tidak menyukainya. Karena semua pair pendukung yang ada adalah demi berjalannya fanfic ini.

.

Segala hal yang ada di fanfic ini, hanya demi mendukung jalannya cerita saja. Tidak ada sedikitpun maksud untuk bashing atau sejenisnya.

.

Tolong warning-nya di baca terlebih dulu sebelum memutuskan untuk melanjutkan membaca fanfic ini. Karena isi dari fanfic ini belum tentu akan sesuai dengan harapan pembaca sekalian. Terima kasih sebelumnya.

.

A/N:

Current Song: Tegomass - Aoi Bench (acoustic version.)

Key:

Naruto = Tegoshi's part.

Sasuke = Massu/Masuda's part

.

.

.

Sasuke sebenarnya tidak mengerti apa yang terjadi di sini. Seorang pemuda yang beberapa hari lalu dilihatnya kini tengah terisak di hadapannya dengan mata yang masih berkaca-kaca―dia habis menangis―setidaknya itulah dugaan Sasuke saat ini.

Pemuda itu masih terdiam, di sebelahnya seorang gadis bersurai serupa dengan pemuda yang duduk di hadapannya tampak tersenyum secerah matahari terik yang menyilaukan di luar sana, sangat berbanding terbalik dengan keadaan adiknya saat ini.

Di sebelahnya Presiden direkturnya seolah tidak peduli dengan keadaan pemuda di hadapannya.

Sasuke menghela napas.

"Ini lagu yang kau minta, Kakashi." Sasuke menyerahkan beberapa lembaran kertas pada Kakashi yang duduk di sebelahnya.

"Hei. Begitukah caramu memanggil direkturmu sendiri Sasuke-kun?"

"Hn."

"Tsk. Mo ii. Ne, Naruto-kun. Dengan lagu ini, kau akan duet bersama Sasuke-kun. Jika sukses, aku akan memberimu lagu debut." Lanjut Kakashi kemudian, meletakkan lembaran kertas yang diberikan Sasuke pada pemuda pirang yang duduk tepat di seberang meja di hadapan Sasuke dan dirinya.

"HEI!―Ehm, maksudku Hatake-san, anda tidak mengatakan ini sebelumnya. Anda hanya meminta sebuah lagu untuk debut seorang talent baru, bukan?" Sasuke menatap tajam Presidennya yang ia tau tengah tersenyum di balik maskernya.

"Awalnya kupikir begitu, tapi kurasa akan sangat menarik membuat semua orang bertanya-tanya siapa pasangan duet Uchiha Sasuke di lagu barunya. Apalagi suara Naruto-kun juga sangat bagus. Orang-orang pasti akan mencari tau dan saat lagu debut Naruto-kun keluar nanti itu pasti akan laku keras. Bukankah ini strategi yang bagus?"

"Ya! Itu sangat bagus, Hatake-san! Aku selaku manager pribadi Naruto setuju." Sahut Ino tiba-tiba membuat adiknya bertanya dengan lirih sejak kapan kakaknya menjadi manager-nya dan seketika itu pula tatapan tajam kakaknya pun didapatkan Naruto.

"Saa, Naruto-kun. Kau mau kan?"

Naruto mengalihkan pandangannya pada laki-laki bersurai ash yang duduk di hadapan kakaknya.

"B-boku iranai." Masih dengan isak tangis yang belum hilang, Naruto menyahut dengan terbata. Lalu kepalanya menunduk.

"Ore mo iranai." Dilanjutkan oleh sahutan Sasuke yang kini melipat kedua tangannya di depan dada.

Dahi Kakashi berkedut kesal. Bagaimana bisa kedua orang ini begitu kompak di saat seperti ini. Tsk. Talent kurang ajar. Bersyukurlah mereka memiliki talenta yang luar biasa. Dan Kakashi hanya bisa menghela napas berat untuk menghadapinya.

"Sou? Jika begitu, Naruto-kun jika kau menyetujuinya kau mungkin suatu saat bisa bertemu dan bekerja dengan Sabaku Gaara.

Mendengar nama idolanya disebut, Naruto langsung mendongak dengan cepat menatap Kakashi.

"Eh? H-hontou?"

'Tsk. Brengsek. Bagaimana bisa si Dobe itu begitu senangnya akan mendapat kesempatan bertemu si Panda sialan itu.'

"Ya, tentu saja. Dan kau Sasuke-kun. Jika kau menolaknya, aku akan menyegel single solo-mu berikutnya." Lanjut Kakashi berbicara pada pemuda Uchiha di sebelahnya―dan masih dengan senyumannya di balik masker.

"Khek. Kau bercanda. Kau tau sendiri berapa jumlah kerugian yang akan kau alami jika menyegel single-ku."

"Ya. Dan kau juga akan mendapatkan banyak pemberitaan soal single-mu yang disegel."

"Tsk. Lakukan apapun mau-mu asal jangan menyentuh single-ku."

Ino hanya bisa terdiam melihat percakapan dingin di hadapannya. Entah bagaimana dua orang di hadapannya bisa menjadi rekan kerja disaat pembicaraan penting seperti ini dilakukan dengan aura permusuhan diantara mereka.

"Saa. Kalau begitu, aku dan Ino-san akan membicarakan kontrak kerja Naruto-kun. Dan Sasuke-kun, tolong ajak Naruto-kun berkeliling kantor ini. Jika perlu ajak juga dia latihan bersamamu."

"Hn."

"Nee-chan, aku tidak mau. A-aku mau bertemu Gaara-san tapi aku tidak mau pergi bersama si Teme itu!"

"Naru, jika kau berkeliling sendiri kau akan tersesat. Nah, siapa tau kau bertemu Sabaku Gaara nanti kan?"

"D-demo, Nee-chan―"

"Sasuke, jaga adikku. Okay?"

"Hn, Nee-san."

.

.

"Dobe. Everything is okay?"

Naruto mendongak, menatap pemuda yang berjalan di sampingnya dengan kening berkerut.

"Jangan terlalu memikirkan sesuatu. Dengan kening berkerut wajahmu semakin jelek."

"Teme!"

"Daijoubu. Everything is gonna be alright. Katakan padaku jika kau punya masalah."

Naruto tampak terkejut ketika mata itu menatapnya. Sebelah tangan besar Sasuke menyentuh keningnya, mengusapnya perlahan.

Dilihatnya pemuda di hadapannya tersenyum dari balik tangan besar yang masih mengusap lembut keningnya. Senyum yang tidak pernah Naruto lihat sejak pertama kali bertemu dengannya.

Senyum yang hangat, membuat Naruto tanpa sadar ikut terbawa suasana. Pemuda pirang itu ikut mengembangkan senyum kecil dan perlahan mengangguk untuk menanggapi perkataan pemuda lain yang masih berdiri di hadapannya.

"Arigatou." Bisik Naruto lirih.

.

.

"Ini ruangan latihan Black-Voice. Aku tidak tau kau akan mendapat ruangan dimana, tapi mungkin setelah ini kita akan sering bertemu." Ujar Sasuke pada pemuda pirang yang mengikuti langkahnya di belakang.

Menggeserkan tubuhnya dari pintu masuk, Sasuke mempersilahkan Naruto untuk melihat suasana latihan di ruangannya.

Ruangan ini begitu luas. Lantainya terbuat dari kayu seperti tempat latihan menari balet kakaknya. Juga terdapat cermin di sepanjang dinding bagian kanan ruangan.

Naruto dapat melihat dua orang tengah bercakap-cakap di sudut ruangan sebelah kiri. Seorang bersurai hitam dengan potongan pendek tepat berada di depan sebuah piano berbentuk persegi panjang berwarna coklat. Seorang lagi bersurai lebih panjang, rambutnya diikat ponitail. Naruto mungkin akan mengira dia seorang gadis jika pemuda yang kini tengah memainkan sebuah gitar di pangkuannya itu tidak menoleh.

Kakkoii. Itulah yang pertama terlintas di benak Naruto.

"Wah, kita kedatangan tamu? Naruto-chan ka?"

Pemuda bersurai panjang itu meletakkan gitarnya lalu mendekati Naruto

"E-eh? D-darimana―"

"Konser. Kita pernah bertemu sebentar setelah konser Black-Voice di backstage kan?" Sahut pemuda yang kini tengah berdiri tepat di hadapan Naruto.

Naruto mengangguk. Ia ingat kejadian yang membuatnya kini terdampar di tempat ini.

"Ara! Chibi-kun desu ka? Ore, Uzumaki Menma. Panggil aku Menma-senpai, kay?"

"Boku wa chibi janai-dattebayo!"

"Hontou? Tapi kau bahkan jauh lebih kecil dibanding Sasuke." Sahut Menma seraya menepuk puncak kepala Naruto dua kali.

"Tentu saja kan! Teme ini, jauh jauh lebih tua dibandingkan denganku!"

Perkataan Naruto membuat Menma dan Neji tertawa, dan Sasuke meliirik pemuda mini di sebelahnya dengan tatapan tajam yang dibalas dengan tatapan Naruto seolah berkata 'apa? Aku benar bukan?'

Neji kemudian menyeret mereka untuk duduk di sofa panjang yang berada tepat di sudut lain sebaris dengan satu set piano yang sebelumnya dimainkan Menma.

"Aku harus mengantarnya berkeliling." Ujar Sasuke sesaat setelah Naruto duduk di sofa yang Neji tunjuk.

"Oh ayolah Sas, biarkan kami mengobrol dengan Chibi-kun. Jika kau ingin berkeliling, lakukanlah sendiri." Sahut Menma menanggapi perkataan Sasuke.

Sasuke kemudian melirik Naruto yang tengah menahan tawa.

"Terserah." Sahut Sasuke lalu beranjak dari depan pintu masuk lantas menjatuhkan diri di depan piano dimana sebelumnya Menma duduk seraya menarikan jari-jarinya di atas tuts-tuts yang belum sempat ditutup kembali oleh Menma.

Melodi yang menenangkan.

Naruto sempat tertegun sebelum Menma menepuk pundaknya dan melemparkan senyum seolah berkata 'indah bukan?' Membuat Naruto refleks mengangguk dan Menma terkekeh pelan menanggapinya.

"Kau tau? Sebenarnya Sasuke hanya terpaut satu tahun di atasmu."

Naruto menoleh pada Neji yang duduk di sebelah kanannya, melempar tatapan tidak percaya yang kembali disambut tawa Menma dari sebelah kirinya.

Neji hanya tersenyum.

.

.

Naruto menatap punggung pemuda yang tengah berjalan di depannya.

Jadi, tadi Neji bercerita padanya jika Sasuke sudah menyelesaikan masa sekolah menengah atasnya ketika dia bahkan seharusnya masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.

Dia, pemuda di depannya ini mengambil jalur akselerasi hingga membuatnya satu kelas dengan Neji dan Menma di sekolah dasar. Sasuke bahkan meninggalkan Neji dan Menma yang berjuang bersamanya menempuh pendidikan di sekolah dasar dan meninggalkan mereka dengan mengambil kelas akselerasi ketika mereka berada di sekolah menegah pertama.

Dia pintar. Tapi menyebalkan. Itulah yang ada di benak Naruto saat ini.

Naruto memejamkan matanya sejenak seraya menghela napas sebelum kepalanya terbentur punggung tegap Sasuke.

Sasuke membalikkan tubuhnya lalu mendengus melihat Naruto yang tengah mengusap-usap keningnya.

"Kau itu benar-benar bodoh, atau hanya berpura-pura? Berhenti berjalan di belakangku dan berjalanlah di sampingku. Dobe."

Seketika itu juga sebuah tangan menarik pergelangan tangan Naruto. Dengan perlahan Sasuke memindahkan tangannya yang semula menggenggam pergelangan tangan pemuda pirang di sebelahnya, kini mulai menggenggam jari-jari tangan Naruto.

Naruto merasa wajahnya memanas. Ia tau Sasuke tidak bermaksud buruk, karenanya Naruto sama sekali tidak menolak ketika pemuda yang kini berjalan di sebelah kanannya menggenggam tangannya ketika pandangannya masih lurus kedepan memperhatikan jalanan koridor sepi yang hendak mereka lalui.

Tanpa sadar Naruto tersenyum dibalik wajahnya yang sedikit tertunduk tertutup sedikit dari surai pirangnya.

.

.

"Jadi, Sasuke. Kau buatlah sebuah lagu bersama Naruto. Gunakan studio B untuk sekaligus kalian lakukan take vokal."

Sasuke menatap presidennya dengan tajam. Lagi-lagi paman mesum di hadapannya seenaknya saja.

"Aku sudah memberikan lagu ciptaanku kemarin, jika kau lupa."

"Lagu itu kau ciptakan untuk dinyanyikan Naruto, bukan?"

Tsk. Sasuke merasa di permainkan. Sudah jelas-jelas paman mesum ini yang dengan seenaknya menyuruhnya mengaransemen ulang lagunya untuk dinyanyikan duet.

"Aku batal menjadikannya lagu duet kalian. Kupikir akan bagus jika Naruto ikut berpikir membuat lagu duet kalian." Ujar Kakashi seolah baru saja membaca isi kepala Sasuke.

Setelahnya tanpa pikir panjang Sasuke meninggalkan ruangan presidennya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun―ah, tidak lupa disertai dengan dentuman keras saat pintu ruangan Kakashi ditutup dari luar oleh Sasuke.

.

.

Mood Sasuke sedang buruk―sangat buruk ketika sebuah dering menandakan sebuah e-mail masuk ke dalam smartphone-nya terdengar.

Sasuke lantas meraih smartphone-nya dari saku celana kanannya sambil tetap terus berjalan menjauhi ruangan paman mesum yang sayangnya adalah presiden direktur agensi yang menaunginya.

from: BAKAkashi

Sasuke-kun, aku lupa mengatakannya tadi. Tapi, kau juga perlu menyiapkan sebuah nama untuk duetmu bersama Naruto-chan. Kau tidak perlu membuatnya jika menyetujui nama SUNSHINE sebagai nama duetmu. Bukankah itu terdengar manis?

Oke. Silahkan katakan Sasuke alay―atau yang bisa diartikan sejenis dengan kelakuan anak gaul jaman sekarang yang selalu mengikuti tren-tren aneh yang berubah-ubah diluar sana―karena dirinya dengan seenak rambut keren―ehm bak pantat ayam―nya mengganti nama presidennya dengan nama yang terdengar yah, sedikit 'alay'.

Tapi lihat isi e-mail presidennya itu. Seenaknya memberi nama duetnya dengan pemuda pirang manis secerah sunshine―ya secerah sunshine.

Pemikiran Sasuke barusan membuat empunya pemikiran itu sendiri mendengus.

Dia akui nama itu memang cocok―meskipun menurutnya sedikit norak―dan pas sekali untuk Naruto. Tapi hei! Nama itu terdengar sangat bertolak belakang dengan Sasuke, bukan?

Untung saja Neji langsung menolak dengan halusnya ketika Kakashi memberi nama trio mereka dengan sebutan Trio Kwekwek―ah maksudnya threesum(?). Apa coba maksudnya memberi nama yang ambigu-ambigu seperti itu. Dan berakhir Neji memberi saran nama grup mereka sebagaimana mereka dikenal sekarang.

Sasuke mulai mengetik sebuah balasan untuk Kakashi dengan mood yang belum juga membaik dan malah memburuk mengingat nama grupnya yang hampir saja terdengar sangat yah mungkin hanya Sasuke yang memiliki pemikiran yang ambigu seperti itu.

Lagian mereka bertiga kan grup penyanyi yang juga disertai dengan dance. Bukan grup yang hobi threesome-an―ah! lupakan kalimat terakhir.

To: BAKAkashi

Aku akan mendiskusikannya dengan Namikaze. Dan jangan berani-beraninya menamakan apapun itu dimana aku berada dalam grup manapun dengan nama menjijikkanmu.

Setelahnya balasan Kakashi yang berupa perkataan jika Sasuke kejam dan lain sebagainya pun di abaikan Sasuke.

.

.

Naruto berlari memacu tungkai rampingnya menyusuri gedung Hatake Ent. dimana ia akan menghabiskan waktunya selain berada di sekolah.

Dia sudah terlambat. Bisa ia bayangkan dalam kepalanya, seseorang bersurai gelap yang kemarin menemaninya berkelilinggedung ini menatapnya tajam dengan penuh amarah. Bagaimana tidak? Pemuda bernama Uchiha Sasuke itu bahkan menelponnya dengan nada yang sangat tidak bersahabat ketika menyuruhnya datang.

Dan di saat seperti ini, ia harus mengalami kejadian ketinggalan bus dari sekolahnya karena ulah Kiba, teman sekelasnya. Hingga akhirnya ia terlambat untuk sampai di gedung Hatake Ent. tepat waktu seperti yang diminta Sasuke.

"Kau terlambat 30 menit." ―pulang lagi sanah!

Yah, biasanya itulah yang dikatakan Sasuke jika Menma terlambat barang sedetik saja dari waktu yang telah dijanjikan.

Tapi entah kenapa melihat Naruto yang terengah-engah mengatur napas di hadapannya membuat Sasuke tidak tega untuk menyuruh pulang kembali pemuda pirang yang masih menumpukan kedua tangannya pada lututnya dan membelakangi pintu studio yang baru saja ia lewati.

Padahal meskipun Menma pingsan sekalipun karena berusaha tepat waktu agar tidak membuat Sasuke marah tetap saja Sasuke tidak akan memaafkannya.

"Gomennasai! A-aku baru pulang sekolah dan―"

"Hn."

"Eh?"

"Kemari. Dan duduk disana."

Naruto hanya mengangguk untuk menyahuti perintah Sasuke. Awalnya Naruto sangat takut Sasuke akan memarahinya karena kemarin Menma sempat menceritakan bagaimana mood Sasuke ketika seseorang datang terlambat saat pemuda Uchiha itu memintanya datang.

Tapi sepertinya apa yang dibayangkannya sama sekali tidak akan terjadi.

.

.

"Membuat lagu bersama?" Tanya Naruto pada Sasuke yang duduk di hadapannya dengan sebuah gitar di pangkuannya.

"Ya."

Naruto menggigit bibir bawahnya. Dia suka menyanyi―sangat suka. Tapi dia belum pernah jika membuat lagu.

"Bisakah kau berhenti menggigiti bibirmu dan mulai berpikir lagu yang kau inginkan?"

Naruto tersentak dan melepaskan gigitan pada bibir bawahnya.

Sedikit memiringkan kepalanya lantas Naruto mulai memikirkan lagu seperti apa yang dia inginkan.

"E-tto―sebenarnya aku belum pernah membuat lagu. K-karena itu―"

"Kau bisa memikirkan temanya, atau cerita dari lagu itu. Aku akan coba membuatnya." Ujar Sasuke seraya mulai memainkan melodi-melodi random dengan gitarnya.

"Ano, Sasuke. Aku ingin bertanya,"

"Hn?"

"Melodi yang kau mainkan kemarin itu, lagu apa?"

Sasuke menghentikan petikan gitarnya lalu menatap Naruto. Pikirannya menerawang di saat dirinya memainkan melodi di ruangan latihan Black-Voice.

Lalu perlahan Sasuke menggeleng.

"Bukan lagu apapun. Aku belum membuat liriknya. Tapi belakangan melodi itu terngiang di kepalaku. Kenapa?"

"Bolehkah―bolehkah kita memakai melodi itu?"

Tanpa berkata-kata, Sasuke memejamkan matanya dan mulai kembali memetik gitarnya hingga tanpa sadar Naruto menggumamkan sebuah nyanyian tanpa kata dari bibir kecilnya.

Nanana nana nanana nana nana..*)

Lalu Naruto mulai mengambil sebuah buku catatan dari tas yang dibawanya dan mulai menulis beberapa kalimat lalu diberikannya pada Sasuke.

Sasuke tampak mengernyit sebelum mengalihkan pandangannya pada Naruto yang tengah memasang senyum cerah secarah mentari―seperti biasa.

"Bagaimana kau bisa mengarang cerita ceperti ini, Dobe?"

"Aku tidak mengarang! Aku―"

"Mengalaminya? Tch, masaka."

Naruto menggigit bibir bawahnya―lagi?

"M-memang tidak. T-tapi entah bagaimana dikepalaku seolah muncul kalimat-kalimat seperti bagaimana jika seperti ini? Bagaimana seandainya melodi ini memiliki cerita seperti ini? Dan aku tidak bisa menahannya Teme!"

Menghela napas, lalu Sasuke berujar, "Baiklah. Kita gunakan ini."

"Dan jangan gigit bibir bawahmu itu, Dobe."

.

.

Kakashi memandang dua orang talentanya yang duduk tepat di hadapannya.

Ditangannya terdapat lembaran-lembaran lagu yang baru saja―bermakna memang sangat baru―dibuat oleh dua orang yang berbeda sifat.

Di telinga Kakashi kini terpasang sebuah earphone yang berisi rekaman lagu yang dibuat dua talentanya―Sasuke dan Naruto.

Perlahan mata Kakashi terpejam, mulai menghayati lagu yang direkam amatir oleh Sasuke. Tidak, sebenarnya ini bukan rekaman amatir mengingat kemampuan Sasuke dalam bermusik. Hanya saya, rakaman Sasuke di setiap kali ia mendemokan lagu baru memang sangat sederhana meskipun entah kenapa selalu dapat meyelami jiwa Kakashi setiap kali mendengarnya.

Petikan gitar akustik khas Sasuke mulai terdengar di telinganya.

Kimi wa kuru darou ka ashita no KURASU kai ni

Hanbun ni orimageta "annai" wo mouichido miru

Suaranya.

Tsukiatteta koro bokura te wo tsunagi nagara

Aruita namikimichi takusan no hito ga yuku yo

Aa itsumo boku ga mataseta

Eki de matsu hazunai kimi wo sagasu kedo

Kono koe ga kareru kurai ni kimi ni suki to ieba yokatta

Aitakute shikata nakatta doko ni ite mo nani woshitete mo

Lirik di setiap baitnya.

Yuugata no kumo ga hoomu no sora wo nukeru

Kono machi de boku wa yume wo mite tabi shite iru

Dan kali ini, terdapat suara lain yang tidak kalah indahnya jelas terdengar di telinga Kakashi.

Aa aoi BENCHI koshikake

Kimi ga te wo futta ano hi omoidasu yo

Kono koe ga kareru kurai ni kimi ni suki to ieba yokatta

Mou nido to modoranai koi itami dake ga chotto ugoita

Perpaduan suara keduanya.

Sempurna.

Naruto terlihat gugup. Ini lagu pertamanya―dan Sasuke tentunya. Namun Sasuke terlihat lebih tidak peduli. Ia yakin paman tua di hadapannya akan menerima lagu apapun yang tersentuh tangannya.

Terlalu percaya diri? Memang!

Karena tidak ada yang tidak bisa Uchiha Sasuke lakukan.

Kakashi menatap Naruto dan Sasuke dengan tatapan yang tidak dimengerti Naruto.

"Kalian,"

Naruto menahan napas.

Kakashi melepas earphone-nya dan ia letakkan tepat di atas meja kerja di hadapannya.

"―benar lagu ini buatan kalian berdua?"

"Dobe, dia meremehkanmu."

Naruto menoleh pada Sasuke, lalu kembali menoleh pada Kakashi.

"K-Kakashi-san, tidak menyukai-nyah?" Tanya Naruto dengan wajah kecewa. Sangat imut di mata Kakashi.

Kakashi lantas melirik Sasuke sekilas, dilihatnya Sasuke tengah menyeringai kurang ajar.

Tch. Dasar kompor! Batin Kakashi kesal.

"Aku menyukainya. Sangat! Ini sangat bagus, Naruto. Aku hanya tidak yakin Sasuke turut ambil bagian menciptakan lagu indah ini."

"HEI!"

Kakashi mengabaikan Sasuke dan memasang senyum manisnya pada pemuda pirang di hadapannya.

"Sebenarnya sebagian besar dari liriknya dibuat oleh Sasuke, aku hanya menambahkan sedikit cerita dan tema-nya, Kakashi-san." Ujar Naruto memberi penjelasan pada Kakashi. Paling tidak, dia tidak ingin usaha Sasuke yang juga turut andil membuat lagu ini diabaikan begitu saja.

"Kalau begitu, kalian akan menyanyikan ini di acara tv show Black-Voice dua minggu lagi."

Sasuke menatap Kakashi tajam.

"Kau bilang akan mengenalkannya di konser Black-Voice Dan sekarang kau mengubahnya seenakmu."

Kakashi tampak berpikir sejenak.

"Tapi konser Black-Voice masih dua bulan lagi. Aku tidak bisa menahan Naruto selama itu. Suaranya sungguh bagus, kau juga pasti tau itu kan Sasuke?"

Sasuke berdecak. Ia tau maksud Kakashi. Tapi ia yakin presidennya itu juga pasti tau bagaimana persiapan untuk merapihkan lagu baru yang akan dinyanyikan penyanyi baru, dan ini hanya dalam dua minggu? Semoga saja si Dobe disampingnya tidak se-dobe kelihatannya.

.

.

Pada akhirnya Sasuke menyetujui apapun keinginan Presidennya.

Yah, karena dirinya bertugas untuk membimbing pemuda yang kini tengah berjalan disamping kirinya, jadi dia akan membantu segala kegiatan pertama pemuda ini. Entah kenapa juga Sasuke yang selalu tidak ingin direpotkan dengan segala hal mau-maunya menjadi pembimbing anak baru seperti Naruto.

'Setidaknya ini sampai managernya yang 'sesungguhnya' ditemukan.' Batin Sasuke karena ia tau, kakak dari pemuda pirang disampingnya tidak mungkin terjun di dunia belakang layar seperti menjadi seorang manager.

"A-ano,"

Sasuke menoleh tanpa menghentikkan langkahnya. Ditatapnya pemuda pirang di sebelahnya yang terlihat sedikit gelisah sampai sebuah suara dari perut pemuda tersebut membuat Sasuke mengangkat sebelah alisnya.

"Kau lapar, Dobe?"

Semburat merah terlihat samar di pipi Naruto yang tertunduk.

Pemuda itu mengangguk kecil sebelum mengalihkan tatapannya pada Sasuke yang masih menatapnya.

Sasuke menghela napas lalu menggapai pergelangan tangan Naruto dan menariknya―mengajaknya berbalik arah.

"S-sebenarnya kita mau kemana? Apa masih jauh?"

"Awalnya akan ke bagian produksi untuk mengatur jadwal proses rekaman. Tapi karena kau lapar, jadi kita akan ke pantry."

Naruto hanya mengangguk dan mengikuti langkah pemuda yang masih menggandeng tangannya tanpa ia sadari.

.

.

Naruto tidak―belum begitu tau semua tempat di gedung ini, dan ia baru tau jika gedung ini memiliki pantry yang cukup nyaman meskipun tidak begitu luas.

Seseorang bahkan sempat menyapa Sasuke dan dirinya saat ia dan Sasuke memasuki pantry yang terlihat sangat sepi.

Yah, mungkin karena faktor hari yang sudah malam.

"Kau mau makan apa?"

Naruto mengalihkan pandangannya dari jam tangannya pada Sasuke yang sudah berada di balik meja pantry―mengambil beberapa bahan dari lemari es untuk diolah.

Naruto tampak berpikir seraya menghampiri Sasuke dan duduk tepat di seberang meja dimana Sasuke mulai memotong-motong sayuran.

"Aku tidak suka sayuran. Aku mau ramen." Ujar Naruto lirih.

"Hn?" Sasuke mendongak mengalihkan tatapannya dari sayuran yang tengah dipotongnya menatap Naruto yang tengah menggembungkan pipinya.

"Kalau begitu, ramen dengan sayuran." Sahut Sasuke cepat dan melanjutkan kegiatannya.

"Ta―"

"Tidak ada tapi, Dobe. Dengan sayuran atau kau tidak akan mendapatkan ramen-mu."

Ugh. Naruto akhirnya mengangguk pasrah. Membuat Sasuke menepuk kepala pirangnya dengan lembut karena sudah menurut.

"Ne, kenapa kita tidak ke kantin saja? Apa disini tidak ada kantin? Dan memang kau bisa masak?"

Sasuke tampak menoleh pada Naruto sekilas, Naruto tengah bertopang dagu ketika menantikan makanannya selesai dibuat Sasuke. Sangat manis.

"Makanan di kantin tidak sehat. Apalagi makanan sejenis ramen seperti ini. Ramen buatanku jelas jauh lebih sehat."

"Hmm? Aku tidak yakin."

Sasuke tidak menyahut lagi. Dan Naruto rasa Sasuke memang bukan orang yang suka berbicara banyak.

Karena bosan akhirnya Naruto hanya bernyanyi―menyanyikan lagu aneh tentang makanan yang membuat Sasuke menyentil dahinya.

Sasuke bilang suaranya memang bagus, tapi Naruto sangat buruk ketika memilih tema untuk dinyanyikan menjadi lagu. Sasuke sampai berkomentar tidak percaya jika Naruto-lah yang tadi membuat lagu bersamanya.

Tanpa sadar entah bagaimana mereka menjadi semakin dekat hari ini.

Naruto juga baru mengetahui jika Sasuke ternyata pintar memasak. Yah meskipun ia tidak ingin mengakuinya di depan Sasuke. Tapi, setidaknya rasa sayuran di ramen buatan Sasuke tidak buruk seperti sayuran buatan kakaknya. Entah apa yang dimasukkan Sasuke ke dalam ramennya, Naruto pikir ramen buatan Sasuke akan menjadi salah satu ramen favoritnya.

.

.

Hari ini Naruto kembali duduk di sofa yang berada di ruangan latihan Black-Voice. Sasuke berkata padanya jika Black-Voice sedang mengerjakan project solo mereka hingga tempat latihan mereka jarang terpakai belakangan. Jadilah Sasuke mengajak Naruto untuk sementara berlatih di ruangan Black-Voice sampai ia mendapatkan ruangan miliknya.

Sekarang Sasuke tengah meninggalkannya sendiri. Pemuda itu memiliki urusan yang entah apa Naruto tidak tau―dan tidak ingin tau sekalipun ia sangat penasaran.

Sasuke hanya meninggalkannya beserta sebuah buku catatan kecil untuk dirinya mencari nama grup duet mereka berdua. Sebenarnya Naruto hampir melupakannya jika mereka membutuhkan nama duet. Dan tadi saat ia diminta mencari nama dan langsung mengusulkan nama 'SasuNaru' untuk nama duet mereka, Sasuke malah menatapnya tajam dan langsung menolaknya dengan ketus.

Memangnya apa yang salah dengan SasuNaru?

Lalu Naruto menuliskan sesuatu di buku catatan yang ia pegang sampai sebuah suara pinti terbuka membuatnya mengalihkan perhatiannya.

"Sasuke?"

"Hn."

Sasuke langsung menjatuhkan diri di sofa tepat di sebelah kanan Naruto lalu dengan seenaknya meminum jus jeruk kalengan milik Naruto yang sebelumnya ia berikan pada Naruto sebelum meninggalkannya sendirian di ruangan latihan Black-Voice.

"Itu kan minumanku Teme!"

Sasuke melirik pemuda pirang di sampingnya melalui sudut matanya, lalu menyodorkan minuman Naruto pada pemiliknya.

"Hn. Tapi aku yang memberikannya padamu."

"Huh. Bukannya kau tidak suka jeruk?"

Memang tidak. Tapi karena kau suka, aku pun jadi menyukainya. Ehm―tentu saja Sasuke tidak akan mengatakan hal menjijikkan seperti itu kan?

"Jadi, perlihatkan padaku nama duet buatanmu." Perintah Sasuke mengabaikan pertanyaan Naruto sebelumnya.

Naruto lantas memberikan buku catatan yang sebelumnya diberikan Sasuke padanya untuk membuat daftar-daftar nama rekomendasi darinya.

Sasuke tampak mengernyit melihat berbagai coret-coretan yang telah menutupi berbagai nama yang sepertinya sebelumnya akan menjadi rekomendasi dari Naruto.

Lalu mata kelamnya menemukan sebuah nama yang membuat dahinya justru makin berkerut.

"Sapphire-Onyx Sky?"

Naruto tampak mengangguk antusias disertai senyuman lima jarinya.

"Kutolak." Dan kembali mendapatkan sahutan ketus dari Sasuke yang langsung menutup buku catatan kecil lalu mengembalikan buku itu pada Naruto.

"E-EEEH? Tapi kenapaaaa?" Tanya Naruto dengan bibir mengerucut membuat Sasuke sungguh tidak tahan dan beranjak menuju lemari es yang tidak begitu jauh dari tempatnya duduk.

Mengambil jus tomat kalengan dari dalam lemari es lalu Sasuke meneguknya sebelum berujar kalem menjawab pertanyaan Naruto,

"Terlalu dirimu."

"Diriku? Memangnya aku kenapa?"

"Alay."

"TEMEEEEE!"

Dan sebuah bantal sofa melayang ke arah Sasuke yang dapat ditangkap dengan sempurna olehnya.

"Biar aku yang memikirkannya nanti." Ujar Sasuke seraya melihat jam tangannya dan melirik pintu di dekat sofa dimana Naruto duduk.

"Kau akan pergi lagi?" Tanya Naruto kemudian.

"Kau tidak ingin aku pergi?"

"E-eh―b-bukan begitu tapi, a-aku akan sendirian lagi. Dan itu sangat tidak enak."

"Tidak, aku hanya menunggu―"

"Permisi."

Sasuke mengerutkan kening ketika seorang lelaki paruh baya memasuki ruangan Black-Voice dan mengintrupsi perbincangannya dan Naruto.

"Anda?"

"IRUKA-JIICHAN?!" Teriakan Naruto membuat Sasuke menoleh pada pemuda pirang yang tengah menatap lelaki di hadapannya dengan antusias dan segala jenis pertanyaan mulai bermunculan di dalam kepala Sasuke.

Lelaki itu tersenyum pada Naruto sebelum mengalihkan pandangannya pada Sasuke.

"Uchiha-san, saya Umino Iruka, manager Bocchan―ah maksud saya Namikaze Naruto."

"Bocchan, Minato-sama yang meminta saya langsung untuk ke Jepang dan menjaga anda ketika beliau mengetahui anda bergabung dengan sebuah agensi artis di Jepang."

Naruto tampak mengangguk-angguk maklum mengingat betapa protektifnya ayahnya jika menyangkut dirinya.

Sedangkan Sasuke hanya dapat menghela napas berat menyadari jika manager baru Naruto akan menghalangi jalannya mendekatkan diri dengan si Dobe-pirang yang sangat polos―jika tidak ingin disebut bodoh―didepannya.

.

.

.

.

TBC

.

.

.

.

*)nada dari lirik part 'Kono koe ga kareru kurai ni..'

.

A/N: Ada bonus untuk kalian setelah selingan ini.

.

Kina's corner.

.

Hai? Omatase.

Maaf ya menunggu lama, dunia nyata sedang sulit untuk ditinggalkan. Saat liburan lebaran kemarin juga laptop sempat disita pacar karena ketawan menulis yaoi ItaKyuu haha. Hontou gomen ne?

Ah kali ini saya ingin sekali bahas lagu di chapter ini! Lagunya Sasuke? Iya! Ini lagunya Sasuke. Duo yang membuat sebuah grup bernama Sasuke pada tahun sekitas 2000an. Bukan Sasuke Uchiha hahaha

Dan di cover oleh Tegomass di tahun 2011.

Saya suka lagunya easylistening. Trus liat Tegomass bawain lagu ini tuh berasa kayak ini kisahnya mereka haha

Awalnya saya sempat berpikir memakai lagu Hikari-nya Tegomass, karena PV mereka yang terasa shonen-ai banget dari sudut pandang saya. Liat Tegoshi juga kayak ngeliat Naruto jadinya, gara-gara rambutnya Tegoshi pas banget lagi pirang.

Tapi lagu ini nggak kalah bagus kok, lagunya manis.

Saya sangat rekomendasikan untuk mendengarnya.

Thanks a lot to Tagomass - Aoi Bench ― karena sudah menemani saya selama proses pembuatan chapter ini. ^^

Ah, dan maaf untuk chapter-chapter awal, belum bisa saya masukkan adegan lemon ke dalamnya. Karena hubungan Sasuke dan Naruto memang harus dibangun dari sangat awal pertemuan mereka. Dan nggak mungkin kan mereka belum apa-apa langsung lemonan? Haha Naru-chan bisa kabur kalo menyadari dirinya homo X'D

Jika ingin scene lemon SasuNaru, silahkan tunggu project fanfic oneshoot-threeshoot saya. Sedang dalam pengerjaan. Setelah deadline saya, akan saya lanjutkan. Atau jika ada yang ingin request fanfic, silahkan mampir ke akun ask fm saya dengan id suzukina, karena saya tidak akan selalu mengecek email masuk dari ffn. Pm kalian bisa saja saya lewatkan.

Juga tolong selalu ingatkan saya jika saya punya tanggung jawab meyelesaikan fanfic-fanfic saya.

Semua review kalian saya pasti baca, dan saya sangat senang membacanya. Itu seperti ada semangat yang tersalur ke saya haha

Untuk yang menanyakan lagu Kaitou y-ELLOW-Voice, kamu bisa download di sini db. tt / 3soddAWK (hilangkan spasinya)

Atau yang ingin lagu-lagu yang ada di fanfic ini, silahkan cantumkan email kalian di kolom review, atau di akun ask fm saya juga boleh kalo kamu nggak ingin email kamu tersebar, nggak saya answer tapi akan saya jawab melalui email :)

Oiya maaf kebanyakan selingan. Setelah ini, scroll terus ya, ada dessert-nya di bawah ;3

Ah, dan saya hampir lupa…, Selamat Tahun Baru! ^^

.

.

Sasuke/Tegomass - Aoi Bench

Indonesia translate by Uswatun Hasana Ast

.

Bangku Biru

.

Besok kau datang ke reuni kelas, bukan?

Aku melihat pemberitahuan yang terlipat dua,

sekali lagi

Ada banyak orang berjalan di sepanjang jalan

penuh pepohonan berbaris

Dimana kita berjalan, bergandengan tangan,

ketika kita pertama kali bertemu

Aku selalu membuatmu menunggu

Walaupun ku ragu kau akan menungguku di

stasiun

Tapi aku tetap mencarimu

Ku harap ku mengatakan "Aku menyukaimu"

hingga suaraku serak

Aku tak bisa berhenti merindukanmu, dimanapun

itu, apapun yang ku lakukan

Di kala senja, salju turun di langit di atas peron

Ku bepergian ke kota ini mengikuti mimpiku

Aku duduk di bangku biru

Dan teringat hari ketika kau melambaikan tangan

tanda perpisahan

Ku harap ku mengatakan "Aku menyukaimu"

hingga suaraku serak

Aku tak bisa kembali ke cinta itu, rasa sakit

mulai sedikit bergeser

Musim berlalu lebih cepat dari yang ku kira

Membawa serta rasa sakitku, terlalu jauh untuk

dilihat

Ku harap ku mengatakan "Aku menyukaimu"

hingga suaraku serak

Aku tak bisa berhenti merindukanmu, dimanapun

itu, apapun yang ku lakukan

Ku harap ku mengatakan "Aku menyukaimu"

hingga suaraku serak

Aku tak bisa kembali ke cinta itu, rasa sakit

mulai sedikkit bergeser

.

Tegomass - Aoi Bench lyric with color code SasuNaru ver by Usachii db. tt/ bCCTeGbm (hilangkan spasinya)

Tegomass - Aoi Bench PV www. facebook NEWSandTegomass/ videos/ 1902034275289 (hilangkan spasinya)

.

.

OMAKE.

.

"Blue Sky?" Neji menatap Sasuke penuh tanya.

"Terlalu biasa ya?" Dan malah kembali disahuti dengan pertanyaan―khas Sasuke.

Neji tampak menghela napas. Sasuke memang tampak acuh, seperti tidak peduli dengan segala hal padahal sebenarnya justru dialah yang paling peduli.

Sasuke sudah seperti adik untuknya. Mungkin karena itu juga Sasuke terkadang membagi berbagai pemikirannya pada Neji.

"Sebenarnya tergantung dari alasanmu. Kau pasti punya alasan mengapa menggunakan nama ini untuk nama duetmu dengan Naruto bukan?"

Sasuke menghentikan petikan gitarnya. Kali ini menatap Neji dalam. Dia memang tidak suka terlihat begitu serius memikirkan sesuatu, hingga ketika membicarakan hal yang menurutnya agak serius, dia akan membawa serta gitarnya untuk sedikit mencairkan suasana.

"Naruto menyarankan beberapa nama sebenarnya. Tapi aku tidak menyukainya. Kau tau? Sapphire-Onyx Sky dan―ehm―SasuNaru itu terdengar terlalu―"

"Manis?"

Sasuke menatap Neji dengan tajam yang malah mendapatkan kekehan dari pemuda di hadapannya.

"Sangat khas Naruto bukan?" Ujar Neji kemudian.

"Persetan. Yang jelas. Nama itu aku dapatkan begitu saja. Kau juga tau kan, dia itu biru. Maksudku, matanya,"

"Seperti langit?"

"Itu hanya kebetulan. Sebenarnya aku mengambil kata langit itu dari salah satu rekomendasi nama darinya."

"Wah, ternyata kau masih memikirkannya ya."

"Tidak bisakah kau tidak menyela perkataanku?"

Dan kali ini Neji tidak bisa lagi menahan tawanya. Sangat menyenangkan memiliki adik seperti Sasuke. Dia mudah untuk terpancing jika menyangkut hal yang sensitif dengannya. Dan sepertinya Sasuke memiliki sesuatu hal dengan Naruto yang Neji sendiri masih mencurigainya.

Mereka berdua sangat manis jika bersama bukan? Batin Neji, sinting.

"Ne, Sasuke. Tidakkah kau sadar? Jika Blue Sky itu bukan hanya Naruto tapi juga dirimu?"

"Tentu saja, itu akan menjadi nama duet kami."

"Bukan itu. Naruto mungkin sebiru langit di siang hari. Tapi kau adalah langit malamnya. Langit di siang dan di malam hari pada dasarnya berwarna biru. Langit malam bukanlah berwarna hitam meskipun terlihat seperti itu. Mungkin matamu memang hitam, tapi aku yakin tidak segelap langit malam yang kau kira."

"Jangan bercanda Neji. Aku bukanlah langit malam. Dan mataku jelas berwarna hitam."

"Ini perumpamaan Sasuke. Kau tau pasti maksudku, mengingat sudah banyak sekali bait-bait lagu yang kau ciptakan dengan indah."

"Lupakan soal itu. Jadi bagaimana nama ini?"

"Aku menyukainya. Bagiku, nama ini sangat mencerminkan kalian. Meskipun mungkin ada orang yang tidak menyadarinya."

"Baiklah. Aku akan memikirkannya."

Sasuke bangkit dari duduknya, dan berjalan menuju pintu keluar studio dimana hanya tinggal Neji sebelum dirinya datang menemui pemuda dengan mata bulan itu.

"Kau bertanya padaku, tapi masih akan memikirkannya? Kupikir akulah penentu keputusanmu." Neji berujar tepat sebelum Sasuke meninggalkannya kembali dengan kesendirian.

Dan ia mendapat sahutan dari adiknya tepat sebelum pintu studio itu tertutup dari luar.

"Tch. Kau terlalu percaya diri, Nii-san."

Blam.

.

.

END of OMAKE

.

.

Jadi? Ada rekomendasi nama duet mereka? Atau nama yang Sasuke buat sudah cukup sederhana dan mencerminkan SasuNaru seperti yang Neji katakan?

Silahkan berpendapat di kolom review. Hontou arigatou.

.

See you on next chap.

With love, Yukina.