EPILOGUE


Victoria Era, Los Angeles, 16 Mei 1880

Tuan Nathan berdiri di depan rumah Sehun. Berkali-kali ia mengetuk pintu rumah Sehun yang terkunci. Tak ada siapapun yang merespon ketukan pintu itu. Tuan Nathan hampir frustasi. Bagaimana tidak? Ia sudah berdiri disana selama hampir setengah jam.

Ia tak salah informasi. Sehun mengatakan padanya kalau ia sudah akan pulang tanggal 20 April. Begitupun ia juga tak salah memberikan informasi kepada Sehun. Ia akan datang untuk membenarkan kamera milik Sehun di tanggal 21 April. Lalu, apa mungkin Sehun sudah pergi lagi?

Ah tidak mungkin! Sehun tidak mungkin pergi secepat itu. Pasti ada yang tidak beres.

Tuan Nathan mencoba mengetuk pintunya lagi. Rupanya pria tua itu tak juga menyerah. Mungkin jika tetap seperti ini selama 5 menit mendatang, ia harus menghubungi polisi.

1 menit…

2 menit…

3 menit…

4 menit…

5 menit…

Ya, 5 menit berlalu. Sepertinya Tuan Nathan harus menghubungi polisi untuk ini.

(Post Mortem Photography)

Beberapa polisi tampak memeriksa rumah milik Sehun. Sama sekali tak ada tanda-tanda kehidupan. Mungkin Sehun memang sudah pergi untuk client –nya yang lain. Ya, setidaknya itu yang dipikirkan oleh mereka.

Tuan Nathan masuk ke dalam studio foto milik Sehun, setelah beberapa saat yang lalu polisi berusaha membuka pintu ruangan yang terkunci. Suasananya agak menyeramkan. Gelap dan agak lembap. Mata Tuan Nathan seketika terfokus pada kamera milik Sehun. Itu adalah kamera yang ingin Sehun perbaiki di tempatnya. Tuan Nathan melihat-lihat kamera itu. Sepertinya semuanya normal. Tak tampak ada kerusakan seperti yang dikatakan oleh Sehun.

Tuan Nathan melihat ke kumpulan foto yang sudah selesai di cetak oleh Sehun. Beberapa foto yang di gantung—setelah di cuci—masih tampak disana. Sepertinya ini dikerjakan belum lama, belum sampai 24 jam yang lalu—perkiraan Tuan Nathan. Alat-alat yang biasa digunakan Sehun untuk bekerja masih tersimpan dengan baik di ruangan itu. Lalu kemana Sehun? Apa mungkin ia liburan sehingga ia tak membawa barang-barang yang biasa ia bawa? Dan ya, setidaknya itu yang masih dipikirkan oleh Tuan Nathan.

Tunggu!

Mata Tuan Nathan menyipit. Alisnya berkerut hingga menunjukkan garis-garis penuaan di dahinya.

Ia tak salah lihat kan?

Sehun?

Di salah satu foto yang digantung itu?

Lalu siapa pemuda yang tertidur di sofa itu?

Ah bukan tertidur, tetapi tampak seperti orang yang sudah meninggal.

Dan Sehun mencium leher pemuda itu? Hell! Apa itu kekasih Sehun yang sudah meninggal? Tetapi setahu Tuan Nathan, Sehun tak memiliki kekasih.

Ia mengambil foto itu. Memperhatikannya dengan seksama.

Seorang pemuda yang tertidur pulas di atas sofa dengan Sehun yang mencium lehernya—sambil mengendus lehernya dengan mata terpejam. Oh my! Mereka terlihat sangat mesra.

Tunggu!

Kalimat apa ini?

Oh Sehun, dia adalah milikku dan akan selalu bersamaku—Xi Luhan.


THE END