Boboiboy © Animonsta

The Twin's Extreme Daily Activities Alphabetically © Casstella Millatea

Rate : T (udah ganti cihuuyy! #abaikan)

Genre : Humor, Parody, Friendship, Family, Sci-Fi—abaikan yang terakhir

Warning : gaje, fail!Humor, nyerempet ke rate M (?), bahasa kasar (mungkin?), OOC, typo(s), dll. Bila sakit berlanjut, telpon KPA (?). Era dan Ella tidak bertanggung jawab~ #duoAuthordikepret (?)

A/N : Yosh! Entah kenapa, dapat ide buat fanfic ini jadi urut alphabet.. Daaann... Beginilah. #krik. Mohon diingat... MOHON DIINGAT! #Eradikepret (?) Fanfiction ini dibuat untuk... Untuk apa ya? Era lupa._. #Eradibantai. Sampai mana tadi? Ah, iya. Fanfiction ini dibuat untuk menampung ide-ide nista Era! Yeaayy! #digrebekmasa (?) Ingat! Era! Bukan Ella! Soalnya Ella itu kebalikannya Era yang mesum ini~ Ella itu masih folos :v #digrebeklagi

Terus, terus—EH!? IYA IYA! OKE AMFUN! EH, MAKSUDNYA AMPUN! NGGAK AKAN NGOCEH LAGI! TURUNIN ITU BANGKU!

Yasudah.. Daripada Era dilempar bangku sama readers-tachi... HAPPY READING SSU!

.

A : Ambigu

.

Di suatu pagi yang nggak pagi-pagi amat (?)

Di sebuah rumah yang nggak rumah-rumah amat—Eh, salah.

Pagi itu, pagi yang cerah di Bikini Bottom—maaf, salah naskah.

Di suatu rumah yang nggak layak dibilang rumah. Kenapa? Soalnya itu rumah guede bangeett! Lebih mirip mansion presiden! Padahal Era nggak tau mansion-nya presiden itu kayak gimana... —oke mas, mbak, turunin itu piso!

Di hari yang cerah nan mendung ini—err... Maaf. DAN SAYA BUKAN BAJU! JADI TURUNIN ITU SETRIKA! MASIH PANAS!

—oke, balik lagi.

Jika kalian lihat lebih dalam—tepatnya di ruang tamu—kalian akan menemukan lima ekor—ah, salah, yang bener lima orang—pemuda laki-laki. Dziiing. Sebentar. Kalau pemuda itu pasti laki-laki kan?—dimohon turunkan itu obor. Kalau Era mati, ini fanfic gaje nggak akan tamat!

Kalian tega gitu ya, selalu aku yang salah, kalian itu—eh, balik lagi yuk. Era jadi curhat malahan.

—emang siapa yang bolehin situ curhat?!

—balik gih! Kasian readers-nya! Mereka bisa mati karatan kalau Author-nya malah kayak gini!

Oke, balik deh ssu.

Di ruangan itu, kelima pemuda itu sedang berbincang-bincang. Suasananya ramai, sampai—

"Gempa, kemarin katanya kamu mau lihat burungku. Kenapa nggak datang ke kamarku?"

—Si sulung berbicara pada anak ketiga yang polosnya minta ampun dengan sangat ambigu.

'KAK HALI BEGOO! SUDAH TAU MESUM KOK MALAH NULARIN GEMPA?!'

'Kak.. Kan kakak sendiri yang bilang biar kita semua menjaga kepolosan Gempa, kak! Kenapa?! Kenapa Kak Hali?! KENAPA SEKARANG KAK HALI MENCEMARINYAAAAAAAA?!'

'Golok mana golok? Kak Halilintar baka. Kenapa malah nularin Gempa?! Udah cukup Kak Halilintar aja yang MESUM!'

Melihat ekspresi aneh bin nggak jelas yang dipasang adik-adiknya yang NGGAK WARAS itu, Halilintar aja menghela nafas lelah. 'Dasar sinting.'

—nggak nyadar kalau dirinya sendiri juga sinting

"Oh iya ya. Maaf aku lupa, kak."

'TUH KAAAAAANNN! GEMPA JADI KETULARAN MESUUUMM!' Batin ketiga pendengar setia percakapan antara saudara mereka yang paling mesum dan yang paling polos itu kompak nelangsanya.

"Ya sudah, ayo." Halilintar berdiri dari tempatnya lalu menarik tangan Gempa.

"Kemana kak?" Tanya Gempa sambil memiringkan kepalanya ke kiri.

"Kamarku. Katanya mau lihat burungku. Jadi kan?" Halilintar menoleh sedikit kearah Gempa, lalu melihat adik-adiknya yang lainnya. 'Astaga... Muka mereka bego banget.' Gempa mengangguk tipis. "Iya kak." Setelah mendapat jawaban dari adiknya yang paling waras, Halilintar lalu menyeret Gempa ke kamarnya. Meninggalkan tiga makhluk kembar dengan ekspresi yang sama-sama absurdnya.

Satu detik...

Dua detik...

Lima detik...

Sepuluh menit..

Seribu tahun—eh, kelamaan.

TING!

"KAK HALIIIII! GEMPA MAU DIAPAIIINN?!"

"Telat... Mereka udah masuk kamarnya Kak Hali tuh..."

"YA MAKANYA BANTUIN DONG, AIR! DASAR BEGO!" Api yang masih belum bisa menerima kenyataan jadi emosi gara-gara mukanya si Air yang madesu to the max.

"SIAL—" bentakan Air berhenti saat melihat wajah kusam (?) sang kakak.

Mungkin Taufan jarang cuci muka, makanya mukanya jadi kusam. Oke, abaikan.

" . . .pada." Taufan yang juga masih belum bisa memproses kejadian sebelumnya ikutan emosi. Duo Api—Air memilih diam. Daripada dibacok beneran kan gawat.

"WOOOII! NAPA DIEM?! AYO TAHAN KAK HALI! JANGAN SAMPAI GEMPA DIAPA-APAIN!"

'EMANG TADI YANG NYURUH DIEM SAPAAA?!' Batin Api sama Air frustasi.

Tanpa banyak cing cong lagi mereka langsung melesat ke lantai dua dimana kamar kakaknya berada. Niat awalnya sih mau didobrak, tapi gerakan mereka berhenti setelah—

"Burung Kak Hali ternyata besar sekali yah!"

—kata-kata luar biasa ambigu itu berkumandang.

"WHAT THE HELL?! KAK HALI!" Terlambat... Mereka belum sempat menghentikan Kak Hali dan kemesumannya...

"Boleh kupegang kak?"

"Tapi nanti dia bangun lho.." Diluar, Taufan, Api dan Air memegangi 'itu'-nya mereka masing-masing dengan wajah merah.

"Tapi nggak apa kan?"

"Nggak apa sih.."

"Waaahh bulunya lebat banget kak!" DEG! Mati! Kak Hali mati gih!

"UWAARRGH! AKU NGGAK KUAAAATT!" Teriakan Taufan menggelegar di lorong rumah yang sepi itu. "Sst! Nanti ketahuan Kak Hali lho kak!"

Krieet!

Tiga kepala menoleh kearah suara tersebut dan mendapati sesosok iblis keluar dari kamar itu.

—eh, tenyata Halilintar.

"Kalian kenapa? Mau lihat burungku juga? Ayo masuk!"

'Glek' sudah tidak ada celah lagi untuk kabur dengan gerakan patah-patah mereka mengangguk lalu masuk ke kamar si sulung.

"Ah! Kak Taufan! Api! Air! Lihat! Burungnya Kak Hali! Cantik kan?"

Eh? Saat ketiganya menoleh, mereka melihat sesosok burung kakaktua di tangan Gempa.

'Oooohh! Jadi maksudnya burung kakaktua tooh!' Batin tiga orang nista itu lega.

"Kalian pasti mikir yang tidak-tidak kan?" Skak mat. Sepertinya ini akhir untuk mereka. Selamat tinggal dunia. "E-enggak kok!"

"Oh? Sudah berani bohong huh? Sini kalian!"

"TIDAAAAAAAAAAAKKKKKKK!"

Dan chapter ketiga dari fanfic ini pun diakhiri dengan teriakan super duper gaje tersebut~

Krik krik krik krik

Garing banget ya?~~ Pastinya~ Era kan lagi writer block~

Semoga memuaskan!~

Bagi yang berkenan... Review please! *puppy eyes* Review kalian benar-benar berguna bagi kami!