Author : Cha2LoveKorean

Title : Love For Me

Genre : Hurt/Comfort, Angst, Family, Romance

Rate : T

Main Pair : KyuSung

Slight : KyuMin and Others

Cast : Super Junior Members and Others

Disclaimer : The Story is mine and always be mine! (:p)

Warning : Typo(s), OOC, Boys Love, Alur Berantakan, Don't Like Don't Read!

Summary : Apakah ini salahku? Haruskah aku menerima semua ini? / Kau pembunuh, Yesung! Pembunuh! / Aku menyukai seseorang! / Kau menyusahkan, Yesung! / Aku mohon, berilah aku sedikit rasa cinta kalian. Jangan abaikan aku, kumohon! Hiks / Aku mencintai kalian..selamanya.. / YESUNG!


Banyak orang bilang keluarga adalah tempat kita mengadu. Tempat berlindung dari orang-orang jahat diluar sana. Benarkah? Lalu kisahku ini apa? Sudah tujuh tahun terakhir aku tinggal dengan kedua hyungku di kota besar Seoul. Keduanya sangat sibuk hingga tidak ada waktu untuk mengurusiku.

Kakak pertamaku bernama Kim Heechul. Ia adalah namja berumur dua puluh lima tahun dan merupakan seorang model yang baru saja debut tahun ini. Selalu sibuk diluar rumah sehingga aku jarang bertemu dengannya. Pergi saat aku belum bangun dan pulang setelah aku tertidur. Tapi satu yang kutahu, Heechul hyung sangat menyayangiku.

Lalu kakak keduaku, Kim Kangin. Namja berumur dua puluh tiga tahun. Pengusaha muda yang meneruskan perusahaan appa sejak ia lulus kuliah. Lebih suka bekerja dibelakang layar daripada terjun langsung. Akh, jangan memasang wajah bingung seperti itu. Maksudku adalah Kangin hyung lebih suka bekerja dirumah daripada datang ke kantor. Walaupun begitu, ia adalah namja yang bertanggung jawab. Terbukti walaupun ia berada didalam rumah, tetapi ia tak pernah lepas dari laptopnya. Harusnya kami dekat karena ia selalu menemaniku dirumah. Tapi… akh, kalian akan tahu nanti.

Dan sekarang aku. Namja berumur tujuh belas tahun, kelas dua SMA di ELF high school. Dan aku tampan, ingat itu. Aku suka kesal saat orang-orang mulai memanggilku manis. Aku 'kan namja harusnya tampan. "Hey, manis," Ok, pengecualian untuk namja yang baru saja memanggilku. Dia Cho Kyuhyun, sunbae ku. Ia sudah kelas tiga sekarang. Namja tampan yang mempunyai tinggi semampai, wajah yang tampan, rambut coklat ikal, dan…akh, aku tidak mau menceritakannya sekarang. Bisa-bisa wajahku terbakar nanti.

"Sunbae, ada apa?" tanyaku sambil tersenyum manis kearahnya. Ia ikut tersenyum. Aissh, jangan tersenyum seperti itu. Kau membuatku malu. "Pulang sekolah nanti ada waktu? Aku ingin mengajakmu makan siang di cafe sebrang sekolah," tanyanya. Mengajakku makan siang? A-apa ini kencan? Tentu saja aku mau! Tapi kalau aku tak segera pulang… Akh, hanya kali ini. Maafkan aku hyung! "Ne, sunbae. Aku ada waktu," jawabku sambil tersenyum kecil. Sungguh, aku takut pulang nanti… "Baiklah, pulang sekolah tunggu aku di pintu gerbang sekolah, oke?" katanya sambil mengacak-acak rambut hitam legamku lalu berlalu dari hadapanku. Aku mengangguk. Akh, sunbae, aku telah mengambil keputusan yang 'sedikit' beresiko karenamu. Tapi tak apa. Karena aku mencintai sunbae.

Sepulang sekolah, sesuai janji aku menunggunya di gerbang sekolah. Sambil menunggunya aku mengangkat ponselku lalu menghubungi Kangin hyung. "Halo, Kangin hyung," panggilku yang hanya disahut dehaman olehnya. "Err, aku akan pulang agak sore. Tak apa 'kan?" tanyaku meminta ijin yang langsung dijawab, "Pulang sekarang," jawabnya singkat. Aku menunduk, sudah kuduga tidak akan diijinkan. Tapi.. "T-Tapi aku ada kerja kelompok, hyung," bohongku. Kalian tidak berharap aku menjawab jujur kan? "Aku tidak perduli. Pulang. Sekarang," aku menghela nafas. Baru saja akan aku jawab, suara motor Kyuhyun sunbae terdengar dari jauh. Akh, dia tidak boleh melihatku murung! "Sudah ya, hyung. Aku akan pulang sore. Annyeong," langsung kumatikan ponselku dan mengeluarkan batrenya. Ini kencan pertamaku dengan Kyuhyun sunbae. Aku tidak bisa melewatkannya.

"Yesung, ayo naik," motor Kyuhyun sunbae berhenti didepanku. Ia membuka kaca helmnya lalu memberi isyarat agar aku duduk di joknya sambil tersenyum. Aku mengangguk dan naik keatas motornya.

Sebenarnya aku sedikit bingung. Padahal café nya tidak terlalu jauh. Hanya disebrang sekolah yang memang dibatasi pembatas jalan. Kenapa harus naik motor? Bukankah jalan kaki bedua itu lebih romantis? Haha. Aku terlalu banyak menonton drama sepertinya.

Tidak sampai sepuluh menit kami pun sampai di café tersebut. Kami mengambil meja yang paling ujung dekat kaca. Duduk berhadapan hanya berdua. Akh, memikirkannya saja sudah membuat pipiku panas. "Err.. Begini, tujuanku mengajakmu kesini.. I-itu," Kyuhyun sunbae berujar gugup. Aigoo, sunbae kau membuatku ikut gugup! "Apa ada orang yang kau sukai? Akh, atau kau sudah punya kekasih?" tanyanya. Aku menggeleng cepat. "A-Aku tidak punya kekasih, sunbae. Tapi ada orang yang kusuka," jawabku malu. Kau itu orangnya, sunbae. "Sungguh? Berarti kita berada diposisi yang sama! Aku jadi bisa bercerita tentang orang yang kusuka denganmu," ujarnya semangat. Eh? Orang itu bukan…..aku? "Kau juga, jika ingin bercerita tentang orang yang kau sukai, ceritakan saja padaku," aku mengangguk pelan sambil tersenyum kecil.

Selama tiga jam kami habiskan berada di cafe itu. Yah, lebih banyak Kyuhyun hyung yang becerita sih. Aku hanya menanggapinya sambil tersenyum kecut. Akh, ia juga memintaku memanggilnya hyung karena sudah mau menjadi temannya. Kami memang sudah dekat sejak aku masuk ELF high school. Ia yang menolongku saat ada sunbae yang berniat menggodaku. Sejak kejadian itu Kyuhyun hyung selalu melindungiku. Itulah yang membuatku menyukainya. Dan ia pun selalu baik padaku, karena itu aku mengira ia menyukaiku juga. Akh, tapi sepertinya aku patah hati, ne? Ia menyukai namja bernama Lee Sungmin teman sekelasnya. Hahh. Tak apalah. Yang penting aku masih bisa menjadi teman dekat Kyuhyun hyung. Itu sudah cukup membuatku puas.

_Yesung POV End_

Waktu sudah menunjukkan pukul enam sore. Yesung duduk dengan gelisah sambil terus melihat jam setiap lima menit. Sebentar lagi malam dan ia belum membuat makan malam untuk hyungnya. Ia pasti akan marah, batin Yesung. Ia merasa tidak enak jika harus memotong cerita semangat Kyuhyun.

Kyuhyun yang melihat gerak gerik Yesung bertanya, "Kau sudah mau pulang?". Yesung nyengir lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aku belum memasak untuk makan malam," jawabnya. "Wow, kau bisa memasak? Baiklah, aku akan mengantarmu pulang. Tapi kau harus membuatkan aku bekal besok, bagaimana?" Kyuhyun mengedipkan sebelah matanya membuat Yesung sedikit salah tingkah. Dengan sedikit gugup ia mengangguk. Kyuhyun tertawa kecil lalu mengacak surai hitam legam milik Yesung. "Baiklah, ayo kuantar pulang,".

Selama perjalanan pulang, Yesung terus mencengkram jaket Kyuhyun yang dijadikan pegangan olehnya. Apa yang harus ia jelaskan pada hyungnya? Ini sudah hampir pukul tujuh malam. Ia tak pernah pulang semalam ini. Pernah sekali ia pulang jam lima sore itupun karena bus yang ia naiki mogok. Dan pulangnya…ia ditampar oleh Kangin.

"…sung. Yesung-ah!" suara Kyuhyun menyadarkannya dari lamunannya. "Akh, ne, hyung. Kenapa?" tanya Yesung. Kyuhyun membuka helmnya. "Kita sudah sampai, Sungie. Kau kenapa?" tanya Kyuhyun khawatir. Ia tidak pernah melihat Yesung melamun sampai tidak mendengar panggilannya. "Akh, aku tidak apa-apa, hyung. Terima kasih sudah mengantarku. Aku masuk dulu, ya hyung," Yesung turun dan langsung berlari masuk kedalam rumahnya.

Baru saja Yesung menutup pintu rumah, ia dikejutkan oleh sebuah suara. "Siapa dia?" Yesung menoleh dan mendapati Kangin berdiri di belakangnya. Tatapan dinginnya seolah menusuk diri Yesung. Namja bertubuh kecil itu menunduk takut. Baru ia ingin menjawab, Kangin memotongnya. "Aku tak pernah melihat wajahnya dalam daftar murid dikelasmu," ucapnya lebih dingin. "D-Dia sunbae ku disekolah. Dia hanya mengantarku pulang, hyung," jawab Yesung dengan masih menunduk. Kangin menghela nafas lalu menarik tangan Yesung.

Mereka terus diam hingga keduanya tiba diruang keluarga, Kangin membuka suara. "Bagaimana dengan kerja kelompokmu tadi?" tanyanya. Yesung mengangkat kepala menatap hyungnya. Kangin menanyakan kerja kelompoknya? Sejak kapan hyungnya ini perduli tentang kegiatannya? "B-Baik, hyung. Aku, Donghae, dan Siwon belajar dikelas tadi," jawab Yesung berbohong. Tentu ia berbohong, tidak mungkin 'kan ia menjawab jujur dengan hyungnya yang satu ini? Kangin mencengkram cangkir kopinya keras. "Oh ya? Lalu siapa ini?" tanya Kangin sambil melempar sebuah foto ke wajah Yesung. Namja manis itu melihat foto yang diberikan Kangin. Foto Kyuhyun dan dirinya berada di sebuah cafe sambil tertawa. "Kau sudah mulai berbohong, eoh?! Oh, atau sebelumnya kau sudah sering membohongiku?!" marah Kangin. Dengan kesal ia membanting cangkir kopinya hingga pecahan Kristal itu berserakan dilantai. Yesung menunduk takut. Jujur ini kali pertamanya berbohong. Tidak pernah sebelumnya ia berbohong pada Kangin, Heechul, dan kedua orangtuanya.

Kesal tidak mendapat jawaban dari Yesung, Kangin menarik rambut Yesung hingga namja manis itu berdiri sambil berteriak kesakitan. "A-Apphayo, hyung. Kumohon maafkan aku. Hiks," ujarnya. Untuk kesekian kalinya ia harus menangis. Bukan. Ia bukannya menangis karena rasa sakit di kepalanya. Tapi ia menangis..karena kembali melihat perubahan kakaknya yang dulu selalu menyayanginya, melindunginya, kini berbalik menyakitinya. Kangin mendorong tubuh mungil adiknya hingga jatuh berlutut. "Berjalanlah sambil berlutut selama seminggu selama berada dirumah," Yesung mengangguk kecil. Setelah Kangin berlalu pergi kedalam kamarnya. Yesung menghapus air matanya. Ia lelah. Lelah menangisi hal yang sama.

Pelan-pelan Yesung mengangkat tubuhnya. Sedikit meringis ketika pecahan cangkir kopi milik kangin mengenai lututnya. Ingin berdiri, tapi ia sedang dihukum. Tapi kalau tidak berdiri lututnya akan semakin parah. Yesung menghela nafas. Ia berjalan dengan lututnya sampai kedapur dan mengambil sapu dan kain pel. Tentu harus di pel. Karena sekarang lantai rumahnya kini berhiaskan darahnya.

"Aku pulang," selang beberapa waktu, terdengar suara kakak tertuanya dari arah pintu. Yesung dengan cepat membersihkan lukanya. Menggigit bibirnya saat membalut lututnya dengan kain kassa. Sangat sakit rasanya. "Kau sedang apa, Sungie?" tanya Heechul bingung saat melewati ruang keluarga. Bagaimana tidak bingung melihat adikmu duduk dilantai dengan perban yang dipasang asal-asalan. Heechul tertawa kecil. Adik kecilnya tetap saja bodoh. Waktu mereka kecil juga Yesung berlaku seperti itu.

_Flashback 12 Year's ago_

BRUKK. Seorang namja kecil terjatuh dihalaman rumahnya. Saat ini ia sedang bermain kejar-kejaran dengan kedua hyungnya. Tapi baru lari beberapa langkah si bungsu tersandung pot bunga kesayangan ummanya. Para hyungnya yang melihat itu langsung menghampiri sang adik lalu membantunya duduk. Dengkul kecil sang adik berdarah. Tapi yang Heechul dan Kangin heran, Yesung, anak kecil itu, tidak menangis dan meraung seperti anak-anak pada umumnya. Matanya memang merah, tapi ia tidak menangis.

"Kau tidak apa-apa, Sungie?" tanya Kangin khawatir. Yesung menggeleng cepat. "Cungie tidak apa-apa, hyung. Cungie 'kan kuat. Eum, hyungdeul lanjutkan main caja. Cungie mau ambil obat dulu," Yesung kecil berdiri lalu berjalan kedalam rumah dengan tertatih-tatih. Kedua hyungnya memandang kepergiannya dengan khawatir.

Kangin dan Heechul saling menatap lalu mengangguk. Keduanya mengikuti langkah adik kecil mereka diam-diam. Yesung mengambil bangku kecil yang biasa ia gunakan untuk belajar lalu menaruh tepat dibawah kotak obat yang tergantung cukup tinggi diatasnya. Tubuh mungil itu menaikki bangkunya dan berjinjit dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi berusaha menjangkau kotak obat walau itu sia-sia. Tubuhnya terlalu kecil dan bangku itu terlalu pendek.

Kangin yang mengeluarkan suara lebih dulu, disusul suara Heechul. Mereka tertawa melihat usaha adik kecilnya. Yesung yang mendengar tawa hyung nya, menggembungkan pipinya. "Hyungdeul nakal, bukannya bantuin cungie ambil obat, malah ketawain cungie," kesalnya. Tangannya terlipat didepan dada dan memandang Kangin dan Heechul dengan ekspresi kesal. "Hahaha. Maaf, Sungie. Kau sih sok dewasa, Sungie kan bisa minta tolong pada kami untuk mengambil obat," kata Kangin.

Namja berumur sepuluh tahun itu mendekati adiknya lalu menurunkan kotak obat dengan mudahnya. "Lihat? Aku bisa mengambilnya dengan mudah, anak kecil," ujar Kangin meledek sambil mencubit pipi Yesung. Sedangkan yang diledek turun dari bangku kecilnya. "Cungie cudah dewacaa!" bantahnya. Heechul yang daritadi melihat akhirnya turun tangan. Kedua adiknya ini memang tidak pernah bisa ditinggal. Kangin selalu mengerjai dan meledek Yesung, sedangkan adik bungsunya yang sok dewasa itu tidak terima dan erbuah pertengkaran kecil seperti tadi.

"Hey, hey, sudahlah. Kangin, jangan meledek Sungie lagi, kau pun masih kecil. Dan kau Sungie, cepat kita obati lukamu itu. Sungie mau lukanya tidak sembuh-sembuh?" ujar Heechul bijak. Namja sulung itu menggendong Yesung dan menaruh diatas pangkuannya. Yesung dan Kangin saling menjulurkan lidah satu sama lain. Heechul hanya bisa menggelengkan kepalanya. Kedua adiknya memang kekanakkan.

Kangin mendudukkan dirinya di hadapan Heechul. Lalu mulai mengoleskan obat pada luka Yesung yang sudah dibersihkan terlebih dahulu. "Appoo~ Huks, cakit hyungie," ujarnya manja pada kakak tertuanya. Ia memeluk dada hyung nya itu erat. "Huh, manja. Katanya sudah dewasa?" ledek Kangin. Ia menekan-nekan luka Yesung pelan. Tangis Yesung meledak saat itu juga. "Huweee, Chullie hyung, Kangin hyung nakal, Kangin hyung buat Cungie cakit~" adunya manja. Bukannya berhenti, Kangin malah sengaja menekan lagi luka si kecil membuat anak berumur empat tahun itu menangis makin keras. Heechul yang melihat itu hanya tertawa mengikuti Kangin. Karena ia tahu, Kangin sengaja membuat Yesung menangis dengan niat yang baik. Ia tidak ingin adik kecilnya menahan nangis seperti itu. Dan Heecul tahu, ini semua Kangin lakukan karena menyayangi Yesung, seperti dirinya menyayangi kedua adiknya.

_Flashback End_

"A-aku sedang mengobati luka ku, hyung," jawab Yesung sambil menunduk. Ia tidak ingin Heechul melihatnya menangis. Karena kakaknya itu pasti akan langsung tahu penyebabnya. Dengan cepat Yesung menghapus air matanya dan mengangkat kepalanya. Tersenyum saat Heechul duduk dihadapannya. "Tidak berubah, eoh? Kalau tidak bisa memasang perban sendiri, kau 'kan bisa meminta tolong padaku atau Kangin," sambil terkekeh pelan, Heechul membalut luka adiknya dengan benar. "Dasar anak kecil," ledek Heechul. Tangannya mengacak surai adiknya dengan gemas. Yesung mengerucutkan bibirnya. "Aku sudah dewasa, hyung. Umurku sudah tujuh belas tahun," ujarnya. Heechul tertawa. "Benarkah? Bagiku kau tetap saja adik kecilku yang manja. Hahaha," ucapnya. Yesung kembali berujar kesal. Dan berlanjut sampai keduanya tertawa bersama.

"Akh, hyung tumben pulang jam segini? Aku baru saja akan memasak untuk makan malam. Hyung ikut makan malam 'kan?" tanya Yesung. Ia sungguh berharap Heechul akan ikut makan malam dengannya. "Maaf, Yesungie, hyung harus kembali ke lokasi pemotretan. Hyung pulang hanya mengambil beberapa barang yang tertinggal," jawab Heechul. Ia melihat jam tangannya. "Akh aku sudah terlambat, kau makanlah dengan Kanginnie. Makan yang banyak," setelah berucap seperti itu, Heechul masuk kedalam kamarnya untuk mengambil barang-barangnya dan kembali pergi.

Yesung menghela nafas kecewa. Ia bahkan lupa kapan terakhir kalinya mereka bertiga makan bersama setelah kejadian 'itu'. Apakah benar yang sering dikatakan Kangin padanya selama ini? 'Kau pembunuh, Yesung! Pembunuh!' itulah yang Kangin sering katakan padanya. Yesung mengusap wajahnya kasar. Baru memikirkannya saja sudah membuatnya ingin menangis. Kenapa ia sangat cengeng?

Yesung berjalan dengan lututnya kearah dapur. Terus berjalan tanpa perduli bercak darah mulai terlihat di perban lututnya. Hatinya jauh lebih sakit daripada luka apapun yang pernah ia terima selama ini.

Suasana hening dimeja makan. Hanya ada suara sendok dan piring yang beradu dan yang lainnya. Sedangkan kedua manusia yang duduk berhadapan disana hanya makan dalam diam. Tidak ada canda dan tawa seperti sebelas tahun yang lalu. Tak ada sang appa yang akan menegur ketika mereka asik mengobrol, tidak ada umma nya yang akan melerai mereka ketika Kangin atau Heechul mengambil ayam goreng ataupun ketika kedua kakaknya menjahili Yesung ketika belajar. Tidak ada lagi Kangin yang melindunginya ketika ada orang yang mengganggunya. Dan tidak ada lagi Heechul yang memeluk sambil mengelus kepalanya saat ia menangis. Tidak ada. Semua terasa berbeda sejak kejadian 'itu'.

Yesung mengaduk makanannya tanpa berniat memakannya sedikitpun. Kangin yang melihat itu berdehem pelan. "Makan yang benar," ujarnya. Yesung melihat hyungnya sebentar lalu kembali menunduk. "Aku tidak nafsu makan, hyung,". Kangin berdecak pelan. "Aku bilang makan ya makan! Aku tidak mau buang-buang uang dengan mengantarmu kerumah sakit jika kau sakit nantinya. Menyusahkan!" Kangin menaruh piring kotornya kedalam tumpukan piring kotor. Lalu berjalan kearah ruang tamu meninggalkan Yesung yang masih termenung dengan kata-kata hyungnya. Bagi kakaknya, dirinya menyusahkan. Dan sambil memakan makanannya, ia kembali menangis dalam diam. Tidak ada isakkan, hanya air matanya yang terus turun menetes kedalam makanannya.

_*_*_*_*_*^Love For Me^*_*_*_*_*_

Hari sudah menjelang tengah malam. Tapi tidak ada niatan untuk tertidur bagi pemilik kamar bernuansa putih dan biru itu. Yesung, pemilik kamar itu, terdiam diatas kasurnya sambil melihat sebuah botol yang dipegangnya. "Jika aku hidup hanya menyusahkan kalian, lebih baik akupun menyerah untuk bertahan," ucapnya lirih. Ia menaruh botol yang merupakan obat rutin yang harus ia minum tiap malam kedalam laci disebelah tempat tidurnya lalu menguncinya.

Yesung menarik selimutnya sebatas dada dan memejamkan matanya. "Semoga kita cepat bertemu umma, appa," gumamnya pelan sebelum masuk kealam mimpi.

Sementara itu dikamar Kangin yang bercat putih pucat, Kangin duduk di meja kerjanya sambil menarik rambutnya. "Bodoh. Kau bodoh, Kim Kangin," ia berujar lirih. Seakan-akan tidak ingin ada siapa dan apapun yang mendengarnya. Tapi ia tak menyadari sepasang mata yang menatapnya sedih. "Aku menyakitinya lagi," Kangin kembali berujar.

Heechul menutup pintu kamar Kangin dengan perlahan. Ia memasuki kamarnya yang terletak disamping kamar adiknya itu lalu menjatuhkan dirinya keatas kasur berwarna merah maroon nya. "Kapan semua ini akan berakhir? Umma, Appa, aku telah gagal menjaga adik-adikku," ucapnya. Setetes airmata jatuh dari matanya. Sungguh, ia tidak ingin menjadi cengeng seperti ini, apalagi didepan adik-adiknya. Maka dari itu ia lebih memilih menyibukkan dirinya. Dan tanpa sadar membuat hubungan bersaudara menjadi retak.

Heechul mengambil bingkai foto yang terletak disampingnya. Foto keluarganya yang diambil sebelas tahun yang lalu sebelum kejadian 'itu'. "Umma, Appa, apa yang harus aku lakukan?" ujarnya seraya mengelus satu per satu orang yang ada difoto itu. "Aku merindukan kalian," lanjutnya sebelum ia tertidur.

Bukankah sebuah keluarga akan saling membantu memikul beban? Terutama dalam hubungan persaudaraan, bukankah begitu? Lalu apa yang keluarga Kim ini jalani? Si bungsu mendapat beban dari luar dan dalam yang hanya ia pendam sendiri perasaannya. Anak tengah yang seharusnya dekat dengan si bungsu mempunyai beban yang sebenarnya ia buat sendiri dan melimpahkannya pada sang adik. Lalu si sulung yang harusnya menjadi penengah, karena rasa takut yang berlebihan lebih memilih kabur dari rasa tanggung jawabnya itu.

Seperti sebuah boneka kayu yang hancur, pemilik berhak memilih untuk memperbaikinya atau membiarkannya hancur. Lalu apa yang akan dipilih oleh mereka?

"When everything goes to hell, the people who stand by you without flinching - they are your family. " ― Jim Butcher

_TBC_

A/N: Haiiii! aku comeback setelah hiatus lamaa~ :3 hehe kembali dengan cerita KyuSung pertama ku. hehe Semoga kalian sukaa :* cerita ku yang lainnya pasti aku lanjut kok, walaupun pasti butuh waktu yang lama XD okedeh, beri aku tanggapan kalian ya, my lovely reader :* papayy

_The last, please leave some review for me please?^^_