Aku dapat ide ini dari sebuah novel, dimana tiga orang saling bertukar tubuh karena meminta mereka bisa mencoba menjalani kehidupan orang lain. dan ini juga terinspirasi dari "Sibling Chaos" nya Dark Calamity of Princess, maaf ya kakak saya gak maksud untuk plagiat.

Ok.., happy reading ^^

"Kak lihat ada bintang jatuh!"

"Mana, mana? Wah iya.."

"Kak Hali lihat deh.., ada bintang jatuh!"

"….."

"Cepat Kak Taufan, buat permohonan!"

"Oke, aku harap..

Switch!

SMP Pulau Rintis..,

(Gempa)

"Hei Gempa!, ini ada informasi dari adik kelas satu!" seru Yaya,

Si Sekretaris OSIS itu berlari-lari kecil ke arah Ketua OSIS Gempa, sedang membereskan ruang OSIS yang berantakan sendirian.

Gempa menoleh ke arah nya, ia menghapus peluh yang mengalir dari kening nya, dari tampang nya kelihatan sekali ia sedang lelah.

"Wah iya? Informasi apa?" Tanya Gempa dengan nada gembira dan juga lemas.

Yaya tersenyum, lalu menyeringai.

"Sia itu gak keluar negeri kok, dia lagi sakit, besok juga udah masuk" Ujar Yaya sambil mengangguk,

Gempa merasa lega, ia senang satu masalah sudah selesai, Sia adalah adik kelas nya yang benar-benar berbakat, ia bisa melakukan hampir semuanya. Yang kalau Gempa bilang suara nya saat menyanyi seperti Avril Lavigne, dan dance nya seperi Britney Spears.

Karena, sebentar lagi ada kompetisi berbagai bidang antar SMP, dan kehadiran Sia sangat di butuhkan untuk mengharumkan nama SMP Pulau Rintis.

"Tapi.. ada satu masalah lagi..," Gumam Yaya.

Gempa memiringkan kepala nya, "Apa?"

Yaya menatap sepatu nya, menatap langit-langit, meremas jemari nya, lalu tersenyum canggung.

"Kenapa?" Desak Gempa, ia tak tahan melihat sikap Yaya yang membuat nya penasaran.

"Banyak anak klub yang gak mau ikut kompetisi, kalau cuman sedikit yang ikut gimana mau menang?" Jelas Yaya lirih.

Gempa mendesah frustasi, ia ingin semua persiapan kompetisi cepat siap, tapi ia terlalu lelah untuk menyelesaikan nya hari ini.

"Ya sudah, aku pikirin besok aja ya," Ujar Gempa pelan, ia mengambil tas nya dan segera meninggalkan ruangan itu.

(Taufan)

"Hai Taufan?,"

"Taufan apa kabar?,"

"Kau sombong ya sekarang!,"

Taufan hanya tersenyum pada orang-orang yang dikenal nya itu saat menyapa nya, ia tak mau berkomentar banyak, karena terlalu lelah setelah latihan skateboard untuk kompetisi, bahkan setelah pulang sekolah ia memutuskan untuk langsung pulang, tidak seperti biasa nya , nongkrong dulu dimana-mana

"Tolong! Ada jambret!,"

Taufan tersentak mendengar suara seorang perempuan yang menjerit histeris, tiba-tiba ia tertabrak seseoarang yang memakai seragam yang sama dengan nya.

Orang itu membawa tas tangan,dan orang itu segera menghilang dari pandangan Taufan.

"Tolong! Jambret!," Seru seorang wanita paruh baya sambil menunjuk Taufan.

Taufan mengerjap, omong kosong macam apa ini?

"Heh! Kamu ini, masih kecil kok udah berani ngejambret!" Cetus seseorang dari kerumunan massa yang datang.

"Ap..apa? bukan! Bukan saya pak!," Seru Taufan, ia benar-benar bingung,

"Saya yakin dia orang nya! Orang pakai seragam ini kok!" Tuduh wanita itu.

Massa yang berdatangan semakin banyak, Taufan ketakutan.

Oh tuhan.. tolong lah..

(Halilintar)

Halilintar menatap setumpuk batako yang tersusun rapi di depan nya, ia menghirup napas dalam-dalam, mengambil ancang-ancang, ia melompat ke sebuah bangku sebagai tumpuan, melalukan salto, dan..

"BRUKK!" Ia menghancur kan semua batako itu dengan kaki kanan nya.

Menuai suara-suara kagum dari teman-teman se klub nya.

Serta jeritan fangirls yang memperhatikan nya dari luar jendela.

Halilintar mengusap muka nya dengan sapu tangan,

"Wah, kalau seperti ini cara nya, sekolah kita bakalan menang kompetisi dong," Goda Rio, teman se-klub Halilintar sambil menghampiri nya.

Halilintar mendelik pada nya,

"Biasa saja.." Ujar nya merendah, tapi dengan nada yang dingin dan ketus.

"Aku heran pada mu, kau kan punya banyak sekali penggemar, kenapa tak pilih salah satu?," Tanya Rio

"Huh?" Gumam Halilintar pelan, meminta penjelasan lebih.

"Maksud ku jadi pacar,"

Halilintar memutar bola mata nya, ia melirik sekilas para gadis di luar sana yang memenuhi halaman klub karate, menyerukan nama nya, bahkan repot-repot membawa coklat,bunga dan spanduk bertuliskan, "I love you Halilintar" Setiap hari, seperti valentine saja.

Sebenar nya, mereka memang cantik, dan..err sexy? Tapi sayang nya ia tak punya niat sedikit pun untuk pacaran, dan ia tak tertarik pada mereka, kebanyakan dari mereka itu.., agak murahan..

Ia pun menenteng tas nya, berniat untuk pulang, meninggalkan Rio tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Huh, pasti aku akan dikerubuti lagi oleh gadis-gadis itu, " Batin Halilintar kesal.

~…..~

"Eh, kak Halilintar udah pulang?" Tanya Gempa pada Kakak nya yang baru masuk rumah, ia menaruh sepatu nya di rak.

Seperti biasa, Halilintar malas menggubris nya.

Halilintar melihat Taufan dan Gempa yang duduk di sofa, Gempa sedang mengobati wajah dan tubuh Taufan yang penuh luka.

"Itu.., kenapa muka mu lebam begitu?," Tanya Halilintar dengan wajah datar, antara peduli dan tidak. Mata Taufan berkaca-kaca.

"HUEE! Aku dikira jambret!" Teriak Taufan sepenuh hati.

Halilintar menutup telinga nya refleks, bisa-bisa ia tuli..

"Kok bisa?" Tanya nya lagi, kali ini dengan wajah serius.

Rasa penasaran membakar rasa lelah nya.

Taufan pun menceritakan kronologis yang menimpa nya, Halilintar tampak kesal.

"Seragam nya sama? Kau gak lihat apa muka nya?" Tanya Halilintar gusar.

Taufan menggeleng.

Halilintar menarik napas, berusaha menenangkan amarah nya yang sudah sampai di ubun-ubun, Ia mungkin temperament, dingin, dan di takuti banyak orang, ia juga cuek pada hampir semua nya.

Tapi saat adik nya terkena masalah serius begini,apa lagi hampir mati di hajar massa, mana bisa ia diam saja?

"Terus, kenapa kau bisa lolos?," Halilintar belum berniat berhenti menginterogasi Taufan.

"Aku lari Kak." Jawab nya singkat,

Halilintar bersyukur adik nya itu hanya lebam, biasa nya berakhir mengenaskan atau naas di bakar massa, Halilintar bergidik membayangkan nya,

"Ya sudah, nanti kita lapor polisi, atau kepala sekolah," Usul Gempa, yang sedari tadi diam.

Halilintar sebenar nya masih kesal, tapi ia tak dapat berbuat apa-apa. Taufan saja tak melihat wajah penjambret itu, bagaimana mau menghajar nya?.

Taufan melirik kantong besar yang terisi penuh di samping Halilintar, entah itu cokelat, bunga atau benda antah berantah lainnya dari para fans nya.

Taufan tersenyum jahil,

"Wah, penggemar Kak Hali makin banyak aja nih," Goda Taufan,

Halilintar melotot tajam pada nya, namun ia tak berkomentar karena kenyataan nya memang begitu.

Boboiboy kembar memang terkenal di SMP Pulau Rintis, Mereka memiliki banyak pemggrmar, namun penggemar Halilintar jumlah nya mampu megalahkan penggemar Taufan dan Gempa.

"Cie.. yang punya banyak penggemar.."

Halilintar menempeleng adik nya itu dan segera naik ke lantai dua, tempat kamar nya berada.

"Kak Hali jahat!"

~…~

"I'm.. gonna swing from the chandelier.., from the chandelier.., I'm gonna live like tomorrow doesn't exist, like it doesn't exist.. I'm gonna fly like a bird through the night, feel my tears as a dry, I'm gonna swing from the chandelier.. from the chandelier.."

Gempa yang sedang sibuk mempersiapkan makan malam di dapur melirik kakak nya yang sedang bernyanyi di meja makan sambil memainkan gitar nya.

Siapa lagi kalau bukan Taufan?

Gempa akui, permainan gitar dan suara Taufan memang bagus, tapi terkadang ia gunakan bakat nya itu untuk mengerjai Halilintar.

Mebangunkan nya dari tidur indah nya dengan memetik senar gitar tepat di telinga nya.

Dan tentu saja setelah itu, Halilintar akan menghajar nya.

Tiba-tiba telepon berbunyi dari ruang tamu.

"Uhh.. Kak Halilintar, tolong angkatin dong" Pinta Gempa yang sedang kerepotan menangani masakan nya.

Halilintar yang sedang menonton di ruang tamu malas-malasan menggapai gagang telepon.

"Halo.."

"Halo.. ini Halilintar ya?"

"Iya bu.." Halilintar langsung tahu kalau suara yang bicara dengan nya dari seberang itu adalah ibu nya.

"Nak, Ayah sama Ibu mungkin pulang nya telat, seminggu lagi kira-kira."

Halilintar mendengus, selalu seperti ini, orang tua Boboiboy kembar memang bekerja di luar negeri, sebulan sekali baru mereka pulang, mereka memang memberikan kehidupan yang sangat berkecukupan dan jetset untuk dia Taufan dan Gempa, tapi mereka tak pernah tahu masalah apa saja yang sering menimpa nya.

"Ya sudah.."

"Maaf ya, ya sudah nak ibu kerja dulu ya.. ibu sayang sama kalian"

"Tut..tutt,"

Telepon pun diputus, Gempa dan Taufan mendengar percakapan itu, Halilintar menghampiri mereka.

"Ayah sama Ibu pulang telat lagi ya?" Tanya Gempa lirih,

Halilintar hanya mengangguk, ia duduk di samping Taufan.

"Ya sudah deh.. makan aja yuk.." Ajak Taufan

Sebenar nya pun, mereka sedang tidak berselera.

~…..~

"Kak, langit nya indah ya.." Gumam Gempa, mata nya menerawang jauh langit yang disapu warna biru kehitaman dengan bintik-bintik bercahaya.

Gempa dan Taufan memutuskan untuk pergi ke atas atap rumah mereka, karena sedang mati lampu, jadi di dalam rumah panas.

Dan secara paksa Halilintar ikut terseret juga dengan mereka.

Jadi lah mereka bertiga melihat langit malam di atas atap.

Tiba-tiba seberkas cahaya terlihat melintasi langit.

"Kak lihat! Ada bintang jatuh!"

"Mana, mana? Wah iya!"

"Kak Hali lihat ada bintang jatuh!"

"….."

"Kak Taufan, cepat buat permintaan!"

"Oke! Aku harap…

~….~

Matahari tampak terbit dari ufuk timur.., menerangi kehidupan di bumi, Halilintar merasakan panas di wajah nya,

Oh,, cahaya matahari itu menembus jendela nya dan menerangi seluruh kamar nya.

Halilintar bagun dengan malas-malasan, ia kagum kenapa ia bisa bangun cepat ya? Biasanya harus dibangunkan dulu.

Halilintar menurunkan kaki nya dari ranjang, ia merasakan dingin nya lantai itu menyentuh telapak kaki nya,

Ia pun segera berdiri menuju kamar mandi.

Tetapi, saat ia melewati cermin, ia merasakan ada sesuatu yang janggal.

Ia mendekati cermin itu, Melihat ia yang sedang memakai kaus berwarna coklat dan kuning,

Tunggu sebentar,, ini bukan kaus nya.

Ia meraba kening nya, merasakan ada jahitan di sana.

Jantung nya berdetak keras, keringat dingin mengucur dari kening nya, demi tuhan ia tak tahu apa yang Taufan minta dari bintang jatuh sialan itu semalam.

Tapi tidak mungkin kan..?

Dengan setengah berlari, ia menuju ruang tamu, dan disaat yang sama, Taufan dan Gempa juga berlari kearah sana.

Mereka berpandangan satu sama lain.

"KITA TUKARAN TUBUH!"

To be continue,,

Gimana? Gaje ya, saya minta maaf loh sebesar-besar nya, karena saya masih author baru, jadi pasti masih banyak kekuarangan nya. Saya mohon kritikan dari author yang berpengalaman, nge-flame juga gak apa-apa..

Ok, see you in next chapter! ^^