Saat ia datang, ia langsung sadar semua pandangan ke arah Hinata. Naruto jadi kesal sendiri dan langsung menutupi Hinata dengan jasnya sambil memeluknya. Sontak semua mata seolah menghilang. Sementara Hinata bisa melihat kegelisahan suaminya, tanpa tahu bahwa dirinya penyebab keresahan Naruto bukan karena mantannya. Saat selesai berjabatan tangan dengan Shion dan Sasori, mereka pulang. Naruto kesal, ia tidak bisa menyembunyikan bahwa ia begitu cemburu pada semua pria yang menatap nakal istrinya. Hinata berpikir mungkin dengan dirinya yang maju duluan, Naruto bisa melupakan sakit hati pada Shion seperti saat malam pertama dulu. Hinata mencium bibir Naruto dengan penuh gairah. Naruto kaget dan menjauhi Hinata, karena ia tidak mau menyentuh Hinata dulu. Hinata menatapnya sendu dan meminta maaf padanya tentang Shion. Naruto malah memeluknya dan menjelaskan bahwa ia saat ini sedang kesal karena sejak tadi banyak orang yang melototi tubuh Hinata sembarangan. Hinata malah terkikik melihat tingkah Naruto. Naruto malah menggelitikinya sambil tertawa, Hinata lalu mengusap wajah Naruto sambil tersenyum. Cengiran 5 jari yang ia sangat rindukan setelah sekian lama hanyalah emosi negatif. Naruto mengerit maksud Hinata dan mengambil tangannya lalu mencium tangannya itu.

Mereka berpelukan sambil berciuman hingga tak sadar bahwa mereka sudah sama-sama berada di atas tempat tidur kamar Naruto. Naruto takut akan menyakiti Hinata lagi jadi ia bangkit dari tempat tidurnya namun Hinata membalik posisi mereka dan menariknya berciuman lagi. Tangan Naruto mulai berani meraba bagian tubuh Hinata meski ragu. Hinata juga mencoba hal yang sama. Ia berbisik seksi di telinga Naruto bahwa ia ingin mencoba sekali lagi. Ciuman itu, turun dari dahi Naruto, bibir lalu ke leher arah jakunnya. Naruto yang tidak tahan membalikkan posisi mereka. Sambil tetap mencium Hinata ia bergerak membebaskan seluruh pakaian Hinata dan pakaiannya. Naruto tidak terburu-buru, ia ingin Hinata benar-benar siap untuknya. Setelah Hinata cukup basah untuknya, ia menyatukan diri mereka pelan dan merasakan inchi demi inchi tubuh mereka menyatu. Tak ada rasa sedih, Naruto tidak ingin Hinata merasa dilupakan lagi.

Ia bahkan menciumi wajah Hinata sebelum ia bergerak. Uugh, bagian favoritnya ini masih saja sempit. Mungkin karena sudah berbulan-bulan mereka tak melakukannya. Naruto punya ide lain, ia membiarkan istrinya yang menggenjotnya dari atas. Hinata tampak erotis sambil memeluk tubuhnya, wanita itu terus menggenjotnya. Belum lagi otot-otot di situ terus meremasnya. Hinata sampai lebih dahulu. Naruto menunggunya hingga ia pulih sebelum bergerak lagi. Tangan Hinata berada di kepalanya atau punggungnya menjangkau apa saja yaang bisa ia jangkau. Naruto membalik posisi mereka lagi hingga Hinata di bawahnya lagi. Tidak tahan dengan serangan Naruto, ia malah mencium bibir suaminya itu. Kedua pahanya pun sudah melingkar di pinggang Naruto agar lebih dalam lagi. Payudara Hinata pun tidak menanggur karena ia sudah hisap dan bagian intim Hinata menjepitnya lagi dengan keras. Kali ini ia memang harus keluar. Hinata mendesah, daerah intimnya hangat oleh cairan Naruto yang masih keluar terus. Hinata ikut klimaks dan meremas bagian tubuh Naruto di dirinya.

Naruto membelai wajah istrinya yang tampak cantik itu sambil berbisik bahwa rasanya ia tidak ingin berpisah dengan istrinya itu sedikit pun. Ia terpaksa mengaku, di pesta tadi ia sangat cemburu. Bahkan dalam 5 menit ia ke WC sudah ada orang mendekatinya untuk berbicara. Naruto tampak manyun membicarakannya. Hinata menarik wajahnya lagi untuk berciuman dan sesekali Naruto menggesekkan miliknya dalam tubuh Hinata. Hinata menatap Naruto dalam-dalam dan tersenyum, ia justru merasa bahagia Naruto bisa cemburu padanya. Naruto lagi-lagi tersenyum salah tingkah mendengar penjelasan Hinata.

Ia merubah posisi mereka dan menggenjot Hinata dari belakang dan membiarkannya tanpa mengeluarkannya. Hinata khawatir, terakhir kali seperti ini Naruto meninggalkannya sendirian di tempat tidur tanpa melihat wajahnya. Naruto melingkarkan lengannya diatas perut Hinata dan menggeser kakinya di sela kaki Hinata sambil meyakinkannya ia tetap berada di sampingnya. Tidur yang paling romantis dan sekaligus erotis. Saat Hinata bangun, Naruto masih ada di sampingnya. Ia membelai rambut pirangnya itu dengan lembut sudah lama ia ingin melakukannya. Naruto terbangun karena ada sentuhan hangat di rambutnya dan melihat kekasih hatinya yang tersenyum rapuh melihatnya. Naruto malah iseng dengan meremas tangan Hinata dan menciumnya.

Naruto malah mengajak Hinata bercinta di bawah pancuran air. Dasar mesum! Hinata menurut meski bagian bawahnya masih sakit. Naruto pun dengan hati-hati membawa Hinata ke kamarnya dan memakaikannya baju sebelum ia memasakkan sesuatu pada Hinata. Saat Hinata hendak meminum obat pencegah hamilnya, Naruto malah mengambilnya dan berkata mereka belum membutuhkan ini lagi karena penerus Namikaze sangat diperlukan. Naruto mengubah pikirannya terhadap punya anak. Ia bersyukur dengan semuanya ini.

Semua memang indah pada waktunya. Hinata hamil tidak terlalu cepat, setidaknya Naruto cukup waktu mempersiapkan mentalnya hingga 1 tahun sebelum Hinata benar-benar hamil. Anehnya justru Narutolah yang ngidam, ngidamnya pun adalah kesukaan sang istri. Roti Cinnamon Roll, sekarang menjadi menu favorit mereka. Naruto juga makin cerewet mengingatkan Hinata kontrol , padahal Hinata juga dokter kan? Putra pertama mereka diberi nama Bolt dan anak kedua mereka Himawari lahir 2 tahun setelah Bolt lahir. Naruto tidak pernah menyangka dari pernikahan rumit ini, ia bisa menjadi ayah atas 2 anak yang lucu-lucu ini. Tidak, ini lebih kepada kesabaran Hinata. Ia memeluk Hinata dari belakang dan mengecup keningnya sambil berkata terima kasih atas seluruh cinta yang ia berikan untuknya. Hinata tersenyum dan mencium kening Naruto dan membalas perkataan cinta padanya.