Saans

Pair : Naruto U, Hinata H
Genre : Romance, Family, Angst
Rate: M

Warning: Diusahakan tidak terlalu OOC, mungkin bahasa terlalu vulgar, mungkin terlalu bertele-tele (bagi kalian), mungkin kebanyakan deskripsi...

Don't like, Don't read !

Tidak untuk dibawah umur …

Summary: "Hinata mana dasiku ?!"/"Hinata mana jasku ?!"/"Hinata mana sepatuku ?!". Hinata sangat sabar menghadapi suaminya, Uzumaki Naruto namanya. Mereka berdua sangat romantis menghadapi kehiduran rumah tangga mereka, semua dilakukannya bersama-sama. Akan tetapi pada suatu hari akan terjadi sesuatu yang membuat kepercayaan dan hubungar mereka menjadi renggang.

Chapter 1

"Hinata mana dasiku ?!"
"HInata mana jas ku ?!"
"HInata mana sepatuku ?!"
Hinata sangat sabar menghadapi suaminya, hampir setiap hari seperti itu. Mereka baru menikah beberapa bulan, waktu belum menikah apapun keperluar Naruto, ibunya yang menyiapkannya, jadi sekarang HInata yang menyiapkan semua keperluannya sekarang.

"Coba cari di lemari ku !" Hinata berteriak dari dapur, karena sekarang HInata sedang memasak untuk sarapan pagi dan bekal untuk suaminya kerja.

Tap Tap Tap

Naruto menuruni tangga dengan pakaian rapi dan wangi, menggunakan Jas hitam, kemeja biru dan dasi warna hitam, terlihat sangat cocok. Menuju kedapur, Naruto melihat istrinya memasak dengan cekatan, memandang cukup lama, akhirnya mendekat dan memeluk HInata dari belakang.
"Masak apa ?" tanya Naruto sambil menyelipkan kedua tangannya di pinggang Hinata seraya mencium pipi kanan Hinata.
"Kesukaanmu, ramen .." Hinata menjawab dengan memandang Naruto dan tersenyum, lalu kembali memasak lagi. Naruto juga ikut tersenyum dan mengeratkan pelukannya pada HInata.
"Hari ini aku tidak kerja ya ?"
"Kenapa ?" Hinata memandang Naruto, memperhatikannya. Perasaan suaminya itu baik-baik saja tapi kenapa mau tidak masuk kerja, meskipun suaminya bekerja di perusahaannya sendiri.
"Aku tidak enak badan." Naruto membenamkan kepalanya di bahu HInata.
"Alasan saja ..."Hinata berbalik menghadap Naruto dan melingkarkan kedua tangannya di leher Naruto. Mereka memandang satu sama lain. Naruto tersenyum sambil memandang HInata lalu mencium bibir Hinata pelan.
"Kalau aku kerja, nanti aku dapat apa ?" Naruto sangat suka menggoda istrinya itu, wajahnya yang merona selalu membuat Naruto gemas.
"Apa saja boleh ..." Hinata tersenyum dan sedikit merona mendengar ucapan Naruto.
"Benar ?"
"I-iya ..." Naruto terkekeh mendengar jawaban istrinya, istrinya itu memang tidak pernah menolak permintaan Naruto, tepi jika hanya ada halangan saat itulah Hinata menolak permintaan Naruto.

"Malam ini, aku ingin menghabiskan waktu bersamamu ..." ucap Naruto sambil tersenyum. Hinata pun juga ikut tersenyum, Hinata tahu benar apa yang di inginkan suaminya Menghabiskan malam bersama, meskipun mereka tiap hari selalu tidur bersama tapi bagi mereka itu mempunyai arti lain.

"Duduklah, aku akan siapkan makan..." ucap Hinata seraya tersenyum.
"Iya ..." Naruto tersenyum dan melepaskan pelukannya, dan langsung duduk di meja makan. Hinata dengan cekatan menyiapkan Ramen untuk Naruto, porsi jumbo untuk Naruto dan porsi sedang untuk dirinya sendiri.
"Oh ya, besok ada pertemuan keluarga kan ?" Hinata meletakkan dua mangkuk Ramen, dan dua gelas jus jeruk. Dan duduk di depan Naruto.
"Eh ? masa sih ?" baru saja Naruto mau makan Ramennya, tapi langsung menghentikan kegiatannya karena seingatnya tidak ada pertemuan keluarga besok.
"Gimana sih ? kan kemarin sudah diberi tahu sama Oka-san." jawab Hinata dengan nada sedikit kesal, karena suaminya itu mudah sekali melupakan sesuatu, apa lagi suaminya itu memang sedikit pelupa.
"Hehehe ..." Naruto henya cengengesan dengan tampang tak berdosa.
Hinata hanya geleng-geleng melihat tinngkah suaminya, dan melanjutkan makannya. Begitu juga dengan Naruto, mereka berdua makan dengan suasana hening.
"Aku selesai." Naruto meminum Jus Jeruknya dan mengelap mulutnya.

Sekarang mereka berada di depan pintu rumah, mengantarkan Naruto bekerja sampai depan rumah memang sudah menjadi rutinitas Hinata setelah menikah. Hinata merapikan kemeja Naruto dan dasi yang terlihat kurang rapi.
"Hati-hati dijalan, jangan ngebut ..." Hinata menatap Naruto sebentar, sebelum Naruto berangkat kerja. Naruto tersenyum mendengar perkataan HInata, lalu mengecup singkat dahi Hinata.
"Aku berangkat." Naruto mengambil mobil yang ada di bagasi damping rumahnya, dan mulai melaju pergi, tidak lupa Hinata melambaikan tangan untuk suaminya seraya tersenyum.
Hinata menutup pintu setelah mobil suaminya tidak kelihatan lagi, melihat isi rumahnya yang terlihat berantakan.
"Yosh ! waktunya bersih-bersih !" setelah menikah, membersihkan rumah sudah menjadi rutinitasnya setiap pagi setelah mengantar suaminya kerja.

Sementara itu, Naruto sudah sampai di tempat kerja. Mulai melihat dokumen-dokumen kerjanya, mencoba menyelesaikan dokumennya tapi selalu saja tidak bisa berkonsentrasi bekerja.
"Haahhh ..." ini sudah kesekian kalinya Naruto menghela nafas lelah, menyandarkan tubuhnya di kursi kerja sambil memijat pelipisnya. Naruto benar-benar tidak bisa berfikir untuk sekarang, yang ada di pikirannya hanya Hinata. Naruto tersenyum mengetahui keadaannya sekarang, pikirannya di penuhi dengan istrinya, itulah alasannya kenapa Naruto tidak bisa berkonsentrasi untuk bekerja.
"Apa ku telfon saja ya?" Naruto benar-benar tidak tahu harus berbuat apa, mungkin dengan mendengar suara HInata, Naruto bisa berkonsentrasi bekerja. Naruto mengambil ponselnya di saku dan memencet nomor yang sudah di hafalnya di luar kepala.
Dirumah Hinata baru saja selesai membersihkan rumah dan merebahkan diri di kasurnya yang empuk. Baru saja Hinata mau tidur dan menutup mata tiba-tiba saja ponselnya berbunti.
"Siapa sih ? mengganggu saja." Hinata mneggerutu kesal, mengambil ponselnya di meja sebelah kasurnya. Dan melihat siapa yang menelfonnya. 'Naruto-kun ? kenapa dia menelfonku ?' tanpa menunggu lama Hinata mengangkat telfon dari Naruto.
"Moshi-moshi ?"
"Lama sekali ?" hampir saja Naruto menutup telfonnya karena tak kunjung diangkat oleh Hinata.
"Maaf, tadi aku mau tidur ..." jawab Hinata dengan nada sedikit menyesal. Ditempat kerja Naruto benar-benar menyesal karena menelfon Hinata, itu berarti dia sudah mengganggu Hinata.
"Ehm, ma-maaf kalau aku mengganggu. Ya sudah, lanjutkan saja ..." belum sempat Hinata menjawab, Naruto sudah menutup telfonnya. 'Ya sudahlah..' Hinata hanya mengangkat bahu dan melanjutkan tidurnya yang tertunda.

Sore hari Pukul 16.45
Naruto sudah ada di depan rumah, memarkinkan mobilnya di bagasi dan langsung masuk kerumahnya. Melihat isi rumahnya terlihat sepi, biasanya kalau sudah waktunya Naruto pulang Hinata selalu menunggu di ruang tengah sambil nonton TV, tapi sekarang tidak ada. Mencari kesana kemari, akhirnya Naruto memutuskan untuk pergi kekamarnya untuk beristirahat. Sesampainya di kamar, Naruto mendengar suara shower menyala di kamar mandi yang ada di kamarnya.
'Pantas saja tidak ada, sedang mandi rupanya.'
Senyum licik terpampang diwajah tampan Naruto, Naruto mulai melepaskan Jas, Sabuk, Dasi, Celana, dan Kemeja, meletakkannya begitu saja di lantai, dan hanya menyisahkan boxer putih. Menuju kamar mandi dan membuka pelan pintunya, tanpa bersuara Naruto masuk kedalam kamar mandi, melihat Hinata mandi dengan posisi memunggunginya, memperlihatkan punggungnya yang mulus, pantat yang sintal. Tanpa suara Naruto mendekati Hinata.
GREEPPP
"Kyaaaa !"
HInata sangat terkejut merasakan ada yang memeluknya dari belakang dan secara otomatis menengok ke belakang, melihat siapa pelakunya.
"Na-naruto-kun ?" Hinata sangat terkejut melihat siapa pelakunya, Hinata tidak menyangka kalau suaminya itu sudah pulang.
"Su-sudah pulang ?" HInata gelagapan menghadapi Naruto, suaminya itu hanya memandangnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dan itu membuat HInata sangat takut, meskipun suaminya itu tidak pernah marah dengannya.
Tanpa berucap apapun Naruto mendorong Hinata sampai membentur dinding di depannya, melihat Hinata menundukan kepala membuat Naruto jadi merasa bersalah. Dengan lembut Naruto menangkup wajah Hinata dan mengangkatnya pelan.

"Boleh kulakukan sekarang ?" Hinata menunduk, membuang muka karena malu dengan penampilannya sekarang dan juga karena perkataan Naruto, tapi Naruto dengan sabar menunggu jawaban Hinata.
"Tapi katanya nanti malam ?" bisik Hinata pelan sambil membuang muka, tidak berani menatap Naruto. Naruto tersenyum dalam hati melihat istrinya itu malu-malu.
"Aku malas menunggu..." bisik Naruto di depan HInata, menatap Hinata yang terus-terusan menunduk. "Boleh ya ?" sebuah pertanyaan yang terlontar dengan baik. Hinata hanya mengangguk dan tersenyum manis sebagai jawaban.
Dimulai dari mencium lembut bibir pink Hinata dan sebuah pagutan dengan kasih sayang pun terjadi. Dengan sabar dan mesra, Naruto memastikan setiap bibir Hinata sudah dieksplorasi nya, tidak lupa Naruto juga bermain lidah Hinata.

"Ahhh ... mnnhhh ...!" kali ini Naruto mencium Hinata dengan lebih bertenaga, tangannya yang sedari tadi tidak melakukan apa-apa mulai mengeksplor tubuh Hinata, mulai dari meraba punggung Hinata lalu turun ke pantat, meremasnya pelan.
"Mnhh .. ! su-sudah~!" di saat-saat sedang asiknya menikmati bibir HInata, Naruto menghentikan kegiatannya karena mendengar permintaan Hinata, kedua tangannya yang sedang meremas pantat Hinata juga ikut berhenti. Lalu menatap HInata, tatapan yang menyiratkan sebuah pertanyaan.
"Kenapa ?"
"A-aku kehabisan na-nafas..." Naruto tertawa mendengar jawaban HInata, mungkin karena Naruto terlalu bersemangat dan tidak membiarkan Hinata untuk mengambil nafas. Nafas Hinata terdengar sangat memburu, menandakan kalau waktu kegiatan tadi Hinata tidak bernafas.
"Kulanjutkan ya ?" Hinata hanya mengangguk sebagai jawaban.
Dua bukit yang sejak tadi menunggu, kini menjadi pusat perhatian Naruto, Naruto mulai meletakkan kedua tangannya dan memijitnya pelan. Lenguhan panjang dan merdu yang berasal dari Hinata memenuhi kamar mandi karena ulah Naruto yang meremas kedua payudara HInata secara bersamaan. Naruto sering melakukan 'itu' dengan Hinata, masih teringat di pikirannya kenyalnya, keharumannya, dan kelembutan dari payudara Hinata. Bukan hanya meremas, Naruto mulai membenamkan wajahnya di antara dua aset Hinata, keharuman yang tercium di hidungnya sangat berbeda dengan bau lainnya. Aroma lavender tubuh Hinata membuatnya tidak henti-hentinya menciumi dua buah dada Hinata, menarik nafas dalam-dalam dengan satu tarikan nafas seakan tidak puas menciumi buah dada HInata.

Desahan demi desahan dan cengkraman di kepala Naruto menyadarkan bahwa istrinya perlu perhatian lebih. Naruto mendongak sebentar, bertemu pandang dengan Hinata, melihat wajah memohon dan memelas dari sang istri dan pemandangan mulut yang terbuka dan lengket oleh air liur membuat Naruto tidak taha, secepat kilat Naruto melumat bibir pink itu dengan tak sabar.
"Mnhhh ... ahhh !" Naruto masih melumat bibir HInata, membuat jeritah Hinata menjadi sebuah erangan, walaupun tangannya semakin aktif meremas dan mengacak-acak rambut Naruto tapi itu tudaklah cukup untuk menyalurkan kenikmatan yangg Naruto berikan Naruto mulai menjelajah turun melalui dagu, leher dan akhirnya ke dada, mengulum kedua dada Hinata dengan rakus secara bergantian. Cengkraman yang dilakukan pada rambut Naruto tidaklah cukup untuk menahan diri saat Naruto mulai memainkan lidahnya di gumpalan daging berwarna pink yang ada di mulutnya.

"Ahhhh ... !"

Akhirnya jeritan Hinata terbebas dari mulutnya setelah Naruto memberi dorongan terakhir dengan menggigit pelan putingnya.
"Hah .. hah ..hah ..hah ..." bagaikah habis berlari maraton, nafas Hinata terengah-engah dan Naruto memutuskan menghentikan kegiatannya, membiarkan sang istri untuk beristirahat sejenak.
"Kau lelah ?" bisik pelan Naruto di depan wajah Hinata.
"Se-sedikit ..."
"Syukurlah, karena ini baru pemanasan ..." Naruto menggendong ala brigdel style dan tersenyum lima jari pada Hinata, Hinata pun membalas dengan senyum manisnya dan melingkarkan kedua tangannya di leher sang suami dan mereka pun menuju kamar tidur mereka. Naruto merebahkan Hinata di bawahnya sementara Naruto melepaskan celananya yang terasa sesak dan membuangnya asal-asalan.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sebagai permulaan, Naruto melumat bibir Hinata dengan sedikit kasar karena sudah dari tadi menahan hasratnya. Melumat bibir Hinata cukup lama, saling berpagutan dengan mesra, tangan HInata yang melingkar di leher Naruto mendorong kepala Naruto untuk memperdalam ciumannya. Untuk beberapa saat mereka hanya berciuman, lalu ciuman Naruto turun ke dahi, leher, dada, menjelajah setiap lekuk tubuh Hinata, sampai akhirnya berhenti tepat di bagian intim Hinata.
"Mnhhh .. kenapa berhenti~?"
Naruto tersenyum tipis mendengar ucapan Hinata, sebelum melahap kewanitaan Hinata yang nikmat.
Mereka melakukan itu kurang lebih 5 menit. Setiap waktu dipenuhi oleh rintihan dan desahan dari sang istri. Dengan sedikit mendongak, Naruto dapat dengan mudah memainkan lidahnya di klitoris HInata. Setiap saat, tangan HInata terus mencengkram dan menekan kepala Naruto seakan tak pernah puas dengan apa yang dilakukan Naruto. Tak berapa lama dia bisa merasakan kenikmata yang berkumpul di perutnya, tak kuat menahan akhirnya lepas.
"Ahhhh ... !" jeritan panjang memenuhi ruang itu, lenguhan sang istri menggema di ruangan itu. Naruto mendongak melihat wajah istrinya, memberikan kecupan singkat di dahi.
"Ku mulai ya ?"
Naruto memposisikan kejantanannya di depan liang vagina HInata, memasukannya pelan dengan sedikit dorongan. Hinggan masuk sepenuhnya.
"Ahhhh~!" Hinata melenguhkan badannya ke depan, sebelah tangannya meremas rambut Naruto, menuntunnya untuk menciumi lehernya, sementara tangan lainnya memeluk tubuh Naruto.
Dengan pelan dan lembut Naruto mendorong pinggulnya dengan irama yang pelan sambil terus menciumi leher jenjang Hinata.

"Ssss ..." Naruto mendesis pelan, mempercepat irama permainannya. Mempercepat dorongannya dengan sedikit hentakan, memberi kenikmatan pada sang istri, terus bertambah cepat hingga dorongannya menjadi sangat cepat. Menimbulkan desahan yang sensual dari mulut Hinata.
"Ahh ! ahh ! ahh ! naruhhh~!" desahan sensual Hinata serta tubuhnya yang menggelinjang dalam pelukannya membuat kejantanan Naruto menjadi semakin mengeras. Naruto memeluk pinggang Hinata, memudahkannya untuk menggenjot dengan cepat.
"Naruhhh ... pelann~ nhhmmm~" Hinata menggeliat dalam rengkihan Naruto, pria yang sangat di cintainya. Tubuhnya tersentak tak karuan ketika Naruto menggenjotnya dengan sangat cepat. Hinata memeluk kepala Naruto dengan sangat erat, dadanya semakin naik turun dengan cepat karena Naruto memainkan ritmenya dengan sangat cepat. Hinata memeluk erat pinggul Naruto dengan kakinya dengan erat, dengan mata yang setengah terpejam dan bibir yang terbuka, mendesah kuat saat kewanitaannya menjepit erat, merasakan bahwa kewanitaannya meremas ketat kejantanan Naruto, bahkan bisa merasakan begitu besarnya kejantanan Naruto di lubang miliknya.
"Lebihh~ lebihhh cepat~!" mendengar permintaan Hinata, tidak segan-segan Naruto lebih mempercepat gerakannya memaju mundurkan pinggulnya.
"Ah ! ah ! ah !" Hinata merasa tidak bisa lagi menahan sensasi kenikmatan yang di berikan oleh Naruto, badannya tersentak tak karuan, badannya menggelinjang kesana kemari membuat cengkraman di kepala Naruto semakin erat.
"Enghhh !" Naruto mengerang dengan penuh kenikmatan, mempercepat gerakan pinggulnya keluar masuk pada lubang Hinata.
"A-ah ahhh ... ahhh~!" Sensasi ini, Hinata tau ia takkan bertahan lama, dia sudah mencapai klimaks.
"Enghhh Hinata !" Naruto juga merasakan apa yang di rasakan Hinata, dia juga mencapai klimaks. Tepatnya mereka berdua sudah mencapai klimaks. Naruto terus menggenjot dengan sangat cepat, bahkan sangat cepat. Sampai akhirnya mereka klimaks bersama.
"AKKHHH~!"
"Engh~!"
Teriakan dari Hinata yang mengejang kuat di sertai semburan hangat di rahimnya dan gemetaran kecil pada tubuh Hinata, juga desahan-desahan kecil saat Naruto masih menekan-nekan milikknya merasakan klimaks mereka.

Naruto menyatukan keningnya di kening Hinata, mereka saling menatap dengan nafas yang terengah-engah. Mereka sangat lelah melakukan kegiatan hari ini. Naruto terkekeh dan memeluk Hinata erat, memberikan kecupan-kecupan kecil di wajah Hinata.
"Aku mencintaimu ..." Naruto mencium lembut bibir pink Hinata, seraya menarik kejantanannya di kewanitaan Hinata, dan berbaring di sisi kiri Hinata.
"Jam 19.05, ternyata sudah 2 jam ..." Naruto terkekeh melihat jam di atas meja di samping kasur mereka. Naruto melihat Hinata yang sampingnya.
"Ternyata sudah tidur .." Naruto kaget melihat Hinata yang sudah terlelap. "Padahal baru saja selesai, tapi sudah langsung tertidur ..." Naruto tersenyum tipis melihat Hinata, memberikan kecupan singkat di dahi dan menyelimuti tubuh mereka berdua sebelum akhirnya ikut tertidur di samping Hinata sambil memeluknya.

. Yeyyy :v Owari :v / #digetok

TBC maksudnya :v *bukan penyakit loh XD

Silahkan review dan kritiknya :D ini fic rate M pertama saya, jadi masih gimana gitu ceritanya :3 saya lebih jago kalau bikin fic Rate T :3 karena tidak perlu memikirkan atau berimajinasi hal-hal yang begituan XD tapi mau gimana lagi, yang kepikiran idenya ini :v imajinasinya yang nongol juga pas ini :v meskipun saya pernah baca n liat fic n video H ya :v tapi kalau bikin ficnya susah .

Baiklah, sekian bacot dari saya :v

Arigatou Gozaimasu :v /