Disclaimer : Tite Kubo

Rate : T

Genre : Romance & Hurt/Comfort

Pair : Ichigo x Orihime

~Soul of Love~

WARNING : TYPO bertebaran dimana-mana, OOC tingkat akut, Alur cepat, EYD amburadul, Penempatan tanda baca yang tidak sesuai, Gaje, Abal, dll.

Bagi yang tidak menyukai Pair ini, dimohon untuk tidak membacanya dan langsung tekan tombol BACK karena hanya akan membuat mata anda sakit, sebal saja saat membacanya.

PLEASE IF YOU DON'T LIKE DON'T READ

.

.

.

X0X0X0X0X0X0X0X

Hanya sebuah benda kecil putih panjang yang memperlihatkan dua buah garis merah, sanggup membuat tubuhnya gemetaran hebat dan liquid bening mengalir deras dari iris abu-abu miliknya. Digenggamnya erat benda putih panjang itu hingga buku-buku jarinya memutih.

SRUK

Tubuhnya beringsut jatuh terduduk didekat wastafel kamar mandi.

"Ti-tidak...i-ini ti-ti-dak mungkin...hikss..." isaknya lirih.

Dirinya tidak menyangka kalau didalam tubuhnya akan ada kehidupan lain yang tumbuh setelah kejadian itu. Gadis bersurai oranye kecokelatan panjang ini tidak tahu harus berbuat apa mengingat ini adalah sebuah kesalahan dan ketidak sengajaan yang dilakukan olehnya dan pemuda itu. Mereka melakukannya karena pengaruh alkohol dan obat perangsang yang tanpa sengaja diminum oleh pemuda bersurai orange itu.

"Kurosaki-kun..." gumamnya lirih.

Semuanya berawal dari satu bulan yang lalu, setelah perang besar melawan para Quincy dan Ishida yang membelot menjadi pemberontak demi mendukung kaumnya.

Masih jelas di ingatan Orihime, bagaimana dasyatnya pertarungan itu bahkan Ichigo menjadi sosok Hollow sempurna akan tetapi kali ini pemuda bersurai orange itu mampu mengendalikan kekuatannya dan masih bisa mempertahankan kesadarannya tidak seperti waktu melawan Ulquiorra yang melukai Ishida.

"Getsuga Tensho." Teriak Ichigo seraya mengayunkan kedua pedangnya.

Tubuh Yhwach hancur lebur menjadi debu sementara itu Ishida terluka parah karena melindungi Orihime dan yang lainnya dari serangan Yhwach.

Pemuda bersurai hitam ini ternyata hanya pura-pura mengkhianati teman-temannya demi mencari kelemahan dari Yhwach sekaligus mencari tahu kebenaran tentang kaumnya dan mengapa 1000 tahun yang lalu para Shinigami membumi hanguskan para Quincy.

"Soten Kishun." Ucap Orihime seraya mengarahkan kedua tangannya pada Ishida.

Sebuah cahaya kuning keemasan melingkupi pemuda berkacamata itu.

"Inoue, aku..."

"Jangan banyak bicara dulu Ishida-kun, aku akan mengobatimu," selanya.

Ishida menundukkan wajahnya dalam, "Ma-maafkan aku."

Seulas senyum lembut terukir diwajah cantik Orihime, "Aku selalu percaya kalau kau bukan orang jahat."

Ishida tersenyum tipis dan merasa lega sekaligus senang karena teman-temannya mau memaafkannya dan mengerti dengan alasanya melakukan pengkhianatan pada mereka.

Semua penduduk Soul Society berterima kasih pada Ichigo dan menganggap pemuda bermata madu itu sebagai pahlawan sekaligus penyelamat kota roh itu. Para Shinigami dan anggota dari ruangan 46 dan divisi 0 juga sangat berterima kasih pada Ichigo, berkatnya perang berakhir dan Yhwach bisa dikalahkan. Akan tetapi sebuah kecerobohan dilakukan oleh Kyoraku karena membebaskan Sousuke Aizen dari penjaranya. Walaupun mantan Komandan Gotei tiga belas dari divisi lima itu ikut andil membantu melawan Yhwach dan Ishida, akan tetapi pria bersurai kecokelatan itu berhasil mengambil kembali Hyongoku walaupun hanya setengah bagian dari Urahara lalu kabur entah kemana karena keberadaannya tidak terasa lagi baik di Soul Society, Hueco Mundo ataupun dunia manusia.

Sehari setelah perang besar berakhir para Shinigami melakukan upacara pemakaman dan memberikan penghormatan terakhir pada para Shinigami dan para Komandan yang telah gugur dalam perang kali ini. Semua orang merasa kehilangan terlebih dengan kepergian dari Ketua Komandan Genryusai Yamamoto.

Asap api pembakaran dari jasad para Shinigami menghiasi langit biru Soul Society, hari ini semua orang tengah berkabung dan berdoa untuk kedamaian jiwa teman-teman mereka yang telah gugur dimedan perang.

"Selamat jalan teman-teman." Ucap Renji seraya menatap langit Soul Society.

Sebelum Ichigo dan teman-teman yang lainnya kembali ke dunia manusia untuk melanjutkan kehidupan serta rutinitas mereka sebagai pelajara SMA biasa, Renji membuat pesta dan sejenak melupakan kesedihan dalam hati.

"Mari bersulang," Renji mengangkat tinggi gelasnya.

"Mari," teriak Ikaku dan Yumichika yang ikut mengangkat tinggi gelas mereka.

GYUT~

Renji merangkul pundak Ichigo yang sejak tadi hanya duduk diam dan tidak mau ikut minum bersama mereka.

"Hei, Ichigo. Kenapa kau tidak minum?" tawar Renji yang sudah terdengar mabuk.

"Kau bau sekali Renji," Ichigo mendorong pelan pria bersurai merah itu.

"Ini kau minumlah," Renji memberikan gelas yang berisikan arak yang aromanya cukup menyengat.

PATS...

Ichigo menepisnya dan tak mau meminumnya karena memang dirinya tidak suka minuman beralkohol yang bisa merusak tubuh.

Akan tetapi Renji tidak mau kalah dan mencekoki Ichigo dengan arak secara paksa. Pemuda bersurai orange itu tubuhnya terlihat sedikit terhuyung setelah dipaksa meminum sebotol kecil arak.

"Akh! Kepalaku sakit dan pusing," keluh Ichigo seraya memegangi kepalanya.

Ternyata tak hanya Ichigo saja yang dicekoki minuman, Orihime, Ishida bahkan Chad jadi ikut korbannya keisengan dari Renji dan Ikaku. Bahkan kedua pemuda itu sudah terkapar tak sadarkan diri didekat meja.

"Rukia apa kau memiliki obat sakit kepala?" tanya Ichigo pada Shinigami cantik disebelahnya.

"Kalau tak salah, dulu aku pernah diberikan obat oleh Rangiku dan katanya itu obat sakit kepala yang cukup ampuh. Kau mau Ichigo?"

"Boleh, kepalaku pusing sekali," Ichigo mengulurkan salah satu tangannya.

Rukia-pun memberikan sebuah kotak kecil berwarna biru tua pada Ichigo dan dengan cepat pemuda bermata madu itu langsung meminumnya sekaligus dua butir.

"Terima kasih atas obat dan pestanya, aku akan kembali kekamar untuk beristirahat." Pamit Ichigo seraya pergi meninggalkan pesta.

"Kau payah sekali Ichigo, masa baru satu botol kau sudah mabuk." Ledek Ikaku.

Pemuda bermata madu itu tidak menghiraukannya dan kembali ke kamar untuk beristirahat, baru juga keluar dari tempat pesta Ichigo merasa tubuhnya terasa panas dan ada gejolak aneh didalam dirinya.

"Astaga! Apa yang terjadi dengan tubuhku. Obat yang diberikan oleh Rukia bukan racun'kan." Batin Ichigo.

SRUK...

Ichigo merasakan punggungnya tengah diusap lembut oleh seseorang dan saat menoleh kebelakang ia melihat Orihime tengah menatapnya cemas.

"Kau tidak apa, Kurosaki-kun?" tanyanya.

Ichigo memandangi lamat-lamat wajah Orihime terutama pandangan matanya fokus menatap bibir merah Orihime dan entah mengapa ada gejolak aneh didalam dirinya saat melihat bibir itu dan tanpa disadarinya sebersit pikiran kotor melintas dikepalanya.

"Apakah bibir itu akan terasa manis bila aku melumatnya." Pikir Ichigo.

Akan tetapi Ichigo buru-buru menghilangkan pikiran itu dan berusaha melawan hawa nafsunya.

"Kurosaki-kun." panggil Orihime kembali.

Darahnya berdesir hebat saat mendengar suara Orihime yang masih mengkhawatirkannya, tiba-tiba saja akal sehat Ichigo hilang dan kini otaknya sudah terpenuhi oleh hawa nafsu mengingat obat yang diminum oleh Ichigo adalah obat perasang dosis tinggi ditambah Ichigo langsung meminumnya sekaligus dua butir.

GREP...

Ichigo langsung menarik tubuh Orihime dan membawanya dengan cepat masuk kedalam kamar menggunakan Shunpo.

"Kurosaki-kun?!" serunya kaget.

Orihime menatap ngeri pandangan mata Ichigo yang berbeda.

"Ma-maafkan aku Inoue..."

Sedetik kemudian Ichigo langsung menciumnya kasar dan dalam, Orihime hanya bisa membelalakkan kedua matanya.

"Hmphh..." erang Orihime seraya memukul-mukul tubuh Ichigo.

Akan tetapi kekuatannya kalah besar dari Ichigo, malam itu dengan kasar dan penuh paksaan Ichigo merebut kesuciannya, walaupun Orihime mencintai Ichigo tapi bukan hal seperti ini yang diinginkannya.

Sekuat apapun Ichigo dan sebesar apapun kekuatan yang dimilikinya, akhirnya dirinya kalah oleh nalurinya sebagai seorang pria dan manusia biasa yang memang memiliki hawa nafsu juga hasrat kepada lawan jenis.

Dan satu bulan setelah kejadian itu Orihime hamil dari benih yang tanpa sengaja ditanamkan oleh Ichigo.

PATS...

Gadis cantik bersurai oranye kecokelatan ini melempar cepat testpack ditangannya kedalam tempat sampah lalu beranjak bangun dan keluar dari kamar mandi.

Diraihnya payung berwarna kuning yang tergantung didekat pintu masuk karena saat ini tengah turun hujan. Dengan tekat yang bulat Orihime pergi menemui Ichigo untuk memberitahukan kehamilannya mengingat bayi yang ada didalam kandungannya adalah anak dari pemuda Shinigami itu terima atau tidak.

TAP...

Saat melewati sebuah taman tanpa sengaja Orihime melihat sosok pemuda yang akan ditemuinya tengah berdiri berdua bersama seorang wanita cantik bersurai hitam yang sama-sama mengenakan Hakama hitam didekat pohon.

Gadis cantik bersurai oranye kecokelatan ini melangkahkan kakinya untuk mendekat, "Kuro..."

Ucapannya terhenti dan kedua matanya membulat sempurna saat melihat adegan yang menyakitkan didepan matanya. Pemuda bersurai orange itu mencium mesar gadis cantik bersurai hitam pendek itu yang tak lain adalah Rukia Kuchiki sang gadis Shinigami.

Payung yang dipakai Orihime jatuh terlepas dari genggamannya dan rintik hujan mulai membasahi tubuhnya.

Tes..

Air matanya mengalir deras sama derasnya dengan hujan yang turun membasahi bumi. Dengan perlahan Orihime melangkah mundur menjauh, rasa sakitnya ternyata belum sampai disana saja saat dengan jelas dirinya mendengar kalau pemuda itu menyatakan perasaannya.

"Aku menyukaimu, Rukia." Ucapnya seraya memeluk erat tubuh Rukia.

Gadis cantik bersurai hitam ini kaget dan bingung dengan semua yang terjadi secara tiba-tiba dirinya tidak tahu harus berkata apa pada pemuda yang tengah memeluknya saat ini.

"Ichigo aku..."

DRAP...

Orihime langsung berlari cepat meninggalkan keduanya karena sudah tak sanggup lagi melihatnya, biarlah ia menyimpan ini semuanya seorang diri tanpa harus Ichigo tahu kalau saat ini dirinya tengah mengandung anaknya.

"Aku ikut berbahagia untukmu Kurosaki-kun." Batinnya lirih.

Gadis cantik bersurai oranye kecokelatan ini terus berlari didalam guyuran hujan setelah berlari cukup lama langkah kaki Orihime terhenti didepan kediaman Keisuke Urahara, dengan tubuh basah kuyup Orihime mendatangi pria bersurai kuning itu untuk meminta tolong.

"Orihime?" ditatapnya bingung penampilan Orihime yang basah kuyup dan matanya yang sembab.

"Urahara-san, bolehkah aku meminta tolong padamu?" ucapnya dengan setengah terisak.

"Masuklah Orihime, kau bisa sakit jika tidak segera mengganti pakaianmu." Urahara mengajak masuk Orihime kedalam rumah.

Pria paruh baya ini meminta Ururu untuk memberikan pakaian yang cocok untuk Orihime dan membuatkan teh hangat.

"Apa yang terjadi padamu Orihime?"

"Urahara-san, bisakah aku meminta tolong padamu," pintanya.

Urahara menaikkan sebelah alisnya dan menatap gadis cantik bersurai oranye kecokelatan itu.

"Apa yang bisa kubantu untukmu?"

Orihime menyampaikan maksud dan keinginannya datang kemari pada Urahara dan setelah menjelaskan apa yang tengah menimpa dirinya, akhirnya mantan Komandan Shinigami itu memberikan apa yang diminta olehnya walaupun Orihime harus dengan setengah memaksa dan memohon.

"Dua hari aku membutuhkan untuk membuatnya Orihime, jadi bersabarlah,"

"Terima kasih Urahara-san." Ucapnya dengan perasaan senang.

"Sama-sama Orihime." Balasnya.

"Kalau begitu aku pamit pulang dulu, sekali lagi terima kasih atas semuanya juga hidangan dan pakaian yang anda pinjamkan." Orihime sedikit membungkukkan tubuhnya.

Orihime pulang kerumah setelah hujan reda dan keesokkan harinya saat disekolah pemuda bersurai orange itu datang menemuinya untuk mengatakan sebuah berita untuknya.

"Inoue, kemarin aku menyampaikan perasaanku pada Rukia," ucap Ichigo datar.

"Benarkah?" Orihime menatap senang Ichigo.

Orihime berusaha bersikap senang dan bahagia mendengar berita ini walaupun sebenarnya hatinya sakit dan terluka.

Gadis cantik bermata abu-abu ini berusaha menyunggingkan senyumannya, "Selamat Kurosaki-kun,"

Ichigo menatap bingung temannya itu, "Tapi Rukia dia..."

DRAP...

Orihime berlari jauh meninggalkan Ichigo yang belum melanjutkan perkataannya.

"Hiksh..." Orihime berlari dengan berlinang air mata.

Orihime hanya bisa tersenyum miris mendengarnya dan merasa senang karena pemuda bersurai orange itu bisa bersama dan memiliki Rukia, gadis yang sudah lama disukainya. Akan tetapi tak tahukan Ichigo, kalau ia berbahagia diatas penderitaannya. Orihime tahu kalau Ichigo menyimpan sebuah perasaan khusus pada Rukia, itu semua bisa dilihatnya jelas dari pandangan mata Ichigo yang penuh cinta dan mendamba saat menatap gadis bersurai hitam pendek itu.

Gadis cantik bersurai oranye kecokelatan ini sadar kalau dirinya kalah jauh dari Rukia dalam segala hal. Siapa dirinya yang bisa menandingin dan bersaing dengan Rukia Kuchiki, gadis Shinigami yang cantik, hebat dan kuat. Sudah banyak yang dilakukan Rukia untuk Ichigo, berkat Rukia juga pemuda bermata madu itu bisa menjadi Shinigami yang hebat dan diakui semua orang saat ini bahkan hujan dihatinya-pun sudah hilang karena keberadaan Rukia.

Orihime sangat berterima kasih pada Rukia karena kehadirannya dihidup Ichigo, membuat pemuda bersurai orange itu merasa bahagia dan Orihime berharap kalau Rukia akan selalu membahagiakan Ichigo.

Biarlah Orihime mengalah atau memang dirinya sudah kalah dari Rukia tanpa harus mengalah, keberadaannya disamping Ichigo tak banyak membantu pemuda itu. Orihime hanya bisa menjadi beban saja karena ia tidak sekuat dan sehebat Rukia, kekuatan yang bisa dibanggakannya hanyalah Shunshun Rikka miliknya tak ada Bankai, Hadou ataupun Bakudo yang dikuasainya.

Sore ini dengan membawa sebuah koper dan tas besar ditangannya Orihime mendatangi kediaman Urahara untuk mengambil benda yang dipesannya. Orihime sangat berterima kasih pada Urahara karena mau membantunya dan meminta padanya untuk tidak mengatakan kepada siapapun mengenai apa yang terjadi padanya khususnya pada Ichigo. Dengan niat yang kuat dan tekat bulat Orihime pergi dari kota Karakura meninggalkan semuanya dan memulai kehidupannya yang baru.

SRET...

Tangan Orihime meraba perutnya yang datar, "Ibu akan selalu melindungimu."

Sesaat sebelum menaiki kapal yang membawanya pergi menyeberang, Orihime menolehkan kepalanya kebelakang dan menatap kota Karakura.

"Selamat tinggal Kurosaki-kun." Ucapnya diiringi air mata.

Orihime pergi menghilang bak ditelan bumi sebulan sebelum upacara kelulusan, Ichigo dan teman-temannya cemas, khawatir serta bingung mencari keberadaan Orihime, namun sayangnya setelah mencari kemana-kemana mereka tidak menemukan Orihime dimanapun dikota ini bahkan Ichigo tidak bisa merasakan Reiatsu dari Orihime.

X0X0X0X0X0X0X0X

Seorang wanita cantik bersurai orange kecokelatan duduk termenung di depan jendela kamar miliknya, ia terlihat memandangi setiap tetesan air hujan yang turun membasahi jalanan, atap-atap rumah dan menurutnya hal ini adalah sebuah pemandangan yang indah, walaupun ia mempunyai kenangan buruk dengan hujan.

"Haah~" wanita ini menghela nafasnya dengan pelan.

Seakan-akan dirinya tengah melepaskan sebuah beban berat di pundaknya, sesekali ia menyesap teh panas di tangannya untuk menghangatkan tubuh yang terasa dingin namun kegiatannya terganggung oleh suara tangisan seorang bayi laki-laki dari atas kasur.

"Oek...Oek...Oek..."

Wanita cantik bersurai oranye kecokelatan ini menoleh dan tersenyum penuh arti menatap ke arah kasur, "Ibu datang sayang." Ucapnya seraya berlari kecil menghampiri sang buah hati.

Seorang bayi laki-laki bersurai orange dan bermata madu terdengar menangis keras, membuat hati wanita ini merasa sedih mendengarnya.

Dengan lembut dan penuh kasih diraihnya sang bayi, "Cup, cup sayang." Wanita ini duduk dipinggir ranjang kecilnya seraya menyusui buah hatinya.

Wanita cantik bersurai oranye kecokelatan ini tersenyum lembut menatap sang anak yang menghisap air susunya dengan lahap.

"Ternyata jagoan ibu lapar." Dikecupnya kening sang anak.

Wanita cantik bermata abu-abu ini begitu bahagia melihat sang anak tumbuh dengan sehat dan baik, usia bayinya sudah berusia sepuluh bulan dan setiap hari akan terus tumbuh dan berkembang. Setelah menyusui hampir lima belas menit, bayi laki-lakinya tertidur lelap, dengan perlahan wanita cantik ini menaruh sang anak di atas kasur.

Cup

Dikecup pelan kedua pipi sang buah hati bergantian, "Selamat tidur sayang dan mimpi yang indah."

Disaat tengah memandangi wajah damai putranya, tiba-tiba perutnya terasa sedikit lapar mungkin efek dari menyusui.

TAP...

Saat berjalan kedapur dan melihat kedalam kulkas ternyata hanya ada beberapa botol minuman saja.

"Aku lupa kalau persedian makanan dikulkas sudah habis." Gumamnya.

Mau tidak mau malam ini ia harus pergi ke supermarket untuk membeli bahan makanan dan membawa bayinya pergi berbelanja. Sebenarnya wanita cantik ini tidak tega mengajak sang anak untuk ikut pergi dengannya ke supermarket, tapi tidak ada satupun orang yang bisa dititipi sang anak.

Tap...Tap...Tap...

Wanita cantik bermata abu-abu ini berjalan dengan santai menuju supermarket yang berada tidak jauh dari apartemennya dengan menggunakan payung dan sebuah jaket tebal ia keluar rumah, setelah berjalan hampir lima belas menit ia sampai disupermarket dan langsung masuk kemudian mengambil keranjang belanjaan yang ada didekat pintu masuk.

"Psst...Lihat gadis muda itu." Bisik salah satu ibu-ibu pengunjung supermarket.

"Masih sangat muda tapi sudah punya anak. Dan anaknya itu hasil diluar nikah." Timpal wanita paruh baya berpostur gemuk pendek itu.

"Ya, kau benar. Dia benar-benar memalukan sekali."

Wanita cantik ini menghela nafasnya dengan berat dan berusaha menulikan kupingnya untuk tidak memperdulikan perkataan orang-orang mengenai dirinya juga anaknya.

Saat tengah mengambil telur tanpa sengaja ia melihat seorang pria bersurai merah dan pria pelontos yang mengenakan Hakama berwarna hitam yang merupakan pakaian khas dari para Shinigami atau biasa disebut dewa kematian, mereka berdua keluar dari tembok supermarket dengan berlari dengan cepat, kelihatannya mereka berdua tengah mengejar sesuatu.

"Abarai-san, Ikaku-san!" serunya dengan kaget.

DEG...

Jantungnya langsung berdetak dengan cepat sekali, saat melihat teman lamanya.

"Aku tidak boleh terlihat oleh mereka berdua." Orihime menutupi wajahnya agar kedua pria itu tidak melihatnya.

Dengan cepat Orihime menyelesaikan belanjanya dan bergegas pulang kerumah, dirinya sangat takut kalau pemuda itu ada dan ikut bersama mereka berdua. Sungguh Orihime tidak mau melihat pemuda itu, ayah dari bayi yang tengah digendongnya.

DRAP

DRAP

Wanita cantik ini berlari cepat meninggalkan supermarket.

BLAM...

Suara pintu yang dibanting keras.

SRUK...

Tubuhnya beringsut jatuh terduduk menyandar didepan pintu dan belanjaan yang dipegangnya dibiarkan terlepas dari tangannya.

"Haah~~Haah~~" wanita cantik ini terlihat terengah-engah, nafasnya terasa berat dan serasa habis berlari puluhan kilo meter, padahal hanya pergi ke supermarket yang jaraknya tidak sampai satu kilo meter dari rumahnya.

"Oek...Oek..."

Bayinya terbangun menangis karena kaget mendengar suara pintu yang dibantingnya.

"Maafkan ibu sayang, kau pasti kaget." Ditimang-timangnya sang anak.

Namun tangis anaknya belum juga berhenti, kalau sudah begini ia harus menyusuinya lagi demi meredakan tangisannya dan membuat sang anak tertidur kembali.

Dengan pelan diletakkannya sang anak ke atas kasur lalu dipandanginya lamat-lamat wajah damai sang buah hati yang selalu bisa membuat hatinya tenang dan damai saat memandanginya. Walaupun secara keseluruhan baik wajah ataupun fisik dari sang buah hati sama seperti pemuda itu, namun tidak bisa menghilangkan perasaan cinta juga sayang pada sang anak.

Dirinya tidak habis pikir bagaimana bisa Renji dan Ikaku sampai ke kota ini padahal jarak kota ini sangat jauh sekali dari Karakura.

"Apapun yang terjadi ibu akan melindungimu." Dielusnya rambut sang anak penuh kasih.

Satu setengah tahun yang lalu dengan sangat terpaksa Orihime harus pergi meninggalkan kota Karakura untuk memulai kehidupan barunya bersama dengan Hikaru, sang buah hati. Karena keberadaan anaknya-lah yang memaksa Orihime harus pergi meninggalkan semuanya. Sekolahnya harus terhenti di tengah jalan padahal tinggal satu bulan lagi dirinya lulus dan dengan terpaksa meninggalkan semua teman-temannya tanpa pernah mengucapkan selamat tinggal.

Cup

Orihime mengecup pelan kening sang anak, "Tidak akan ibu biarkan siapapun menyakitimu, walaupun baginya kau adalah bencana. Tapi bagi ibu, kau adalah anugerah terindah yang diberikan Tuhan."

*#*

BUUUM...

Beberapa Hollow tingkat Adjuchas terlihat meledak menjadi debu saat menerima serangan dari seorang pria bersurai merah dan pria berkepala pelontos.

"Cih, gara-gara Hollow sialan itu kita berdua harus jauh-jauh pergi ke kota ini." Dengsu Ikaku sebal.

Pria pelontos ini menatap sebal seorang gadis kecil bersurai hijau dengan topeng aneh yang terbelah di kepalanya.

"Jika bukan karena Hollow itu, membawa lari Espada kecil ini. Aku tidak mau bersusah payah mengejarnya sejauh ini." Ikaku melirik tajam pada Nelliel, yang merupakan mantan Espada di Hueco Mundo.

PUK'

Renji menepuk pelan pundak Ikaku, "Sudahlah jangan kesal begitu, lagi pula kita bisa dengan mudahnya kembali ke Soul Society." Ujar Renji dengan santai.

"Ayo Nelliel, ikut kami kembali ke Soul Society pasti Ichigo dan yang lainnya khawatir padamu." Ajak Renji pada Espada mungil itu.

"Tidak mau," tolak Nelliel yang membuat Ikaku kesal mendengarnya.

"Hei, bocah k..."

"Orihime-chan!" ucap Nelliel dengan keras yang membuat kedua Shinigami ini menatap kaget padanya.

Nelliel terlihat mengendus-engdus udara dan langsung menunjuk salah satu jarinya ke depan, "Orihime-chan ada di kota ini. Nelliel bisa mencium aroma tubuhnya."

Ikaku menghela nafasnya dengan berat lalu berkacak pinggang dan mengeleng-gelengkan kepalanya menatap Nelliel yang menurutnya mulai bertingkah lagi, tanpa berkata apa-apa, pria pelontos ini langsung menggendong tubuh Espada mungil itu dan membawanya dengan paksa masuk ke dalam gerbang Senkaimon.

"Lepaskan aku, kepala botak. Nelliel mau bertemu dengan Orihime-chan." Ronta Nelliel dalam gendongan Ikaku.

"Ck! Berisik sekali bocah ini, jika saja bukan teman dari Ichigo pasti sudah aku tebas dari tadi." Dengus Ikaku.

Dan saat sampai di Soul Society, Nelliel langsung berlari memeluk Ichigo dengan berlinangan air mata.

"Ichigo~~" rengeknya.

"Nelliel! Kau tidak apa-apa kan?" Ichigo menatap cemas Espada mungil itu.

"Ichigo, pria botak itu jahat sekali padaku," adu Nelliel dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ikaku memang seperti itu, tapi dia baik kok. Jadi jangan menangis lagi," Ichigo mengusap pelan kepala Nelliel.

"Ichigo, tadi di kota itu Nelliel merasakan keberadaan Orihime,"

Ichigo membulatkan kedua matanya lalu ditatapnya Espada bersurai hijau pendek itu, "Be-benarkah itu Nelleil?" tanyanya ragu.

Nelliel menganggukkan kepalanya cepat.

Ichigo semakin kaget sekaligus senang mendengarnya, dirinya merasa kalau ada secercah harapan untuknya menemukan Orihime setelah hampir satu setengah tahun ini mencarinya.

"Ck,ck! Itu mana mungkin Espada kecil, bahkan alat milik Komandan Kurotsuchi saja tak mampu menemukan keberadaan dari Orihime," ucap Ikaku yang tidak mempercayai perkataan dari Nelliel.

"Jika kalian semua tidak percaya padaku, ya sudah tidak apa-apa. Tapi bisa aku pastikan kalau indera peciumanku tidak salah, kalau Orihime-chan ada di kota itu." Ujar Nellie dengan kesal.

"Aku percaya padamu Nelliel dan bisakah kau membawaku ke kota itu?" ujar Ichigo.

"Ya," Espada kecil mengangguk kecil.

Semua orang terdiam melihat Ichigo mereka mengerti dengan perasaan Ichigo yang merasa bersalah pada Orihime, karena dirinyalah Orihime harus pergi dari kota ini. Pemuda tampan bersurai orange ini masih mengingat Tatsuki yang menghajar sekaligus memarahinya karena dianggap sebagai pria yang tidak peka terhadap perasaan perempuan.

"Gara-gara kau Orihime pergi."

GREP...

Tatsuki mencengkeram erat kerah baju milik Ichigo.

"Apa kau tahu kalau Orihime mencintaimu."

BUGH...

Gadis pemilik sabuk hitam dan atlit nasional judo ini menghadiahkan sebuah pukulan keras dipipi kanan Ichigo. Pemuda bersurai orange itu jatuh tersungkur ketanah dengan darah mengalir diujung bibirnya.

Tes...

Gadis cantik bersurai hitam panjang itu menangis lalu menatap tajam pada Ichigo.

"Dia mencintaimu Ichigo! Dia mencintai pria bodoh sepertimu."

BUAGH...

Tatsuki menghajarnya lagi namun Ichigo diam dan tak membalasnya sama sekali, dirinya membiarkan Tatsuki melampiaskan amarah juga kekesalannya karena kebodohan Ichigo-lah yang membuat Orihime pergi menjauh dan menghilang dari mereka semua.

"Apa kau yakin ingin pergi ke kota itu Ichigo?" tanya Renji sang sahabat.

"Ya dan aku harus memastikannya, Renji," jawab Ichigo seraya bersiap-siap masuk kedalam gerbang Senkaimon.

"Kalau begitu hati-hati Ichigo, maaf kami tidak bisa menemanimu." Ucap Rukia.

"Tidak apa. Aku pergi dulu." Ichigo masuk kedalam gerbang Senkaimon seraya menggendong Nelliel.

Ichigo pergi dengan ditemani oleh Nelliel ke kota Tokyo, sebuah kota yang jaraknya sangat jauh dari Karakura. Tadinya Rukia dan Renji ingin ikut menemani mencari akan tetapi keduanya harus pergi menghadiri upacara minum teh dipertemuan antar para bangsawan nanti malam.

"Aku pasti akan menemukanmu, Hime." Ucapnya sendu seraya keluar dari gerbang Senkaimon.

TBC

A/N : Fic ini Inoue persembahkan untuk Mell Hinaga Kuran, Mohon maaf kalau Ficnya tidak sesuai harapan dan keinginan.

Inoue tahu kalau Fic ini hancur lebur, jelek dan masih banyak kesalahannya dimana-mana. Akan tetapi Inoue mau mengucapkan terima kasih kepada siapapun yang sudah mau membaca Fic ini.

Jika berkenan Read and Riviewnya.

Inoue Kazeka.