Disclaimer: Naruto itu punya Masashi Kishimoto. Kasumi Cuma minjem chara-charanya aja.

Prasangka

'Sasuke hanya bisa menepuk dahinya sendiri ketika mengetahui apa yang berada di dalam pikiran Sai, adik kembarnya yang benar-benar sulit ditebak.'

.

.

.

"Sai… ayo berangkat!"

"Gomen ne Sasu-chan, Sai-chan lagi sakit jadi berangkat sekolahnya sama Itachi-niichan ya?"

Sasuke kecil hanya menatap Mikoto yang menunjukkan senyum manis ke arahnya. Lagi-lagi di musim panas begini Sai sakit. Sedangkan Mikoto sudah was-was kalau Sasuke bakalan enggak mau berangkat sekolah dan ujung-ujungnya terjadilah adegan 'tarik tambang' antara Itachi dan Sasuke yang hanya selisih lima tahun itu.

Dan akhirnya mereka berdua jadi tontonan orang-orang yang lewat… =.=!

Belum lagi dengan 'kebiasaan' mereka. Lihat saja nanti kalau Sai sudah sembuh. Pasti beberapa hari kemudian Sasuke akan 'menyusul' Sai untuk sakit. Benar-benar susahhhh punya anak kembar.

Kapan punya anak ceweknya ya kalau tiga-tiganya cowok semua? Apalagi yang terakhir itu adalah tipe 'buy one get one free'.

sudah cukup dengan ekonomi yang mencekik leher, mau tambah satu lagi?

"Ayo Sasu-chan, berangkat yuk! Nanti kalau udah waktunya pulang sekolah nanti Niichan jemput dan nanti Sasu-chan bisa ketemu sama Sai-chan lagi…."

Mikoto hanya bisa menghela napas lega ketika dua anaknya itu pergi meninggalkan rumah menuju ke sekolah. Sekarang tinggal mengurusi Sai yang 'aneh'. Namanya juga anak sendiri mana mau ngejelekin anaknya. Hanya saja, Sai itu tipe 'paling diam' dari segala tipe diam.

Kalau enggak ditanyai ya enggak minta… =.=!

.

.

.

"Hah… atsui…"

"Hm?"

"Atsui…."

"AC-nya rusak. Jadi kurasa kita bakalan bergantung sama kipas angin dulu ya."

Klik!

"Waahh… ademnya…"

Dua orang cowok kembar sedang sibuk sendiri-sendiri. Yang satu sedang sibuk mengibas-ngibaskan bagian leher kaos oblongnya. Rambut model ravennya berkibar ke belakang searah dengan arah kipas angin yang terus berputar.

Sedangkan yang satunya lebih focus ke arah tugas sekolah yang bernama fisika. Hingga akhirnya dia melirik kipas angin yang masih berputar. Matanya tanpa berkedip terus memandangi baling-baling yang berputar. Hingga sang kakak menoleh saking penasarannya.

"Kau mau juga?" ucap sang kakak sambil bergeser sedikit ke kanan dengan maksud untuk memberi ruang untuk 'ngadem'. Sang adik hanya berbaring tepat di depan kipas angin listrik sambil memperhatikan baling-baling kipas. Rambutnya yang jatuh lurus ke bawah kini berkibar ke belakang. Persis dengan sang kakak.

"Hey! Jangan dekat-dekat! Kalau hujan ketombe aku yang kena! Woy! Sai!" ucap sang kakak seraya menjauhkan sedikit kipas angin listrik dari sang adik. Sang adik hanya menatapnya horror.

"Perasaan yang ketombean itu kan kamu. Sorry ya. Kemarin itu hanya jebakan dari teman-teman yang menjatuhi kepalaku dengan tepung dengan alasan kalau kemarin itu aku ulang tahun. Padahal ulang tahunku itu hari ini," terang Sai sambil sibuk menulis sesuatu di buku catatan kecilnya.

"Aku bingung…."ucap Sai sambil menggigiti ujung pensilnya. Sasuke hanya menghela napas dan sambil menahan tawa ketika dirinya teringat sebuah video yang nyaris membuatnya illfeel sekaligus menahan tawa yang bakal membuat Negara Konoha membahana (?).

Flashback on

"Aku yang mau gendong sama Tou-chan!"

"Aku!"

"Aku!"

Telah terlihat jelas bahwa sang Uchiha Fugaku sedang sibuk menyelamatkan diri dari dua anak balita yang sedang memperebutkan lengannya. Sang Ibu malah sibuk memasak dan mengurusi dua monster kecil penerus si Itachi ini adalah tugasnya di hari libur.

Sedangkan si Itachi malah sibuk mengerjakan tugas kelompok di rumah temannya. Sebenarnya Fugaku tidak rela kalau si sulung meninggalkan dirinya bersama kedua monster kecil nan gembil ini di rumah. Kemarin saja Sasuke dan Sai berebut sesuatu yang cukup mencurigakan di matanya.

Dan kecurigaannya berbuah baik(?) ketika mengetahui kalau yang diperebutkan oleh mereka berdua adalah file diagram kenaikan bursa efek bulan ini. Sontak dirinya menyelamatkan file yang hanya memiliki satu copy di rumahnya itu.

Untuk yang pertama, Sasuke yang menangis. Fugaku tahu itu karena Sai termasuk dalam tipe pendiam tingkat akut.

Ketika melihat Sai yang menunjukkan tanda-tanda menangis, sontak dirinya menggendong Sasuke yang akhirnya membuahkan Sai yang menangis.

Fugaku tidak habis pikir kalau kejadian kemarin akan mempengaruhi hari ini juga. Lihat saja, ketika Sasuke yang digendong, Sai akhirnya menangis. Ketika Sai digendong,Sasuke menangis keras karena diturunkan.

Dan ketika dia sudah tidak tahu yang mana yang Sai dan yang Sasuke, maka muncullah hal yang benar-benar di luar dugaan.

Tiba-tiba terjadi gempa bumi yang cukup kuat yang membuatnya harus mendekap keduanya. Istrinya yang di dapur segera berlari dan memeluknya. Dan setelah beberapa saat kemudian gempa itu reda.

Namun tangan Sai yang menggapai-gapai ke sebuah arah membuatnya menengok ke arah yang dituju oleh tangan si mungil.

Dan terlihatlah rumah di Maito Gai yang rata dengan tanah….

Namun bukan itu yang menjadikannya syok. Tiba-tiba saja muncullah beberapa paparazzi yang berusaha meliputnya. Sebagai seorang saksi mata yang baik, Fugaku tentu saja memberikan keterangan secara objektif.

Namun satu hal lagi yang membuatnya syok!

Tiba-tiba saja anak yang digendongnya menjilat secara tak elit microphone yang dipegang oleh salah satu pewawancara. Microphone itu memang terlihat seperti jeruk yang segar di mata untuk anak-anak.

Tapi enggak gitu juga kale!

Dan rekaman video itu menyebar dan ngetren pada masanya. Dan Itachi berhasil untuk mengunduh dan menyembunyikan rekaman itu hingga Sasuke mengetahuinya dan secara sengaja menontonnya…..

Flashback off

Dan semenjak hal itu, Sai dilarang keras untuk berdekatan dengan barang-barang yang mencurigakan. Dan sekarang Sai menjadi sang pengemut ujung pensil maupun bolpoint yang berada di tangannya.

Untungnya perilaku nista itu tidak diketahui oleh orang luar kecuali keluarga dekatnya dan Sai (meskipun dirinya tidak sadar sejak kapan dia suka mengemut ujung pensil yang dipegangnya).

"Bingung kenapa?" Tanya Sasuke. Sebuah keajaiban dunia kalau ada sesuatu yang menarik perhatian adiknya.

"Kecepatan kipas angin ini lebih cepat dari pada di soal. Nih soal error kali ya? Bagaimana mungkin kecepatan kipas angin Cuma segini!" ucap Sai berapi-api. Sasuke langsung tepok jidat.

"Namanya aja soal kan? Ya kan kamu tinggal masukkan angka-angkanya dan muncullah hasil akhirnya."

"Aku besok mau protes!"

'Ano ne, Sensei. Kipas angin di rumahku tidak selamban ini. ini soal pasti salah cetak ataupun tidak valid.'

Bayangan-bayangan hina dan memalukan muncul di kepala Sasuke. Bagaimana jika Sai benar-benar protes ke arah Sensei-nya? Bisa bikin malu sekeluarga Uchiha kalau benar-benar terjadi.

"Yah, mungkin saja kipas angin di tempat orang yang ngetik soal itu lagi karatan atau gimana gitu jadinya enggak bisa digunain," ucap Sasuke asal. Membuat Sai kembali focus ke arah soalnya. Phew! Untung belum kejadian!

Dia kembali ngadem ketika Sai yang sibuk mengerjakan soal tiba-tiba saja membelalakkan matanya. Sampai-sampai Sasuke ikut melihat ke arah yang ditunjuk oleh Sai. terlihatlah seorang pemuda dengan rambut dikuncir di belakang sedang sibuk membawa beberapa barang bawaan yang cukup berat.

"Emangnya kenapa?" Tanya Sasuke sambil menggaruk belakang kepalanya.

"Tuh lihat, ada semburat kertas kado di dalamnya."

"Majide?!"

"Majidesu."

Sasuke segera turun disusul dengan Sai yang masih sibuk merapikan tugas-tugasnya berupa kertas-kertas berharga miliknya.

Sasuke segera berjalan dan menunggu di dalam kamarnya. Sai malah sibuk membantu Itachi yang menurunkan beberapa barang yang akan berpindah kepemilikannya. Itachi hanya tersenyum dan mengacak-acak rambut milik Sai.

Kemudian dia memberikan bungkusan berlabel mall terkenal se-Konoha pada Sai. sai sendiri segera menerimanya dengan muka bersungut-sungut. Membuat Sasuke tidak tahan untuk nimbrung dan melihat isi dalam bungkusan itu.

Dan terlihatlah satu set alat lukis dengan berbagai macam tinta berwarna-warni. Bahkan sudah ada tinta warna-warni masih saja ditambah sama bibit warna. Sai senangnya bukan main. Sehingga dia segera duduk-duduk lesehan di atas lantai ubin yang cukup dingin di ruang tamu. Berniat untuk mengeluarkan segala isi tas.

Sasuke juga ikutan nimbrung dan akhirnya mengurungkan niatnya dikarenakan dia tidak mau ikut-ikut kena masuk angin gara-gara lesehan di lantai ubin yang dingin. Akhirnya Itachi ikut 'ambil bagian'. Dia menarik lengan Sai yang berniat untuk membuka bungkusan (baca: merobek) plastic. Sai segera reflek memandang ke arah Itachi dengan wajah penuh Tanya.

"Apa kau tidak sadar kalau tanda kerokan di punggungmu belum hilang? Dan kau berniat buat kena masuk angin untuk yang keberapa kalinya?" ucap Itachi.

"ooo… souka…" ucap Sai sambil melihati punggungnya. Yang membuat Sasuke facepalm.

"Nah! Sekarang buat Sasuke! Nih!" ucap Itachi sambil memberikan sesuatu yang berbentuk kotak plus berlapis kertas kado bunga-bunga. Dia menoleh dengan ekspresi meragukan ke arah Itachi yang melambai-lambai gak jelas.

"Ie ie… tadi adanya Cuma kertas kado yang begituan. Yang laen pada habis," ucap Itachi. Sasuke mengalihkan pandangannya ke arah Sai yang juga terkejut. Sasuke mencoba untuk mencari tahu apa yang berada dalam pikiran milik makhluk bernama Sai itu.

Dan Sai kembali memandang bungkusan plastic yang dipegangnya. Lalu dipandanginya lagi bungkusan kado milik Sasuke. Dia menunjuk ke arah kado milik Sasuke. Sasuke tahu gesture apa yang dimaksud oleh Sai. namun dia merasakan rasa sayang pada kadonya. *sebenarnya dia malu untuk mengakuinya*.

"Nanti saja…. Aku jamin, kau adalah orang pertama yang tahu akan isinya."

Dan Sai segera bangkit setelah mendengar akan hal itu. Membuat Sasuke agak tidak enak hati.

"Aah….. tugasku masih banyak. Jaa ne," ucap Sai seenak udelnya meninggalkan kedua orang yang cengo dikarenakan dirinya. Namun pemikiran itu segera musnah ketika Itachi mengangkat sesuatu yang tergeletak di atas ubin yang dingin (?).

"Eh, Sai! hadiahmu!"

"Oh iya…"

.

.

.

Seaneh-anehnya si Sai, pasti tuh orang punya hati. Dia kan juga seorang manusia. Tentu saja hal itu yang membuat Sasuke merasa tidak enak hati. Banyak orang yang selalu mengatakan pepatah bahwa 'jangan menilai sesuatu dari luarnya'.

Namun ketika dirinya membuka bungkusan yang dikhususkan untuknya. Kali ini dia bsia menantang pepatah itu. Mengingat Sai yang pergi seenak udelnya membuat insting-nya tumbuh seketika.

Diamnya Sai bukan selalu 'diam'…..

Terakhir kali dia menemukan Sai menangis di ayunan dekat sungai tempat mereka bermain dulu. Dan saat itu sedang terjadi hujan salju yang cukup lebat. Seluruh isi keluarga Uchiha dikerahkan untuk mencari Sai yang ngambek hanya gara-gara momen tofu kesukaannya melayang secara tidak sengaja di piring Sasuke *baca: kemakan oleh Sasuke ketika tidak ada makanan lain malam itu*.

Dan awalnya Sai hanya manggut-manggut enggak jelas lalu berlalu….

Dan itu terjadi 5 tahun yang lalu. Hingga sekarang Sasuke masih ingat kejadian itu.

Apakah Sai bakalan ngambek seperti dulu?

Namun, dirinya yang sudah mencapai tingkatan orang berpendidikan sekolah menengah atas tentu saja tidak mungkin melakukan hal aneh seperti itu. Tapi yang namanya Sai…

Sasuke segera berjalan ke arah kamar Sai. Kondisi saat ini adalah hujan salju yang cukup dingin dan mengakibatkan seluruh anggota keluarga Uchiha pada dalam masa 'hibernasi'. Diketuknya sebentar. Namun tak ada balasan.

Diintipnya bagian bawah pintu kamar Sai dan yang terlihat hanyalah kegelapan. Ditempelkannya telinganya dan tak ada suara dari dalam…

Sial!

Dia segera meraih jaket yang terpacang di balik pintu kamarnya. Jaket yang cukup untuk menghangatkan diri di malam bersalju begini. Lalu dengan cepat pula diambilnya jaket kesayangannya yang telah lama menjadi penunggu di dalam lemarinya untuk Sai.

Sasuke segera berlari menuju ke taman bermain tempat Sai yang biasanya mencurahkan *baca:melampiaskan* kekesalannya kalau sedang ngambek.

Namun tidak ditemukan olehnya si Sai satu itu. Dia mencoba mencari seorang bapak-bapak yang sedang sibuk dengan kunci yang akan mengunci taman bermain itu.

"Jiisan, apakah Jiisan melihat anak sepertiku yang memiliki rambut hitam kelam dan lurus?" Tanya Sasuke sambil menunjuk-nunjuk dirinya sendiri. Si pak tua hanya berpikir keras dan akhirnya dia bertepuk tangan.

"Ohhhh… dia ya? Kurasa…"

Sasuke tidak ambil pikir lagi. Langsung dengan kecepatan larinya yang memang terkenal, Sasuke segera berlari menuju ke arah yang ditunjuk oleh pak tua itu. Tanpa mengindahkan apa yang dikatakan oleh si pak tua yang berteriak-teriak memanggilnya.

Sai!

Kau ini kemana lagi sih?

Jangan bilang kamu mau 'ngadem' di pinggiran pantai dekat sini!

Dan ketika sampai di tempat yang cukup mencurigakan, Sasuke tidak menemukan Sai dan akhirnya dengan langkah lunglai merogoh saku ponsel-nya.

Sai adalah orang yang tidak terlalu menyukai barang-barang elektronik. Katanya sih bisa bikin sesuatu yang buruk akibat radiasinya. Mikoto pun sampai menyuruh-nyuruh Sasuke untuk mengingatkan Sai agar selalu membawa HP tiap mau main yang jaraknya jauh.

Dan ketika 3 kali redial, tak ada jawaban….

"Sai! Kau dimana sih?!" ucap Sasuke frustasi sambil mengacak-acak rambutnya. Posisi berlutut membuatnya cukup hina di pinggiran pantai itu. Tak dihiraukannya lagi bulir-bulir salju yang mengenai wajahnya.

"Akhirnya ketemu juga,"

Sebuah komen dengan nada datar akhirnya masuk ke dalam pendengarannya. Dengan telinga setajam itu Sasuke sudah dapat mengidentifikasi siapakah yang memiliki suara yang terlalu jarang keluar dari sumbernya itu.

Sasuke segera bangun dan menemukan Sai yang hanya memakai pakaian casual dengan syal warna putih yang menghiasi lehernya. Beberapa kali dieratkannya syal itu dan napas berwarna putih susu keluar dari mulutnya.

Sasuke segera menghampirinya. Namun kata-kata yang ingin diucapkannya lenyap seketika. Entah kenapa dia tidak memiliki keberanian untuk menjelaskannya.

"Kau tadi kenapa main-main dan mencari-cariku di taman bermain?"

"Darimana kau tahu."

"Ketika aku berniat pulang, aku menemukan dirimu yang bertanya-tanya sama om-om. Om itu menunjukku dan kau malah ngeloyor kesini."

Jadi itu maksud dari teriakan Jiisan?

"Kau sendiri kenapa pergi malam-malam?"

Dan Sai dengan wajah 'I don't care'-nya merogoh saku celananya dan menemukan beberapa missed call dari sang kakak. Namun bukan itu tujuan aslinya. Dia melambai-lambaikan ponselnya di depan Sasuke.

"Akupergi jauh. Jadi aku bawa ponsel."

Mattaku!

Nih bocah minta dibuang ke laut kok memang dasarnya. Dia menunduk dan mengutarakan maksudnya pada Sai sebelum kelupaan (karena saking niatnya untuk melempar Sai ke lautan lepas).

"Kau masih gusar masalah hadiahku? Bagaimana kalau kubagi dua? Punyaku punyaku juga."

Sai menghela napas berat. Sasuke benar-benar 'tahu' apa yang dia rasakan. Dia menatap Sasuke dan tersenyum simpul.

"Aku memang masih gusar."

"Kalau begitu…."

Ucapan Sasuke terhenti ketika sebuah kotak disodorkan ke arahnya. Sebuah kotak kado dengan ukuran yang sama dengan yang diberikan oleh Itachi. Sasuke hanya ber-'heh' ria sambal memandang Sai yang menaikkan sebelah alisnya.

"Sebenarnya aku cukup gusar melihat kado yang kau terima dari Itachi-nii lebih besar dari kado yang kusiapkan untukmu. Setidaknya kita lebih dekat dibandingkan dirimu dan Itachi-nii kan?"

Apa?!

Dan Sasuke merasakan suatu perasaan untuk menggosok-gosokkan mukanya di tempat beraspal yang penuh kerikil saat ini. Namun kalau operasi plastic juga cukup menjanjikan.

Pada akhirnya Sasuke hanya bisa tepok jidat atas kelakuan kembarannya yang satu ini. Dia mulai merasa untuk membuat karya ilmiah yang menentang filosofi maupun pendapat orang mengenai 'twin connection'.

Dan ketika Sasuke masih sibuk dengan pemikirannya, Sai sudah menghilang dan berdiri di pinggir jalan raya. Tangannya melambai ke arah Sasuke. Kutu kupret tuh anak!

Sasuke berniat untuk menyusulnya dan memukul punggung tuh bocah dari belakang. Namun ketika Sasuke sudah dekat di belakang Sai, sebuah jaket tebal menyelimuti bahu Sai. Sai menoleh dengan wajah bingung. Namun tangannya dengna reflek mengeratkan genggamannya pada jaket yang tersampir di bahunya.

"Aku tidak ingin menjadi tukang kerokan kalau kau masuk angin, Baka."

.

.

Owari.

.

.

Author's note:

Fiuh! Akhirnya selesai juga. Nih fanfic udah nyempil dua tahun lalu dan baru ketemu cara ngasih endingnya akhir-akhir ini.

Gimana para Reader-sama?

Review?

See you in other fanfic….