ASTAGAAAA! APAAN SIH YANG AKU BUAT?

Aduh, aku minta MAAF yang SEBESAR-BESARNYA,

Jadi gini ceritanya, di chapter tiga itu ya.. aku lagi broken heart, jadi nulis pun pikiran aku kemana-mana, lupa kalau Halilintar itu harusnya kan jadi Gempa..malah jadi Taufan?! Ah.. gaje banget nih ! (Njiir.. malah curhat lu nyet..)

Barusan diputusin pacar.. hiks..hiks.. (Abaikan_author_gila_ini)

Uggh.. gimana ya.. gini aja deh.. chapter yang kemarin lupain aja mendingan, anggap aja chapter itu chapter FAIL sehingga seolah-olah gak ada ok? (Lu kira gampang apa?)
Ok.. sekali lagi saya minta maaf sebesar-besarnya!

.

.

.

.

"Gempa aneh, tiba-tiba jadi suka marah gak jelas, dingin lagi bicaranya.."

"Taufan jadi sopan sekarang, gak suka jahil lagi,"

"Halilintar kok jadi hyper gitu ya, jadi ceria, tapi kadang-kadang ngeselin.."

Gempa melirik beberapa orang yang sedang berkumpul sedang membicarakannya dan kedua kakaknya.

Memang susah mengubah kepribadian diri, tapi setidaknya Gempa berharap kakaknya mau menyesuaikan diri hanya untuk sesaat saja, agar tidak menimbulkan kecurigaan pada teman-temannya.

Ini apa, Halilintar suka membentak anggota OSIS pada saat rapat, sehingga tak ada satupun dari anggota OSIS itu yang mau menyuarakan pendapat mereka karena terlalu takut padanya, Taufan juga suka menjahili orang lain, membuat lelucon, ketawa-ketawa tidak jelas, dan berbagai kelakuan aneh lainnya yang sebenarnya bukan kepribadian Halilintar.

Gempa?

Baiklah, ia sendiri sebenarnya juga tidak bisa 'menjadi' Taufan dengan mulus, kakinya sekarang jadi bengkak karena suka jatuh saat latihan skateboard yang ia tak pernah bisa lakukan dengan benar.

Siapa kira gara-gara bintang jatuh jadi kacau begini?

~…..~

"TAUFAN! KEMARI KAU!"

Terdengar suara yang melengking jauh diatas enam oktaf melebihi suara Celine Dion, dan suara itu tampaknya penuh amarah.

"Kenapa kak?" Tanya Taufan mendatangi Halilintar.

"APA YANG KAU KIRIM INI KE 'DIA' HAH?" Suara Halilintar belum merendah, ia menyodorkan laptopnya pada Taufan, Taufan melihatnya.

To: Sia Furler

"Hey bitch! Boring at the class? Don't worry I'll show ya how to make your nails more shiny, bwahahah, your voice is damn carbon copy of Mariah Carey you can't sing higher than a frog? Bwahahaha! Your voice is to high and annoying as f*ck, so please can just shut the hell up.. hihihi"

Taufan hanya ternganga melihat video dirinya sendiri yang berucap kata-kata kasar dengan pengucapan bahasa Inggris yang pas-pasan dan parahnya video itu dikirim ke…

"Hah? Kok bisa ke Sia?" Tanya Taufan terkejut.

"Kok bisa, kok nanya aku?" Halilintar mengembalikan pertanyaan Taufan.

"Yang lebih ku heranin lagi, kok kak Hali tau e-mail nya Sia?"

"DUUK!"

"Aduh!"

Taufan mengelus dahinya yang kena jitakan super kuat dari Halilintar.

"Nanya yang gak penting, ya aku tahulah! Aku harus tau semua tentang teman Gempa, kau ini gimana sih, pasti kau kan yang ngutak-ngatik laptop ini?" Tanya Halilintar yang sebenarnya lebih menjurus menuduh.

"Kalau dia ngadu ke guru, terus Gempa kena poin? Mereka kan tahunya yang ngirim Gempa!"

Taufan hanya cemberut mendengar omelan kakaknya.

"Sumpah! Aku gak niat sama sekali ngirim itu ke Sia! Beneran deh.." Ujar Taufan.

"Terus mau kirim ke siapa?"

"Yee.. memangnya kak Hali perlu tahu?" Taufan memeletkan lidah.

"DUKK!"

"Aduh sakit tahu!"

~…..~

Halilintar berjalan hati-hati dilorong sekolahnya, ia melirik ke kanan dan ke kiri, seolah menghindari seseorang, ya.. memang di sedang menghindari sesorang sih..

"Kak Gempa! Pagi!" Sapa seseorang dari belakang Halilintar,

Halilintar merinding, ia yakin 'orang' yang ia hindari itu ada dibelakangnya sekarang.

Halilintar menoleh kebelakang dengan hati-hati.

"E..eh Sia, pa-pagi.." Jawab Halilintar gugup.

Sia tersenyum,

"Anu.. soal e-mail kemarin itu.. mm..aduh gimana ya ngejelasinnya.." Halilintar meremas jemari tangannya.

"Iya, aku tahu, kak Taufan salah kirim"

Halilintar sedikit tersentak.

"Hah? Tau darimana?!" Tanya Halilintar dengan suara yang fantastis sampai menarik perhatian orang disekitar mereka.

"Kak Taufan sendiri yang bilang, tadi barusan.." Jawab Sia.

"Eh.. kan Taufan lagi jadi aku, Gempa yang jadi Taufan, apa dia bilang ke Gempa juga kali ya?" Batin Halilintar.

"Maksudmu Taufan benar-benar Taufan?"

"Hah?" Sia tidak mengerti.

"Eh, gak apa-apa, kakak pergi dulu ya.." Ucap Halilintar tersadar kalau sudah menanyakan pertanyaan yang aneh.

Ia segera berlari ke kelas Gempa.

~…~

"I gonna kill ya now!... get lost at my stare jerk!"

Gempa hanya bisa diam merasakan penderitaannya saat ini, dan ini semua gara-gara Taufan!

Ia mengirimkan sebuah e-mail berisi video yang isinya sama dengan yang ia kirim pada Sia ke seorang murid pindahan dari Amerika ke Malaysia bernama Ursula, tentu saja dengan e-mail milik Taufan sendiri.

Sekarang ia sedang dikata-katai oleh Ursula didepan semua orang di kelas Taufan.

Dan ia yang sebagai Taufan, hanya mampu terkena imbas dari kelakuannya.

Ah dasar licik, lempar batu sembunyi tangan.

Andai saja ia ini sama kejamnya dengan Halilintar, mungkin Taufan sudah Almarhum dari dulu, tadinya ia kira dengan membantu Taufan mengakui dirinya salah karena sudah mengirim e-mail itu ke Sia sebagai Taufan yang 'sebenarnya' ia dapat menjalani harinya dengan menyenangkan.

Tapi, ini malah..

"Hei sudahlah Ursula, kasihan kan Taufan" Celetuk salah satu sisiwi.

"Who care's?"

Halilintar yang lewat kelas Taufan melirik sekilas, ia pun masuk kesana dan mendekati Gempa.

"Hei Gempa, kenapa dia?" Bisik Halilintar.

Gempa mengusap wajahnya dengan kesal.

"Gara-gara Kak Taufan nih, dia ngirim e-mail yang kemarin itu ke si…" Gempa memutuskan kalimatnya dan menunjuk kearah Ursula.

"Anak ini.." Lanjutnya.

Halilintar mendengus, "Oh, jadi dia mau kirim ke anak ini, ck dasar tukang cari masalah, ayo cari dia…." Ujar Halilintar sambil menarik tangan Gempa paksa.

~…...~

"Singin' radiohead at the top of our lungs, with the bom box blaring as we're fall in love, got a bottle of whatever but it's getting' us drunk, singing here's to never growing up, we'll be running down the street yellin kiss my ass, im like you whatever we're still living like that, when the sun going down we'll be raising our cups, singin' here's to never growing up"

Terdengar riuh tepuk tangan begitu lagu itu berakhir.

"Lagi Taufan! Lagi dongg.."

"Iya lagi.."

Taufan menggeleng.

"Gak, capek besok lagi.. bye-bye fans…" Ujar Taufan sambil lambai-lambai tangan dan tertawa-tawa tidak jelas.

Halilintar dan Gempa hanya bisa sweatdrop melihat Taufan yang ada di tubuh Halilintar bernyanyi dengan anehnya.

"Ya ampun Taufan…" Gumam Halilintar sambil meremas tangan Gempa, karena ia kesal sekali.

"Ad-aduh, sakit kak!" Protes Gempa sambil menarik pergelangan tangannya dari genggaman Halilintar.

"Lihat saja kau nanti di rumah…"

~…..~

"Hei ini semua salahku, gara-gara aku kalian bertukar tubuh! Maafkan aku ya.. tapi aku tidak bisa mengembalikan kalian ke tubuh yang sebenarnya.. jadi ya kesimpulannya.. kau akan menjadi.."

"TIDAAAAK!"

Gempa tersentak dari tidurnya karena mendengar teriakan yang membahana dari kamar Halilintar, spontan ia langsung bangkit dari ranjangnya dan langsung berlari ke kamar Halilintar.

Begitupun Taufan, secara refleks juga pergi ke tempat yang sama.

"Kak Halilintar kenapa?" Tanya Gempa sambil mendekati Halilintar.

Halilintar memandang kosong kedepan.

"Ta-tadi.. a..aku mim..pi buruk.." Jawabnya terbata-bata.

Gempa dan Taufan saling berpandangan.

"Mimpi di kejar anjing?" Tanya Taufan sambil tersenyum jahil.

Halilintar menatap tajam padanya,

"Gak, tadi aku mimpi ada yang datang kesini, katanya gara-gara dia makanya kita tukeran tubuh, tapi katanya dia gak bisa balikin lagi ke semula.." Jelas Halilintar sambil mengacak-acak rambutnya.

"Yee.. itu kan cuma mimpi, ngapain dipikirin, lagipula apa salahnya sih dengan jadi Gempa, kan enak.. hahaha"

"DUKK!"

"Aduh!"

"Kau gampang ngomongnya, kau pikir mudah apa jadi ketua OSIS yang merangkap jadi ketua kelas juga, dan mau disuruh-suruh orang setiap saat?" Sindir Halilintar.

Wajah Gempa memerah.

"Ya, itu kan memang tugasku.." Kilahnya.

Halilintar memuatar bola matanya,

"Iya, kamu kan udah terbiasa ngerjain tugas kayak gitu, aku enggak," Kata Halilintar lagi.

Saat mereka tengah berdebat, terdapat seberkas cahaya di luar.

"Eh lihat ada bintang jatuh lagi!" Seru Taufan heboh sambil menunjuk-nunjuk keluar.

"Aku harap…"

"TAUFAN!"

To be continue.

Gaje ya?, maaf ya kalau gaje, soalnya aku pun buatnya dipaksakan karena lagi blank, dan minta maaf karena update-nya lama banget, soalnya internet tetangga aku lagi rusak, jadinya diperbaikin dulu, hahaha…

Kan aku tetanggaan tuh sama Esther-san, aku cuman numpang aja, makanya cerita dia update dulu, baru aku.

Tapi chapter depan gak bakal lama kayak gini lagi kok.

Sampai jumpa di chapter depan. ^^