POST MORTEM PHOTOGRAPHY


Romance, Fantasy, Horror | M | Yaoi/BL, HunHan, OOC, OC, AU, AT, bashing chara, typo(s)—This story and OC belongs to me. Sehun&Luhan belongs to God, himself and their family.


PROLOGUE


Victoria Era, California, 20 April 1880

Xi Luhan duduk mematung di depan cermin. Ia telah berpakaian rapi menggunakan tuxedo dengan dasi kupu-kupu yang melingkar di balik kerah kemejanya yang berwarna putih. Mata Luhan terpejam sempurna. Gadis penghias itu menaburkan serbuk bedak—dengan tipis—di wajah Luhan. Tak ada yang ditakutkan oleh gadis itu. Sekarang ia menyematkan sebuah lencana perak berbentuk segi enam di sisi kanan atas tuxedo.

"Anda tampak sangat tampan, Tuan." kata gadis itu tersenyum. Kemudian ia membungkuk pada Luhan. Gadis itu beranjak dari ruangan, meninggalkan Luhan seorang diri disana.

Dia adalah laki-laki asal China yang tinggal di California, Amerika Serikat. Tidak. Kehidupannya tak tampak tradisional khas orang-orang Ming. Ia tampak modern dengan gaya pemuda Eropa yang disadur dengan gaya khas pemuda California. Dulu, ia tinggal di sebuah rumah dekat perbatasan, di San Diego. Ia pindah dua tahun yang lalu ke rumah bergaya Victoria di pesisir pantai California. Kedua orang tua Luhan sekarang tinggal di Jepang.

Cklekk!

Pintu terbuka. Beberapa orang pria—sebagian dari mereka masih tampak remaja—memasuki ruang rias yang ditempati Luhan. Mereka melihat Luhan yang masih 'tertidur di kursinya'. Dua orang di antara mereka mengangkat Luhan yang tak bergeming sama sekali. Bahkan Luhan tak tampak risih saat pria-pria berdarah California itu mengangkat tubuhnya.

Mereka membawa Luhan ke sebuah ruangan yang sudah dihias sedemikian rupa. Beberapa bunga lili putih dan merah muda menghiasi ruangan itu. Luhan di tempatkan di atas sofa panjang yang klasik. Di tangannya, mereka melatakkan setangkai bunga lili putih yang indah.

"Ia meninggal 4 hari yang lalu." kata salah satu dari pria itu.

Seseorang yang memegang kamera kuno mengangguk mengerti. "Waktunya sangat tepat untuk melakukan pemotretan hari ini." sahutnya. Ia sibuk pada pengaturan kamera untuk membuatnya lebih fokus pada objek yang dituju.

"Aku akan kembali ketika foto tunggalnya selesai." kata pria itu lagi.

"Perlu 23 jam untuk menyelesaikan ini." Pemuda—yang memegang kamera tadi—meletakan kameranya di sebuah meja kecil. Ia mendekati Luhan yang duduk tenang di atas sofa. Pemuda itu membenarkan posisi tangan Luhan sehingga objeknya tampak lebih 'hidup'. Ia juga mengusap bibir Luhan karean bedak tampak agak tebal di sebelah sana.

Sebuah kilatan kecil menyilaukan mata pemuda itu. Lencana perak berbentuk segi enam itu benar-benar menarik perhatiannya. Dalam hati, ia sangat ingin memiliki lencana itu. Ia pikir lencana itu adalah hiasan biasa yang perancang busana letakkan untuk memperindah tuxedo tersebut.

Pemuda itu berbalik, kembali pada kamera yang terletak di meja yang tak jauh dari tempat itu.

Klik!

Ia menekan salah satu tombol pada kamera itu. Sekarang ia memulainya, mengambil gambar untuk Xi Luhan.

"Kau berasal dari Korea?" tanya pria tadi yang datang kembali membawa secangkir teh hijau untuk pemuda itu. Sebelumnya ia sempat meninggalkan ruangan itu. Pemuda itu juga agak terkejut, sebab pria itu mengatakan akan kembali setelah pengambilan gambar tunggal selesai. "Orang tua Xi Luhan akan sampai besok. Mereka juga tinggal Korea."

Pemuda itu tersenyum. "Kupikir aku akan menjadi akrab dengan client-ku kali ini."

"Ah~ aku lupa, siapa namamu?" tanya pria itu, "Kau bekerja keras untuk memberikan mereka kenangan terbaik bersama orang yang mereka sayangi."

"Sehun, Oh Sehun." jawab pemuda itu—Sehun—menghampiri pria tadi. Ia menyesap teh hijaunya. "Walaupun tampak berat, aku senang karena aku bekerja sebagai post mortem photographer."


To Be Continue…