YOU

Kuroko no Basuke—Fujimaki Tadatoshi

Male!Reader x Haizaki

EXTRA CHAAAAAAAAAAAAAAPPPP! XD

Berhubung ShilaFantasy dan YuraHira ngasih tugas buat ngelanjuting FF ini, maka Rena berinisiatif untuk membuat Extra Chap! Apa isinya? Liat aja sendiri! :P

~E_N-J_O-_Y~

[Third Person's POV]

"Hei, (Name), kencan kita dibatalkan saja, ya!" seru Haizaki riang. Raut wajahnya seakan tak bersalah. "Tapi kau sudah janji hari ini jadwal kita, kan?! Kencan sebelumnya juga selalu kau batalkan!" protesmu. "Aku tahu! Tapi aku benar-benar sibuk!" sahut Haizaki, lalu berjalan meninggalkanmu yang menunduk dalam-dalam. 'Haizaki BODOH!' batinmu. Kau melangkahkan kakimu, meninggalkan sekolah dengan gontai. Wajah murung tercetak jelas di wajahmu.

Sesampainya di apartemenmu, kau menghempaskan tubuhmu ke sofa. Kau memejamkan matamu, tetapi sedetik kemudian kembali membuka mata. Bibirmu bergetar hebat dan air mata menghiasi sudut matamu. Sesaat kemudian, air mata itu benar-benar jatuh. Usahamu menahan isakan itu sia-sia. "Selalu saja... dia selalu saja begitu...," gumammu seraya terisak.

Ya, sudah berkali-kali kalian merencanakan kencan—sebenarnya para anggota GoM saja yang menyuruh kalian kencan—namun semua rencana itu jadi tinggal rencana. Salahkan Haizaki yang membatalkan kencan seenak jidatnya. Kau bisa saja mencoba bersabar, namun kau sudah terlalu sering bersabar. Kau lelah dengan semua ini. Lalu kapan kau bisa kencan? Kencan dalam mimpi? Yang benar saja!

'Kau mulai berjalan meninggalkanku,

Tanpa berkata apa-apa.

Dengan bibir bergetar, ku menangis seperti anak kecil,

Jangan pergi, jangan pergi, hei...'

[From Y to Y—Hatsune Miku]

Ah, telepon.

Kau mengusap sudut matamu dengan punggung tangan, lalu dengan malas mengambil handphone hitammu. Nomor Akashi?

"Halo?"

"Halo, (Name)?"

"Ya, ada apa?"

"Cepat datang ke sekolah. Ini gawat."

Perasaanmu mulai tidak nyaman. Tak biasanya ada nada panik di dalam suara seorang Akashi Seijuurou. Ini benar-benar aneh.

"Aku akan segera ke sana."

Dan, PIP! Kau memutuskan sambungan dan menyabet jaket abu-abumu, jaket yang ehem—diberikan Haizaki—ehem. Kau keluar, mengambil sepeda dan melesat menuju sekolah. Keringatmu mengucur deras tapi kau tak peduli. Perasaanmu semakin tak enak. Jantungmu berdegup kencang. Napasmu mulai tak beraturan.

Akhirnya kau tiba di sekolah. Menuju parkiran sepeda sambil bergumam tak jelas. Kemudian berjalan ke gym, dan—

DHEG.

Kelopak matamu melebar saat melihat pemandangan yang ada di hadapanmu.

Haizaki dan Nijimura... mereka...

...berciuman.

Ini bohong, kan?

Dadamu mendadak terasa nyeri. Rasanya seperti tak bisa bernapas. Sakit sekali. Sesak.

"Hai...zaki..."

Haizaki tertegun, lalu menoleh ke belakang. Kemudian dia melotot saat melihatmu berdiri dengan air mata yang membanjir. Wajahnya memerah, beda dengan Nijimura yang tersenyum penuh kemenangan.

"(Name)..."

Kau tersenyum masam. "Jadi ini alasanmu membatalkan kencan? Kau membelot?" tanyamu dengan nada riang yang kentara sekali kalau kau memaksanya terdengar bahagia. Haizaki menggelengkan kepalanya. Namun Nijimura merangkul Haizaki seraya tersenyum sinis. "Ya, dia membelot. Memang kenapa?" tanya Nijimura santai. "T-tidak apa-apa. Aku hanya bertanya. Hei, Haizaki, kalau begitu aku pergi dulu, ya. Aku... ada... ada pekerjaan lain yang menumpuk..." Selesai berkata begitu kau langsung berbalik pergi. Tak mempedulikan seruan Haizaki sama sekali.

T~T

[Readers POV]

Aku menghentikan langkahku di tempat parkir sepeda. Jatuh terduduk di tanah. Sungguh, aku tak peduli jikalau celanaku kotor. Aku terlalu lelah untuk memikirkan hal sepele seperti itu. Yang ada di benakku adalah Haizaki.

Haizaki membelot.

Berciuman dengan Nijimura.

Padahal Nijimura sudah punya Midorima.

Padahal Haizaki juga sudah punya aku, (Name).

Sakit sekali rasanya.

Menyesakkan.

Apa aku sudah tak berarti baginya? Apa aku sudah tak berguna? Apa aku sudah menjadi sampah? Apa dia tak puas denganku? Apa dia senang mempermainkanku yang bodoh ini? Berbagai pertanyaan berkecamuk di dadaku.

"Hei, kau."

Aku tertegun, kemudian mendongak, menatap pemuda bersurai crimson red yang kini berada di hadapanku. "A-Akashi? Ada apa?" tanyaku sambil mengusap air mata dengan punggung tanganku. "Harusnya aku yang tanya begitu. Kau habis menangis, ya?" tanya Akashi seraya menyentuh pipiku lembut. Sontak wajahku memerah. "Apa ini karena Haizaki?" tanya Akashi yang disambut anggukan pelan olehku. Akashi bergumam tak jelas, kemudian tersenyum. Dia mendekatkan wajahnya padaku, dan—

—dia menciumku.

Ini... tidak nyata, kan?

Aku berontak, namun Akashi menahan tubuhku ke tembok. Seraya menjauhkan wajahnya dariku, dia mengelap saliva yang tertinggal dengan tangannya. "Manis sekali. Seperti capuccino," pujinya. Wajahku memanas. "Apa yang kau laku—ah!" Aku memekik saat Akashi memasukkan tangannya ke dalam bajuku. "Akashi! Hentikan!" seruku setengah memohon, tapi Akashi seakan tak mendengar perkataanku. Konsentrasinya hanya untuk tubuhku. Sialan. "Akashi! Kumohon! Hentikan! Aka—AH!" Aku memekik saat tangannya keluar dari bajuku dan menelusup ke dalam celana training-ku. Awalnya dia meraba pahaku, membuatku geli, namun... eh? Dia.. semakin ke atas!

"AKASHI! HENTI—AH! AKASHII!"

Aku mendesah.

"AKASHI! HENTIKAN!"

Itu... suara Haizaki.

Akashi menatap Haizaki sinis. "Kau mengganggu," gumamnya. "Jangan seenaknya menyentuhnya! Aku saja belum menyentuhnya, kenapa kau merebutnya dariku?!" seru Haizaki kesal.

Ck, dasar bocah.

"Loh, bukannya kau sudah punya Nijimura?"

Skak mat.

"Aku dan Nijimura hanya ingin menggoda... (Name)... Kau tahu kan rencananya?" sahut Haizaki. Akashi tersenyum. "Tentu saja aku tahu. Aku melakukannya sesuai rencana," ujar Akashi tenang. "Sesuai rencana?! Kau meraba-raba (Name)-ku adalah pelencengan dari rencana!" tolak Haizaki.

"Apa maksudmu?"

Kali ini aku angkat bicara. Akashi menghela napas, lalu menatapku.

"Kami mengujimu."

Aku membelalakkan mataku. Wajahku memerah. "Jadi... Haizaki dan Nijimura... tidak...?" pekikku tertahan. Haizaki menghampiriku dengan seringai khas miliknya. "Tentu saja tidak. Itu skenario kami, Bodoh," sahut Haizaki. Kemudian dia mendekatkan wajahnya, dan mengecup bibirku lembut. "Nah, bagaimana kalau besok kita kencan, (Name)?" tawar Haizaki. "Asal jangan membatalkannya lagi. Kalau kau membatalkannya, kubunuh kau," ancamku. Haizaki tertawa sinis, lalu mencium leherku, membuat napasku seketika tertahan.

"Tentu saja."

[END]

Nyahahahaha~ Selesai!

Nggak puas ya? Sengaja... #RenaMahGituOrangnya

Jaa, sekarang Rena bakal fokus nyiapin FF MidoReader pesenan Arisa Hamada-san! Dan mohon maaf bagi para fujo, nggak ada crack pairing di sini!

Last, review?