Disclaimer: Kuroko no Basuke bukanlah milikku, tapi milik dari Fujimaki Tadatoshi

Warning: AU, OC, OOC, Character death, typo, etc.

Rating: T

Genre: Crime, Adventure


SHERLOCK

By

Sky


SMA Teiko, 03.00 PM

Akashi Seijuurou adalah seorang anak yang sangat istimewa, melebihi dari anak-anak seusianya maupun mereka yang berusia lebih tua darinya. Sejak kecil ia sudah dikaruniai oleh bakat alami, kekayaan, ketampanan, serta kecerdasan yang luar biasa, sehingga tidak heran kalau dalam setiap tahun di tahun sekolahnya ia selalu mendapatkan predikat sebagai murid teladan dan terbaik. Bahkan kalau ia mau, dirinya pun bisa menjadi ketua dewan siswa dengan mudahnya dan melihat jiwa kepemimpinannya itu maka mereka yang bekerja di bawahnya akan langsung tunduk di hadapannya, tidak peduli apakah mereka lebih tua dari dirinya atau tidak. Aura yang menyelimuti pemuda berambut merah darah ini sudah mampu membuat siapa saja bertekuk lutut di hadapannya tanpa ada selingan sebuah protes kalau mereka masih ingin hidup. Hanya saja, Seijuurou ini bukanlah orang yang gila jabatan seperti yang kebanyakan orang pikirkan tentangnya. Meskipun anak itu selalu memiliki motto untuk menjadi yang nomor satu, menduduki jabatan sebagai ketua dewan siswa bukanlah keinginannya, sebab di matanya itu seorang ketua dewan siswa tersebut tidak lebih dari pelayan para guru-guru di sekolah ini.

Satu hal yang tidak disukai oleh Akashi Seijuurou adalah tunduk di hadapan seseorang, meskipun jabatan dari orang itu jelas-jelas lebih tinggi darinya. Merasa dirinya yang mandiri dan bukanlah seorang penjilat seperti orang kebanyakan, Seijuurou pun menampik tawaran yang mencalonkannya sebagai ketua dewan siswa di masa dia masih bersekolah di SMP maupun SMA.

Bila ada orang yang bertanya akan apa kekurangan seorang Akashi Seijuurou, anak itu pasti akan menjawab "tidak ada" dengan kalemnya dan penuh akan kepercayaan diri, namun apakah itu benar? Tidak ada orang yang berani menanggapi pertanyaan itu karena mereka yang mengenal tabiat sebenarnya seorang Akashi Seijuurou tidak berani mengungkapkannya, alasannya singkat yaitu mereka masih sayang nyawa.

"Akashi-kun itu egois, sangat egois dan terkadang aku ingin sekali mencubit pipinya untuk mengingatkannya kalau bersikap egois itu tidak baik," ujar seorang sahabat Akashi Seijuurou yang berambut biru langit dengan datarnya. Pipinya yang putih berseri itu sedikit menggembung karena dirinya tengah merajuk pada orang yang namanya tadi ia maksud.

"Tetsuya, mencubit pipi itu sebuah kejahatan yang tidak bisa dimaafkan," jawab Seijuurou dengan santai tanpa mengindahkan rajukan sang sahabat maupun tatapan memelas namun datar yang ditunjukkan padanya.

Kuroko Tetsuya, ia adalah sahabat dari Akashi Seijuurou yang mendapat julukan sebagai bayangan kecilnya. Anak imut yang baru menginjak usia 15 tahun tersebut hanya bisa memberikan tatapan memelas kepada sang pemuda berambut merah darah, namun sudut pandangnya itu menuju ke atas dimana Seijuurou tengah memegang vanilla milkshake-nya tinggi-tinggi agar Tetsuya tak bisa menjangkaunya.

"Kalau mencubit pipi itu kriminal, lalu apa yang Akashi-kun lakukan dengan mencubit pipiku setiap paginya?" Tetsuya pun kini mencoba berjinjit pada ujung kakinya sementara tangan kirinya bertumpu pada bahu Seijuurou, mencoba untuk mengambil vanilla milkshake kesayangannya dari tangan Seijuurou yang menurutnya sangat kejam. "Apa aku bisa melaporkannya pada polisi dan kemudian ia pun dipenjara seumur hidup?"

Kedua mata merah ruby milik sang pewaris keluarga Akashi itu hanya bisa memberikan tatapan penuh hiburan kepada Tetsuya, yang kala itu masih semangat untuk mendapatkan vanilla milkshake-nya kembali, namun kekecewaan pun kembali melanda wajah polos Tetsuya karena sang sahabat malah meninggikan jangkauannya sehingga ia pun tidak dapat meraihnya.

"Kalau aku dipenjara seumur hidup, apa kau tak akan merindukanku?" Bersandar pada dinding sekolah yang ada di belakangnya, Seijuurou terlihat senang sekali bisa menggoda Tetsuya, terlebih ekspresi datar yang biasa diperlihatkan oleh Tetsuya terlihat sangat lucu ketika remaja itu berada dalam keadaan frustrasi, seperti saat ini.

"Tidak akan!" Elak Tetsuya, sedikit tidak peduli pada lingkungan sekitar. Ia pun terus berjinjit sedikit lebih tinggi, tangan kanannya mencoba meraih gelas plastik yang tengah Seijuurou pegang, namun tetap saja ia pun tak mampu menjangkau minuman kesayangannya.

"Aku ragu kalau kau tidak akan rindu padaku, Tetsuya," ujar Seijuurou, nadanya diselimuti oleh kepercayaan diri yang sangat tinggi meskipun postur tubuhnya begitu tenang. Kedua mata merahnya menatap jahil pada Tetsuya. "Kalau aku dipenjara seumur hidup, lalu siapa yang akan membacakanmu cerita setiap malamnya? Aku tidak yakin Daiki maupun Ryouta mampu menggantikan kedudukanku sebagai pembaca dongeng sebelum tidur bagi Tetsuya di setiap malamnya. Kemungkinan yang ada Daiki akan membacakanmu apa yang tertera dalam majalah laknatnya, sementara Ryouta malah akan membuatmu tak bisa tidur."

Bibir itu melengkung kecil untuk membentuk ukiran penuh kemenangan saat ia melihat bagaimana kedua mata biru langit milik sang sahabat melebar sedikit, namun reaksi yang ia tunggu tidaklah berhenti sampai di sana saja. Warna merah muda yang jarang sekali muncul di kedua pipi putih milik anak bermarga Kuroko itu kini muncul dengan begitu natural, bahkan kedua belah bibirnya pun sedikit terbuka sebelum terkatup dengan sangat erat.

"Aku bisa minta tolong Midorima-kun!" kata Tetsuya, meski tubuhnya tidak lagi mencoba untuk menjangkau vanilla milkshake yang tengah dipegang oleh Seijuurou, tapi tangannya yang masih memegang bahu pemuda berambut merah darah itu pun mengerat secara perlahan.

Kemungkinan besar Tetsuya mencoba untuk mencari celah dan ketika Seijuurou lengah ia akan mengambil benda kesayangan yang sangat ingin ia minum dari tangan jahat tersebut.

"Dengan sifat anehnya itu, aku ragu kalau Shintarou akan menuruti permintaanmu dengan mudah," jawab Seijuurou dengan tenang, ia terlihat begitu menikmati suasana ini.

"Murasakibara-kun."

"Kurasa ia akan membacakanmu cerita mengenai pembuatan makanan dan memamerkan gambar-gambar makanan padamu," jawab Seijuurou lagi, seringai tipis pun kembali merekah dengan lebar di wajah tampannya. "Kurasa dari kumpulan orang-orang astral itu, hanya aku yang bisa melakukan apa yang kau minta, Tetsuya. Dengan normal dan tanpa membuatmu terganggu maupun mengalami mimpi buruk. Tapi, kalau kau berniat melaporkanku pada pihak yang berwajib karena kejahatanku yang berupa mencubit pipimu itu, aku tak menjamin kalau kau akan bisa tidur dengan nyenyak setiap malamnya."

Dan Seijuurou pun benar, anak laki-laki dengan warna biru langit tersebut tidak akan bisa tidur tanpa dosis dongeng yang dibacakan padanya di setiap malam, dan sialnya hanya pemuda berambut merah inilah yang mampu melakukan dosis hariannya untuk Tetsuya. Merasa kalah telak, Tetsuya hanya bisa menatap Seijuurou dengan datar, bahkan ia pun telihat lebih datar dari biasanya sementara orang yang berdiri di hadapannya hanya mengeluarkan aura penuh kemenangan dan seringai andalannya. Benar-benar orang yang menyebalkan, begitulah yang dipikirkan oleh Tetsuya mengenai Akashi Seijuurou.

Menatap vanilla milkshake kesayangannya yang masih ditahan oleh sang sahabat, Tetsuya hanya bisa mendengus pasrah. Mau diambil secara paksa, Seijuurou tentu akan menghalanginya dengan segala cara. Mau menggunakan trik, sang sahabat yang terkenal sebagai seorang yang jenius tentu akan mengalahkannya dengan sangat telak, tak perlu dijelaskan lagi semua orang juga akan tahu akan hal itu. Kalau menggunakan kekerasan? Cukup, Tetsuya tak akan sanggup melakukannya melihat fisiknya itu jauh berada di bawah rata-rata, dalam artian lain adalah ia sangat lemah.

Pikirannya yang mulai ngawur dan berteteran ke mana-mana itu semakin membuatnya kesal sendiri, dan tanpa sadar pun Tetsuya menggembungkan kedua pipi gembulnya. Pemandangan remaja berwajah datar yang menggembungkan pipinya dengan lucu itu tentu adalah pemandangan yang langka, jadi jangan salahkan Akashi Seijuurou bila pemuda itu mencubit pipinya dengan gemas.

"Akashi-kun, sakit," Tetsuya mengeran pelan, tetap dengan ekspresi datar andalannya seraya ia menepis tangan nakal itu untuk yang kesekian kalinya. Cubitan dari Seijuurou cukup membuat pipi gembulnya ngilu, bahkan setelah Seijuurou melepaskan cubitan pada pipinya itu, bekas cubitan yang berwarna merah muncul di pipinya.

"Kau ini tipe orang yang aneh dan langka, Tetsuya. Kau mengatakan sakit, tapi kau malah mengeluarkan ekspresi datar tapi lucu seperti itu," gumam sang kapten basket SMA Teiko tersebut seraya mengusap pipi Tetsuya yang kemerahan akibat cubitannya.

"Aku tidak terima bila dikatai lucu oleh Akashi-kun. Dasar orang sadis," sahut Tetsuya dengan kalem, ia pun kembali menepis tangan yang mengganggu itu dari wajahnya.

Dari sudut matanya Tetsuya melihat bagaimana konsentrasi Seijuurou tengah beralih dari vanilla milkshake yang ia pegang, sehingga kesempatan yang langka ini tidak akan Tetsuya sia-siakan. Dengan sigap remaja berambut biru langit itu mengulurkan tangannya dengan cepat, meraih gelas plastik yang ada di dalam pegangan Seijuurou dan ia sangat yakin kalau dirinya mampu mendapatkan hal itu. Angan-angannya yang indah itu harus buyar tatkala ia kalah cepat dengan Seijuurou, pemuda yang memiliki harga diri tinggi tersebut menyadari gelagat tak beres dari kawannya, sehingga ia pun menghindarkan vanilla milkshake yang ia pegang ke samping sebelum ia memiting gerakan Tetsuya menggunakan tangan satunya dan mengunci Tetsuya, menghantam remaja bertubuh mungil itu dengan punggungnya bertabrakan pada dinding tempat Seijuurou bersandar tadi.

"Usaha yang bagus, tapi kalau niatmu adalah mencoba membodohiku untuk mendapatkan benda ini, maka kau butuh 1000 tahun lagi supaya berhasil, Tetsuya."

"Akashi-kun!"

"Tidak, Tetsuya, sudah cukup kau mengkonsumsi minuman ini. Aku tidak mau kau terkena diabetes melitus hanya karena menkonsumsi minuman dengan kadar gula di atas rata-rata seperti ini. Aku tidak mengijinkannya."

Rasanya Tetsuya ingin sekali memukul kepala merah Seijuurou itu karena telah berlaku semena-mena padanya, ia bukanlah anak kecil yang membutuhkan pengawasan dari orang dewasa, atau lebih tepatnya orang sok dewasa seperti Seijuurou ini. Meskipun demikian, mau protes pun rasanya akan susah mengingat siapa Seijuurou dan bagaimana sifat pemuda itu bila sudah menyangkut dirinya, seperti seorang ibu yang terlalu overprotektif kepada anak-anaknya. Mirip induk ayam kepada anak ayam.

Satu hal yang pasti di sini, orang yang bernama Akashi Seijuurou itu sangat menyebalkan.

Tetsuya tak bisa bergerak melihat tubuhnya dihimpit oleh tubuh sang sahabat di hadapannya dan dinding kokoh di belakangnya. Apapun yang ia lakukan percuma, bahkan mau meronta pun juga tak bisa.

"Aka..."

"AAAAAHHH!"

Sebuah teriakan yang sangat lantang menginterupsi perkataan Tetsuya yang akan memanggil nama Seijuurou. Otomatis perhatian mereka berdua langsung teralih, menatap ke arah jendela yang terbuka dimana sumber suara itu berasalah. Dua pasang mata berwarna merah dan biru itu melebar tak percaya ketika mereka melihat sebuah pemandangan yang tak lazim terjadi di depan mata mereka. Dari jendela yang terbuka itu mereka melihat sesosok tubuh terjatuh dari atas dan terus melesat ke bawah, tubuh itu diikuti oleh bingkai pagar kawat besi bersamanya dan terus melesat.

Tetsuya yang shock akan pemandangan itu hanya bisa menatap dengan kedua matanya melebar, ia bahkan tak merasakan kalau Seijuurou sudah tak mencengkeramnya lagi, dan kedua remaja itu langsung menghampiri jendela yang terbuka itu dan melihat apa yang terjadi. Di bawah gedung bertingkat yang merupakan sekolah mereka, keduanya menyaksikan tubuh seseorang yang terhempas dari atas sekolah tadi terjatuh ke bawah, tubuh itu menghantam mobil yang parkir di sana sebelum jatuh ke bawah dengan bersimbah darah. Siapapun yang melompat dari atas gedung tinggi seperti itu bisa dipastikan tidak akan selamat.

"A-Akashi-kun..." panggil Tetsuya yang masih shock melihat kejadian orang bunuh diri secara langsung di hadapannya. Ia meremas jas sekolah yang Seijuurou kenakan, degup jantungnya semakin keras karena terpacu adrenalin.

"ARAKI-SENSEI!" Teriak seseorang dari bawah yang memanggil nama si korban, lagi-lagi menginterupsi perkataan Tetsuya.

Tetsuya menatap singkat kejadian itu sebelum ia mengalihkan pandangannya kepada Seijuurou. Menatap sahabat karibnya itu, Tetsuya hanya bisa tertegun tatkala ia melihat sebuah kilatan aneh yang muncul di balik ruby merah yang misterius tersebut, seperti Seijuurou tahu akan sesuatu hal yang menjurus pada kasus bunuh dirinya seorang guru SMA Teiko tersebut.

"Menarik."


AN: Terima kasih kepada teman-teman yang sudah mampir dan telah memberikan favorite, memfollow, serta review pada fanfic ini.

Author: Sky