Disclaimer : Naruto is Mister Masashi Kishimoto's

Warning : A little bit OOC.

This story is mine.


Be relax and please enjoy,

Chamomile

Gaara – Yamanaka Ino

Gaara tetap diam sambil masih memperhatikan gadis itu yang sedang meraba-raba tubuhnya dengan sesuka hati. "Kau mengidap Generalized Anxiety Disorder, Gaara." Ucap Ino.


Siang hari di desa Suna. Terik mentari yang hangat disertai suara desiran pasir merupakan ciri khas tempat itu. Namun gemuruh lembut angin tidak mampu menggapai tempat dimana seorang gadis bersurai blonde tengah berdiri, dengan seriusnya membubuhkan isi dari sebuah kantong kain berwarna coklat polos.

Suara gemericik biji yang dijatuhkan menimpa kaleng memenuhi sepenjuru rumah kaca yang awalnya sunyi.

Yamanaka Ino, saat ini sedang menyeka satu bulir keringat di dahinya dengan punggung tangannya yang terlapisi sarung tangan. Nampaknya temperatur rumah kaca yang sedikit tinggi itu tidak mampu meredam senyum yang kini sedang merekah di bibir mungilnya.

Alangkah bahagianya gadis itu, ketika akhirnya sebuah paket dari desa Konoha yang telah ia tunggu-tunggu datang beberapa waktu lalu. Dengan semangat, si gadis menempatkan kantong benih tanaman herbal yang masih berisi beberapa bulir biji Chamomile itu ke dalam rak benih di depannya.

"Aahh, aku suka sekali bunga herbal." Gumamnya sumringah.

Ino sudah sangat terbiasa dengan tanaman herbal karena ia adalah seorang ninja medis. Juga tak diragukan lagi bahwa dirinya adalah seorang ahli tanaman bunga, karena sewaktu tinggal di desa Konoha, ia adalah seorang florist. Sehingga ketika tangannya sedang menggenggam benih salah satu bunga herbal favoritnya, ia benar-benar tidak sabar ingin segera menumbuhkannya di rumah kaca kecil milik unit medis desa Suna ini.

Dengan hati-hati, Ino memasukkan beberapa biji itu ke dalam pot berisi tanah, dan menguburnya dengan sekam. Dengan cekatan, gadis itu menyendok karung arang sekam menggunakan sekop kecil yang ia genggam, tepat ketika pintu rumah kaca menjeblak terbuka diiringi teriakan seseorang memanggilnya.

PRANG!

Sekop ditangannya jatuh menimpa lantai, ketika Ino melonjak kaget. Seketika gadis dengan manik sewarna aquamarine itu menoleh.

Seorang pemuda, ninja medis bawahannya sedang menyeruak masuk ke dalam rumah kaca itu dengan sangat tergesa. Ekspresinya tidak santai.

"Ada apa?" Tanya Ino dengan heran.

"Maaf mengganggu Anda, Yamanaka-san…" ucapnya terengah. Sambil mengatur napasnya, pemuda itu melanjutkan, "Ka-kazekage -sama.."

Seketika Ino mengerutkan kening, "Kenapa dengan Gaara?"

"Gaara-sama terjatuh di ruangannya. Baki-san menyuruhku untuk memanggil Anda agar segera pergi ke kediaman Kazekage-sama."

"Apa?!"

Tak perlu menunggu lama, Ino segera membuka celemek dan menghempaskan sarung tangan kebunnya.

Berlari sepanjang koridor menuju kamar Gaara, gadis itu gemetaran tidak karuan. Gaara memang seorang workaholic, sudah berkali-kali gadis itu menegur Gaara untuk beristirahat, tapi tak pernah sekalipun Ino menemukan Kazekage desa Suna itu ambruk karena kelelahan.

'Lalu kenapa sekarang?' pikir Ino, menggigit bibir bawahnya ketika masih berlari secepat kilat.

Tak berapa lama kemudian, Ino tiba di depan kamar sang Kazekage. Diketuknya pintu beberapa kali dengan buku jarinya, lalu daun pintu pun dibuka dari dalam. Dengan wajah cemas, Baki muncul dari balik daun pintu lalu segera mempersilahkan Ino masuk.

Dilihat Ino, dua orang sedang berkerumun di pinggir tempat tidur pemuda nomor satu di Sunagakure itu. Dua pasang mata langsung menoleh ke arah gadis itu saat Ino melangkah mendekat.

Temari dan Kankurou.

"Ino! Ayo segera periksa dia." Ucap Temari, meraih tangan Ino.

Dilihatnya wajah Temari yang sedang tegang, kaget bercampur khawatir, nampaknya sang kakak pun tidak menyangka bahwa adiknya yang merupakan laki-laki paling tangguh dan kuat di desanya itu bisa tiba-tiba ambruk tapa alasan. Ada apa gerangan?

Sedangkan Gaara hanya melirik Ino sekilas dengan ekspresi datarnya, lalu mendesah pelan. "Sudah kubilang aku tidak apa-apa." Ucap sang Kage singkat, sedang bersandar di punggungnya sambil melipat tangannya di dada.

Ino menghela napas. Keras kepala seperti biasa, pemuda berambut merah itu.

Kemudian Kankurou memutar badannya, hendak meninggalkan ruangan. "Sudahlah Gaara, turuti ucapan kakakmu dan biarkan Ino memeriksamu." Ucapnya, sambil beranjak pergi.

Temari dan Baki mengikuti, sambil keduanya melemparkan pandangan 'beritahu hasilnya nanti' pada Ino.

Ino menghampiri Gaara tepat setelah pintu kamar tertutup. Keduanya saling beradu pandang sejenak.

"Aku tidak apa-apa." Ucap Gaara lagi.

Ino memutar bola mata aquamarinenya, kemudian duduk di tepi tempat tidur sang Kazekage.

"Ulurkan tanganmu." Ujar Ino.

Gaara terdiam sesaat, lalu dengan enggan pemuda itu mengulurkan tangannya juga.

Sudah cukup lama Ino menjadi dokter pribadi Gaara, jadi cukup mudah baginya jika hanya sekedar untuk membujuk pemuda itu.

Diraihnya tangan besar dan kekar sang Kazekage, lalu dengan cekatan Ino memeriksa nadi Gaara. Pemuda itu melihat Ino yang sedang fokus merasakan denyut nadinya, lalu alis si gadis sedikit naik. Perlahan Ino memindahkan jemarinya dari pergelangan tangan Gaara ke lengan pemuda itu, berhenti sebentar untuk menggulung lengan baju Gaara lalu lanjut menekan lengan atas si pemuda.

Ino merengut dan menempatkan tangannya yang lain di tulang selangka Gaara. Sebelum akan memeriksa dada si pemuda, Ino membuka 2 kancing baju sang kazekage untuk menghilangkan kain baju yang menutupi kulit putih di bawah lehernya yang akan mengganggu jalannya pemeriksaan. Setelah menekankan tangannya ke kanan dan ke kiri, Ino menggeleng sedikit.

Akhirnya Ino sedikit menyondongkan tubuhnya dengan bertopang pada satu tangan. Tangan Ino yang lain meraih leher si pemuda untuk mengecek denyut nadi pada arteri di leher Gaara.

'Otot-ototnya menegang dan tubuhnya berkeringat.' Pikir Ino, sambil menyipitkan mata.

Gaara masih memperhatikan, pandangan Ino tetap fokus pada gerakan tangannya sendiri yang sedaritadi memijat tubuh bagian atas pemuda berambut merah itu kesana kemari. Pemuda itu juga masih bisa merasakan hangatnya telapak tangan si gadis yang membekas di sepenjuru bahunya akibat aksi jemari Ino yang ditekan-tekankan ke kulitnya. Seolah gadis itu tak mempedulikan tatapan Gaara yang memandangnya sadaritadi. Dengan jarak sedekat itu Gaara dapat mencium bau tubuh si gadis, namun indera penciumannya langsung mengetahui bahwa ada aroma lain yang terselip disana.

Gaara menghela napas dalam, aroma lembut sang gadis membuat dirinya menjadi sedikit lebih rileks.

Akhirnya, Ino meraih rahang sang Kazekage dengan satu tangan dan tangannya yang lain mengepalkan tangan si pemuda dengan perlahan. Gaara merasakan kepalanya mendongak ketika Ino menggeratakkan rahangnya.

Meski begitu, Gaara tetap diam sambil masih memperhatikan gadis itu yang sedang meraba-raba tubuhnya dengan sesuka hati. Seolah Pasrah dengan apapun yang akan diperbuat gadis bermanik mempesona itu. Jika orang lain, meski ninja medis sekalipun, tak akan pemuda itu biarkan untuk menyentuh dirinya. Tapi sudah berapa lama ini, Ino adalah pengecualian.

Sambil pada akhirnya Ino mengangguk-angguk, memundurkan badannya dan menarik tangannya dari Gaara sambil membuang napas. "Haahhh…"

Kemudian gadis itu mendongak untuk memandang Gaara.

"Kau mengidap Generalized Anxiety Disorder." Ucap Ino. Dilihatnya sang Kazekage masih memandangnya dengan datar.

"Dengan kata lain, gangguan kecemasan. Inilah yang membuatmu menderita kelelahan parah sehingga kau ambruk." Papar si gadis. "Apa belakangan ini kau mengalami susah tidur?"

Gaara masih menoleh ke samping untuk menatap Ino yang duduk disebelahnya itu, lalu perlahan membuang pandangannya ke depan. "Sepertinya."

Ino memperhatikan pemuda di depannya. Gaara memang mempunyai segudang hal berkaitan dengan desa yang menjadi tanggung jawabnya, karena ia adalah seorang petinggi desa ini. Namun Ino yakin, ada hal lain yang mampu memecah fokus sang Kazekage sehingga membuatnya gelisah.

"Apa yang membuatmu resah?" Tanya Ino.

Gaara menolehkan setengah wajahnya lagi ke arah Ino, namun tetap stoik.

"Untungnya ini tidak parah. Kau hanya mengalami peningkatan kecemasan yang masih berada dalam tingkat ringan, tapi jika dibiarkan ini akan menjadi masalah yang cukup serius, Gaara." Papar Ino lagi. Kemudian gadis itu lanjut bertanya, "Jadi apa yang membuatmu khawatir?"

Gaara masih tetap memandang Ino dalam diam dan bungkam seribu bahasa, enggan untuk bersuara. Belakangan ini pembicaraan yang terbentuk dengan gadis itu hanya seputar perkembangan unit medis desa Suna atau nasihat dari dokter ke pasiennya. Sentuhan yang terjadipun hanya sebatas pemeriksaan pasien oleh dokternya. Tentu saja pemuda itu merasa ada yang kurang, dan hilang.

Akhirnya Ino mendelikkan matanya sambil beranjak untuk berdiri.

"Istirahatlah sampai aku kembali dan membawa sesuatu untukmu."

Setelah keluar kamar, Ino menjeduk-jedukkan dahi dengan punggung tangannya.

"Geezz bagaimana aku bisa tahu akar dari penyakitnya kalau dia tidak bicara." Desis gadis itu sambil manyun.

Sesaat kemudian Temari, Kankurou dan Baki segera menghampirinya untuk menanyakan keadaan Gaara. Kemudian Ino memaparkan apa yang terjadi pada sang Kazekage, meyakinkan bahwa ini bukanlah hal yang serius dan Gaara hanya perlu istirahat sehingga tak ada yang perlu dikhawatirkan, lalu kembali ke rumah kaca untuk mengambil sesuatu.

Paket lain dari Konoha selain benih Chamomile, yaitu helaian bunga tersebut yang sudah dikeringkan. Lalu Ino mengambil satu buah cawan dan peralatan lainnya untuk meracik sesuatu.

XXX

Ino kembali memasuki kamar Gaara dengan membawa nampan yang dipenuhi beberapa mangkuk, cangkir, sendok dan botol air. Dirinya mendecakkan lidah saat melihat Gaara masih terbaring di kasurnya dengan posisi yang sama, menyandarkan dirinya ke punggung kasur sambil melipat tangan.

"Kubilang kau seharusnya beristirahat, Gaara." Ucap Ino saat menghampiri pemuda itu sambil menaruh nampan tersebut di meja yang berada di samping tempat tidur sang Kage.

"Apa ini?" Ucap Gaara pada akhirnya, saat melihat isi dari nampan yang dibawa Ino.

"Aku akan memberimu minuman penenang." Kata Ino sambil kembali duduk disamping Gaara.

Seketika pemuda itu mengerutkan kening. "Aku tidak akan minum obat."

Gaara tidak suka minum obat. Bahkan saat dirinya dirinya mengidap Insomnia akut saat Shukaku masih ada dalam tubuhnya sekalipun, ia menolak dengan keras untuk meminum obat jenis apapun.

"Aku bilang ini adalah minuman, bukan obat." Elak Ino, ia mengangkat mangkuk berisi racikan helaian teh kering dan siap menyeduhnya.

Gaara memberengut sampai sesaat kemudiaan hidungnya membaui aroma yang tadi pernah dihirupnya. Pemuda itu menghela napas dalam.

'Bau yang sama dengan aroma yang terselip di tubuh Ino.' Pikirnya.

Ino yang dapat merasakan pemuda itu mendengus, memandang Gaara sambil tersenyum. "Wanginya enak, bukan? Ini adalah teh Chamomile. Dikenal bisa membantu hati dan pikiran menjadi lebih santai."

"Aromanya menempel di tubuhmu beberapa waktu lalu." Komentar pemuda itu.

Ino terkikik geli, "Tentu saja. Aku sedang membereskan paket tanaman Chamomile dan benihnya saat mendengar kau tiba-tiba terjatuh di ruanganmu."

Bibir Gaara melengkung ke bawah, ia tidak suka diledek. Sementara Ino telah selesai menyajikan teh Chamomile yang siap diminum.

"Minum ini lalu kau akan sembuh." Ucap Ino sambil menyodorkan secangkir teh berwarna coklat bening.

Gaara bahkan tak menatap isi cangkir tersebut alih-alih tetap memandang Ino. Semerbak aroma Chamomile kini telah menyelimuti keduanya, membuat otot-otot tubuh mereka menjadi sama-sama rileks.

Lalu Ino meraih tangan Gaara yang sedang terlipat di dada bidang pemuda itu dan menariknya dengan satu tangan si gadis yang tak sedang memegang cangkir.

"Kau tidak boleh membuat khawatir seisi desa hanya karena kekeras-kepalaanmu, Gaara." Ucap Ino terkikik lagi.

Dipikir-pikir sudah lama dirinya tidak melakukan pembicaraan sesantai ini dengan sang Kazekage, hanya berduaan saja. Keduanya sama-sama sibuk dengan kewajiban masing-masing di desa pasir itu.

Gara balik menggenggam tangan Ino, meremas jemarinya.

"Menenangkan." Mata hijau Gaara seakan terpaku hanya untuk menatap Ino.

"Tentu saja, sudah kubilang teh Chamomi-"

"Bukan Chamomile, tapi kau."

Ino seketika berhenti dan menatap Gaara.

Lalu Gaara menarik tangan Ino yang sedang digenggamnya, membuat tubuh Ino condong ke depan dan berkata, "Jangan pergi. Tetaplah tinggal disini, Ino."

"Eh?" Ino mengerutkan dahinya.

"Aku sudah tahu." Ujar Gaara. "Beberapa waktu lalu, Godaime Hokage mengirim surat yang isinya menyuruhmu untuk pulang ke Konoha."

"Oh.. tentang itu.." Lalu seketika mata Ino melebar. "Jangan bilang, kau mencemaskan hal itu belakangan ini?'

"Tentu saja." Jawab Gaara jujur.

Ino sedikit terkejut dengan kenyataan bahwa dirinyalah yang dirisaukan oleh si pemuda. Tak disangka Gaara akan memikirkan dirinya sedalam itu sampai membuatnya terjangkit penyakit ini. Kemudian Ino tertawa geli melihat ekspresi harap-harap cemasnya Gaara.

Sambil menyerahkan cangkir teh ke tangan Gaara, gadis itu berkata, "Kenapa kau tidak bicarakan langsung padaku mengenai hal ini?"

"Ingin kutanyakan tapi tak ada kesempatan. Kau selalu sibuk."

"Kau juga." Sangkal Ino.

Lalu dengan tampang serius, dengan satu tangan menggenggam tangan Ino dan tangan lainnya memegang cangkir teh, Gaara berkata. "Sebagai Kazekage desa ini, aku tidak mengizinkanmu meninggalkan Suna, Yamanaka Ino."

Ino terkikik pelan, "Jangan bercanda Gaara, aku harus pergi ke Konoha."

Gadis itu memperhatikan Gaara yang merengut, tak biasa mendapatkan seseorang menolak perintahnya.

"Tapi tidak akan lama. Tsunade-sama hanya memintaku melaporkan mengenai tanaman obat yang berhasil kukembangkan disini, itu saja. Setelah itu aku akan kembali lagi ke Suna." Lanjut Ino sambil tersenyum.

Mendengarnya, Gaara meregangkan bahunya. Pemuda itu memang tak banyak menunjukkan ekspresi tapi dilihat dari gelagatnya Ino bisa tahu bahwa pemuda itu akhirnya merasa lega.

Lalu sambil mencodongkan tubuhnya, Ino berbisik jail di telinga Gaara. "Juga, misiku disini belum selesai.."

Si pemuda melihat Ino yang kembali menarik tubuhnya dengan tanda Tanya, lalu pandangan si gadis kembali pada secangkir teh yang masih digenggam tangan besarnya.

"Cepat minum tehnya, nanti keburu dingin."

Ino mengangkat tangan Gaara dan mendekatkan cangkir teh itu ke mulut sang Kage. Namun Gaara menghentikan tagannya saat cangkir itu mulai menyentuh bibirnya dan malah memandang Ino lekat-lekat.

"Aku mau meminumnya, asalkan kau meminumkannya untukku.." Gara melengkungkan bibirnya membentuk seringaian tipis, "…lewat bibirmu."

Ino tersentak yang membuatnya terbatuk ringan.

"Yang benar saja, Gaara. Berhenti bersikap seperti anak kecil dan minum teh yang sudah susah payah kubuatkan!"

Ino menegukkan isi cangkir itu masuk ke mulut Gaara secara paksa dan mengangkat tubuhnya mendekati Gaara sekedar untuk mendongak dan melihat air teh itu perlahan habis.

Menepukkan telapak tangannya, Ino menyeringai penuh kemenangan.

Tapi tak disangka gadis itu, Gaara menarik dirinya sesaat setelah tegukan terakhir. Sehingga tubuh Ino menghantam Gaara ketika pemuda itu menempelkan bibirnya di bibir Ino.

Ino yang sedang syok dengan gerakan tiba-tiba, merasakan sesuatu mengalir melewati bibirnya dan aroma kuat Chamomile menusuk indera penciumannya.

Chamomile tea, dengan rasa yang agak tawar dan sedikit aroma khas rumput. Rasa tawar yang lembut dan menenangkan. Aroma khas dari Chamomile ini, yang dipercaya menjadi salah satu cara relaksasi yang ampuh, atau rasa dari ciuman Gaara lah yang membuat Ino menjadi lebih rileks sekarang?

Yang jelas ketika Gaara melepaskan bibir gadis itu, Ino sedang meneguk sisa dari rasa teh yang tertinggal di mulutnya.

"Boleh juga." Komentar Gaara, menjilat sisa teh di mulutnya sambil meletakkan cangkir. Lalu ia mengembalikan pandangannya kepada Ino yang tengah menggembungkan pipinya yang tersipu sambil melemparkan tatapan tajam padanya.

"Kurasa, aku akan mulai menyukai teh Chamomile." Ucap Gaara sambil menghirup aroma penenang yang tertinggal.

TAMAT.


Rehat sejenak dari proposal tugas akhir, tiba-tiba keselip ide ini saat lagi mencari cara untuk menenangkan pikiran. Hahaha.

Oiya, mohon doa dari temen-temen semuanya yaa moga perjalanan menuju sidang dilancarkan selancar nulis fanfic. Amiiin *sungkem*

Cerita ini dibuat dengan sangat tiba-tiba jadi maaf kalau tulisannya agak berantakan karena tergesa-gesa mikirnya. LOL

Ditunggu reviewnya yaaa :)