Disclaimer : Masashi Kishimoto

Warning : Typo, OOC, Gaje dan kesalahan di sana-sini,

Don't like Don't read

.

.

.

.

.

Tap tap tap

Seorang gadis berambut indigo kian mempercepat derap langkahnya, melewati lorong sunyi yang ia sendiri tidak tahu dimana keberadaannya sekarang.
Jalannya tak berujung, sepi, dan begitu lembab.
Udara dingin membalut tubuh mungilnya, sesekali giginya bergemeletuk menahan dingin.

"Tolong" Lagi-lagi suara permintaan tolong yang ia dengar, suaranya begitu lembut tetapi terdengar lirih. Seperti suara seorang perempuan yang dalam bahaya.

"To...long" Suara nya makin mengecil.
"Jangan pedulikan Hinata" Ucap gadis itu, Hinata mencoba meyakinkan dirinya untuk tidak peduli suara yang begitu menggema di setiap sudut lorong.

Pikiran Hinata di penuhi untuk segera keluar dari lorong ini, ia sendiri tidak mengerti kenapa bisa terjebak di tempat mengerikan bahkan tak ada penerangan sama sekali.

"Tolong" Suara itu kembali muncul, tepatnya seperti bisikan di telinga kanan Hinata.
Ia menengok tetapi tidak menemukan siapa pun kecuali dirinya sendiri.
Hinata harus segera keluar dari lorong ini, ia sendiri tidak tahu butuh berapa lama lagi agar ia cepat keluar lututnya sudah terasa lemas.

"Ku mohon jangan mengganggu, aku tidak tahu apa-apa" Hinata menutup kedua matanya, ia mulai terisak tubuhnya benar-benar lelah karena terus berjalan tetapi tidak menemukan jalan pulang.

Hinata masih terisak bahunya naik turun, nafasnya tak beraturan kakinya benar-benar lemas untuk melanjutkan langkahnya lagi.

Puk

Seseorang menepuk pundaknya, Hinata tak berani untuk menengok ke belakang. Dilihatnya sebuah tangan yang begitu terasa dingin berada di atas bahu kanannya, Hinata mematung ia tidak tahu harus berbuat apa.

"Tolong aku" Suara itu kembali menggema memenuhi setiap sudut lorong.
"Tidaaakkk" Teriak Hinata sekuat-kuatnya.

..

Hosh hosh hosh
Hinata terbangun dari tidurnya nafasnya tak beraturan, wajahnya di penuhi bulir-bulir peluh.
"Mimpi yang sama" Hinata mendesah, untuk ketiga kalinya ia mengalami mimpi yang sama dalam seminggu ini.
Disibakkannya selimut yang menutupi tubuhnya, kakinya ia langkahkah menuju dapur mencari minum untuk membasahi tenggorokannya yang begitu kering.

gluk
Hinata menghabiskan satu gelas air putih dalam satu kali tegukan, tetapi tangannya masih terasa bergetar.
Efek mimpi buruknya masih terasa, dilihatnya jam dinding bergambar menara eiffel menunjukkan pukul 7 lebih 5 menit.

Hinata menghela nafas sejenak sebelum bersiap-siap untuk ke kantor.

Hyuga Hinata gadis berusia 24 tahun yang baru saja menyelesaikan MBA-nya
ayahnya Hyuga Hiashi menyuruhnya untuk menjadi penerus di perusahaan Hyuga corp.
tetapi ia menolak, bahkan Hinata lebih memilih untuk keluar dari zona aman, yaitu tidak menjadi pewaris Hyuga dan lebih memilih pekerjaan yang ia sukai yaitu Wartawan bahkan ayahnya menentangnya. Dengan tekad yang sudah bulat Hinata memutuskan untuk keluar dari kediaman Hyuga dan mencoba hidup mandiri dengan mengandalkan kedua tangannya.

Kini Hinata bekerja di salah satu majalah ternama di Tokyo, gajinya cukup lumayan, buktinya ia mampu menyewa apartement yang tidak bisa di bilang mewah tetapi sederhana dan tertata rapih. Bahkan dirinya masih bisa menabung setelah membelanjakan uangnya untuk keperluan sehari-hari.

...

Hinata mematutnya dirinya depan cermin, wajahnya sudah kembali segar seperti biasa. Ia sudah siap untuk menjalani hari-harinya.

Hinata berjalan menuju ruangannya, ruangan itu diisi oleh 4 orang teman kerjanya.

"Hinataaa-chan, kau sudah kembali?" ucap wanita berambut blonde kuncir kuda, ketika Hinata berjalan menuju mejanya.
suaranya begitu kencang hingga menarik perhatian kedua teman Hinata yang lain.

"Senang melihat mu lagi Hinata" Ucap gadis bercepol dua kearah Hinata, gadis bermata lavender itu tersenyum mendengar ucapan temannya. Tenten nama gadis itu kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda karna kehebohan Ino gadis blonde yang kini tengah memeluk Hinata.

"Hai blonde, lepaskan Hinata! lihat dia tidak bisa bernafas karena pelukkan mu" Celetuk pria satu-satunya yang diruang itu, siapa lagi kalau bukan kiba.

ck
Ino berdecak kesal.

"Selamat datang kembali Hinata-chan" Ucap kiba, matanya masih fokus pada layar komputer. sepertinya di kejar deadline pikir Hinata.
"Kau tidak lupa membawa oleh-oleh untuk kamikan?" tanya kiba antusias
"Tidak, tetapi masih dalam mobil" Jawab Hinata

"Bagaimana Konoha? apa berjalan lancar?" Tanya Ino yang kini sudah kembali duduk di mejanya.
"Disana menyenangkan, kau juga harus kesana Ino" Selama seminggu kemarin Hinata memang pergi ke Konoha untuk meliput ke indahan kota tersebut hingga ke pelosoknya.

Hinata sungguh menganggumi Konoha yang menurutnya begitu Indah, ia menjelaskan secara rinci tentang Konoha pada Ino dengan mata berbinar-binar.

"Ku pikir aku tidak akan kesana, bukan kah transportasinya begitu susah?" Tanya Ino, gadis itu mengerutkan keningnya seolah-olah sedang berpikir jika dirinya berada di Konoha. Salah satu Kota terpencil di jepang yang belum terjamah oleh modernisasi. mungkin ia tak bisa pergi ke salon bahkan ia tak bisa menggunakan handphone, karena selama disana Hinata hanya menghubunginya sekali itu pun melalui Email.

"uhg" Ino meringis membayangkannya saja sungguh membuatnya tak berkutik, bagaimana jika dia di Konoha.

"Tetapi disana benar-benar menakjubkan" Hinata membuyarkan lamunan Ino.
"Sudah lah Hinata, percuma kau jelaskan serinci apa pun Ino tak akan tertarik, baginya yang menarik adalah pergi ke salon, menjaga kukunya, dan mempertahankan berat idealnya" Kiba tertawa meremehkan,

"Diam kau Inuzuka, jika tidak ingin mulut mu ku sumpal dengan kertas" Ino mendecih, tatapannya begitu horor.

Tiba-tiba pemuda berambut merah datang mengintrupsi obrolan mereka.

"Aku sudah mengirimkan tugas minggu depan, silahkan cek email kalian" Ucap pria itu, yang tak lain dan tak bukan adalah atasan Hinata yaitu Sabuku Gaara

"Hyuga, bagaimana tugas mu? aku butuh laporannya" Suaranya begitu berat dan menusuk,
tatapannya seolah berkata 'Aku tidak ingin hasil yang mengecewakan'

"Ba-baik Gaara-sama" Jawab Hinata gagap, ia merutuki dirinya yang masih gagap jika di hadapan bosnya, Hinata benar-benar takut dengan pria di hadapanya.

Ino menatap bosan Gaara, ia sangat tidak suka dengan atasan barunya yang begitu dingin, seenaknya dan tidak berperikemanusiaan karena sering membuat mereka lembur.

"Tenang saja Gaara-sama Hinata tidak akan pernah mengecewakan anda" Ucap Ino dengan penuh penekanan pada kata Gaara-sama.

"Baiklah, aku tunggu" Gaara berbalik menuju ruanganya, tetapi langkahnya terhenti ketika mendengar salah satu ucapan pegawainya.

"Aku berharap rambutnya cepat rontok dan lingkar pandanya semakin tebal sehingga tak ada gadis yang menyukainya" Ucap Ino asal, gadis itu memang membenci atasannya dengan berjuta alasan yang cukup konyol menurut Hinata.

"Aku mendengar ucapan mu Yamanaka"

Jder

Ino serasa baru tersambar petir, wajahnya memerah karna takut ia berusaha menelan ludahnya ketika Gaara melayangkan deathglare padanya.

Hinata tersenyum, Kiba terkikik geli, Tenten hanya geleng-geleng kepala.
Mereka sudah tahu nasib selanjutnya yang akan terjadi pada Ino, ia akan mendapat hukuman yaitu lembur di kantor.

Setelah Gaara benar-benar menghilang dari pintu.
Ino membenturkan kepalanya di atas meja.

"Kau yang terbaik Yamanaka" Celetuk Kiba, pria yang mempunyai tatto di kedua pipi itu mengacungkan kedua jempolnya di udara.

Tenten tertawa, ketika dilihatnya wajah Ino sudah memerah seperti Tomat.

"Tenang Ino-chan aku akan menemani mu" Ucap Hinata berusaha menenangkan sahabatnya.

"Terimakasih"

...

"Sepertinya aku tidak bisa makan siang bersama kalian" Ucap Tenten, ketika mereka berada dalam lift menuju caffe.
"Tak apa Tenten" Hinata tersenyum,ia mengerti jika Tenten akan makan siang bersama kekasihnya yang tak lain sepupu Hinata.
"Neji huh?" Ino mendengus ketika Tenten tak menjawab gadis itu hanya tersenyum memperlihatkan gigi putihnya.
Sedangkan Kiba memang tidak ikut karena di kejar deadline untuk sore.

"Sampaikan salam ku untuk Neji" Kata Hinata, Tenten hanya mengangguk lalu meninggalkan kedua temannya.

Tiba-tiba kepala Hinata terasa pusing, tubuhnya hampir saja ambruk jika Ino tak memegangnya.
"Hinata kau baik-baik saja?" Tanya Ino, wajahnya terlihat khawatir. Hinata tidak menjawab kepalanya terasa berat, Ino memapah Hinata ke tempat duduk terdekat.
" Tunggu sebentar, aku belikan minuman dulu"
Kepala Hinata kembali pusing, ia kehilangan kesadarannya sesuatu seperti menarik tubuhnya Hinata tidak mengerti ia berada dimana, semuanya berjalan begitu cepat.

Kebakaran rumah, wanita yang di kejar-kejar, seorang anak kecil yang menangis. Semuanya terlihat buram bagi Hinata, ia memegang kepalanya badannya kembali lemas.

Hinata terkejut dengan apa yang ia lihat seorang gadis, wajahnya tidak terlalu jelas. Sedang meronta-ronta minta di lepaskan, badannya di tindih oleh pria dewasa. Hinata menutup mulutnya saat melihat adegan selanjutnya, gadis itu di perkosa
"jangan, hentikan" Ucap Hinata, ia berusaha menghentikannya tetapi semuanya kembali gelap. Ia telah kembali di tempat yang tadi lobby kantornya. Orang-orang memperhatikannya binggung

"Hinata" Ino berusaha memanggil Hinata, ia sangat panik melihat Hinata yang pingsan tetapi menangis dan terus merancau.

"Ino" Lirih Hinata, tubuhnya terasa lemah ini lah effek jika dirinya tertarik ke dimensi lain. Hinata menutup wajahnya dengan kedua tangan, ia menangis mengingat kejadian tadi,

"Apa yang terjadi? Kau sakit?" Ino tidak mengerti apa yang terjadi dengan Hinata, diserahkannya satu minuman kaleng yang dingin.

"Aku tidak apa-apa, mungkin karena kelelahan" Hinata menenangkan Ino diraihnya minuman itu, ia tak ingin membuat Ino cemas. Ino menyipitkan kedua matanya ia tidak begitu percaya apa yang Hinata ucapkan "Benarkah?" Tanya Ino sekali lagi, "Kau sedang tidak membunyikan apa pun kan?" Sambungnya.

Hinata menghela nafas sebelum mengangguk meyakinkan Ino, belum saatnya ia berbagi kepada siapa pun tentang kelebihan yang Tuhan berikan kepadanya. Cukup dirnyya yang tau tidak orang tuanya, sepupunya, maupun sahabatnya.

Ia tak boleh lemah hal seperti ini sering terjadi dan ia bisa mengatasinya, Hinata berusaha menyemangati dirinya sendiri.

TBC

A/N: Halo semuanya saya kembali dengan fict gaje ini, tak henti-hentinya saya ingat kan banyak kesalahan di mana-mana, typos masih bertebaran, kekurangan di sana-sini. Sasuke belum muncul di chapter ini, mungkin chapter depan kali yah, sekian.

Salam Hangat

Aj