Disclaimer : Tite Kubo

Rate : T

Genre : Romance

Pair : Hitsugaya. T x Orihime. I

~ OH! ~

WARNING : Typo bertebaran dimana-mana, EYD yang amburaul, Penempatan tanda baca yang tidak sesuai, OOC, Alur cepat dan masih banyak kekurangannya.

PLEASE IF YOU DON'T LIKE DON'T READ

.

.

.

X0X0X0X0X0X0X0X

Orihime mematut dirinya didepan cermin melihat penampilannya hari ini yang bisa dibilang tak biasa. Rambut disanggul rapih, wajah didandani secantik mungkin tak lupa bibir tipisnya sudah berubah menjadi merah menggoda dengan sentuhan lipstik. Para pelayan juga terlihat sibuk memakaikannya Shiromoku dan Orihime hanya bisa diam menatap pantulan gambar dirinya didalam cermin dengan pandangan datar, sesaat ia tidak mengenali siapa sosok didalam cermin namun saat melihat iris abu-abu miliknya yang terpantul di cermin barulah Orihime mempercayainya kalau saat ini dirinya sedang tak bermimpi atau-pun berkhayal sama sekali.

"Haah~" Orihime menghela nafasnya cepat.

Para pelayan langsung menghentikan aktifitas mereka dan menatap sang Nona dengan wajah taku sekaligus cemas, "Ada apa Orihime-sama, apakah kami melakukan kesalahan?" tanya salah satu pelayan ketakutan mendengar sang Nona mendesah.

Mereka takut kalau melakukan kesalahan dan membuat sang Nona marah.

"Tidak. Lanjutkan saja pekerjaan kalian dan jangan hiraukan aku." Ujarnya dingin.

"Baik." Sahut para pelayan kemudian melanjutkan pekerjaan mereka kembali.

Bahu Orihime terasa pegal karena Shiromoku yang dikenakannya cukup berat sekaligus gerah mengingat saat ini tengah musim panas dan dirinya mengenakan Kimono berlapis tapi ini semua demi ritual pernikahan, mengingat dirinya akan menikah disebuah kuil bukan gereja.

"Hari ini aku akan menikah." Batinnya.

Gadis cantik bermata abu-abu ini tidak tahu apakah yang dilakukannya saat ini adalah benar atau tidak, mengingat tindakannya ini menyangkut masa depannya. Orihime menolehkan wajahnya menatap sebuah pohon rindang yang tumbuh lebat disamping ruangan tempatnya tengah berdiri, semilir angin berhempus membuat ranting pohon bergoyang-goyang seakan-akan tengah menari dan hawa sejuk terasa menerpa wajahnya.

Iris abu-abunya menatap langit biru tanpa awan yang mengingatkannya dengan warna rambut serta bola mata dari Grimmjow, pemuda yang dicintainya. Andai saja pemuda itu tidak menolak pernyataan cintanya juga menghina dirinya karena pernyataan cinta darinya, mungkin saja saat ini Orihime tidak harus terjebak dalam situasi seperti ini.

Gara-gara menolong seorang pemuda didekat pinggir sungai setelah menyendiri meratapi kesedihannya karena ditolak cinta oleh Grimmjow dan itu malah membawanya terjerat dalam kehidupan pemuda bersurai putih pendek bermata Turqouise itu yang merupakan ketua Yazuka dari klan Hitsugaya. Pria bersurai putih jabrik itu memintanya untuk menjadi istrinya, jika menolak nyawa Orihime terancam.

Saat ini Orihime di ibaratkan makan buah simalakama dimakan atau tidak dimakan sama-sama membuatnya mati.

SREK...

Pintu ruangan terbuka, Orihime menolehkan wajahnya dan menatap kearah pintu.

TAP...

Seorang pelayan datang menghampirinya kemudian duduk berlutut, "Orihime-sama, sudah waktunya," ucapnya sopan.

"Baik." Sahutnya seraya membalikkan badan kemudian berjalan keluar kamar dengan di iringi oleh beberapa pelayan yang membantunya berjalan mengingat kalau Shiromoku yang dipakainya cukup berat dan membuat Orihime agak sulit berjalan.

TAP

TAP

Orihime melangkah kecil menuju kuil pandangan mantap kosong kedepan dan terus berjalan menuju altar kuil yang letaknya didekat kediaman klan Hitsugaya. Hari ini Orihime Inoue akan melangsungkan pernikahan dengan Toushiro Hitsugaya, seorang ketua Yakuza sekaligus penerus klan Hitsugaya yang terkenal di kota ini.

Padahal usia Orihime baru 17 tahun dan bahkan selama hidupnya gadis bersurai oranye kecokelatan ini belum pernah berpacaran sama sekali, baru juga menyatakan cinta pada pemuda pujaan hatinya Orihime malah ditolak bahkan dihina karena perasaan suka yang dimilikinya. Entahlah apa yang terjadi pada Orihime saat ini adalah sebuah bencana ataupun anugrah didalam hidupnya mengingat pria yang akan dinikahinya adalah pria yang sangat berbahaya.

Orihime terus menundukkan wajahnya dan bersembunyi dibalik tudung kepala yang dikenakannya, setelah berjalan beberapa menit Orihime sampai dialtar kuil dan Toushiro sudah menunggunya.

"Ayah, ibu, kakak doakan keselamatanku." Batinnya.

Dengan dituntun dan dibantu oleh para pelayan Orihime masuk kedalam altar kuil, Toushiro mengulurkan salah satu tangannya meraih tangan Orihime dan membawanya berjalan mendekat kepada sang pendeta kuil.

Seulas senyum kecil menghiasi wajah tampannya, "Kau sangat cantik sekali, Hime." Puji Toushiro takjub.

"Te-terima kasih." Sahut Orihime sedikit gugup.

Setelah gadis cantik bermata abu-abu itu hadir upacara pernikahan-pun segera dimulai dengan dipimpin oleh Pendeta kuil suci. Orihime hanya diam dan mengikuti semua ritual pernikahan tanpa berkata sepatah kata-puna atau-pun protes hingga tanpa terasa sang pendeta sudah mensahkannya dan Toushiro sebagai suami istri.

Tes..

Tanpa sadar setitik air mata menetes diujung mata gadis bermata abu-abu ini, mengingat kalau saat ini dirinya telah menjadi istri sekaligus milik dari Toushiro suka atau tidak.

Setelah ritual upacara selesai Toushiro berdiri dengan gagah didepan semua orang yang hadir dipernikahannya, "Mulai hari dan seterusnya Orihime adalah istriku, Nyonya besar dirumah juga diklan ini. Hormati, hargai, lindungi dan patuhi setiap perintahnya sama seperti yang kalian lakukan untukku." Ucap Toushiro lantang.

"Baik!" sahut mereka bersamaan.

Toushiro tersenyum senang mendengarnya, pesta perayaan-pun digelar mewah juga meriah dikediaman Toushiro dan semua tamu yang hadir dipersilahkan menikmati hidangan yang sudah disiapkan oleh para pelayan. Banyak dari mereka yang datang tidak menyangka juga mengira kalau Toushiro akan menikahi seorang gadis SMA yang termasuk dari golongan orang baik-baik. Padahal banyak dari para anggota klan lainnya ingin menikahkan putri mereka dengan Toushiro namun pemuda bersurai putih jabrik itu menolaknya karena mereka bukanlah tipe atau gadis yang dicari dan diinginkannya.

"Selamat atas pernikahanmu, Toushiro," ucap seorang pria bersurai merah dengan tato disekitar dahinya.

"Terima kasih Renji, nikmatilah hidangannya dengan santai,"

"Itu pasti." Renji mengangkat tinggi gelasnya kearah Toushiro.

Setelah upacara pernikahan Orihime mengganti Shiromokunya dengan Uchihake berwarna merah dengan sulama benang emas dan motif burung bangau. Orihime dibantu kembali oleh para pelayan untuk diantarkan ke aula pesta dan duduk disebuah panggung kecil berdampingan dengan sang suami. Namun Toushiro terlihat berjalan kesana kemari menyambut kedatangan para tamu yang datang.

Disaat sang suami asik menikmati pesta, ucapan selamat dari teman-temannya lain hal dengan yang dilakukan oleh Orihime yang hanya duduk diam karena orang-orang yang datang di upacara pernikahannya tak ada satu-pun yang dikenalnya sama sekali mengingat Orihime tidak mengundang atau-pun memberitahukan perihal pernikahannya pada teman-temannya atau-pun kerabat jauhnya, dirinya takut kalau mereka nantinya syok dan kaget saat tahu kalau Orihime menikah dengan seorang ketua Yakuza.

Sudah hampir tiga jam Orihime duduk mematung ditengah ruangan menyaksikan juga mendengar para tamu berbincang-bincang dan menikmati pesta. Kedua kaki Orihime sudah terasa kesemutan dan hampir mati rasa karena sudah lama duduk bersimpuh, karena sudah tak tahan lagi Orihime memutuskan untuk bangun dari posisinya namun tanpa sengaja ia menginjak ujung lengan Uchihake-nya.

"Aaaaa..." pekik Orihime.

GREP...

Toushiro meraih pinggang Orihime, "Kau tak apa, Hime?"

"Y-ya, ma-maafkan aku..." ucapnya gugup.

"Kau pasti sudah lelah, kembalilah kekamar untuk beristirahat. Aku akan segera menyusulmu nanti," ucapnya datar.

Toushiro meminta beberapa pelayan mengantarkan Orihime kekamar pengantin.

"Kalau begitu aku pamit To-Toushiro-sama." Orihime membungkukkan tubuhnya kemudian pergi meninggalkan pesta.

Setelah sampai didalam kamar para pelayan tak lantas meninggalkannya sendirian mereka membantu Orihime membuka Uchihake yang berlapis juga membersihkan semua riasan diwajah dan rambut Orihime. Akan tetapi tak hanya sampai disitu saja, para pelayan-pun membantunya membersihkan tubuhnya.

"A-apa yang kalian lakukan?" Orihime menutupi bagian depan tubuhnya yang terekspos.

"Maafkan kami Orihime-sama, kami hanya menjalankan tugas untuk melayani anda karena ini sudah perintah dari Tuan besar,"

"Ta-tapi..."

"Kami mohon Orihime-sama, biarkan kami melakukan tugas kami jika tidak Tuan besar akan menghukum kami atau bahkan memenggal kepala kami karena tidak bisa melayani anda dengan baik," para pelayan masih membungkukkan tubuhnya.

Orihime terdiam dan merasa sedikit tak enak, mau tak mau dirinya harus membiarkan para pelayan membersihkan tubuhnya padahal ia bisa melakukannya seorang diri tanpa harus dibantu.

"Baiklah, tapi hanya kali ini saja," Orihime masuk kedalam sebuah bak yang cukup besar.

"Terima kasih Orihime-sama atas pengertiannya." Para pelayan-pun melakukan tugasnya.

Tiga puluh menit berlalu para pelayan sudah selesai membersihkan tubuh Orihime, saat keluar dari dalam bak Orihime merasa seluruh tubuhnya terasa wangi dan kulitnya sangat lembut seperti kulit bayi entah apa yang diberikan oleh para pelayan pada tubuhnya tapi kini dirinya merasa lebih segar.

"Terima kasih atas bantuannya, kalian boleh pergi dari sini," ujar Orihime datar.

"Baik, kalau begitu kami pergi Orihime-sama." Pamit para pelayan kemudian pergi dari kamar Orihime.

SREK...

Saat membuka pintu kamar Orihime dikejutkan dengan pemandangan kamar yang tak biasa, dua buah futon tergelar rapih ditengah ruangan dengan ditaburi bunga mawar diatasnya. Lalu dipinggir rungannya sudah disediakan makanan dan minuman yang cukup banyak.

Orihime terdiam didepan pintu kamar enggan untuk melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar tanpa menyadari kalau sang suami berada dibelakangnya.

"Kenapa kau tak masuk kedalam Hime," ujar Toushiro lembut.

Tubuh Orihime menegang mendengar suara Toushiro dan sekujur tubuhnya terasa kaku bak patung tak bisa digerakkan karena kaget sekaligus canggung dengan kedatangan pria bersurai putih jabrik itu.

Merasa sang istri tidak beraksi sama sekali, Toushiro mendekati Orihime.

Gyut~

Toushiro menggenggam lembut tangan Orihime dan menuntunya masuk kedalam kamar pengantin.

Kini keduanya tengah duduk berhadapan disebuah meja kecil yang didepannya tersaji berbagai hidangan mewah menggugah selera juga beberapa botol arak. Biasanya Orihime akan senang ketika melihat banyaknya makanan enak didepannya namun saat ini dirinya hanya diam menatap datar makanan yang tersaji diatas meja.

"Hime, kau kenapa? Apa kau tak suka dengan makanan ini?" Toushiro menghentikan aktifitas makannya.

"Apa kau mau aku menyuruh pelayan untuk menggantikan menunya," tawar Toushiro.

Orihime menggelengkan kepalanya pelan, "A-aku kenyang,"

"Benarkah?"

"I-iy..."

KRUCUKKK...

Perut Orihime berbunyi dengan keras dan seketika wajah gadis bersurai oranye kecokelatan ini merah padam bak tomat merah.

Toushiro tertawa kecil mendengarnya, "Makanlah Hime, ini tidak beracun sama sekali," ucapnya seraya menyodorkan sepotong tempura kemulut Orihime.

Dengan malu dan ragu Orihime memakannya lalu mengunyahnya pelan.

"Enak!?" Tanya Toushiro penasaran.

Orihime menganggukkan kepalanya, "Hmm."

Tosuhiro tersenyum senang mendengarnya, ia-pun terus menyuapi sang istri hingga perut Orihime terasa mau meledak karena terus dipaksa makan banyak. Toushiro memberesakan meja kecil itu setelah menyatapnya bersama sang istri dan saat ini mereka berdua tengah duduk diatas Futon dengan saling berhadapan satu sama lain.

Orihime terlihat gugup juga malu, ditundukkannya wajahnya dalam enggan menatap sang suami yang tengah menatapnya intens dan penuh arti. Tanpa Orihime sadari kalau pundaknya gemetaran karena menahan tangis, padahal Toushiro belum berbuat sesuatu padanya tapi kenapa juga ia harus ketakutan bahkan hampir menangis mungkin.

Sementar itu Toushiro menatap heran sekaligus bingung pada sang istri harus ketakutan seperti padanya, padahal ia tidak ingin melakuakan sesuatu yang jahat pada Orihime. Apakah gadis itu merasa takut dengan malam pertama mereka berdua, padahal Toushiro belum mau melakukannya mengingat hati gadis bermata abu-abu itu belum sepenuhnya menerima kehadiran ia didalam hidupnya.

"Apakah kau sudah kenyang Hime?" tanya Toushiro mencoba memecah keheningan dan ketegangan saat ini.

"Y-ya, dan masakannya sangat enak sekali. Terima kasih atas hidangannya," jawab Orihime gugup, wajahnya masih ditundukkannya malu menatap Toushiro.

"Kalau begitu kita bisa melanjutkan aktifitas kita selanjutnya, Hime," goda Toushiro yang mencoba membuat sang istri tak ketakutan padanya.

Blush...

Lagi-lagi wajah Orihime merona tapi tidak semerah tadi.

"I-itu..." ucapnya gugup

SRUK...

Toushiro mengelus pelan puncak kepala Orihime, "Aku hanya bercanda Hime. Kemarilah mendekat padaku," pintanya lembut seraya merentangan kedua tangannya.

Dengan ragu Orihime mendekatkan tubuhnya pada sang suami.

GYUT~~

Toushiro memeluk erat tubuh Orihime, "Maaf membuatmu takut, aku hanya ingin memelukmu seperti ini saja. Apakah tak boleh, Hime?"

"Ti-tidak. Kau boleh memelukku seperti ini kapan-pun yang kau mau," jawab Orihime malu.

"Terima kasih." Toushiro menenggelamkan wajahnya kedada Orihime dan tak lama keduanya matanya terpejam.

Pemuda bersurai putih pendek jabrik itu terlelap tidur dalam pelukkan Orihime mungkin seharian ini Toushiro kelelahan karena harus mempersiapkan segalanya bersama anak buahnya juga menjamu para tamu yang datang pada pesta pernikahannya. Orihime cukup terkejut dengan sikap Toushiro padanya, didalam hatinya ia berpikir kalau pria bersurai putih jabrik itu akan memaksa dirinya untuk melakukan hal itu tapi ternyata tidak dan ternyata prasangka buruknya selama ini salah besar.

Dengan perlahan-lahan Orihime membaringkan sang suami kemudian menyelimuti tubuhnya.

Orihime ikut berbaring disamping Toushiro, "Selamat tidur, Toushiro-kun." Ucap Orihime sesaat sebelum memejamkan kedua matanya.

Malam itu tak terjadi apa-apa dengan keduanya, namun setelah malam itu Orihime mulai sedikit mengerti juga mengenal sosok sang suami yang menurutnya bukan orang jahat seperti yang dibayangkannya selama ini.

.

.

.

Setelah menikah Orihime tinggal dikediaman Toushiro juga satu kamar dengan pria bersurai putih jabrik itu mengingat kini mereka sudah menjadi suami istri. Awal-awal Orihime tinggal di rumah barunya ia agak sedikit tak terbiasa karena kebanyakan yang tinggal ditempat ini adalah laki-laki dan hanya ada beberapa pelayan wanita yang bertugas mengerjakan pekerjaan rumah serta melayani Orihime sewaktu-waktu.

Hari ini cuaca terasa panas bahkan matahari bersinar dengan terik, maklum saja karena sudah memasuki musim panas dan itu berarti pesta kembang api juga pergi kepantai untuk berenang. Tahun lalu saat liburan musim panas tiba Orihime hanya berdiam diri didalam rumah mengingat ia tak memiliki uang untuk pergi kemana-pun juga teman atau saudara untuk diajaknya pergi.

"Panasnya..." keluh Orihime seraya merentangkan tubuhnya dilantai.

Padahal hari ini ia berencana untuk mengisi semua tugas libur musim panasnya tapi kalau cuaca sepanas ini membuatnya tak bisa berkosentrasi untuk belajar. Orihime bangkit dari posisinya lalu membereskan semua buku dan peralatan tulisnya kemudian pergi dari ruangannya untuk mencari tempat adem dan sejuk untuk mengerjakan tugas.

HYUNG~~

Tubuh Orihime terhuyung karena merasa kepanasan, bahkan keringat sudah mengucur deras dari dahinya dan pakaian dalamnya sudah basah karena keringat padahal ia sudah memakai pakaian lengan pendek dan celana bahan selutut tapi tetap saja Orihime masih merasa gerah.

SRAAAAAKKK

Orihime membuka pintu kamar utama dan saat masuk ia dikejutkan oleh pemandangan didalamnya, semua anak buah Toushiro terlihat hanya mengenakan celana dalam seperti para pesumo saat hendak bartanding tanpa sadar Orihime berteriak kaget juga malu.

"KYAAAAA!" jeritnya dengan rona merah menghiasi wajah cantiknya.

Dengan sigap dan cepat semua anak buah Toushiro langsung mengambil pedang, pistol atau benda yang bisa dijadikan senjata untuk melindungi sang Nona karena menduga sang Nona diserang seseorang.

"Ada serangan mendadak, ya!" Ikaku mengeluarkan pedangnya.

"Apa ada penyusup! Akan aku tembak dan lubangi kepalanya," Kira sudah mengacungkan pistolnya kedepan bersiap-siap menembak siapa-pun yang melukai sang Nona.

"Pasti ada penyusup, cari mereka." Teriak Yumichika panik.

TAP

"Tenanglah kalian semua jangan panik atau berbuat bodoh." Ujar Toushio dingin yang tiba-tiba muncul dibelakang Orihime.

Semua anak buah Toushiro diam dan menatap sang bos, "Lalu kenapa tadi Nyonya berteriak seperti itu?" tanya Yumichika.

"Orihime berteriak karena kaget juga malu melihat penampilan kalian yang seperti itu," jawab Toushiro menjelaskan sementara itu Orihime berdiri diam seraya menudukkan wajahnya malu.

"Oh! Jadi Orihime-sama berteriak karena melihat penampilan kami." Gumam Yumichika lega.

"Kenapa kalian berpenempilan seperti itu?" tanya Orihime dengan wajah yang merona merah.

"Hari ini ada festival musim panas Nyonya. Kami ingin mengikutinya, bahkan nanti disana banyak pedagang kaki lima yang menjual berbagai makanan," jawab Yumichika antusias.

Kedua mata Orihime berbinar mendengarnya dan raut wajah Orihime terlihat senang, "Benarkah itu!"

"Ya, apa anda ingin pergi ke acara festival bersama kami," ajak Kira sopan.

"Tapi aku tak punya Yukata dan uang untuk pergi kesana," ujar Orihime sendu.

"Kau jangan khawatir Hime. Aku akan menyuruh orang membelikan Yukata baru untukmu dan jika semua makanan di festival itu ingin kau makan akan aku belikan untukmu," kata Toushiro lembut.

"Te-terima kasih, Toushiro-kun." Ucap Orihime seraya memeluk sang suami.

Toushiro tersenyum senang karena bisa menyenangkan sang istri, Orihime melanjutkan kegiatannya kembali mengerjakan tugas sekolahnya dan sementara itu Yumichika dengan ditemani oleh dua orang temannya pergi ketoko pakaian disudut kota untuk membelikan atau lebih tepatnya meminta Yukata untuk sang Nyonya, mengingat semua kawasan didaerah ini adalah kekuasaan dari Toushiro.

Kedua iris abu-abu milik Orihime melebar sesaat melihat Yukata berwarna putih gading yang ada ditangan Yumichika, bukannya Orihime tak suka dengan Yukata pemberian Toushiro tapi motif dari Yukata itu yang tak biasa. Sebuah gambar Naga emas menghiasi bagian belakang dan kedua sisi bawah lengan Yukata membuatnya terlihat mewah dan tak biasa.

"Silakan pakai ini untuk festival musim panas bersama Toushiro-sama," ujar Yumichika senang seraya merentangkan lebar Yukata yang baru dibawanya itu.

"I-ini?! Apa tidak terlalu mewah?"

"Tidak, Hime. Lagipula ini motifnya sesuai dengan lambang klan ini yaitu Naga. Jadi pakailah aku akan menunggumu diluar sementara para pelayan mendadanimu," ujar Toushiro seraya keluar kamar yang diikuti oleh Yumichika dan kedua anak buah lainnya.

Orihime mendesah cepat dan memandang datar Yukata ditangannya, mau tak mau ia harus memakainya. Satu jam lebih Orihime didandani oleh para pelayan, kini Orihime terlihat cantik dengan balutan Yukata ditubuhnya dan tak lupa Zouri berwarna hitam dengan motif bunga pada talinya dipakai oleh Orihime dan membuatnya terlihat semakin cantik juga elegan bahkan rambutnya digulung keatas dan tak lupa hiasan rambut yang semakin membuat gadis bermata abu-abu itu manis.

Wajah Toushiro terpesona saat melihat penampilan sang istri yang terlihat cantik juga menawan dimatanya.

"Ehem...ehem..." dehem Yumichika yang langsung membuyarkan lamunan sang Tuan.

"Orihime-sama, terlihat cantik sekali malam ini," puji Yumichika.

"Ya, kau benar dia terlihat seperti seorang putri saja," timpal Toushiro yang setuju dengan pujian Yumichika.

Pria bersurai putih jabrik itu mengulurkan tangan kanannya dan Orihime meraihnya lalu menggenggamnya erat, keduanya berjalan bergandengan tanpa ditemani oleh anak buah Toushiro karena mereka akan mengikuti Obon.

Saat datang ke tempat festival sesaat Orihime dan Toushiro menjadi pusat perhatian bukan hanya karena Yukata yang dikenakan oleh Orihime tapi keberadaan sang suami disampingnya mengingat keduanya memiliki perbedaan tinggi yang cukup mencolok Toushiro yang tinggi badannya hanya 133 cm sedangkan Orihime 157 cm. Tapi Orihime dan Toushiro tak terlalu menanggapinya, keduanya asik berjalan-jalan berkeliling hingga langkah kaki Orihime terhenti disebuah stand penjual permen apel.

"Toushiro-kun, aku ingin makan permen apel. Tapi belikan juga untuk Yumichika dan lainnya,"

"Kau saja yang beli mereka tak suka makan permen apel,"

"Ya sudah kalau begitu, aku ingin makan permen yang besar," pinta Orihime seraya menunjuk permen yang berukuran besar.

Toushiro membelikannya dan tak hanya sampai disitu saja Orihime juga mengajaknya untuk melihat stand-stand lainnya.

Saat sedang berjalan tanpa sengaja Orihime menabrak seseorang dan permen apel miliknya mengotori pakaian orang itu.

"Hei, Nona kalau berjalan lihat-lihat," teriak pemuda bersurai hitam cepak dengan beberapa tindik dikupingnya.

"Ma-maafkan aku, akan kubersihkan baju anda," Orihime berusaha mengelap kemeja pemuda itu tapi tangannya langsung ditepis kasar.

"Memangnya kau pikir kemeja ini murah,"

Toushiro terlihat marah ketika sang istri diperlakukan seenaknya oleh mereka, "Memangnya berapa harga kemeja itu?"

"Diamlah anak kecil jangan sok tahu ini urusanku dengan kakakmu yang cantik ini,"

"Apa katamu? Anak kecil!? Jangan remehkan aku," Toushiro meraih pedang kecil yang disimpannya dibalik Hakama hitamnya melihat itu buru-buru Orihime mencegahnya takut terjadi pertumpahan darah dari pemuda itu.

Tapi belum sempat Toushiro melakukan sesuatu Yumichika dan yang lainnya datang. Wajah pemuda itu terlihat pucat pasi melihat sosok Yumichika mengingat pemuda berwajah feminin itu kekuatannya lumayan kuat walau masih jauh dibawah sang bos.

"Ada Toushiro-sama? Apakah pemuda ini membuat ulah dengan anda dan Orihime-sama?" Tanya Yumichika seraya melirik tajam pemuda bertindik itu.

Seluruh tubuh pemuda itu gemetaran dan keringat dingin mulai mengucur deras dari dahinya.

TAP

TAP

Pemuda asing itu hendak berlari menjauh tapi tubuhnya langsung dirangkul dan ditahan oleh Yumichika, "Kau mau kemana? Ikut denganku untuk bersenang-senang," ajaknya seraya menarik tubuh pemuda itu menjauh dari Toushiro dan Orihime.

Entah apa yang akan dilakukan pada pemuda itu namun Orihime harap Yumichika tidak membunuhnya. Untuk menghilangkan suasana tegang saat ini, Toushiro mengajak sang istri untuk duduk dipinggir sungai melihat pesta kembang api yang akan berlangsung.

Kedua-nya duduk dibawah rindangnya pohon besar Sakura dan tempatnya sebelumnya sudah disiapkan oleh anak buahnya.

DHUAR

DHUAR
DHUAR
BUUUUMMMM

Langit malam ini terlihat indah berhiaskan kembang api.

Wajah Orihime berbinar bahagia dan tak henti-henti gadis bermata abu-abu ini tersenyum senang menatap langit.

"Indahnya, baru pertama kali aku melihat kembang api seperti ini." Gumamnya.

"Ya, sangat indah dan cantik," sahut Toushiro seraya memandang wajah sang istri dari sampingnya baginya saat ini yang terlihat mempesona adalah sosok istrinya.

Keduanya duduk nyaman menikmati pesta kembang api tapi tak lama Yumichika dan yang lainnya datang ikut bergabung bersama. Kedatangan mereka menggangu Toushiro padahal ia ingin berduan dan bermesraan bersam sang istri.

"Ayo kita berpesta sampai pagi," teriak Yumichika seraya mengangkat tinggi-tingi botol sakenya dan teman-temannya berteriak keras menyahuti.

Liburan musim panas ini tahun ini sangat menyenangkan dan dia tak sendirian melewatinya, Orihime merasa bersyukur bisa bertemu dengan Toushiro dan menikah dengannya.

"Terima kasih untuk hari ini Toushiro-kun." Ucap Orihime lembut.

X0X0X0X0X0X0X0X

Liburan musim panas berakhir dan Orihime harus kembali bersekolah.

"Selamat pagi Orihime-sama. Semoga hari anda menyenangkan." Ucap para anak buah seraya membungkukkan tubuhnya mengiringi kepergiaan sang Nyona.

"Hati-hati di sekolah, Hime. Jika ada yang menggangumu katakan padaku jangan menyembunyikannya,"

"Ya, aku pergi dulu Toushiro-kun." Ucap Orihime seraya mengecup singkat pipi kanan sang suami.

Orihime masuk kedalam mobil dan tak lama mobil mewah berwarna hitam itu sudah melaju cepat meninggalkan kediaman mewah Toushiro.

CKKIEETTTT...

Sebuah mobil mewah terparkir didepan gerbang sekolah, para murid yang merasa heran dan penasaran menunggu siapa yang datang dengan menggunakan mobil mewah itu. Banyak orang yang mengira kalau Grimmjow atau Rukia yang turun dari mobil mewah itu mengingat kalau keduanya adalah murid paling kaya juga berpengaruh disekolah ini.

Akan tetapi dugaan mereka semua salah besar karena yang turun dan keluar dari mobil itu adalah Orihime Inoue, si gadis cupu juga paling jelek disekolah ini.

"Semoga anda menikmati hari anda." Ucap sang supir seraya membungkukkan tubuhnya memberikan hormat pada sang Nona.

"Terima kasih." Balas Orihime seraya berjalan memasuki pekarangan sekolah.

Semua murid memandangi Orihime yang berpenampilan hari terlihat sang berbeda bahkan gadis bermata abu-abu itu tampil sangat modis, cantik dan elegan. Hal itu tak heran mengingat Toushiro sang suami meminta Yumichika anak buahnya yang merupakan mantan host ternama disebuah klab malam untuk mendandani Orihime sebagai gadis remaja yang cantik dan membuang jauh-jauh imagenya sebagai gadis jelek, cupu disekolah karena Toushiro ingin semua orang tahu kalau istrinya adalah wanita yang cantik tak jauh dari para gadis disekolah Orihime.

Dengan santainya Orihime berjalan memasuki sekolah tanpa mengidahkan tatapan aneh, heran serta bingung dari teman-temannya karena penampilan barunya. Wajahnya terlihat datar bahkan tanpa ekspresi saat telinganya mulai mendengar para gadis membicarakan dirinya.

"Bukankah itu Orihime Inoue, sigadis kutu buku?"

"Ya, kau benar. Tapi kenapa dia jadi cantik sekali! Apa selama liburan musim panas ia merubah total penampilannya,"

"Entahlah."

"Apakah dia operasi seperti artis-artis?"

"Mungkin saja,"

"Tapi uang darimana ia mendapatkan uang sebanyak itu? Dia bersekolah ini saja karena beasiswa penuh selama tiga tahun. Apa dia menjual diri?"

"Hahahaha...itu bisa saja terjadi."

Para gadis mulai tertawa riang membiacarakannya.

Orihime hanya mendesah cepat dan menguatkan hatinya saat mendengar para gadis membicarakan bahkan bergosip ria mengenai dirinya. Dan perbincangan para gadis mengenai Orihime terus berlanjut hingga beberapa hari kemudian. Gadis pemilik iris abu-abu ini berusaha tidak mengidahkan gosip-gosip mengenai dirinya karena Toushiro sudah mengajarkan untuk memiliki hati yang kuat serta mental baja mengingat dirinya adalah seorang istri Yakuza sekaligus Nyonya besar klan Hitsugaya.

Bahkan Orihime juga diajarkan ilmu bela diri dan memainkan pedang oleh Toushiro, mengingat setiap waktu nyawa Orihime bisa terancam keselamatannya.

Semenjak dirinya berubah image menjadi cantik, banyak para murid laki-laki dari kelasnya atau kelas lain datang menyatakan cinta padanya tapi jawaban Orihime selalu sama ia tidak tertarik untuk berpacaran dengan siapapun karena sudah memiliki tunangan atau lebih jelasnya suami dan jika Toushiro tahu kalau para pemuda ini nekat mendakati Orihime siap-siap saja menunggu kedatangan Toushiro untuk menebas tubuh mereka karena apa yang menjadi milik Toushiro tidak akan pernah dilepaskannya apalagi direbut darinya, bisa-bisa nyawa orang itu akan melayang.

"Apakah kau Orihime Inoue?" tanya seorang pemuda bersurai biru pendek sedang menyandar santai didepan loker sepatu Orihime.

"Ya dan bisakah kau minggir dari depan lokerku," usir Orihime ketus.

"Galak sekali kau padaku, Nona," godanya.

Orihime menghembuskan nafasnya cepat karena pemuda bersurai biru itu tidak mau minggir dari depan loker sepatunya.

"Hari minggu nanti aku ingin mengajakmu pergi," ucapnya tiba-tiba.

"Maaf tapi aku sibuk dan bisakah kau menyingkir dari depan lokerku karena kau sangat menggangu sekali, Grimmjow Senpai," Orihime meninggikan suaranya membuat orang-orang yang berada disekitarnya menoleh sesaat kearahnya.

Pemuda bernama Grimmjow itu tertawa kecil mendengar bentakan Orihime, belum pernah ada gadis manapun yang berani melakukan ini padanya.

"Kau gadis yang sangat menarik sekali," Grimmjow memegangi dagu Orihime.

PATS...

Orihime menepis kasar tangan Grimmjow lalu menatapnya tajam, "Jangan sentuh aku. Pergilah dan jangan ganggu aku, Grimmjow Senpai," usir Orihime sekali lagi.

"Aku tak akan pergi sebelum kau menerima ajakanku dan aku tidak suka penolakkan,"

"Tapi maaf, aku menolaknya." Ucap Orihime seraya pergi dari loker sepatunya, dirinya terpaksa memakai iwabaki (sepatu khsusus yang digunakan didalam sekolah atau kelas) untuk pulang karena pemuda bersurai biru itu tak membiarkannya untuk membuka loker sepatunya.

Orihime merasa sebal dan kesal karena Grimmjow datang menggangunya bukankah dua bulan yang lalu Grimmjow menolaknya bahkan menghina pernyataan cinta darinya tapi kini dia datang setelah dirinya menjadi cantik. Tapi maaf saja sudah tak ada tempat lagi dihati Orihime untuk pemuda bersurai biru itu karena kini ia sudah memiliki suami.

"Huh! Menyebalkan sekali." Dengus Orihime kesal.

Grimmjow masih berdiri menyandar didepan loker sepatu Orihime memandangi tubuh gadis bersurai oranye kecokelatan dengan penuh arti, "Akan kudapatkan dirimu Orihime." Gumam Grimmjow seraya menyeringai.

TBC

A/N : Saya senang ada juga yang menyukai Fic ini.

Maafkan Inoue karena tidak bisa membalas Riview, tapi saya mengucapkan banyak terima kasih atas riviewnya.

Saya mengucapkan terima kasih kepada siapapun yang sudah membaca Fic ini apalagi meninggalkan jejak.

Read and Riviewnya.

Inoue Kazeka