.

Annoying Girl © Hezlin Cherry

.

.

RATE : M (For Save)

.

Sasuke Uchiha X Sakura Haruno

.

Romance, Hurt / comfort

.

NARUTO © MASASHI KISHIMOTO

.

.

.

Summary : Uchiha Sasuke benar-benar membenci gadis berisik. Seperti halnya gadis tetangga sebelah rumah yang selalu berisik mengganggunya, baginya itu sangat menyebalkan. Hingga terjadi suatu hal erotis dengan gadis menyebalkan itu dan membuat ia merubah pola pikirnya tentang sang gadis.

.

.

.

WARNING: Sasuke Point of Voice, Alur muter2 gajeness, AU, OOC, TYPO, gak sesuai EYD!?

.

.

Don't like? Don't read!

.

.

.

(^▽^)↗Happy Reading↖(^▽^)↗

.

.

.

"OhayouSasuke-kun~"

Suara yang benar-benar familiar selalu menyapa gendang telingaku setiap pagi. Tsk! Menyebalkan.

"Hn."

Aku tak mengindahkan sapaannya dan hanya bergumam seperti biasa, karena dia juga sudah terbiasa ku acuhkan seperti ini.

Setelah menutup pintu pagar rumah, aku segera bergegas berangkat kesekolahku yang jaraknya tak terlalu jauh. Hanya butuh waktu sekitar 15 menit berjalan kaki. Dan sialnya gadis pinky menyebalkan ini selalu menungguku untuk sekedar berangkat bersama. Aku tak peduli walau ia tak pernah ku anggap ada selama ini, tapi tetap saja celotehan berisiknya selama perjalanan tak pernah berhenti mengganggu kinerja gendang telingaku.

Aku berjalan lebih dulu, memang dari awal aku tak berniat berjalan bersama gadis berisik seperti dia. Yaa, dia Haruno Sakura yang sepertinya salah satu fansgirlsku disekolah. Oh...jangan lupakan bahwa dirumahpun ia tetap seperti seorang fansgirls yang akan selalu meneriakkan namaku jika melihatku. Tsk! Double sial! Benar-benar menyebalkan!

Tap...Tap

Kudengar sepertinya ia sedikit berlari untuk mengejar langkahku yang besar-besar ini. Huh, tentu saja ia kalah langkah. Lihat saja tubuh mungilnya yang tidak berkembang sama sekali semenjak SMP. Hey! Tunggu dulu, kulirikkan onyxku menatap seluruh tubuhnya. Baru ini kulihat, sepertinya tubuhnya mengalami perubahan sekarang, lebih padat dan berisi? Dan jangan lupakan dua buah tonjolan yang cukup besar dibagian bawah dasinya disekitar dada, kaki jenjangnya yang terekspose sempurna karena rok yang 17 cm diatas lutut itu dan... hey?! Ternyata tubuhnya cukup sexy jika kuperhatikan baik-baik. Cih! Tidak! Tidak! Ini konyol! Ia tetap saja gadis berisik yang selalu mengelilingiku.

Oh, ternyata dia juga sedang curi-curi pandang menatapku. Tampak manik emeraldnya yang sesekali melirik wajahku dan seketika wajahnya langsung memerah. Sehebat itu kah pesona wajah tampan keturunan Uchihaku ini, eh?

"Sasuke-kun, kau tak lupa membawa tugas dari Asuma-sensei kan?" akhirnya ia bertanya dan memecah keheningan diantara kami, aku sangat tahu bahwa dirinya tak betah jika berlama-lama dihadapkan dengan keadaan diam.

"Hn." Aku hanya menyahutinya dengan gumaman khasku karena tak ingin terlalu berlarut-larut terlibat dengan celotehannya.

Sepintas bayangan pinknya nampak semakin mendekatiku dari samping. Huh! Biar kusuruh menjauhpun ia tak melakukannya. Jadi...aku tetap tak peduli.

"Sasuke-kun, apa...kau membawa bento?"

"Hn." Gumamku menanggapi sekedarnya.

"Hn'mu itu iya atau tidak?" tanyanya lagi. Sakura sepertinya masih akan setia menghujaniku dengan pertanyaan-pertanyaan tak penting ini.

"Ck, iya." Aku berdecak kesal tapi tetap mempertahankan raut wajah datar dan stay cool yang sudah lama melekat dan satu paket dengan diriku.

"Wuah...pasti Bibi Mikoto yang membuatkannya~" Serunya senang dan berbinar ketara dari nada suaranya. Cih, bento buatan ibuku, tapi dia yang kegirangan. Benar-benar gadis aneh!

"Hn." Gumamku lagi dan semakin mempercepat langkahku, tapi ia juga tak mau kalah dan terus mengejarku walau harus setengah berlari.

"Eh, tapi kalau bento buatan Itachi-nii kurasa juga lezat...Dia kan pandai memasak, wuahh pasti menyenangkan jika mempunyai suami yang pintar masak sepertinya kelak, hihi~" Sakura terkikik sendiri akan ucapannya.

Cih! Bahkan baka anikiku pun kau gilai, eh? benar-benar gadis menyebalkan! Tapi aku tetap tak peduli dan tetap berjalan menuju sekolah yang beberapa meter lagi akan terlihat, aku ingin segera sampai agar tak harus meladeni celotehannya lagi.

Yah...walaupun kami satu kelas, tapi tempat duduk kami berjauhan, ia duduk dikursi bagian depan dan aku bagian belakang pojok, selain menguntungkan bagiku karena bisa tertidur pulas saat jam pelajaran mulai terasa membosankan. Aku juga bisa menghindari interaksi berlebih dengan gadis pink berisik ini. Oh...ayolah, aku sudah cukup bersabar selama ini, tak hanya disekolah, dirumah pun ia juga menggangguku, jadi aku hanya ingin sedikit mendapatkan ketenangan di zona nyamanku.

"Ne, benarkan Sasuke-kun?" Dia bertanya padaku sembil menengokkan kepala pinknya dihadapan wajahku dengan tersenyum, membuatku terkejut dan berhenti seketika, hal itu juga membuatnya mendadak berhenti untuk mengamati pergerakanku selanjutnya.

"..."

"Sasuke-kun?"

"Ck, tidak bisakah kau berhenti berbicara dan menggangguku? Kau benar-benar menyebalkan!" Refleks aku mengeluarkan seluruh unek-unek yang kutahan demi menjaga perasaan gadis berisik ini, tapi tumpah sudah semuanya. Entah kenapa hari ini aku seperti benar-benar kehabisan kesabaran.

Kulihat ia menegang mendengar bentakanku. Manik emeraldnya membulat sempurna karena terkejut. Wajahnya tiba-tiba tertunduk. Huh! Seperti biasa, wanita seperti dia pasti menangis jika menunduk begitu. Cih!

"Jadi...selama ini aku mengganggu ya? Ba-baiklah kalau begitu...maaf!" Balasnya dengan tatapan nyalang dan segera berlari menuju sekolah yang memang sudah tak jauh lagi.

Heh? Tak seperti dugaanku ternyata ia tak menangis, atau ia menahan tangisannya agar tak keluar dulu dari bola mata indahnya? Huh! Apa peduliku? eh, tunggu dulu? Tadi aku bilang apa? Indah? Tidak! Tidak! Sama sekali tidak indah! Tapi...sepertinya perkataanku benar-benar menyakitinya? Huh! Sekali lagi apa peduliku? Justru bagus, takkan ada lagi gadis berisik yang akan menggangguku. Hidupku akan kembali damai dan tentram.

Aku terus saja berjalan melewati lorong sekolahku yang cukup besar ini dengan tetap memasukkan tanganku kedalam saku celana. Dan yeahh, hal itu selalu membuat setiap gadis yang berpapasan denganku memekikkan namaku histeris, cih! Mereka semua sama saja! Hanya terpesona oleh ketampanan fisikku saja! Aku terus saja medumel dalam hati, hari ini benar-benar buruk. Tak pernah kurasakan hari semenyebalkan hari ini!

Tanpa terasa diriku sudah berada didepan kelas XI-Sains 1 yang tak lain dan tak bukan adalah kelasku, dan aku pun melangkah masuk. Pertama kali masuk, onyxku sudah menangkap siulet berwarna merah muda, yeaahh tak sengaja aku melihat Sakura yang sepertinya sedang memandang keluar jendela sendirian, sepertinya ia melamun atau...memikirkan kejadian tadi pagi? Cih, lagi-lagi apa peduliku?

"Hoiii temeee~" pekikkan cempreng yang berasal dari sahabat kuningku dibelakang itu menyadarkanku untuk segera melangkah menuju kursiku,

"Hn." Gumamku seraya menjatuhkan tasku ke atas meja secara kasar dan menimbulkan suara gedebuk yang cukup keras, membuat seluruh atensi siswa dikelas ini menoleh kearahku, minus Sakura yang masih setia memandang keluar jendela. Huh! Bahkan ia benar-benar tak ingin melihatku lagi sekarang, biasanya dirinyalah yang paling cepat menoleh kebelakang jika terdengar sesuatu dari arahku. Tapi sekarang...setelah bentakanku tadi pagi...ia jadi lebih tenang, baguslah kalau begitu!

"Teme, kau kenapa? Eh tumben kau tak datang bersama dengan Sakura-chan?" Naruto bertanya dengan tampang bingungnya yang semakin terlihat bodoh, "apa...kalian sedang bertengkar?" tanyanya lagi. Cih! Benar-benar pertanyaan konyol.

"Pertanyaan konyol!" Sahutku cepat seraya menghempaskan bokongku dikursi sebelah lelaki kuning ini. Yah...walaupun dia juga tak kalah berisik dengan gadis pink diujung sana, tapi aku bisa sedikit mentoleransinya karena ia sahabat yang tak kuakui bahkan sejak masih didalam perut Ibu kami.

"Loh, kupikir kau punya hubungan khusus dengannya karena selalu pulang dan pergi bersamanya teme?"

Nah, lihat kan? Sampai-sampai sahabat kuningku ini menyangka aku memiliki hubungan khusus dengan Sakura. Cih, itu semua karena dia yang selalu menempel padaku hingga banyak yang mengira aku dekat dengannya.

"Ck, tidak!" Decakku kesal, aku benar-benar kesal.

"Hem..padahal kalau dilihat-lihat, Sakura-chan itu manis loh teme. Sepertinya ia cocok denganmu yang dingin ini, hahaha~ Aw!" Cengiran dan ledekan Naruto segera kuhentikan dengan jitakan mautku yang membuatnya meringis kesakitan mengelus puncak kepala blondenya.

"Ittai~ huh, apa masalahmu sih teme?" Rintih Naruto sambil mendelikkan manik shappirenya kearahku, sekali lagi aku tak pernah gentar dengan delikannya yang menurutku justru membuat tampangnya semakin konyol.

"Jangan berisik dobe! Itu Kakashi-sensei sudah datang!" Dustaku untuk membungkam mulut berisik sahabat kuningku ini saat melihat pintu kelas dibuka dari luar.

Dan kebetulan orang tersebut memang Kakashi-sensei wali kelasku yang identik dengan rambut perak melawan gravitasi dan masker buluk yang selalu setia bertengger diwajahnya itu sudah tiba dikelas, membuat seluruh murid berhamburan kembali ketempat duduknya masing-masing. Yeaah ada angin apa dia datang tepat waktu? Che, biasanya juga selalu terlambat.

"Ohayou anak-anak..." Sapa Kakashi seraya tersenyum dibalik maskernya, tampak dari kedua matanya yang menyipit.

"Ohayou sensei~" Jawab seluruh murid bersamaan, dan aku? Hanya menguap bosan.

"Yah, hari ini kita kedatangan murid baru." Jelas sensei yang selalu membawa sebuah buku dengan sampul oranye yang aku yakin pasti itu buku mesum. "Silahkan masuk Sabaku!" Titahnya pada seseorang yang masih berdiri dibalik pintu kelas dan membuat seluruh murid penasaran dengan orang baru itu.

Srek!

Siswa baru tersebut telah menggeser pintu kelas dan melangkah masuk. Terdengar seluruh siswi dikelas ini memekik girang dan beberapa memggumamkan kata "ganteng," "tampan," "keren," dan kata-kata pujian lainnya. Che! Sebenarnya apa yang mereka kagumi dari pemuda yang terlihat dengan helaian merahnya dan sebuah tato bertuliskan 'Ai' dikeningnya itu. Alis pun ia tak punya dan wajahnya juga masih kalah tampan dariku walau ia tak memiliki ekspresi sepertiku.

"Sabaku silahkan perkenalkan dirimu."

"Hm, Sabaku Gaara. Pindahan dari Suna, yoroshiku." Ujarnya memperkenalkan diri dengan singkat, sangat singkat bahkan.

"Baiklah, kau bisa duduk disebelah Haruno Sakura!" Ujar Kakashi dengan menunjuk sebuah bangku kosong disebelah gadis pink diujung sana yang juga sedang terpaku menatap lelaki merah itu dengan pandangan yang aku sendiri tak tahu.

Perkenalan singkatnya itu membuat seluruh siswi disini semakin memuji-muji lelaki merah itu karena bagi mereka sikap murid baru itu sangat cool sepertiku. Huh! Jangan coba membandingkan aku dengan lelaki panda itu! Aku tak sudi. Melihatnya saja membuatku muak. Entahlah mungkin karena Kakashi-sensei menyuruhnya duduk dikursi sebelah gadis pink menyebalkan itu.

Yah, Sakura memang duduk sendiri karena teman sebangkunya Tenten baru saja pindah sekolah. Entah kenapa aku jadi sedikit memikirkan kejadian tadi pagi dengannya, ah! Apa peduliku.

"Psstt, teme...coba kau lihat itu..." Suara cempreng teman sebangkuku yang tak lain dan tak bukan adalah Naruto terdengar berbisik sambil menunjuk kursi deretan depan yang ditempati oleh si pink dan si merah murid baru. "Sakura-chan cepat sekali yah akrab dengan murid baru bernama Gaara itu." Lanjutnya lagi.

Bisikan Naruto disebelahku kembali membuatku tersadar akan lamunanku. Dengan memfokuskan pengelihatan, perkataan Naruto ada benarnya. Aku memang melihat si pinky itu tersenyum manis menanggapi murid baru yang juga tampak tersenyum tipis tak seperti ekspresi wajah datarnya beberapa menit lalu.

Huh, aku mendengus keras "jangan berisik dobe!" Sergahku dan mendapatkan gerlingan aneh dari Naruto.

"Ahh...kau pasti cemburu pada si murid baru itu kan temeee...hayo ngaku saja kau.. " Goda pria kuning bermarga Namikaze itu sekali lagi sambil menaikkan alis dan menowel-nowel lenganku yang kugunakan untuk memegang pulpen dan sontak aku langsung mendeathglarenya.

"Cih, untuk apa cemburu!" Aku mendecih dan menepis kasar tangannya diatas meja membuatnya hanya menggerutu kesal. Demi celana dalam Neptunus, aku benar-benar kesal hari ini. Tidak si pinky, tidak si kuning, sama-sama menyebalkan.

.

.

Sudah 15 menit yang lalu bel istirahat berbunyi dan aku juga telah menyelesaikan aktivitasku dengan bento special buatan Kaa-sanku. Oke, sejenak kugulirkan manik onyxku hanya untuk mengamati seisi kelas yang sudah sepi ini karena hampir seluruh penghuninya sedang bergerilya entah ke mana saat istirahat begini.

Hanya tersisa beberapa orang yang sibuk mengerjakan PR sebelum bel masuk berbunyi. Dan hey! Aku tak melihat gadis pink dan pemuda merah diujung sana yang tadi masih asyik mengobrol, sebelum kualihkan pandanganku pada sekotak bento beberapa menit yang lalu. Kemana mereka? pasti sedang berduaan, Tsk! Menyebalkan!

Entah mengapa aku benar-benar kesal dibuatnya. Lebih baik aku keluar kelas untuk mencari mereka. Eh? Apa? Mencari mereka? Che, yang benar saja untuk apa!? Tapi walaupun menggerutu kesal sekalipun wajahku tetap terlihat tenang dari luar, dan aku tetap melangkahkan kakiku keluar kelas.

"Emm...Sasuke-kun~ ayo makan siang bersamaku?"

Baru beberapa langkah aku keluar kelas sudah ada lagi pengganggu. Suara perempuan berambut merah dengan kacamata membingkai kedua matanya itu dibuat-buat manja saat memanggilkan namaku. Inilah yang aku benci jika berjalan-jalan keluar kelas sendirian, haahh...

Bukannya kau tadi juga diajak oleh Naruto tapi kau menolaknya, eh Sasuke?

Aku mendengus keras sebelum menjawabnya. "Hn. Tidak." Jawabku datar sambil lalu.

Penolakanku tak membuat gadis merah yang selalu mengejar-ngejarku dengan agresif itu menyerah. Ia bahkan masih mengikutiku dan kembali menyodorkan sekotak makanan yang kutebak sepertinya berisi onigiri, terlihat jelas karena kotak tersebut semi transparan. Ck, gadis ini juga benar-benar menyebalkan sama seperti gadis pink tetanggaku itu. Huh, tapi Sakura tak seagresif ini.

"Ayolah Sasuke-kuuunn~ aku membawa onigiri extra tomat kesukaanmu loh~" Rengeknya lagi, Huh benar-benar memuakkan. "Makan denganku yaaahh...Sasuuu~"

"Hn, tidak! Aku sudah kenyang." Elakku dengan sisa kesabaran minim. Hey gadis merah, segera pergi dari hadapanku! jika tidak! Kau akan habis! Ancamku dalam hati.

"Kalau begitu sesuap saja. Ayoo coba~ Aaa..." Ucap gadis berhelaian merah yang kutahu bernama Karin itu, marganya? Entahlah aku tak tau! Bagiku itu tak penting untuk di ingat!

Oke cukup! Ia benar-benar pemaksa. Mencoba menyuapiku secara paksa didepan umum begini, hah? Ini gila! Ya karena kami masih berada di koridor sekolah yang cukup ramai, dan aku benar-benar tak sabar lagi dengan gadis kacamata ini.

Sekali lagi tangan putihnya menyodorkan segumpalan onigiri menuju mulutku, membuatku tersentak kaget sekaligus geram dan refleks menepisnya.

PLAK!

Karin tercengang dan menegang seketika akan perbuatanku. Hal itu juga membuat berpasang-pasang mata semakin memicing memperhatikan kami.

Sedangkan onigiri itu sukses menggelinding dilantai koridor dan terhenti tepat didepan sepatu berwarna pink yang kutahu itu adalah milik Sakura. Sakura? Sial! Ia juga sedang memperhatikanku dengan tatapan yang entahlah aku sendiri tak bisa mengartikannya. Che, dan lihat itu dia benar-benar bersama dengan si Sabaku itu. Tanganku semakin mengepal melihatnya hanya diam terpaku, biasanya dirinyalah yang paling sigap dan segera berlari kearahku jika terjadi sesuatu. Tapi sekarang berbeda, ia hanya terdiam dengan bibir mungil yang sepertinya mengucapkan namaku. Huh! Aku benar-benar kesal.

"Kubilang tidak, ya tidak!" Tegasku sekali lagi.

Aku melengos pergi dengan berbalik arah kembali menuju kelas. Huh, hilang sudah mood ku untuk berjalan-jalan diluar kelas gara-gara insiden tadi. Kudengar sepintas, Karin bergumam dengan suara yang bergetar menggumamkan namaku.

"Oii temee..."

Terdengar suara Naruto tak jauh dibelakangku, sepertinya ia mencoba menyamai langkahku.

Tap!

"Kau apakan sepupuku sampai menangis begitu teme?" Ia bertanya tepat disebelahku dan aku hanya meliriknya dengan ekor mataku, tak jauh disebelahnya juga ada seorang lagi yang sedang bersamanya. Pria dengan rambut nanas yang selalu tampak malas dengan menguap di setiap ada kesempatan. Oh ya, aku lupa kalau gadis merah tadi itu adalah sepupu jauh Naruto. Hmm tapi itu tak penting bagiku.

"Ck, tidak." Jawabku datar masih berjalan kembali kedalam kelas, membuat Naruto semakin menggerutu kesal akibat jawabanku yang sepertinya tak sesuai dengan harapannya.

"Oh ayolah...temeee, kau pasti menolakknya lagi kan?"

"Hn, bukan urusanmu dobe!" Sergahku kesal akan pertanyaannya yang seolah mengintimidasi ku sebagai orang paling bersalah disini. Tak tahu kah kau kalau sepupumu itu benar-benar gadis paling menggangguku dengan keagresifannya yang membuatku muak itu.

"Hoam...mendokusai~" Pria pemalas berambut nanas yang bernama Nara Shikamaru yang sedari tadi ikut berjalan bersama menuju kelas itu akhirnya merespon dan hanya menguap bosan sembari melangkah lebih dulu kearah tempat duduknya disudut belakang dekat jendela, kurasa untuk kembali ke dunia mimpi.

"Huaahh, kau itu benar-benar lelaki kejam teme!" naruto memekik nyaring membuatku refleks menutup kedua telingaku. "Tak bisa kah kau berlaku baik dan menerimanya sekali saja, toh kau juga sudah putus dengan Sakura-chan ttebayo!" Lanjutnya lagi.

"Hn, tidak! Kami tidak putus karena aku dan dia memang tak punya hubungan apapun dobe!" Desisku tajam membuat Naruto bungkam dan mengkeret tak menyahut lagi. Che, apa dia tadi bilang aku kejam? Haha aku memang kejam jika menyangkut sesuatu yang tak kusukai.

.

.

.

"A-arigatou Gaara-kun. Kau telah mengantarkanku pulang..."

'Kun?' Apa-apaan itu? Bahkan ia memanggilnya dengan suffix kun.

"Hn, tak masalah Sakura. Aku selalu bisa jika itu menyangkut tentangmu." Ujar lelaki berhelaian merah darah itu sedikit menggombal, walau aku tak yakin dia pria yang bisa menggombali para gadis jika melihat ekspersi dingin yang selalu ia tampilkan di depan publik. Ia mengatakannya seraya mengacak lembut surai merah muda dihadapannya.

Yah, itulah yang kulihat. Saat pulang sekolah aku berjalan kaki sendiri dan tak sengaja melihat mereka berdua baru saja sampai didepan rumah Sakura. Aku? Tentu saja aku bersembunyi dibalik pohon maple yang memiliki batang cukup besar sehingga nampu menyembunyikan tubuhku. Tentunya aku tak mau sampai mereka melihatku yang sedang memperhatikan ke intiman keduanya, itu benar-benar mengganggu!

Lelaki bernama Sabaku Gaara itu sepertinya telah benar-benar mendekati Sakura. Dan hey! Ia menggunakan motor kerennya untuk memikat hati si pinky itu. Che, menyebalkan! Dan sejak kapan mereka jadi seakrab itu?

"Emm..apa kau tak ingin mampir dulu...kerumahku misalnya?" Sakura tampak bertanya malu-malu.

Hey! Apakah kau berniat mengajak lelaki merah yang bahkan baru saja kau kenal itu kerumahmu? Huh, jangan konyol Sakura! Aku tau ayah dan ibumu sibuk bekerja dan selalu pulang malam, dan sekarang kau mengajak lelaki asing kerumahmu? Berduaan denganmu? Ck, sungguh kau benar-benar gadis yang terlalu polos!

Sedangkan pria merah itu terlihat berpikir sejenak sembari menggerlingkan manik jadenya kearah rumah Sakura yang tampak sepi itu, "Hmm, mungkin lain kali saja." Ia menolak secara halus dan kembali mengacak surai merah muda itu dengan gerakan lembut seraya tersenyum tipis.

Cih, baguslah kalau kau menolaknya! Aku jadi tak harus kerepotan jika sampai terjadi sesuatu dengan tetangga pinky menyebalkan itu jika kau terus berduaan dengannya.

Aku mulai melangkahkan kaki keluar dari tempat persembunyianku saat kurasa pria Sabaku itu telah pergi. Dan Sakura juga tengah membuka pintu pagarnya perlahan. Entah setan apa yang merasukiku hingga aku memanggil namanya.

"Sakura!"

Ia menoleh, dan sekilas terlihat perubahan ekspresi diwajahnya saat melihatku.

"..." Ia masih diam tak menjawab tapi emeraldnya seolah mengatakan 'Apa?'

"Emm, apa kau tadi pulang bersama Sabaku?" Siaaalll! Pertanyaan konyol macam apa ini? Sudah pasti dia pulang bersama, entah kenapa aku masih ingin menanyakan dan mendengar langsung darinya. Dan kenapa tari aku seperti terdengar gugup?

"Yah, seperti yang kau lihat." Jawabnya ketus, ia kembali membalikkan badannya membelakangiku.

"Apa...saat dibonceng olehnya, kau memeluknya?" Tanyaku lagi, dan sialnya kali ini benar-benar pertanyaan paling konyol yang refleks keluar dari mulutku.

Kulihat seketika Sakura menegang masih membelakangiku. "Itu...bukan urusanmu, Uchiha-san!" Sahutnya cepat dan meninggalkanku didepan pagar rumahnya yang masih terbuka untuk masuk kedalam rumah dengan membanting pintu rumahnya.

Aku masih mematung tak bergeming dengan apa yang kudengar, Uchiha-san...? Segitu marahnya kah kau padaku akibat kejadian tadi pagi Sakura? Hingga tak memanggilku dengan panggilan 'Sasuke-kun' seperti biasanya. Bahkan pria Sabaku si murid baru itu saja dengan mudahnya kau panggil dengan suffix kun?

Entah kenapa hatiku sedikit tercubit akibat perubahan sikapnya itu. Cih! Apa peduliku? Seharusnya aku senang dengan sikapnya sekarang yang membenciku tersebut. Jadi ia tak akan menggangguku seperti sebelum-sebelumnya.

Angin musim gugur kembali menerpaku menghantamkan beberapa helaian daun maple yang telah kering dan berjatuhan dari pohonnya itu juga sesekali mengenai tubuhku. Lebih baik aku segera masuk kedalam rumah, karena disini benar-benar dingin. Sedingin hatiku saat ini. Entahlah aku sendiri tak tahu kenapa.

.

.

.

Malam yang dingin kembali menyelimuti kota ini membuat banyak warga yang enggan keluar rumah walau hanya untuk merasakan semilir angin musim gugur, jika memang tak memiliki urusan yang mendesak.

Tok! Tok! Tok!

Terdengar ketukan dipintu rumahku. Akupun segera bergegas dari kamarku bermaksud untuk membukanya. Tapi terlambat karena ternyata telah dibuka oleh Kaa-sanku yang juga ingin pergi keluar bersama Tou-san.

"Wah...Sakura-chan~" Seru Kaa-san riang.

Yah...tak kaget jika Kaa-san memang menyukai Sakura sejak dulu.

"Ini, tadi Kaa-san menyuruhku mengantarkan ini pada Ba-san..." Ucap Sakura seraya menyodorkan bingkisan dalam sebuah wadah yang cukup besar dan aku sendiri tak tahu apa itu. Karena aku hanya melihat dari jauh dibalik lemari yang membatasi antara ruang tamu dan ruang keluargaku.

"Waahh...arigatou ne~ Sakura-chan. Tapi Ba-san harus pergi sekarang. Jadi biar Sasuke yang mengganti wadahnya ya." Kaa-san tersenyum riang dan memanggilku. "Sasuke-kuuunnn, tolong kemari! Ada Sakura-chan~"

Apa? Kenapa harus memanggilku? Kenapa bukan baka aniki yang sepertinya juga sedang santai dikamarnya. Tsk! Aku mendecih kesal sebelum keluar dari tempat persembunyianku dengan wajah tenang. Sepintas aku bertemu pandang dengan emerald yang tadi siang menatapku penuh kebencian itu kini terlihat terkejut dan berpaling cepat memandang arah lain.

"Hn." Aku bergumam dan segera mengambil wadah yang ia gunakan untuk menaruh beberapa potong kue tart. Mungkin keluarganya baru saja merayakan sesuatu. Entahlah, tak mau ambil pusing, aku segera melakukan tugasku.

Sedangkan Kaa-san dan Tou-sanku sudah pergi kesuatu tempat untuk membeli sesuatu.

Dengan cepat aku sudah kembali duduk diruang tamu yang sepi ini berdua dengannya. Ada jarak sekitar satu meter yang menghalangi kami. Entah kenapa kata terima kasih yang selalu diajarkan Kaa-san jika menerima pemberian dari orang lain itu sulit sekali terucap.

Lama kami terdiam, ia juga seperti ingin pergi dari sini mengingat hubungan kami yang terasa canggung sejak tadi pagi. Tapi aku belum menyerahkan wadah miliknya. Masih berada dalam genggamanku, mungkin itu yang membuatnya enggan pergi sebelum aku menyerahkan wadah ini. Hmm, aku menyeringai melihat tingkahnya yang gelisah malu-malu begitu.

.

.

"Ahh...Ah..."

"Hosh! Hosh!"

"Engh~ Ahh...le-lebih cepat Sasuke-kuunnhh...ahh! Ah~"

Desahan erotis benar-benar tercipta dari mulut mungilnya yang beberapa menit lalu telah menjadi daerah kekuasaanku itu hingga memerah begitu. Helaian merah muda panjangnya tampak berantakan, beberapa terlihat basah karena keringat membuatnya menempel pada pipi putihnya dan mata emerald sayunya menatapku seolah mengharap lebih.

Dan hey! Lihat itu... Penampilannya benar-benar sexy saat ini. Kejantananku semakin bersemangat untuk memompanya dalam pergumulan panas ini.

Eh? Pergumulan panas? Entahlah, aku sendiri tak terlalu ingat bagaimana ceritanya kami sudah berada didalam kamarku yang gelap dan melakukan sebuah pergumulan panas. Dan apakah aku harus berhenti? Mengingat bahwa gadis yang sedang berada dibawahku ini adalah gadis paling menyebalkan.

Tentu saja tidak! Sudah tanggung dan kepala basah. Mending sekalian terjun bebas dan menikmati apa yang tersaji didepanku saat ini. Innerku menyeringai lebar akan apa yang kulakukan sekarang. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Hn, serahkan sepenuhnya pada instingku.

.

.

~to be continued~

.

.

Holaaaa minaaaa,,,

Hezlin hadir lagi nih dengan ff yang sialnya baru ini!

Uuhhh...utang ff jadi numpuk nih Σ( ° △ °|||), tapi mau gimana lagi... Disaat masih mencari wangsit untuk melanjutkan ff yg lama, disitu malah tercetuskan ff dengan cerita gaje dan ngelantur dan mesum dan aneh dan, dan dan... Ahh pokoknya gitu deh!

Kali ini Hezlin mencoba buat ff MC yg mungkin tak terlalu banyak chapternya seperti sebelumnya. Kali ini pengen buaf ff dgn full Sasuke POV, gimana? Aneh gk?

Hezlin harap dalam Sasuke pov ini gk terlalu OOC... Yahhh, walau mungkin beberapa agak aneh dan terkesan bikin sikap Sasuke jadi OOC, tapi yoweslah udh terlanjur bahas hihihi ╮(╯3╰)╭

Ditunggu tanggapannya melalui kolom review ya minna...

Arigatou bagi yang udah R&R

~~Sampai jumpa di chap selanjutnya~~

(╯▽╰)╭╮(╯▽╰)╭