Disclaimer : Tite Kubo

Rate : T

Genre : Romance

WARNING : Typo bertebaran dimana-mana, EYD yang amburaul, Penempatan tanda baca yang tidak sesuai, OOC tingkat akut, Alur cepat, Gaje dan masih banyak kekurangannya.

PLEASE IF YOU DON'T LIKE DON'T READ

.

.

.

X0X0X0X0X0X0X0X

Cinta itu tidak bisa ditebak kapan datang dan muncul didalam hidup kita, cinta itu bagaikan sebuah udara yang tak bisa kita lihat namun bisa dirasakan layaknya sebuah oksigen yang mengalir didalam tubuh. Setiap orang didunia ini pasti memiliki jodoh, namun berjodoh dengan siapa kita tak pernah tahu karena Tuhan selalu punya rencana dan cerita lain untuk kita, hidup ini bagaikan sebuah teka-teki dan roda berputar karena tidak akan ada yang tahu apa yang akan terjadi hari esok.

Dan itulah yang dirasakan dan dialami oleh Orihime Inoue, seorang gadis yang masih duduk dibangku kelas 2 SMA sebuah sekolah swasta ternama di kota ini. Bagi Orihime masa-masa SMA adalah masa yang paling menyenangkan dan mendebarkan karena bisa bertemu dengan banyak teman juga merasakan jatuh cinta juga memiliki seorang kekasih. Namun hal itu sepertinya tidak berlaku pada gadis bersurai oranye kecokelatan dengan rambut dikepang satu dan kaca mata yang selalu dipakainya membuat dirinya tidak populer di kalangan para murid laki-laki bahkan diusianya yang sudah menginjak delapan belas tahun, ia sama sekali belum pernah berpacaran sama sekali.

"Kakak aku pergi dulu." Ucapnya seraya pergi berlari keluar rumah dengan menggigit selembar roti dimulutnya.

Dengan setengah berlari Orihime pergi sekolah yang jaraknya tak jauh dari rumah dan setelah berlari hampir setengah jam ia sampai disekolah dan dengan nafas yang sedikit terngengah-engah memasuki pekarangan sekolah kemudian berjalan ke kelas.

SREK...

Saat membuka pintu kelas keadaan kelas masih sepi dan belum banyak orang yang datang hanya ada beberapa temannya dikelas.

"Selamat pagi juga Tatsuki-san." Sapanya ramah pada seorang pria bersurai hitam panjang.

"Pagi juga." Balasnya datar dan masih sibuk dengan buku ditangannya.

Orihime menaruh tas sekolahnya dan duduk dibangkunya, untuk mengisi waktu luangnya menunggu pelajaran dimulai Orihime mengambil buku pelajaran dan mulai membacanya.

Setelah membaca hampir satu jam bel masuk berbunyi dan tak lama Sensei datang, pelajaran-pun dimulai dengan antsusia Orihime mendengarkan pelajaran yang disampaikan.

TING...TONG...

Bel istrirahat berbunyi dan pelajaran ketiga berakhir.

"Pelajaran untuk hari selesai, jangan lupa tugas yang Sensei berikan." Katanya seraya pergi keluar dari kelas.

"Baik." Sahut para murid bersamaan.

Orihime merapihkan buku pelajaran dan alat tulisnya kedalam tas lalu mengambil kotak bekal makan siangnya kemudian pergi ke belakang sekolah untuk makan siang disana seorang diri karena disekolah ini ia tidak memiliki teman atau-pun sahabat seperti teman-teman yang lainnya.

Setelah makan siang Orihime menyempatkan dirinya untuk pergi kelapangan basket melihat Grimmjow sang kapten klub basket, pemuda pujaannya.

"Hari ini dia sangat tampan dan keren." Orihime mengintip dibalik pintu lapangan basket tanpa berani masuk atau-pun mendekat pada pria bersurai biru itu yang merupakan salah satu pemuda populer disekolah.

Dan saat Hari ini Valentine nanti Orihime berencana memberikan cokelat buatan tangannya dan mengungkapkan perasaannya pada Grimmjow setelah memendam perasaan selama dua tahun. Tapi yang Orihime dapat saat menyatakan perasaan cintanya, sebuah penghinaan, ejekan yang ia dapatkan dari pemuda tampan itu. Masih jelas di ingatan Orihime kata-kata yang diucapkan oleh Grimmjow.

"Apa? Kau menyukaiku? Apa aku tak salah dengar. Gadis jelek, culun dan aneh sepertimu menyukai diriku yang tampan ini, aku tidak akan mungkin menyukaimu atau membalas perasaanmu."

"Buang cokelatmu karena aku tidak makan cokelat murahan, apalagi buatan tanganmu pasti akan membuatku sakit perut."

Semua teman-teman setim Grimmjow menertawainya terlebih soerang gadis bersurai merah jambu panjang yang dikuncir dua terlihat menyeringai senang melihat Orihime dihina oleh Grimmjow.

Tes...

Air mata jatuh menetes dari kedua matanya tak kala mengingat kembali perkataan dari pemuda bersurai biru itu yang membuat hatinya sakit.

"Apakah menjadi gadis jelek adalah sebuah kesalahan juga kutukan." Isaknya pilu.

Saat ini Orihime tengah duduk dipinggir sungai untuk memenangkan pikiran dan hatinya yang tengah sedih, galau dan patah hati.

Setelah duduk menangis hampir satu jam dipinggir sungai menangis juga menikmati matahari terbenam, Orihime memutuskan untuk pulang kerumah. Baru juga gadis berurai oranye kecokelatan ini bangun dari posisi duduknya tanpa diduganya sama sekali kalau sekelompok pria berkelahi mengeroyok seorang pemuda bersurai putih kecil.

Merasa terpanggil rasa keadilannya tanpa berfikir panjang Orihime menolong pemuda itu.

"HYAA!" Orihime mengayunkan tas sekolahnya dan memukulnya pada orang-orang berpakain jas hitam itu.

Pemuda bersurai putih pendek jabrik menatap bingung dan heran pada Orihime, "Apa yang kau lakukan Nona?"

"Menolongmu," jawab Orihime mendekat pada pemuda tampan bermata Turquoise (hijau kebirauan).

"Pergilah, kau hanya m..."

"Tidak! Aku tidak akan pergi meninggalkanmu sendirian," sela dengan setengah berteriak.

Kedua mata hijau biruannya membulat sempurna mendengarnya, ia terperanjat kaget dan terkejut dengan perkataan gadis itu yang dipikirnya cukup berani untuk seorang gadis.

BRUK...

"Aaa..." jerit Orihime saat tubuhnya jatuh terhempas ketanah ketika ia didorong oleh seorang pria.

"Rasa..."

GREP...

Tangan pria berjas hitam itu dicengkeram erat oleh pemuda bersurai putih pendek jabrik ini, "Jangan menyentuhnya dengan tangan kotor kalian." Desisnya.

Pandangan mata pemuda itu terlihat tajam dan membunuh, "Nona bisakan kau menutup kedua matamu." Katanya dingin.

"Hah!" serunya bingung.

"Ta..."

"Aku mohon, Nona." Kali ini suaranya meninggi dan karena takut Orihime menutup kedua matanya.

BUAGH...

BUK...

DUAK...

Setelah memejamkan kedua matanya beberapa menit, pemuda tampan itu memintanya untuk membuka kedua matanya. Saat membuka kedua matanya, Orihime dikagetkan dengan pemandangan yang tersaji didepannya, orang-orang yang tadi mengepungnya dan pemuda itu kini tergolek lemah tak sadarkan diri dengan wajah yang babak belur.

Pemuda tampan ini mengulurkan salah satu tangannya pada Orihime untuk membantunya berdiri dan dengan senang hati Orihime menyambut uluran tangan itu.

"A-apa yang terjadi dengan mereka semua. Apa mereka mati?" tanya Orihime takut.

"Tidak," jawabnya cepat.

"Kau terluka," teriak Orihime panik.

Pemuda ini mengusap darah dari luka diwajahnya karena terkena pisau lipat, "Oh, ini hanya luka kecil."

"Tapi tetap harus diobati." Orihime merogoh kantong celananya dan mengambil sebuah plester kemudian menempelkannya dipipi pemuda tampan itu.

KRUCUK...

Tiba-tiba perut pemuda bermata hijau kebiruan itu berbunyi.

Blush..

Wajah pemuda tampan itu merona dan karena malu pada Orihime, ia membuang muka.

"Hmph..." Orihime menahan tawanya.

"Aku punya cokelat, kalau mau kau bisa memakannya hingga habis dan tenang saja ini tidak beracun kok." Orihime memberikan cokelat yang ditolak oleh Grimmjow.

"Te-terima kasih." Ucapnya malu seraya menerima cokelat dari Orihime.

Karena hari sudah malam Orihime-pun pulang kerumah namun sebelum pergi pemuda itu berteriak menanyakan namanya dan dengan senang hati Orihime menjawabnya.

"Orihime Inoue." Kata Orihime seraya pergi meninggalkan pemuda itu.

Seulas senyum tipis menghiasi wajah tampannya, "Nama yang indah dan aku pastikan kalau kita akan bertemu kembali, Hime." Ucapnya.

.

.

.

Semenjak penolakkan dan penghinaan yang diterimanya dari Grimmjow, kini Orihime tidak lagi pergi kelapangan basket untuk mencuri-curi pandang pada pria bersurai biru itu saat berlatih basket. Setelah makan siang Orihime, memilih membaca buku untuk mengisi waktu senggangnya. Hari-harinya disekolah terasa biasa saja dan tak ada hal yang menarik ataupun menyenangkan bahkan tak banyak hal yang dilakukannya saat dirumah, tak ada teman ataupun keluarga yang menemani hari-harinya hanya seorang diri.

"Aku pulang." Ucap Orihime saat memasuki apartemen kecil peninggalan sang kakak.

Saat pulang kerumah tak ada siapa-siapa karena memang dirinya hidup seorang diri setelah sang kakak wafat beberapa tahun yang lalu karena kecelakaan mobil. Sedangkan kedua orang tuanya telah lama tiada saat Orihime berusia dua tahun karena kecelakaan pesawat terbang.

TOK...TOK...TOK

Terdengar suara ketukan keras di pintu apartemennya. Orihime yang tengah mencuci piring setelah makan malam langsung menghentikan aktifitasnya dan menuju pintu depan untuk melihat siapa yang datang malam-malam begini kerumahnya.

Saat Orihime membuka pintu apartemennya, ia mendapati beberapa orang berpakaian serba hitam berdiri didepan rumahnya dan menatapnya dengan tajam.

"Apa anda yang bernama Nona Orihime Inoue?" tanya salah satu pria itu dengan tegas.

"Y-ya..." jawab Orihime ketakutan.

Tanpa bertanya lagi apa-apa salah satu pria bertubuh besar langsung menggendong tubuh Orihime dan membawanya masuk kedalam mobil dengan paksa.

"Siapa kalian? A..."

"Diamlah Nona, atau kepalamu nanti aku tembak." Ancam pria berjas hitam itu seraya menodongkan pistolnya ke dahi Orihime.

Glek...

Orihime menelan ludahnya dengan susah payah, keringat dingin-pun sudah mulai keluar dari dahinya dan mulutnya langsung tertutup rapat bahkan lidahnya terasa kelu saat merasakan pistol itu didahinya. Apakah orang-orang ini adalah teman pria yang dulu ia hajar bersama pemuda asing waktu itu.

"Ayah, ibu, kakak sepertinya aku akan pergi menyusul kalian." Batin Orihime sedih.

Di dalam hatinya Orihime merasa kalau Tuhan itu tidak adil dan sayang padanya karena ia harus mati di usia muda. Entah dirinya ingin dibawa kemana oleh orang-orang ini. Karena terlalu sibuk dengan pikirannya Orihime tidak sadar kalau mobil yang membawanya memasuki sebuah rumah mewah bergaya Jepang kuno dan didepan pintu gerbang rumah itu terdapat sebuah gambar lambang naga putih didepannya.

"Nona kita sudah sampai," salah satu pria berjas hitam itu membukakan pintu mobil untuk Orihime.

Dengan ragu dan takut gadis cantik bermata abu-abu ini turun dari mobil.

"Ini dimana?" tanyanya bingung.

Bukannya menjawab salah satu pria berjas hitam itu meminta Orihime untuk mengikutinya masuk kedalam karena nanti Orihime juga akan tahu mengapa ia dibawa paksa ketempat ini. dengan langkan kali yang gemetaran Orihime berjalan mengikuti pria berjas hitam itu yang membawanya kesebuah ruangan

Saat gadis cantik bemata abu-abu itu masuk kedalam rumah ini, ia dibuat terpesona dengan segala macam pajangan mewah yang ada juga bentuk rumah ini yang masih tradisional. Langkah kaki Orihime terhenti didepan sebuah ruangan dan pria yang tadi mengantarkannya tiba-tiba duduk bersimpuh didepan pintu, sedangkan Orihime berdiri memandang bingung pria itu.

"Tuan saya sudah membawanya kemari," teriak pria berjas hitam itu sopan.

"Suruh dia masuk," sahut seorang pemuda bermata Turquoise dari dalam.

Orihime masih berdiri diam didepan pintu itu hingga pria berjas hitam itu membukakan pintu itu dan menyuruhnya masuk kedalam.

"Silahkan Nona, Tuan besar sudah menunggu anda." Pria ini mempersilahkan masuk Orihime

Dengan kaki yang gemetaran dan ragu Orihime masuk kedalam ruangan, didalam benak Orihime kalau orang yang ada didalam ruangan ini bertubuh tinggi besar dengan wajah yang menyeramkan mengingat saat ini dirinya tengah berada dikediaman seorang Yakuza.

"Selamat datang di kediamanku Nona," sambut seorang pemuda bersurai putih pendek jabrik yang mengenakan Hakama hitam.

Kedua mata Orihime membulat sempurna melihat sosok pemuda tampan yang ada dihadapannya saat ini. Dirinya masih ingat siapa pemuda tampan bermata biru kehijauan itu yang beberapa hari lalu ia tolong dan obati.

"Kenapa kau diam saja Nona, apa kau tak senang bertemu denganku?" tanyanya seraya berjalan menghampiri Orihime.

BRUK...

Tubuh Orihime jatuh terduduk menatap pemuda tampan bersurai putih pendek jabrik itu, "Jadi kau..."

"Ya, Nona aku adalah penerus ke sepuluh keluarga Hitsugaya. Namaku Toushiro Hitsugaya,"

Orihime masih diam seribu bahasa, dirinya masih kaget juga syok dengan kejadian ini. Pemuda yang dikiranya adalah seorang murid SMP ternyata adalah seorang ketua Yakuza yang sangat terkenal di daerah ini.

"Lalu untuk apa kau membawaku ketempat ini? Apa salahku padamu Toushiro-san?"

"Tidak, Nona. Kau tidak melakukan kesalah padaku, aku membawamu kemari untuk menjadikanmu istri,"

Wajah Orihime syok mendengarnya, bagaiman mungkin seorang anak kecil memintanya untuk menikah dan menjadi istrinya. Dilihat dari manapun kalau Toushiro itu pasti usianya lebih muda dari Orihime.

"Apa aku tak salah dengar? Mengapa kau mau menjadikanku istri? Bukankah kau masih kecil dan belum cukup umur," ucapnya takut.

Toushiro tersenyum kecil mendengar pertanyaan dari Orihime dan lalu duduk menatap gadis bermata abu-abu itu.

"Karena aku jatuh cinta pada pandangan pertama padamu. Lagi pula usiaku sudah 25 tahun dan aku bukan anak kecil," ucapnya santai seraya memaikan helaian rambut oranye kecokelatan Orihime.

"Eh!" serunya kaget.

Wajah Orihime pucat pasi mendengarnya juga syok melihat kenyataan kalau pemuda yang ada dihadapannya ini ternyata seorang pria dewasa namun dari fisik juga wajahnya tak terlihat kalay Toushiro bersusia dua puluh tujuh tahun malah terlihat seperti empat belas tahun.

"Jatuh cinta padaku? Jangan bercanda padaku Toushiro-san, mana mungkin kau jatuh cinta pada gadis jelek sepertiku," ucap Orihime lirih dan tanpa sadar air matanya jatuh menetes membasahi tangannya.

Melihat sang gadis pujaan hatinya membuat darah Toushiro langsung mendidih dan marah, tanpa sadar ia meremas erat kedua tangannya.

"Lihat aku, Orihime," Toushiro mengangkat dagu Orihime dan menatapnya.

"Bagiku kau adalah gadis yang paling cantik yang pernah kutemui. Jadi jangan menangis lagi, air matamu membuat hatiku sakit," Toushiro mengecup kedua mata Orihime dan hal itu membuat gadis cantik bermata abu-abu itu menghentikan tangisnya.

"Terima kasih..." isak Orihime pelan.

"Orihime, aku bertanya sekali lagi padamu. Mau kah kau menikah denganku dan menjadi istriku pendamping hidupku," Toushiro menatap serius Orihime.

Gadis bermata abu-abu ini diam dan masih belum siap dengan pertanyaan dari Toushiro.

"Tapi Toushiro-san, a..."

"Aku hanya butuh jawabanmu Orihime bukan alasanmu," sela Toushiro.

"A-aku..." Orihime tergagap menjawab perntayaan dari pemuda bersurai putih pendek jabrik itu.

Toushiro masih menatap wajah Orihime tajam menunggu jawaban dari gadis bermata abu-abu itu.

Sesaat Orihime memejamkan kedua matanya dan mencoba berfikir juga menimbang-nimbang permintaan juga lamaran dari Toushiro, pemuda asing yang tanpa sengaja dikenalnya didekat sungai saat menangis karena patah hati.

"Ya, aku mau menikah denganmu." Ucapnya tanpa ragu.

Wajah Toushiro berbinar bahagia dan senyum lebar menghiasi wajah tampannya dengan cepat ia rengkuh tubuh langsing Orihime.

"Terima kasih. Aku mencintaimu Hime."

Orihime hanya bisa diam dan pasrah dipeluk oleh Toushiro entah keputusannya saat ini benar atau tidak, tapi jika dirinya menolak menikah dengan Toushiro mungkin hal buruk akan menimpanya mengingat pemuda bermata hijau kebiruan ini adalah pemimpin Yakuza dari klan Hitsugaya yang terkenal.

"Tuhan semoga ini adalah anugerah bukanlah musibah." Batin Orihime.

TBC

A/N : Fic ini Inoue persembahkan untuk seseorang, semoga senang dengan Fic yang Inoue buat.

Maaf jika masih banyak menemukan kesalahan dimana-mana dan karakter Toushiro sangat OOC.

Inoue mengucapkan banyak terima kasih kepada siapapun yang sudah membaca Fic ini.

Jika berkenan Read and Riview.

Inoue Kazeka.