Ingatan dari hari itu masih menghantui kepala kami bagaikan film tanpa suara. Kami yang polos, kami yang terbuai oleh kata-kata manis yang dituturkan pria itu, kami yang kehilangan masa kecil kami, dan kami yang amat tersiksa. Selamat datang di kehidupan yang bagaikan neraka.


The End, a FNAF FanFiction.

.

.

.

FNAF © to Scott Cawthon

.

.

.

Sebuah FanFiction tribute untuk berakhirnya (mungkin?) serial game Five Nights at Freddy's.

.

.

.

Warning: Fict ini hanya pelampiasan kegalauan author, feels gak kena, gaje, de el el.

.

.

.

Enjoy.


Rasanya seperti baru kemarin kami berdiri di samping satu sama lain. Canda tawa yang diucapkan bibir kami, semuanya bagaikan mimpi indah. Namun mimpi indah itu lenyap begitu saja disaat kami dibangunkan secara paksa. Darah, dan jeritan yang menyayat hati. Kami menangis pilu. Kami tidak bisa menerima kenyataan ini.

Namun sebuah 'hadiah' mengubah diri kami.

Menjalani hari-hari sebagai diri yang lain. Memberikan senyuman bagi orang lain di siang hari, dipenuhi rasa amarah dan dendam di malam hari. Seorang pria yang telah menghancurkan kami, seorang pria yang telah merenggut semuanya dari kami hanya untuk memenuhi hasrat kejinya.

Tidak bisa dimaafkan, tidak bisa dimaafkan, tidak bisa dimaafkan, tidak bisa dimaafkan, tidak bisa dimaafkan, tidak bisa dimaafkan, tidak bisa dimaafkan, tidak bisa dimaafkan, tidak bisa dimaafkan.

Dimana kau? Dimana kau? Keluarlah. Jangan bersembunyi.

Suara jeritan yang memilukan yang menggema dan warna merah darah yang mewarnai ruangan kecil itu. Perasaan takut dan puas bercampur menjadi satu. Apakah kami bisa tenang? Apakah ini semua sudah berakhir? Hembusan nafas lega dan senyuman menghiasi wajah kami yang terkena bercak darah segar.

Dan ternyata ini belum berakhir.

Ada apa ini? Bukannya orang itu sudah menghilang? Bukankah kami sudah dapat hidup tenang?

Dimana ini?

Kemana sang pemberi hadiah pergi?

Rasa takut menghantui kami. Orang itu belum lenyap.

Ya, belum. Kami harus melakukan hal itu lagi.

Namun hati kecil kami menjerit. Apakah kita telah menjadi sepertinya? Apakah kita telah menjadi seorang monster juga? Apakah orangtua kami akan kecewa? Tolong, berikan kami jawaban. Kami hanya anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Dengan berat, kaki ini kami langkahkan.

Perlahan, tanpa suara, tak terlihat.

Malam ini juga, orang itu berhasil menghindar. Tapi tidak. Dia belum bebas.

Kau belum bebas.

Kau pikir, semua ini sudah selesai?

Kau yang telah melakukan ini pada kami, kau tak akan dimaafkan.

Selamanya… tidak akan… dimaafkan…

Suara jeritan lagi, warna merah lagi.

Tolong, jangan lagi. Kami sudah lelah. Kami tidak ingin melukai siapapun lagi. Kami hanyalah anak-anak. Kami adalah anak-anak yang baik, sungguh!

Ini bukan salah kami! Ini salah pria itu! Dan pria itu sudah pergi sekarang.

Kami mohon, jadilah yang terakhir.

Untuk waktu yang cukup lama, kami hidup tenang.

Ya—disaat dimana kami terlihat seperti sedang mati, itulah saat dimana kami merasa sangat hidup.

Luka hati ini sudah sembuh.

Kami akhirnya bahagia.

Tapi hei—suara apa itu?

Dia pergi, dan tak kunjung kembali. Kau juga pergi, dan tidak kunjung kembali. Sampai akhirnya, kita semua pergi.

Sekali lagi, itu terjadi. Memori yang tidak mau kami ingat lagi malah kembali terulang dalam dunia nyata. Ini nyata. Rasa sakit ini sungguhan. Jiwa kami menjerit. Rasa sakit ini, amarah ini.

Kami sudah tidak tahan lagi.

Wajah ketakutanmu, wajah panikmu karena terpojok. Apa kau merasakan yang kami rasakan sekarang? Apa rasanya enak?

Kau yang pengecut dan melarikan diri. Namun kau bersembunyi di tempat yang salah. Disitulah peti matimu. Selamat tinggal.

Senyuman kami mengembang. Ternyata disitulah dia, teman kami yang menghilang sejak lama.

"Ini sudah selesai kan?"

"Ya, ini sudah selesai. Semuanya baik-baik saja!"

"Kita sudah bisa tenang, kan?"

"Akhirnya hari ini datang… aku sangat bahagia…"

"Akhirnya, aku bisa bertemu lagi dengan kalian… selama kita bersama, semuanya pasti baik-baik saja!"

Kami tertawa bahagia. Air mata membasahi pipi kami. Gedung Pizzeria yang terbakar seakan menjadi saksi bisu kebahagiaan kami.

Kami telah mendapatkan apa yang telah kami dambakan sejak lama…

Kebebasan.


A/N

Halo dan salken saya auth nubi di pendom ini :"D disini saya mau kasih penjelasan sedikit. Menurut teori saya(?), jiwa anak yang kelima itu masuk ke golden pred, tapi karena tubuh golden pred 'kurang stabil' jadi jiwa anak itu bisa berpindah tempat. Makanya dia bisa berpindah ke Springtrap. Dan begitu si abang ungu (baca:purple guy) masuk ke springtrap, anak itu langsung nyerbu dan ngebunuh si purple guy. Dan sewaktu masih hidup, mereka berlima adalah sahabat baik. Iya saya tau ini teori mah apa atuh. :"D

Btw thanks for reading~ RnR boleh?