Haruno Cherry : 15 tahun

Uchiha Sasuke : 15 tahun

.

.

.

.

.

"Ne, Sasuke-kun! Apa kita akan terus bersama selamanya?" seorang bocah perempuan bersurai merah muda bertanya pada bocah laki-laki yang duduk disampingnya.

"Tentu saja, Cherry! Nanti kalau kita sudah dewasa, kita akan menikah dan hidup bahagia selamanya! Kau mau,Cherry?" bocah laki-laki itu tersenyum sembari merangkul pinggang kecil gadis kecil disampingnya dengan tangan mungilnya.

"Tentu saja aku mau Sasuke-kun! Aku berjanji akan selalu bersama dengan Sasuke-kun selamanya!" gadis cilik merah muda itu tersenyum lebar hingga membuat bocah disampingnya ikut tersenyum bahagia.

"Berjanjilah Cherry! Jangan tinggalkan aku!" bocah bersurai dark blue itu berujar lirih ditelinga Cherry.

"Aku berjanji! Aku tidak akan meninggalkan Sasuke-kun walau aku tidak bersama Sasuke-kun sekalipun!" walau terdengar awam untuk bocah berusia delapan tahun namun bocah merah muda itu tersenyum tulus seolah menyakinkan apa yang telah ia ucapkan. Bocah dark blue itu menatap mata emerald gadis cilik yang tengah dirangkulnya. Tidak ada kebohongan dan hanya ada ketulusan. Sekali lagi. Bocah tampan itu tersenyum senang dan memeluk gadis cilik itu lebih erat.

"Terima kasih Cherry!"

.

.

.

.

.

CHERRY BLOSSOM

.

.

Descleimer : Mashashi Khisimoto

.

.

RATE M (jaga-jaga)

.

.

SasuSaku

.

.

Chapter 1

.

.

Don't Like Don't Read

.

.

.

Semua tengah berduka. Dibawah guyuran hujan grimis. Orang-orang yang berbalut pakaian hitam satu persatu meninggalkan area pemakaman. Dan sekarang menyisakan beberapa remaja dan orang dewasa yang masih betah disana. Seorang wanita paruh baya bersurai merah muda tengah menunduk memandangi pusara yang masih berwarna coklat kemerahan. Wajah cantik wanita itu terlihat pucat dengan air mata yang terus mengalir dari matanya.

"Sudahlah Mebuki! Iklaskan kepergian Cherry! Ia akan sedih bila melihatmu seperti ini!" seorang wanita paruh baya bersurai gelap panjang mencoba menghibur wanita bermarga Haruno itu. Mebuki tersenyum pedih menyahuti temannya-Mikoto.

"Cherry masih begitu muda! Masa depannya masih sangatlah panjang tapi kenapa…hiks…hiks…Kami-sama mengambilnya begitu cepat, Mikoto!" derai air mata kembali membasahi pipi pucat Mebuki. Suaranya terdengar serak karena tidak berhenti menangis. Mikoto segera memeluk Mebuki. Ia ikut menangis. Karena sesungguhnya ia pun bertanya-tanya kenapa Kami-sama mengambil gadis ceria dan baik seperti Cherry dengan begitu cepat. Di usianya yang baru menginjak 15 tahun.

Haruno Cherry. Itulah yang tengah mereka tangisi kepergiannya. Gadis bersurai merah muda yang memiliki sifat ceria dan hangat kepada semua orang. Kini mereka yang mengenal gadis merah muda itu tidak akan pernah bisa melihat senyum hangat itu lagi. Gadis itu telah kembali kepada sang pencipta. Meninggalkan dunia fana itu dan meninggalkan orang-orang yang mencintainya dirinya.

Lihat wajah-wajah sedih para remaja itu. Tiga gadis remaja dengan surai berbeda terisak sedih sembari saling berangkulan menatap pusara sahabat mereka. Ino, Hinata dan Tenten menatap gundukan tanah itu penuh nanar. Mereka juga ikut terpukul dengan kepergian gadis itu. Seolah ada yang hilang dari mereka yang ikut terbawa oleh sahabat merah muda mereka.

Dan lihat pula wajah para pemuda yang ikut bersedih dibelakang para gadis remaja. Mereka adalah Naruto, Neji dan Sai. Mereka ikut menangis kepergian gadis cherry blossom itu. Meski hanya sebatas teman sekolah-terkecuali bagi Naruto. Cherry adalah sosok gadis yang sangat baik dan mereka ikut bersedih menatap kekasih mereka dirundung sedih.

"Maaf teman-teman! Aku harus pergi menemui Sasuke! Aku khawatir dengan keadaan!" Naruto menepuk pundak kedua sehabatnya. Sai mengangguk mengerti.

"Neji, beritahu Hinata aku pergi mencari Sasuke!" Neji mengangguk mengiyakan. Pemuda pirang itu segera melesat meninggalkan area pemakaman itu.

.

.

.

.

.

Di tempat lain…

Gelap. Bahkan cahaya sang mentari seolah takut menyinari kamar gelap itu. Namun itu tidak dipedulikan oleh pemuda bersurai dark blue yang tengah meringkuk di sudut kamar. Ekspresinya tidak tertebak karena sang pemilik membenamkan wajahnya dalam lipatan kedua tangannya. Nafasnya terdengar begitu berat dengan sesekali geraman tertahan meluncur dari bibir pemuda itu.

Ceklek

Seketika kamar itu menjadi terang benderang karena seorang pemuda bersurai pirang telah menyalakan lampu. Pemuda pirang itu terkejut. Mata birunya menatap ngeri keadaan kamar bercat biru tua itu. Semua barang hancur terjatuh dilantai. Kamar itu seolah baru saja diterjang badai. Pemuda pirang itu memberanikan diri untuk mendekati pemuda malang bersurai dark blue itu. Namun langkah terhenti tatkala ia menatap cermin yang berada dikamar itu.

CHERRY MILIKKU! SELAMANYA AKAN SELALU BERSAMAKU!

Pemuda itu menatap nanar tulisan itu. Tulisan itu berwarna merah pekat. Pemuda itu sangat tahu darimana warna merah itu berasal. Kembali ia melangkah mendekati pemuda yang meringkuk disudut kamar itu. Mata biru itu kembali menatap nanar tangan kanan pemuda dark blue yang kini terbalut warna merah pekat. Darah. Tangan itu belum berhenti mengucur darah segar hingga menimbulkan bau anyir.

"Sasuke!" pemuda itu memanggil lirih pemuda yang bernama Sasuke itu. Namun Sasuke tidak bergeming. Ia tidak menoleh atau menyahuti panggilan sahabat pirangnya.

"Sasuke sudahlahhh…! Cherry akan sedih melihatmu begini!" Uzumaki Naruto berusaha mendapat perhatian sahabatnya ini. Namun ia masih tidak mendapat jawaban. Tangan Naruto terkepal erat. Suara gemeletuk giginya terdengar keras. Segera Naruto raih kerah Sasuke dan

BUGGGH

Tubuh Sasuke menabrak tembok dibelakangnya. Pipi tirusnya seketika berubah biru karena pukulan keras Naruto.

"UCHIHA SASUKE! SADARLAH! JANGAN SIKSA DIRIMU SEPERTI INI!" Naruto berseru keras tepat di depan wajah Sasuke sembari masih mencengkram kerah pemuda itu.

"PERGI! JANGAN GANGGU AKU!" Sasuke mendorong tubuh Naruto keras hingga Naruto terhuyung ke belakang beberapa langkah. Pemuda bersurai dark blue itu tidak bisa membalas pukulan Naruto tangan kanannya seakan mati rasa.

"Kau sangat menyedihkan Sasuke! Kau bahkan seperti bukan Uchiha Sasuke yang kukenal!" Naruto mendecih pelan sembari mata kelamnya tidak lepas dari sahabat didepannya. Tubuh Sasuke perlahan merosot jatuh. Kepalanya kembali tertunduk dalam. Samar-samar Naruto dapat mendengar suara tangis.

"Cherry-ku telah pergi, Naruto! Pergi meninggalkanku! Cherry…Cherry telah…Cherry-ku…pergi…Cherry…Cherry!" Sasuke merancau tidak jelas. Naruto kembali menatap iba sahabatnya yang seperti kehilangan tujuan hidupnya. Ah! Bukan- sahabatnya ini telah kehilangan gadis yang dicintainya beserta mimpi-mimpi yang telah ia rangkai bersama gadisnya. Kehilangan gadisnya sama saja dengan kehilangan pegangannya terhadap dunia yang kejam ini. Seperti kehilangan cahaya yang menuntunnya dijalan yang gelap.

"Cherry, seandainya kau tahu betapa Sasuke menderita karena kepergianmu!" batin Naruto ikut bersedih menatap sahabat angkuh dan dingin-nya menjadi sangatlah lemah dan menderita.

" Kau harus merelakannya Sasuke! Cherry sudah bahagia disana!" tangan Naruto hendak meraih pundak Sasuke namun segera ditepis kasar oleh Sasuke.

"TIDAK!CHERRY BELUM MATI! CHERRY MASIH HIDUP! CHERRY HANYA AKAN BAHAGIA BERSAMAKU! HANYA AKU!" Sasuke menatap nyalang Naruto. Mata kelamnya berkilat marah seakan siap membunuh siapapun. Kedua tangannya terkepal kuat hingga tetesan darah kembali mengalir dari tangan kanan Sasuke.

"SADARLAH BRENGSEK! CHERRY SUDAH TENANG DIATAS SANA!" Naruto berseru keras dan kembali melayangkan pukulan telak pada wajah tampan Sasuke. Berharap kalau itu dapat menyadarkan Uchiha bungsu itu untuk menerima kenyataan.

"TIDAK! TIDAK! CHERRY BELUM MATI! TIDAAKKK…!"

BRAK

"Astaga, Sasuke …!" Mikoto segera berhambur memeluk putra nya yang tengah meringkuk sembari menjambaki kepala raven-nya. Tangan Mikoto mengelus punggung tegap pemua itu sedang tangan yang lain mengelus surai raven Sasuke hingga putra bungsunya itu berangsur tenang dalam dekapannya

"Cherry belum mati! Cherry masih hidup Kaa-san…!" bibir Mikoto bergetar. Ibu dua anak itu tidak kuat melihat putra kesayangannya seperti ini karena ditinggal oleh gadis merah muda yang sudah dianggap Putrinya sendiri.

"Benar kan Kaa-san? Besok aku masih bisa menemui Cherry ,bukan! Aku masih bisa mengajaknya ke sini, kan? Aku masih bisa mengajak Cherry kemari kan, Kaa-san!" Mikoto mendekap putranya dalam. Wanita paruh baya itu hanya bisa mengangguk walau bibirnya bergetar hendak menangis.

"Aku masih bisa berangkat sekolah dengan Cherry kan, Kaa-san? Aku…hiks… masih bisa mengajaknya…hiks… jalan-jalan ke bukit lagi kan…hiks…Kaa-san?" lagi-lagi Mikoto hanya bisa mengangguk. Tangannya semakin erat mendekap putranya yang kini memeluknya erat. Menumpahkan segela kesedihannya dalam dekapan sang Ibu. Pemuda itu tidak kuasa lagi menahan sesak dan sakit di dadanya.

Sang kakak-Uchiha Itachi menatap pilu sang adik yang sangat terpukul dengan kematian kekasih hatinya. Nalurinya sebagai kakak ikut tersayat dengan kematian gadis yang sudah ia anggap adik perempuan yang tidak pernah ia miliki.

"Wahai Kami-sama! Kanapa kau begitu kejam pada kami?" batin Itachi dan pergi karena tidak kuasa mendengar suara tangis Sasuke yang pecah dalam dekapan Sang ibu.

"HAHHHHHHHHH…" jeritan pilu dari seornag Uchiha Sasuke menyayat batin siapapun yang mendengarnya.

.

.

.

.

.

Kediaman Haruno

Ceklek

Pintu bercat putih itu terbuka. Membawa sinar cahaya lampu dari luar. Seorang wanita paruh baya bersurai merah muda tengah tertidur pulas dengan wajah pucat. Seorang gadis belia bersurai merah muda menatap nanar wajah wanita paruh baya itu. Dielusnya pelan wajah pucat itu sembari menghapus jejak-jejak air mata yang belum mengering. Wanita itu mengeluh karena sesuatu yang hangat mengelus pipinya yang dingin.

Perhalan, wanita itu membuka kedua matanya yang terasa sangat berat. Iris kecoklatan wanita itu mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk dalam retinanya. Segera kedua mata wanita terbelalak terkejut mendapati gadis bersurai merah muda berada dihadapannya.

"Cherry! Cherry! Kau masih hidup! Putri Kaa-san masih hidup…!" segera Mebuki bangkit dan menangkup wajah gadis didapannya dengan kedua tanagn dinginnya. Senyum lebar menghiasi wajah pucat Mebuki.

"Mama~…!" Senyum Mebuki langsung lenyap dan kini ia menatap dalam iris emerald dihadapannya. Gadis itu meraih tangan dingin wanita yang dipanggilnya 'Mama' dan mengelusnya pelan.

"Mama, aku bukan Cherry!" Mebuki menatap tidak percaya.

"S Sa-Sakura?" Mebuki berujar lirih. Mencoba memanggil nama gadis merah muda didepannya.

"Iya Mama! Aku Sakura! Putri Mama!" segera Mebuki rengkuh tubuh mungil putrinya. Putri yang selama ini jauh darinya. Putri yang ia lepas untuk bersama sang mantan Suami.

"Sakura! Putri Kaa-san! Putri kecil Kaa-san!" Mebuki mengecup-ngecup kening lebar milik putrinya dan kembali memeluknya erat. lelehan air mata kembali mengelir dikedua pipinya. Tangannya tidak henti-hentinya mengelus surai merah muda panjang milik Sakura.

"Maafkan aku, Mama! Maaf karena aku baru bisa menemui Mama sekarang! Dan aku ikut sedih dengan kematian Cherry!" Sakura mengelus pelan punggung sang ibu yang dirasanya bergetar. Kembali menumpahkan kesedihannya atas kepergian putri bungsunya. Mata emerald Sakura menatap lurus di depannya tanpa melepas pelukan sang ibu. Ikut merasa sedih karena melihat wajah penuh kesedihan gadis merah muda mungil yang tengah mengenakan gaun putih pendek dihadapannya. Menatap mata emerald lain yang juga menatapnya sendu.

"Tolong aku…onee-chan!"

.

.

.

.

.

TBC

Etto~…berniat komentar tentang cerita gaje dan nista saya yang satu ini? Ini cerita kedua saya jadi pastinya banyak kesalahannya dan pasti akan ada miss typo(s) tersebar disepanjang jalan cerita ini. Jadi saya mohon bantu saya dalam menggarap cerita ini. Dan gomeennnnn bila chapter ini sangat pendek karena baru tahap prolog . Sekian…Arigatou…