In Which Minho Didn't Get A Chance To Express His Feelings For Newt (And Vice Versa)

Maze Runner Trilogy Ⓒ James Dashner

Cover Image : not ours

Pairing : minewt pls (?)

Warning : OOC, typo, etc, kalo ada typo dan grammar yang salahtolong kasih tau, makasih ; u ; (?);


.

wonderwall - someone you find yourself thinking about all the time, the person you are completely infatuated with.

Minho mendapati dirinya memikirkan Newt pada setiap kesempatan yang ada.

Ketika dia sedang berlari, makan, tidur, mandi, apapun, setiap ada celah yang membuka kesempatan bagi otaknya untuk memikirkan sesuatu, pikiran Minho pasti meluncur dan berputar-putar di satu subjek saja: Newt.

Kalau dipikir-pikir, ia sudah memikirkan Newt sejak lama, sesekali, ketika mereka berlari bersama. Hanya kadang-kadang. Namun entah kenapa belakangan ini pemuda pirang itu mengisi benaknya hampir dua puluh empat jam setiap hari jika dikurangi waktu tidurnya.

(Bahkan terkadang ia menemukan dirinya bersama Newt di dalam mimpi.)

Mungkin karena akhir-akhir ini mereka jadi lebih dekat, entahlah. Namun Minho benar-benar merasa bersyukur telah menjadi seorang pelari. Beberapa pelari biasanya menyusuri sektor-sektor mereka sendiri, namun Minho selalu berlari bersama Newt. Ia ingat bagaimana Newt sedikit menampakkan ekspresi tidak setuju ketika Minho mengajukan diri untuk menjadi salah satu pelari. Newt menggambarkan bahaya yang ada di dalam Maze dan lain-lain tapi tekad Minho sudah bulat. Dan dengan membuktikan kecerdasan dan daya tahan staminanya, Minho diterima menjadi pelari dalam waktu yang singkat.

Ia senang bisa berlari bersama Newt. Kedengarannya itu adalah alasan tersakit yang pernah ada, mengingat keadaan apa yang memaksa mereka untuk berlari dan tempat macam apa yang sedang mereka telusuri. Namun Minho senang karena ia berada di dekat Newt. Entahlah, kedengarannya dungu, tapi Minho hanya ingin berada di dekat pemuda pirang itu.

Jadi, Minho sering sekali memikirkan Newt. Remaja langsing itu adalah hal utama yang dituju oleh fokus Minho bahkan semenjak ia datang dari kotak. Ya, alasan sakit lain, Minho seharusnya memikirkan jalan keluar, dinding-dinding Maze, petunjuk lain yang mungkin dapat membantu mereka, bagaimana caranya memecahkan Maze yang rumit—hal-hal penting semacam ini yang seharusnya ia taruh di urutan pertama daftar terpenting untuk dipikirkan. Dalam kepala Minho, Newt seperti sedang tersenyum mengejek, kemudian menendang hal-hal penting itu jatuh ke urutan kedua, dan duduk bersilang kaki dengan santai di puncak daftarnya.

Minho sering memikirkan Newt sehingga ia hampir hafal seutuhnya seluruh bagian-bagian Newt dan tabiat si pirang. Betapa lentik bulu matanya, bagaimana alisnya biasa melesat naik hilang dibalik poninya, bagaimana ia menumpukan dagunya ke telapak tangan atau mengusap bagian bawah bibirnya saat sedang berpikir, bagaimana ia mengusap helai rambut pirang di tengkuknya, bagaimana ia mengerjapkan mata sesekali ketika sedang bicara, bagaimana ia melipat kedua tangannya di depan dada, bagaimana kakinya dengan luwes berlari bersamanya, bagaimana rambutnya yang terlihat halus itu melompat-lompat terbawa angin ketika berlari, bagaimana matanya akan sedikit menyipit ketika sedang tersenyum, bagaimana ia akan menarik kepalanya ke belakang untuk memperlihatkan leher jenjangnya ketika sedang tertawa—astaga. Saat-saat dimana Newt tersenyum apalagi tertawa adalah momen paling berharga dalam hidup Minho.

Dan itu artinya Minho akan menyadari sesuatu yang tidak beres dengan hal itu hanya dengan melihatnya.

Minho menyadari ada yang janggal dari Newt beberapa hari terakhir ini. Ia ingin menanyakannya, namun entah kenapa ia selalu berhenti sebelum melontarkan pertanyaan. Sama seperti hari ini. Mereka sedang berlari di sektor mereka sendiri. Yang sedang terbuka saat itu adalah sektor delapan. Setelah menemui jalan buntu, Newt mengajaknya untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan mereka.

Mereka berdua memakan perbekalan dalam diam. Sulit rasanya menemukan topik untuk bicara ketika setiap kali Minho menoleh, ia akan menemukan Newt yang menunduk dengan ekspresi yang sulit ditebak. Tatapan matanya kosong dan kedua bahunya merosot seakan ia kelelahan. Di saat seperti ini sebenarnya Minho ingin menyambar dan memeluknya, namun pikiran itu dibuangnya jauh-jauh.

Mereka menyelesaikan makanan masing-masing dan selanjutnya bersiap untuk melanjutkan perjalanan ketika Minho akhirnya menarik nafas dalam-dalam dan memberanikan diri untuk, akhirnya, mencoba bertanya pada Newt.

"Hey, Newt."

Newt yang saat itu sudah mengambil ancang-ancang untuk berlari pun berhenti dan menoleh ke arah Minho. Kepalanya dimiringkan sedikit dengan ekspresi bertanya yang hampir membuat Minho salah fokus dengan betapa manis wajah Newt saat itu. "Hmm?"

"Uh," mulai Minho, mengetuk-ngetukkan jemari di ikat pinggangnya. "Are you okay?"

Newt menampakkan ekspresi terkejut. "What do you mean?"

"You look.." Minho memberi jeda sesaat, seperti memikirkan kata yang tepat untuk diutarakan, "...kinda disoriented? I'm not sure myself, but there's something different about you lately. I can tell."

Wajah Newt masih terlihat kaget. Seolah ia tidak menyangka akan ada yang mengatakan hal itu kepadanya. Kemudian seulas senyum mulai muncul di bibirnya.

Minho berani bersumpah senyuman itu berbeda dengan senyuman Newt yang biasanya. Ada yang berbeda di sana.

"I'm fine," jawab Newt. "Don't worry too much." Lalu ia berbalik, kembali mengambil ancang-ancang dan mulai berlari, lalu sedikit menoleh dengan senyum jahil. "If you're worried, anyway."

"As if." Minho mendengus dan mulai berlari di belakangnya. "Whatever. But if something is indeed bothering you," Minho mendengar suaranya sendiri di dalam kepalanya, don't keep it alone, I'm here for you, namun yang terlontar justru, "just pull your klunk together and get over it already. We don't have time to deal with such thing."

"Aye, captain~" Newt membalasnya dengan nada bernyanyi sebelum terkekeh pelan.

Minho berani bersumpah ada yang salah dengan suara tawa Newt. Itu berbeda.


.

eccedentesiast - someone who hides pain behind a smile.

Newt merasa lelah.

Baik fisik maupun mental. Sungguh, ia sangat lelah. Setiap hari selama setahun ia mengulang hal yang sama. Bangun tidur, mandi, sarapan, keluar ke Maze, berlari, istirahat, berlari lagi, kembali ke Glade, makan malam, tidur. Ulang.

Dan ia entah bagaimana selalu bisa menjadi yang paling positif di antara anak-anak lainnya. Memberi kalimat-kalimat dukungan dan dorongan, membuka secercah harapan di hati para Glader lain bahwa akan ada jalan keluar.

Sebenarnya Newt merasa malu dengan dirinya sendiri. Seolah-olah ia seorang sales yang berusaha sebaik mungkin untuk menjual produknya padahal ia sendiri tidak percaya dengan produk itu. Bagaimana ia bisa begitu munafik, menenangkan orang lain dengan kalimat-kalimat positif palsunya, padahal ia sendiri semakin lama semakin sadar kalau jalan keluar itu tidak pernah ada.

Rasanya ia ingin mati saja.

Kepalanya sakit setiap hari namun Newt memilih bungkam dan tidak pernah mengeluhkan hal itu kepada siapapun. Nick dan Alby sudah sibuk mengatur hal-hal yang ada di Glade, membuat semua berjalan pada tempatnya dan memastikan semuanya mengikuti aturan. Tidak mungkin Newt mengeluh pada dua sahabatnya itu, mereka sendiri sudah cukup lelah.

Dan ada Minho...

Newt awalnya ragu. Dindingnya hampir runtuh ketika hari itu Minho bertanya apakah dia baik-baik saja. Matanya terasa panas seolah air matanya bisa meledak saat itu juga. Kepalanya bedenyut-denyut di telinganya dan ia merasa ingin berkata bahwa ia tidak baik-baik saja. Bahwa ia lelah dan takut. Bahwa ia cemas jalan keluar itu tidak akan pernah ada. Bahwa mereka semua akan mati di sana.

Namun ia malah tersenyum dan mengatakan ia baik-baik saja.

Sebagian dari dirinya merasa lega ketika Minho tidak mendorong lebih jauh. Dugaannya benar, Minho tidak terlalu peduli dan pasti hanya bertanya karena Newt terlihat tidak fokus ketika sedang berlari. Tentu saja, menjadi seorang pelari dan berlari itu tugas penting. Sangat penting. Karena mereka akan menemukan petunjuk atau apapun yang akan memimpin mereka menuju jalan keluar, terbebas dari kurungan absurd ini. Pekerjaan yang tidak boleh dilakukan setengah-setengah, wajar jika Minho menegurnya. Namun Newt juga tidak bisa memungkiri sepercik rasa kecewa karena Minho tidak berusaha lebih jauh untuk mencari tahu apa yang mengusik pikirannya.

Namun siapa dia untuk berharap diperhatikan oleh Minho?

Newt memang pengawas dari para pelari, namun sebenarnya ia selalu mengagumi sosok Minho. Bukan seseorang yang optimis, tapi juga tidak sepenuhnya pesimis. Minho lebih kepada skeptis dan sarkastik. Dan Newt diam-diam menyukai kepribadian Minho yang sangat bertolak-belakang dengan dirinya. Minho selalu jujur dengan apa yang diungkapkannya, apa yang tidak disukainya, apa yang dianggapnya bodoh dan salah, apa yang dipikirkannya, semua yang dilontarkan oleh Minho selalu benar adanya, dengan atau tanpa perhitungan, semuanya adalah kejujuran. Berbeda dengan Newt yang dibungkus dengan kebohongan.

Newt menyadari betapa palsu dirinya dan lagi-lagi berpikir lebih baik ia mati saja.


.

Atelophobia - the fear of imperfection. The fear of never being good enough.

Minho merasa takut akhir-akhir ini.

Minho bersumpah ia tidak akan pernah mengatakannya kepada siapapun apalagi mengakuinya.

Tapi ia takut sungguhan.

Perihalnya, Newt terasa... semakin jauh. Seperti ia menjauhkan diri dari semua orang atau semua orang yang tertarik menjauh dari dirinya atau dua-duanya, entahlah. Minho bingung dan ia takut akan hal itu. Awalnya ia pikir ia telah melakukan kesalahan sehingga membuat Newt sedikit menjaga jarak dengannya. Namun suatu pernyataan dari Alby membuat otaknya berpikir cukup lama setelahnya.

"Did something happen in The Maze?"

Minho mendongak dari mangkuk sup tomatnya, menatap Alby dengan sebelah alis terangkat, sendok masih menyangkut di dalam mulutnya. Ia menarik sendoknya keluar dan membiarkannya jatuh kembali ke mangkuk dengan suara dentingan keras. "Yes, good to see you, too. I'm glad you let me sit and eat my dinner peacefully after a long tiring run."

Alby mengabaikan perkataannya dan mendudukkan diri tepat di depannya. Ia bahkan tidak berkedip saat Minho melanjutkan makannya yang tertunda sesaat dan kembali melanjutkan, "Something's wrong with Newt. Did something happen? Anything at all?"

Minho benar-benar berhenti kali ini, terlihat terkejut. Jadi bukan hanya perasaannya kalau Newt mulai menjauh? Dan jika sekarang bahkan Alby-pun menyadari ada yang aneh pada Newt, berarti memang ada yang salah, kan? Jadi firasatnya dulu memang benar? Sebersit perasaan kecewa menghantam Minho seperti sebuah tinju di perut, mengobok-obok isi makan malamnya untuk dimuntahkan kembali. Ingatannya melayang pada kejadian beberapa hari yang lalu ketika ia menanyakan apakah Newt baik-baik saja. Newt berbohong kepadanya saat itu. Kenapa ia tidak menyadari kebohongan itu? Atau mungkin ia menyadarinya namun terlalu pengecut untuk mengambil tindakan? Kenapa juga Newt tidak menceritakan apapun padanya? Dia bertanya, astaga. Mereka bersahabat, astaga. Tidakkah Newt mempercayai Minho untuk mengatakan apa yang ada dipikirannya? Ataukah selama ini cuma Minho yang menganggap hubungannya dengan Newt sedekat itu?

"Earth to Minho." Minho tersentak keluar dari pikirannya dan mendapati Alby sedang memandangnya dengan curiga. "You know something, don't you?"

"I swear nothing happened in The Maze. Same old pattern. No, nothing happened." Minho terdiam sepersekian detik, seperti mencoba mengingat-ingat. "Yeah, nothing that I know. Why? What's with the questions? Where's that coming from?"

Alby menghela nafas, terlihat gusar. "You know it, too, right? The way he became so quiet? Something's definitely wrong."

"He's not much a talker from the first place," ujar Minho. Makanannya terlupakan begitu saja. Entah kenapa tiba-tiba ia merasa kenyang. Matanya menyapu seluruh ruangan, mencoba menemukan Newt, namun remaja pirang itu tidak ada di sana. Hanya ada beberapa pelari yang kembali bersamanya dan beberapa Glader lain, dirinya sendiri, Alby, dan Frypan yang entah sibuk melakukan apa. "Where's he?"

Alby baru saja hendak mengatakan sesuatu ketika Minho melontarkan pertanyaan itu. Seolah baru menyadari hal yang sama, Alby berbalik dan ikut menyapukan pandangannya ke sekeliling. Ia kembali menghadap Minho, wajah terlihat jengkel. "I'm the one who's supposed to ask you that question. You are his fellow runners. Where's he?"

Minho berkedip, mendadak merasa kesal dan bersalah karena dia tidak tahu dimana Newt berada. Sudah beberapa hari ini Minho diberi kepercayaan untuk berlari di sektornya sendiri, seperti pelari-pelari lainnya, tidak bersama Newt lagi. Dan ia juga menyadari bahwa ia tidak melihat Newt sama sekali ketika ia kembali. "Shuck." Hanya itu yang terlontar dari mulutnya. Perasaan bersalah menggerogoti hatinya.

"You do notice that he has skipped dinner lately," Alby mengatakannya pelan-pelan, seolah tak ingin ada orang lain yang mendengar mereka, "don't you?"

Pertanyaan itu seperti menampar Minho telak karena ia baru menyadari hal itu. Benarkah Newt melewati makan malam? Minho mengakui berlari sendiri di Maze sangat tidak menyenangkan apalagi ketika ia telah terbiasa melakukannya dengan Newt. Dengan absennya kehadiran Newt di sisinya, Minho tidak punya distraction lain dan selalu kembali dari Maze dengan rasa lelah, kesal, dan lapar. Ia akan menyelesaikan pekerjaannya secepat mungkin di ruang peta, mengisi perut, dan pergi tidur dengan Newt yang terakhir kali melintas di otaknya sebelum ia benar-benar jatuh terlelap. Namun tidak sedikit pun ia benar-benar berusaha untuk mencari dan menghampiri Newt langsung.

Kesadaran menamparnya lagi. Jangan-jangan bukan Newt yang menjauh, tapi karena sifat Minho yang seperti itulah yang membuat mereka menjauh.

Salah Minho -kah?

Alby menatapnya sejenak seakan mempelajari ekspresinya. Kemudian pemuda berkulit gelap itu mengangguk dan bangkit berdiri. "My bad. I thought you two are close. I'll just ask the other runners."

Minho mendadak merasa kemarahan meluap-luap dalam dirinya sehingga ia tidak menyahut atau mengatakan apapun ketika Alby berlalu dari hadapannya. Mungkin ia marah akan sindiran Alby. Mungkin ia lebih marah kepada Alby sendiri. Atau ia marah pada dirinya sendiri?

Minho melipat sikunya di atas meja dan menekan-nekan ujung jempol kirinya ke dahinya yang berkerut. Benarkah ini salahnya sehingga Newt menjauh? Awalnya Minho merasa bangga ketika ia mendapat sektornya sendiri. Ia merasa ia telah memperlihatkan Newt betapa superior dirinya, bisa meraih peran sebagai seorang pelari dalam waktu singkat. Newt ada di sana, memberikan kepercayaan itu, disetujui tanpa ragu oleh Nick dan Alby. Awalnya Minho merasa bangga akan kilat samar yang ada di mata Newt saat itu, seolah si pirang juga ikut merasa bangga dengan pencapaian Minho. Apakah semua itu hanya khayalannya saja? Apa ia belum cukup baik? Apa yang salah dengan dirinya? Apakah perbuatannya tidak benar?

"Shuck," gumamnya lagi diantara nafasnya. Perhitungannya salah dan itu malah mengakibatkan dirinya menjauh dari Newt. Minho seharusnya tetap berada di dekat Newt, for shuck's sake, ia sadar ada yang salah dengan Newt! Namun entah kenapa ia malah mengabaikan hal itu dan lebih memilih pencapaiannya sendiri. Seharusnya ia tetap berlari bersama Newt. Seberapa jauh Newt berusaha membatasi dirinya dengan mereka, Minho akan tetap menjadi yang terdekat karena mereka berlari bersama, itu yang seharusnya terjadi.

Minho mencengkram pergelangan tangan kirinya yang gemetar dengan tangan kanannya, mengomeli dirinya sendiri untuk berhenti gemetaran seperti anak gadis baru melihat ulat bulu. Kemarahannya tertelan oleh rasa bersalah yang timbul dengan cepat seperti gelombang tsunami yang menyapu semua isi otaknya. Bagaimana ia masih belum cukup baik untuk semua ini, untuk menyadari ada yang salah dengan Newt. Hal itu sungguh sangat mengganggunya, mengusiknya sampai ke akar-akar pikirannya. Ide bahwa ia tidak akan pernah menjadi cukup baik bagi Newt mendadak membuatnya panik tanpa sebab. Ia bahkan tidak yakin darimana pemikiran dan perasaan itu muncul. Ketakutan mulai kembali menjalar di sekujur tubuhnya, lebih hebat dari yang biasanya, dan Minho merasa tiba-tiba saja ia ingin bertemu Newt. Ia ingin melihat Newt.

"Shuck." Kali ini Minho bangkit berdiri dengan cepat dan berlari menuju ruang peta, berharap ia bisa menemukan Newt di sana. Kalaupun Newt tidak ada di sana, Minho akan berlari ke seluruh penjuru Glade untuk menemukannya.

Mereka perlu bicara.


.

eccedentesiast - someone who fakes a smile, when all they want to do is cry, disappear, and/or die.

Newt kembali dari Maze paling terakhir seperti biasa. Saat ia tiba di ruangan peta, hanya tinggal dua anak yang ada di sana. Tidak ada tanda-tanda kehadiran Minho dan itu membuatnya sedikit kecewa. Dengan prestasi Minho saat ini, mereka jadi lebih jarang bertatap muka. Hanya pada pagi hari saat pintu-pintu terbuka -lah saat-saat dimana Newt dan Minho saling bertukar ucapan selamat pagi sebelum menjalankan tugas masing-masing.

Masing-masing.

Awalnya Newt merasa senang karena Minho sudah dipercaya sebagai salah satu pelari terbaik yang mereka miliki dalam waktu yang sangat singkat. Tentu saja, ia senang untuk sahabatnya itu. Namun berlari tanpa Minho akhir-akhir ini membuatnya memikirkan hal-hal yang hanya ia pikirkan ketika ia sedang sendirian. Dan itu berarti hampir satu hari penuh mengingat Newt tidak terlalu dekat dengan para Glader lain. Minho selalu menjadi distraction yang menyenangkan untuk Newt, membuatnya merasa benar-benar senang hanya untuk beberapa saat. Dengan absennya Minho di sisinya, Newt semakin menyetujui pemikirannya atas betapa tidak berguna dirinya dan kalaupun ia tidak ada, Minho pasti bisa menggantikan posisinya. Ya, tidak akan ada yang berubah.

Jika Newt tidak ada.

Suara pintu tertutup menarik Newt keluar dari dunianya sendiri. Ia baru sadar ia melamun di tengah-tengah pengerjaan petanya. Dengan keluarnya anak terakhir tadi membuatnya menjadi satu-satunya orang yang berada di ruangan itu. Newt menghela nafas kecil, mengabaikan rasa sakit yang menjalar di kepalanya, dan mulai menyelesaikan petanya. Rutinitas berlanjut dengan membandingkan pola hari ini dengan pola sebelumnya. Tidak ada yang berbeda. Ia menaruh kembali petanya di dalam kotak dengan rapi dan meninggalkan ruangan peta.

Newt merasa tidak nafsu makan, ia bahkan tidak lapar, jadi ia mengurungkan niatnya untuk pergi ke tempat terbuka dimana mereka biasa makan dan memutuskan untuk berbelok ke arah Deadheads. Newt tidak terlalu sering menghabiskan waktu di sana. Hanya sesekali ketika ia merasa ia tidak ingin berada di manapun dan memerlukan waktu untuk menangis sendirian.

Dan ada suara tangisan yang ditangkap telinganya.

Suara itu samar-samar awalnya. Newt mengernyit heran dan berusaha mencari asal suara itu. Ia bahkan sempat mengira mungkin ia salah dengar dan itu hanya suara yang ditimbulkan serangga-serangga besi aneh yang sering dilihatnya, namun suara itu semakin lama semakin jelas merupakan isakan seseorang. Newt memicingkan mata di antara kegelapan dan menemukan sebuah sosok sedang duduk meringkuk di bawah salah satu pohon. Bahunya gemetar dan suara isakan itu kembali terdengar dari arahnya.

Newt berjalan ke arah anak itu, tidak berusaha menyembunyikan kehadirannya dengan membiarkan langkah kakinya terdengar setiap kali ia menapakkan kaki di tanah kering yang tertutup daun-daun mati. Ketika cukup dekat, anak itu sepertinya baru mendengar suara langkah Newt dan mendongak cepat dengan raut wajah kaget yang kentara. Newt mengenali bocah itu dengan langsung. Anak itu adalah Jack, Greenie yang baru dikirim minggu lalu. Melihat Newt, Jack buru-buru mengusap wajahnya, menyeka bulir-bulir air matanya dengan kasar dan panik, seolah Newt akan mulai memarahinya dan menyuruhnya melakukan sesuatu yang berguna daripada merengek seperti bayi.

Namun Newt tersenyum ke arahnya, sebuah senyum menenangkan yang sering ia gunakan untuk Glader lainnya, dan lanjut melangkah mendekat. "Do you mind if I join?"

Jack terlihat bingung, sedikit kaget, namun ia cepat-cepat mengangguk dan bergeser sedikit dari tempat duduknya, seolah menyediakan spot tersendiri untuk Newt.

"Thank you." Dan Newt mendudukkan diri tepat di sampingnya, menerima spot itu tanpa ragu.

Mereka duduk berdampingan seperti itu cukup lama, tidak ada yang mengatakan apapun, hanya duduk menikmati hembusan angin malam yang dingin. Jack telah berhenti menangis. Newt masih belum mengatakan apapun dan membiarkan keheningan memeluk mereka sedikit lebih lama sebelum akhirnya menoleh sedikit ke arah Jack.

"Are you alright?"

Lagi, Jack terlihat terkejut. Ia buru-buru mengangguk. "Y-yes, I'm okay." Kemudian ia bergerak-gerak gelisah. "I'm sorry," tambahnya dengan suara yang kecil.

Newt tertawa pelan. "What are you apologizing for?" Dan sebelum Jack menjawabnya, Newt telah kembali melanjutkan, "It's okay not to be okay." Lalu ia terdiam sebentar. Suaranya melembut. "It's always hard at first. But you're gonna be fine. You're gonna be okay, I'll make sure of it."

Ya, ini dia, dengan kata-katanya yang menenangkan dan penuh kepalsuan. Newt tiba-tiba merasa rendah. Ia merasa tidak pantas menerima tatapan Jack ke arahnya yang menyiratkan kepercayaan dan kekaguman yang agak sulit diartikan. Ia ingin berkata kalau ia sama sekali tidak dapat dipercaya, namun Jack melunak dengan kehangatan yang Newt tawarkan dan bocah itu menunduk, merasa lega karena yang menemukannya adalah Newt.

"I..." bocah itu menekuk lututnya dan memeluknya, "I don't remember anything, I know. But somehow... somehow, I feel like... I miss home, you know? Like, I miss my parents. And I really, really, want to go home."

Ya, Newt mengerti. Ia tahu, saat-saat dia dikirim naik dari kotak, di minggu-minggu pertama ia merasakan hal yang sama. Semua yang ada di sana juga begitu. Jadi Newt melingkarkan sebelah lengannya ke bahu anak itu dan menepuk-nepuk kepala sang bocah dengan perhatian. "I know it's not gonna be easy, but you're gonna be just fine. We, The Runners, are not running out there for nothing, alright?" Menyadari Jack mulai rileks dalam pelukannya, Newt mengacak-acak rambut anak itu, kembali tersenyum. "We will find a way out. For now, we Gladers, are all that you got so bear with it."

Untuk kali pertama, Jack tertawa lepas. "Yeah. At least we got each other, right?" Satu anggukan dan gumaman mengiyakan dari Newt membuat Jack ikut tersenyum. "Thanks, Newt..."

Newt menganggkat sebelah bahunya. "Don't thank me yet, I haven't done anything so far."

"You always care." Jack bersandar ke arah Newt. Pemuda pirang itu bersandar balik secara reflek. "Maybe you don't know it, but most of the gladers are comfortable with you. They adore and acknowledge you, you know."

Pernyataan itu membuat hati Newt ngilu. Dia tidak pantas menerima hal semacam itu dari orang lain. Sungguh. "You Green-Bean, what do you know about people."

"Hey, I'm not just a dumb Greenie." Jack sedikit membusungkan dada, ada nada bangga mengalir di suaranya. "I look around and listen to my surrounding more often than you blink your eyes!"

Newt pura-pura tersedak dan tertawa terbatuk-batuk. Jack menyikut sisinya main-main yang membuatnya terkesiap ke samping karena geli. "Okay. Not bad for a bloody Greenie, Greenie."

Jack tersenyum senang. "I'm actually kinda glad there's someone like you around in this shucked up place."

Newt tersenyum tipis mendengar istilah yang digunakan oleh anak baru itu. "Mmh? Someone like me like what?"

"A mother-hen alike."

Newt mengerutkan kening, terlihat sedikit tersinggung dengan kata itu. "So you think I'm a bloody mother-hen alike?"

Jack mungkin menyadari ekspresi Newt, namun anak itu hanya mengangguk, tidak terlihat takut. "Yes. You're so kind. I think you're too kind sometimes. But some people here need someone like you. And you smile like you know everything will eventually be okay and people believe in you just like that. There's something about your smile that put people at ease, you know."

Newt kembali merasakan ngilu di dadanya. Sebersit perasaan malu dan bersalah karena ia merasa tidak patut menerima kalimat barusan. "Yeah?" ucapnya, agak tercekat dengan dorongan untuk menangis saat itu juga.

Jack mengangguk mantap sebelum perutnya berbunyi. Anak itu sedikit kelabakan dan terlihat malu saat geraman pelan kembali terdengar dari arah perutnya.

Newt terkekeh pelan dan menarik kembali lengannya dari bahu Jack. "Go get yourself something to eat. And sleep after that. Can't have you lazying around tomorrow just because you don't get enough sleep, right?"

Jack nyengir dan mengangguk lagi. Ia melompat berdiri dan mulai berlari menyusuri petak-petak tanah kosong yang belum seluruhnya tertutup daun kering yang mati. Lalu tiba-tiba ia berhenti, seperti baru menyadari bahwa Newt tidak mengikutinya, dan kembali berbalik untuk berteriak ke arah remaja pirang itu. "You're not coming with me?"

"No, go ahead," balas Newt dari spotnya, agak keras supaya terdengar anak itu. "I need time to chill."

Mungkin Jack menyadari ada yang janggal dari suaranya. Mungkin juga tidak. Anak itu menatap cukup lama ke arahnya, lalu mengangguk dari kejauhan sebelum kembali berlari. Bayangannya semakin mengecil sebelum hilang sama sekali dari pandangan Newt.

Newt duduk diam di sana beberapa saat lamanya, menggigit bagian bawah bibirnya, menahan mati-matian air mata yang sudah siap meledak, seakan takut Jack akan tiba-tiba berbalik kembali. Kemudian ia menekan bagian belakang kepalan tangan kanannya ke bibir sebelum membiarkan air matanya tumpah.

Newt menangis dalam diam. Matanya terpejam erat, air mata membasahi wajahnya. Seluruh tubuhnya gemetaran, seolah ia sedang menahan sesuatu dari dalam dirinya yang hendak menerjang keluar. Newt bersusah payah mengingatkan dirinya sendiri untuk bernafas, namun usaha itu menjadi percobaan menyedihkan ketika ia merasa tercekik oleh isak tangisnya sendiri. Dadanya sakit dan kepalanya berdenyut nyeri dan ia tidak berhenti menangis selama beberapa waktu lamanya.

Untuk yang kesekian kalinya hari itu, Newt berharap ia bisa mati saja.


.

Lypophrenia - a vague feeling of sorrow or sadness seemingly without any apparent cause or source.

Minho tidak mengerti dengan apa yang tiba-tiba membuatnya merasa seolah dirinya sedang tersesat.

Ia tidak menemukan Newt di ruang peta. Remaja pirang itu tidak ada di tempat makan, Homestead, dan lain-lain. Minho bahkan mengecek ruang tidur dan Blood House—for shuck's sake just in case—tapi Newt tidak ada di mana-mana.

Minho mendudukkan diri di tanah terbuka di dekat pintu-pintu Maze, mendadak merasa kosong. Ia belum pernah mengalami hal macam ini, kebingungan akan sesuatu yang tidak ia mengerti. Minho peduli pada Newt, oke.

Lalu apa?

Apa yang harus ia lakukan?

Minho menyapukan ujung ibu jari dan telunjuknya ke kedua sisi pelipisnya, mengatur nafasnya yang ngos-ngosan setelah berlari mencari Newt kemana-mana. Perasaannya sekarang campur aduk. Ia kebingungan, marah, kecewa, dan ia yakin merasakan hal lain yang tidak ia ketahui. Meskipun tidak mengerti darimana datangnya gelombang perasaan ini, Minho tetap ingin menemui Newt. Meskipun tidak tahu apa yang akan dilakukannya ketika akhirnya ia bertemu si pirang, Minho tetap ingin menemui Newt.

Ia mendongakkan kepala dan mencoba berpikir. Dimana lagi ia bisa mencari Newt? Si pirang itu tidak mungkin hilang begitu saja. Pasti Newt ada di suatu tempat, dan Minho hanya perlu mencari, dan ia akan menemukan Newt di sana, tapi dimana—

Angin berhembus kencang tiba-tiba, Minho harus menyipit ketika wajahnya tersapu hembusan itu. Ia menoleh ke arah terpaan angin dan tiba-tiba terhantam kesadaran lain. Tentu saja ada satu tempat yang dilewatkannya dengan mudah, Minho merutuki dirinya sendiri. Ia menyalahkan kebingungannya yang membuatnya mendadak menjadi tolol.

Minho berlari kesetanan menuju Deadheads. Suasana di sana jauh lebih gelap daripada di Glade dan Minho sudah takut kalau saja Newt sudah berjalan kembali dan tidak terlihat oleh Minho. Pemuda Asia itu memutuskan untuk memanggil langsung, berteriak seperti orang panik yang baru saja menyaksikan kecelakaan.

"Newt!" Minho melihat sekeliling, berharap mendapat balasan dari si pirang. Ketika tidak mendengar apapun, Minho berlari masuk lebih dalam ke hutan. "Newt!" teriaknya lagi. "Neeeewt!"

"What?"

Minho terperanjat dan mengeluarkan seruan terkejut sambil melompat mundur. Suara itu terdengar begitu dekat sehingga Minho membalikkan badan dan berusaha memicingkan matanya di antara kegelapan.

Minho merasa ia melihat Newt tepat beberapa meter di belakangnya, duduk memeluk lutut di antara salah satu pohon-pohon besar di sana.

"Um... Newt?" Minho mencoba lagi.

"What?" Balasannya tetap sama.

Minho menghela nafas, lega karena akhirnya menemukan si pirang, dan mulai berjalan mendekat. "Uh, nothing."

"Nothing?" Newt mengulang, nadanya agak meninggi. "You were running around in The Deadheads screaming my name like I was some kind of forest spirit for bloody 'nothing'?"

Minho mendudukkan dirinya di samping Newt, menghempaskan dirinya dengan kasar lebih tepatnya, dan tidak langsung menjawab. Ia menatap ke arah Newt lama. Kegelapan di sana membuatnya agak sulit untuk melihat lebih jelas dan membaca wajah Newt, namun ia mengesampingkan hal itu dulu untuk saat ini. "You skipped dinner."

Newt melempar tatapannya kembali ke tanah. "Mm-yeah, you noticed?"

Ada nada terluka di suaranya dan pada saat yang sama, pertanyaan yang didengar oleh Minho adalah yeah you just noticed? Dan sungguh, perasaan tersesat itu kembali lagi dan Minho tidak pernah merasa sangat terganggu seperti sekarang ini. "What's wrong?" Dan sebelum Newt sempat menjawab, Minho buru-buru menambahi. "And don't give me the 'nothing' klunk or something along the line, I know something's wrong. You shuck face can't just go around distancing yourself from everyone. From me."

"I'm not—"

"What do I say about not giving me any of your klunk. Are you deaf?"

Newt menghela nafas keras-keras.

"You become distant." Suara Minho sedikit melunak. Ia ingin sekali menggenggam tangan Newt, menyambarnya dan menautkan jari-jari mereka. "Just tell me, Newt. What is it?"

"It's seriously nothing, Minho." Pemuda Asia itu mendengar kelelahan di suara Newt. Ia tidak ingin mempercayai jawaban itu, namun jika Newt tidak mau mengatakan apa yang mengganggunya maka Minho tidak akan memaksanya lebih jauh. "Just tired. I'm not feeling so well lately. Maybe it's because of that."

Minho menatap ke arah Newt dengan tajam meskipun ia masih tidak bisa melihat terlalu jelas raut wajah anak itu. Ia mencium kebohongan tapi ia sudah mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak mendorong lebih jauh. "That's why you can't skip your dinner." Kemudian ia bangkit berdiri, menepuk-nepuk bagian belakang celananya, dan berjalan ke hadapan Newt. "And that's also why you can't be on this creepy place for so long with such chilly weather, you shouldn't be up so late, you should sleep." Ia mengulurkan tangannya kepada Newt. "Let's go back."

"Yes, mom." Newt menjawab dengan nada bercanda yang terdengar hambar di telinga Minho dan menerima uluran tangan itu. Minho menyimpan komentar betapa dingin tangan Newt saat itu dan membantu menariknya berdiri.

"Shank," ujar Minho, tidak langsung melepas genggaman tangannya pada Newt. "What the shuck, Newt? I can't feel your weight. Did I just pull the air or is it really you?"

"Ha-ha." Minho bisa melihat Newt memutar kedua bola matanya dan saat ia hendak menarik kembali tangannya, Minho menahannya. "What is it now?"

Minho memberi remasan lembut untuk tangan yang lebih kecil itu dan memasang ekspresi serius. "Whatever it is," Minho kembali mendengar suara di kepalanya berkata, just so you know I'll always be here for you, namun yang terlontar malah, "just keep it together, shank. You're our Keeper. We need you."

"I know." Jawaban dari Newt terdengar lebih pelan. Ia buru-buru menarik tangannya dari Minho dan berdehem singkat. "Thanks by the way."

Minho memberi satu anggukan singkat. Lalu mereka berdua berjalan kembali bersama-sama dalam diam. Newt mengucapkan selamat malam kepadanya. Minho bahkan belum sempat mengembalikan salam itu ketika Newt berlalu ke kantong tidurnya sendiri.

Pikiran Minho terus tertuju pada Newt, mempersulit dirinya untuk terlelap. Kekosongan itu datang lagi, seolah membuat dan meninggalkan lubang besar di hatinya. Minho masih tidak mengerti apa yang membuatnya merasakan hal itu. Alasannya juga tidak jelas. Apa ia merasa bersalah karena tidak terlalu memperhatikan Newt belakangan ini? Apa ia merasa bersalah karena tidak terlalu menyadari ada atau tidaknya kehadiran Newt di dekatnya?

Sebelum benar-benar terlelap dan jatuh ke dalam tidur tanpa mimpi—wajah Newt yang sedang tersenyum menjadi gambar terakhir yang diputar otaknya saat itu—Minho tiba-tiba teringat sendiri nama perasaan yang sedang dialaminya.

Itu adalah kesedihan.

- to be continued.


Halo. (?)

Judulnya kepanjangan gitu, yang di dalam kurung nggak muat. (?) Huhuhu. (?) #ininggakpentingbangetsumpah.

Redamancy lagi dalam proses, tapi tiba-tiba pengen nulis yang lain. Silahkan gampar kita. ;-; Tampar aku, mas. Tampar! (?)

Btw ada yang mau kasih ide buat one-shot minewt di Redamancy? (Nggak adaaaaaaaa.) Oh, oke, ihik. (?)