Crazy for Harry

(My Love is You)

Harry Potterr © J.K. Rowling

"Hey Boy! Bisa bantu aku membawa ini?" pemuda bermata emerald itu berlari kecil mendekat ke arah pria paruh baya yang berbadan besar dan err—tinggi—sangat.

"Tentu, Hagrid," ujar pemuda itu sambil mengangkat beberapa dus berisi buah-buah segar siap dijual.

"Thanks, Harry! Ha ha ha~" suara tawanya menggelegar cukup keras, dan cukup membuat Harry memutar bola matanya.

"Och! Hentikan itu Hagrid, kau bisa menakuti pembeli toko ini nanti," jelas Harry dengan tampang datar.

"U—um, ok, ok Harry," Hagrid nampak melihat sekitar dan benar, ia mendapati beberapa orang melihat kepadanya seraya berkata, "Tawamu menakutkan!".

"Hari ini sepertinya kita kelebihan stok, Hagrid," ujar Harry setelah mereka berada di dalam toko. Mata emeraldnya nampak menelusuri satu persatu dus yang bertumpuk rapi dihadapannya.

"Yeah, kau benar 'Ry, ini lebih banyak dari pada kemarin," Hagrid meletakkan dus terakhir yang di bawanya masuk ke dalam toko.

"Mau kita apakan tiga dus yang tersisa?" Harry nampak berpikir. Ia masih menatap dus buah sirsak, anggur, dan apel itu. Hagrid hanya menatap Harry dengan bingung.

"Aku sepertinya punya ide," senyum merekah di wajah Harry.

"Daddy!"

BRUK!

Tubuh kecil itu membentur tubuh Harry. Harry hanya bisa tertawa kecil sedangkan Hagrid nampak sedikit terkejut mendapati tiba-tiba ada makhluk kecil bersurai pirang melewati sela-sela kakinya dan hupla! Menubruk Harry dengan cepat hingga terjungkal dan hampir menindih dus buah anggur di belakangnya.

"Hey, kids, what are you doing here?" Harry menatap si kecil sambil tersenyum.

"Daddy, aku mau kita pergi kesini ini," si kecil mengeluarkan selebaran dari dalam saku bajunya. Ia terlihat sangat antusias.

"Japan natsu matsuri 2008?" Harry sedikit mengernyit membaca tulisan pada selebaran yang bercorak meriah itu.

"Aku ingin kesana dad!" ujar si kecil meminta.

"Hmmm…" Harry nampak menggantung kalimatnya sebentar, kemudian ia melirik ke arah Hagrid.

"Apa hanya kita yang pergi son? Lalu bagaimana dengan uncle Hagrid?" tanyanya.

"Uncle tentu saja ikut dad! Kita akan pergi bertiga! Benarkan uncle?" Hagrid hanya menganggukkan kepalanya melihat tingkah lucu bocah berusia 7 setengah tahun itu.

"Baiklah, kita akan kesana," si kecil langsung memeluk tubuh Harry dengan sangaaatttt erat.

"Thanks dad! I love you!" teriaknya terlalu senang.

"Yes, son, dad love you too," Harry mengecup kening si kecil.

"I love you uncle," ternyata si kecil tak lupa dengan pria besar itu.

"Yes, little boy, uncle love you too~" Hagrid mengangkat si kecil tinggi, dan memberi kecupan di dahinya.

"Jadi, apa ada yang mau makanan manis hari ini?" Harry menatap ke duanya bergantian.

"Yeah!" soraknya serempak.

Dan Harry tertawa melihat betapa kompaknya mereka.

"Kau sibuk son?" Harry mendekat ke arah si kecil yang masih berkutat dengan buku serta pensil di tangannya.

Si kecil mengangguk pelan, terlihat sangat lucu.

"Apa daddy bisa membantumu?" tawar Harry. Sekejap binar emerald yang sama seperti dirinya menatap Harry senang, namun beberapa saat kemudian binar itu menghilang.

"Kenapa son?" Harry menatap putranya bingung.

"Al ngga mau ngelepotin daddy, kata Ms. Luna, al halus mandili kalau ngeljain tugas," akunya jujur. Harry hanya memandang anaknya itu takjub.

"Ohh, ya, daddy mengerti… nah, kemarilah son," Harry mengangkat tubuh kecil Albus dengan pelan kemudian memangkunya di atas paha. Ia mengusap surai pirang Albus dengan sayang.

"Daddy tak akan melarangmu untuk mandiri son, tapi, jika ada yang tidak kau mengerti, tidak ada salahnya untuk bertanya son," si kecil nampak manggut-manggut mengerti.

"Jadi Al boleh bertanya pada daddy?" si kecil memastikan perkataan Harry.

"Tentu saja son," ujar Harry sembari sesekali mengecup pucuk kepala pirang Albus.

"Al tidak bisa membuat ini daddy, " si kecil meraih buku yang tadi hanya ia pelototi. Ia menunjukkan sebuah gambar dengan tema "Keluarga", dan Harry tahu apa maksudnya itu.

"A tidak punya Mommy, jadi Albus bingung mau mencelitakan sepelti apa kelualga kita daddy," Harry terdiam kaku. Banyak hal yang kini berkeliaran dalam kepalanya.

"engg… daddy?" Albus menatap Harry bingung.

"Ahh… ya son? Apa tadi? Sorry, dad tidak mendengarnya son," sesal Harry.

"Ughh.. daddy!" kesal Albus yang ternyata diacuhkan.

"Sorry, sorry son…"

"Itu daddy, bagaimana calanya al membuat tugas ini, al ngga punya bayangan sama sekali dad," Albus kembali menatap gambar di buku itu.

"Emm.. bagaimana kalau kau ceritakan mengenai daddy dan uncle Hagrid saja, son?"

"Ummm…" Albus nampak berpikir sebentar.

"Tapi kenapa daddy ngga pelnah bilang tentang mommy?" kali ini rasa ingin tahu dari si kecil nampaknya mulai mendominasi.

"Ughh… itu…"—Bagaimana aku bisa menjelaskannya, kalau akulah mommynya…

"Itu karena kau akan membuat Harry sedih, kids,"

"Uncle!" pekik Albus senang. Hagrid datang sambil membawa beberapa kotak kue—hal yang sangat di sukai Albus.

"Umm… apa daddy sedih? Maafin al, dad, al ngga akan nanya mommy lagi," sesal Albus. Ia lalu memeluk Harry dengan erat.

"No, son, it's fine…" Harry mengeratkan pelukannya, ia sempat mengedipkan mata ke arah Hagrid seraya berkata, "Thanks for your help".

"Nah, jadi ayo siapa yang mau kue?" sela Hagrid sambil menggoyang-goyangkan kotak itu.

"Al! Al! Al mau semua kuenya uncle!" sorak si kecil sambil berlari ke arah Hagrid.

"Ho ho ho~ calm down boys, kau bisa memakannya sampai habis," tawanya pelan melihat tingkah lucu Albus.

"Leally?" Hagrid mengangguk cepat.

"Thank you, uncle," Albus memberikan pelukan hangat untuk Hagrid.

"Hagrid, jangan sering-sering memberi Al kue, kau bisa membuat giginya Rontok," Harry terlihat sedikit kesal melihat Hagrid sering sekali membawakan Albus makanan manis—terutama kue dan permen.

"He just kid, Harry, don't be afraid," Hagrid mengedipkan sebelah matanya.

"Ugh, yeah.. yeah…" ujar Harry tak mau tahu. Susah kalau sudah menyangkut makanan manis.

Hey, mate…

How are you? Aku—kami harap kau selalu segar bugar disana. Kami benar-benar merindukanmu mate, sumpah!

Tak terasa 8 setengah tahun berlalu, bagaimana rupamu saat ini mate? Apakah kau menjadi semakin tampan? Dengan jambang serta kumis yang tumbuh di wajahmu? Ataukah kau masih sama seperti bayangan kami? Ohh, aku jadi tak sabar bertemu denganmu mate…

Umm, bagaimana kabar si kecil? Apa dia tumbuh dengan baik? Kalau denganmu aku yakin kau akan melakukan yang terbaik untuknya mate…

Foto si kecil yang kau kirimkan membuat Hermione menangis tiga hari tiga malam mate, saking kangennya pada mu! Jangan tertawa mate, itu hanya perumpamaan saja, em, tapi bagian Hermione menangis itu benar mate…

Walaupun kami bisa mendengar suaramu, dan berkirim surat denganmu, tapi kami masih sangaaattttt ingin bertemu langsung denganmu mate..

Kami akan tetap menunggumu mate, menunggu saat kau menghubungi kami untuk bertemu denganmu disana…

Oh, ya, bagaimana pendapatmu mengenai anak pertama kami mate? Ugh, dia lucu bukan? Yah walaupun baru berusia delapan bulan. Hehehe, tapi ia tak menyaingi keimutan anakmu lhoo~wkwkwkkw

So, jangan bosan-bosan membalas surat ataupun mendengar suara kami mate…

We will always stay on your side until forever…

Because we are best friends for-ever~

N.B: aku menyisipkan beberapa foto Hermione yang sedang sibuk mengurusi bayi kecil kami mate…

Your, best friends

Ronnald Weasley & Hermione Weasley

Surat itu di tutup kembali. Ia lipat dengan rapi, kemudian mengeluarkan beberapa buah foto dari dalam amplop.

Ia tersenyum memandang foto-foto yang menampilakn tingkah konyol sahabatnya. Begitu juga dengan bayi mungil yang nampak cantik di usianya yang ke delapan bulan.

Ia sangat bersyukur, sahabatnya itu akhirnya menikah dan hidup bahagia serta di karunia anak. Sangat-sangat bersyukur.

Setelah puas menikmati foto itu, ia masukkan kembali dalam amplop bersamaan dengan surat yang tadi ia baca.

Sejenak ia terdiam. Kemudian ia mengambil pena serta sebuah kertas, ia akan segera membalas surat sahabatnya itu.

Hey juga Ron, Mione…

Aku baik-baik saja, dan masih segar bugar Ron….

Umm—sayangnya aku tak begitu merindukan kalian Ron—ups, bercanda, ehe hehe ehe~

Umm, yeah you're right Ron, sudah 8 setengah tahun.. dan itu sama sekali tak begitu terasa untukku… sayangnya, semua tebakanmu salah Ron, aku masih seperti dulu, Harry si siswa paling nerd di sekolah… he he he~

Dia baik Ron.. ugh, sekarang sifat nakalnya sudah mulai bertambah… cukup sulit mengatur anak itu saat ini… yah, kau akan tahu nanti jika putri kecilmu itu tumbuh lebih besar lagi…

Kau memang tak berubah Ron, tetap saja mendramatisir keadaan… ha ha ha~

Thanks Ron, kalian memang yang terbaik…

Aku janji kalau usia anakku sudah cukup aku akan membawanya ke hadapan kalian, dan itu past iRon… and, can you still wait for that moment?

Oh, anakmu memang imut Ron, but masih imut anakku~

Ha ha ha~

Thanks you very very much dear friends…

Your, always in my mind and my heart..

Yeah, that's right, we are best friends for-ever…

N.B: aku juga menyisipkan beberapa foto kami untuk kalian guys, see, aku benar-benar hidup dengan baik disini, so, katakan pada Mione jangan terlalu khawatir, right?

Harry Potterr

"Dia selalu seperti itu, Ron," Hermione menatap foto-foto Harry beserta si kecil dan tentunya Hagrid.

"Dia benar-benar bahagia di sana Ron," ujar Hermione. Setitik air matanya jatuh menetes ke atas foto di tangannya.

"Yeah, dia memang bahagia Mione, dan aku bersyukur dengan itu," Ron mengelus punggung Hermione dengan lembut.

"Aku juga Ron, he still my beloved friends," ujar Hermione menghapus air matanya.

"Yeah, you're right," balas Ron. Ia menempelkan kepalanya dengan kepala Hermione. Mereka sama-sama menatap ke arah foto yang menampilkan senyum bahagia seorang Harry Potterr bersama anak kecil bersurai pirang dengan mata emeraldnya yang sedang menggembungkan pipinya, serta pria besar yang duduk bersantai sambil menatap keduanya.

Ya, seperti itulah kini hidup seorang Harry Potterr.

Hanya Harry Potterr. Hanya dia. Tak ada yang lain.

EnD

O—oke, oke… jangan demo sayaaaaaa~

Saya memutuskan endingnya sampai disini aja ya~

Kalau diberi kesempatan lagi mungkin akan saya lanjutkan hehehe~

Mungkin lho mungkin~

Tergantung apakah nantinya ada ide atau tidak… wkwkwkkwwk *peace :v

Mm, sedikit mengenai chapter ini dan chapter sebelumnya, jika ada yang menanyakan kenapa kok alurnya kecepetan? Oh itu memang disengaja, tapi bagi saya ini ngga terlalu cepet kok (#ngeles) hanya saja saya menyambungkan cerita ini agar terlihat senyambung mungkin, mm, biar ga ada kejongjangan ketika kalian membacanya…

Mungkin nih ya yang menganggap cerita ini kecepetan itu pasti masih penasaran bagaimana nasib si pirang Draco selanjutnya setelah ditinggal Harry, bagaimana hidup si Harry selama ia berkelana jauh, serta bagaimana kok bisa Harry jadi "ndung" n ngebrojolin si kecil Albus (oh, ya saya ngegambarin fisiknya Albus itu mirip draco rambut n postur tubuhnya cuma matanya aja yang kayak Harry) dan lain sebagainya…

Hmmm, ya kan, ya kan?

Nah, makanya tadi saya bilang, kemungkinan cerita ini bisa saya lanjutkan dan kemungkinan juga tidak… tergantung dari ide di kepala saya nantinya…

Jujur, untuk sekarang ini, saya lagi tidak berniat (no mood) buat bikin fic yang lebih panjang (baik itu wordnya ataukah chapternya), terlalu membosankan bagi saya.. mm, entahlah.. hehhee..

Okelah segitu aja bacotbekicotnungguinankotsambiljalanbongkokngeliatrokok saya… see you next time…

Give me support yeah?

Thanks,

Fin at 21:49 on Feb, 6th 2015