Disclaimer : Naruto by Masashi Kishimoto

NOTE : Karena penasaran dengan cerita setelah The Last dan menghilangnya Sasuke secara tiba-tiba, akhirnya saya memutuskan untuk menulis versi saya sendiri.

Kelamaan nunggu Sakura's Hidden-nya.. Jadi saya buat versi Sasuke's Hidden aja. Heheh

Selamat membaca.

Semoga gak aneh.

.

.

.

"..Aku akan menemuimu lagi..."

"..Dan terimakasih.."

.

"Sakura!"

Sakura terlonjak kaget saat dia mendengar sebuah seruan keras yang terdengar tepat di telinganya. Sakura menoleh ke samping dan melihat Ino sedang menatapnya dengan dahi berkerut.

"Kau mengagetkanku!" kata Sakura dengan setengah kesal.

Ino menghela napas keras seraya menggelengkan kepalanya.

"Kau yang tidak mendengarku. Aku sudah memanggilmu berkali-kali tapi kau tidak menggubrisku. Kau hanya memegang bunga lily itu sambil melamun lama sekali.." kata Ino dengan nada mengomel.

Sakura mengerjapkan matanya dan menatap Ino dengan pandangan bingung.

"Benarkah?" tanyanya. Wajahnya memerah.

"Apa kau sedang ada masalah?" tanya Ino. Dia mengerutkan dahi dan menatap Sakura dengan penuh selidik.

Sakura membalasnya dengan tersenyum kikuk ke arahnya.

"Ah.. Tidak. Aku tidak apa-apa.." kilahnya.

"Kau bohong. Kau sedang berbohong, Haruno Sakura.." kata Ino dengan nada penuh penekanan.

"Apa maksudmu aku sedang berbohong?" tanya Sakura.

"Beberapa hari ini kau terlihat aneh. Beberapa pasienmu di rumah sakit yang datang ke sini mengeluh kalau kau sering tidak fokus saat memeriksa mereka. Ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Ino. Kali ini dia bertanya dengan nada seorang sahabat.

Sakura terdiam untuk beberapa saat sebelum akhirnya dia menoleh lagi ke arah Ino.

"Kau ada waktu sebentar? Aku ingin mengobrol denganmu sebentar.." katanya kemudian.

Ino mengangguk.

"Tentu saja. Ayo.. Kali ini aku akan mentraktirmu kalau begitu dan kau bisa menceritakan apa masalahmu.." ujar Ino.

.

.

.

Kedai makan yang terletak di pinggiran hutan itu tampak tidak begitu ramai dan hanya ada beberapa orang yang duduk menikmati makanannya di sana. Pemilik kedai itu adalah sepasang suami istri paruh baya yang sedang bergulat memasakkan masakan di dapur dan seorang anak gadisnya yang sibuk mengantarkan pesanan kepada pelanggan. Gadis berambut coklat panjang itu tampak tersenyum malu-malu saat dia mengantarkan pesanan pada salah seorang pelanggan yang duduk di pojok ruangan. Wajahnya merona merah saat pelanggan itu menatapnya dengan wajah datar.

"Ini pesanan Anda, Tuan.." katanya seraya meletakkan nampan berisi makanan dan air di meja pelanggan itu.

"Hn.." pemuda berambut raven itu menyahutnya dengan singkat.

Walaupun wajahnya hanya menunjukkan reaksi datar dan terkesan dingin, tapi gadis pelayan itu sama sekali tidak bisa menolak pesona dari wajah pemuda itu. Gadis itu bahkan tidak mempermasalahkan kedua bola mata milik pemuda itu yang terlihat berbeda satu sama lain.

Pemuda itu kembali menatap gadis pelayan yang masih berdiri di samping mejanya dengan tatapan heran.

"Aku rasa aku cukup dengan ini saja, Nona.." katanya dengan suara datar.

Gadis itu tampak terkesiap dan wajahnya langsung memerah. Dengan salah tingkah, gadis itu langsung pamit undur diri dan pergi dari mejanya.

Sasuke Uchiha hanya menghela napas pelan seraya mengambil segelas air yang ada di depannya. Dia sudah cukup haus setelah melewati perjalanan panjang beberapa hari ini. Dia bahkan hanya makan seadanya dari hasil buruannya dan minum air sungai yang dilewatinya. Baru hari ini dia menemukan kedai makan dan akhirnya bisa makan makanan yang dimasak dan minum air matang.

Sasuke mengalihkan pandangannya keluar jendela yang terbuat dari kayu itu. Sama halnya dengan bangunan kedai ini, yang semuanya terbuat dari kayu.

Jalanan setapak di depan kedai ini akan mengarahkannya pada desa berikutnya.

Sasuke menghela napas sekali lagi.

Entah sudah berapa lama dia meninggalkan desa Konoha setelah peristiwa penyerangan Toneri yang melibatkan keluarga Hyuuga beberapa waktu lalu. Dan karena penyerangan itu, akhirnya membuat sahabat bodohnya itu menyadari perasaannya pada Hinata, gadis yang sejak dulu menyukainya.

Mengingat semua itu membuat Sasuke mau tidak mau tersenyum sinis.

Dia ingat ciuman fenomenal yang dilakukan Naruto di depan bayangan bulan di atas langit Konoha waktu itu.

Yah, siapa yang menyangka kalau akhirnya sahabatnya itu memilih Hinata dan menikahi gadis dari klan Hyuuga itu? Padahal Sasuke tahu persis kalau Naruto sejak dulu selalu menyukai Sakura dan menganggapnya sebagai saingannya. Dan Naruto bahkan tidak segan-segan mengajaknya berduel dan melakukan pertarungan konyol hanya untuk mendapatkan perhatian dari Sakura.

Walaupun pada akhirnya, Sakura tetap memilih Sasuke.

Mengingat tentang gadis berambut merah muda itu, kembali membuat Sasuke menghela napas panjang.

Sepertinya dia telah mengambil keputusan dengan tergesa-gesa.

Sejak dia meninggalkan desa Konoha setelah perang dunia shinobi keempat, Sasuke berjanji pada Sakura akan menemuinya lagi.

Tapi saat dia sudah benar-benar kembali ke desa beberapa waktu lalu, Sasuke bahkan tidak punya keberanian untuk menemuinya.

Dia sendiri tidak tahu apa yang akan dilakukannya saat benar-benar berada di depan Sakura. Dia tidak tahu apa yang akan dikatakannya di depan gadis itu. Sasuke tahu dia mungkin telah memberikan harapan palsu pada gadis itu, seperti tahun-tahun sebelumnya. Tapi kali ini.. Sasuke harus benar-benar memikirkan keputusannya.

Sasuke menarik napas panjang dan hampir menghelanya saat dia mendengar beberapa langkah kaki yang memasuki kedai itu dan beralih mendekatinya.

"Sepertinya Tuan Uchiha muda ini sedang banyak masalah.." ujar seseorang, tepat di telinganya.

Sasuke langsung menoleh ke asal suara dan mendapati wajah Suigetsu sedang nyengir lebar padanya, menunjukkan deretan gigi runcing pada Sasuke.

"Suigetsu!" kata Sasuke terkejut.

"Bukan hanya aku.. Tapi juga mereka.." Suigetsu menunjuk ke belakangnya.

"Sasuke-kun!"

Tanpa menoleh ke asal suara, Sasuke sudah hapal dengan teriakan heboh milik seorang gadis yang langsung mendudukkan diri tepat di sampingnya itu.

Sasuke melirik sekilas pada Karin. Gadis itu masih sama. Rambut merah panjangnya yang menutupi punggung dan kacamata berbingkai yang bertengger di wajahnya. Mata ruby-nya menatap Sasuke dengan penuh takjub.

Sasuke melirik pada laki-laki berambut jingga yang kini mendudukkan diri di depan Sasuke.

"Juugo.." panggil Sasuke dengan suara datar.

"Lama tidak berjumpa, Sasuke.." katanya.

Suigetsu sudah mendudukkan dirinya di samping Juugo. Dia melambai pada pelayan dan gadis pelayan itu kembali menghampiri meja Sasuke. Gadis berambut coklat itu menatap tidak suka pada Karin yang terus menerus menempelkan dirinya pada Sasuke.

"Apa yang membawa kalian sampai di sini?" tanya Sasuke seraya memakan nasi karinya dengan tenang.

"Sama sepertimu. Kami melakukan perjalanan panjang.." jawab Suigetsu.

"Benarkah? Orochimaru?" tanya Sasuke.

"Entahlah. Aku rasa dia menjadi biksu untuk menebus dosa-dosanya.." kata Suigetsu dengan gaya bercandanya yang seperti biasanya. Sasuke hanya mendengus pelan.

"Aku sudah mendengar tentang penyerangan di Konoha beberapa saat yang lalu.." kata Juugo.

Sasuke hanya mengedikkan bahu.

"Kenapa kau pergi lagi dari desa? Bukankah orang-orang Konoha sudah memaafkanmu dan menerimamu lagi?" tanya Suigetsu.

Sasuke menghentikan makannya dan kembali meraih gelasnya untuk meneguk air di dalamnya.

"Masih banyak yang harus aku lakukan di luar daripada tinggal di dalam desa.." jawabnya kemudian.

Gadis pelayan itu kembali dan membawakan pesanan untuk tiga orang yang baru saja datang.

"Lalu dengan keinginanmu untuk membangun klanmu lagi?" tanya Suigetsu lagi.

Pertanyaan itu langsung membuat Sasuke menghentikan semua gerakannya. Ya, tentu saja dia tidak akan melupakan itu. Sebelum ini dia punya banyak keinginan konyol tentang merebut dunia dan memimpin dunia. Tapi setelah dia menyadari hal itu, seiring dengan berjalannya waktu.. keinginan itu adalah refleksi idealismenya saat dia masih remaja. Begitu pula saat dia bilang pada semua orang kalau dia akan membangun klannya lagi. Saat itu dia tidak memikirkan hal lain selain membentuk klannya lagi. Yang dia tahu, kalau dia menjadi kuat, dia akan bisa melakukan banyak hal.

Tapi sekarang dia sadar, dia adalah keturunan Uchiha terakhir. Dan obsesi untuk membangun klannya itu tidak akan berjalan kalau dia hanya sendirian. Dia butuh seseorang untuk membantunya. Seorang wanita yang akan melahirkan keturunan Uchiha berikutnya.

Dan entah kenapa saat dia memikirkan itu, bayangan wajah Sakura menari-nari di benaknya.

Sebenarnya, hal inilah yang menjadi beban pikirannya beberapa hari terakhir ini.

"Sasuke?" suara Karin yang berada di sebelahnya membuat Sasuke terkejut.

"Iya. Itu.. sedang aku pikirkan.." jawab Sasuke beberapa saat kemudian.

Dia mendengar Suigetsu mendengus pelan. Sasuke beralih menatap pria itu dengan dahi berkerut.

"Bilang saja kau sedang mencari wanita yang tepat.." kata Suigetsu sambil terkekeh.

Sasuke tidak menanggapi. Dia kembali menghabiskan makannya sampai tidak tersisa.

"Kalau urusan itu, kau bisa mencarinya dengan mudah kan?" kata Suigetsu.

"Kau jangan bicara sembarangan. Tentu saja Sasuke-kun tidak mau main-main untuk urusan yang satu ini kan? Ini adalah klan kegendaris Uchiha..." ujar Karin, menanggapi perkataan Suigetsu.

"Cih! Bilang saja kau mau menawarkan diri untuk yang satu ini, Karin.. Kau selalu punya maksud tersembunyi.." kata Suigetsu.

Wajah Karin tampak memerah. Tapi dia langsung memukul wajah Suigetsu dengan kesal sampai tubuh laki-laki itu meleleh.

"Jangan bicara macam-macam! Aku.. Aku.. Tidak akan main-main untuk urusan yang satu ini!" Karin tampak kesal dengan Suigetsu yang sekarang sudah kembali ke wajahnya semula.

"Tapi bukankah dari dulu kau selalu bilang.. kau menyukainya?" tanya Suigetsu tanpa basa basi.

Karin kembali menonjok wajahnya dengan lebih keras, dan wajah Suigetsu kembali meleleh.

"Diam! Itu.. Itu hanya.. Aku tidak menyukai Sasuke-kun. Aku hanya.."

"Kau selalu mengelak.."

"Suigetsu!"
Karin sudah akan menonjok wajah Suigetsu lagi saat Juugo menghentikannya.

"Sudahlah, kalian berdua.. Tidak ada gunanya.." katanya.

Sasuke tampaknya tidak terpengaruh dengan pertengkaran dua orang di sampingnya itu. Dia tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Baik Karin maupun Suigetsu yang melihat sikap Sasuke yang hanya terdiam itu, ikut terdiam dan melanjutkan makan mereka. Meskipun mereka sudah sering melihat Sasuke yang lebih banyak terdiam beberapa tahun ini, tapi aksi diam Sasuke kali ini berbeda dengan tahun-tahun yang lalu.

Selama ini mereka melihat kilatan amarah dan kesedihan dalam bola mata Sasuke tiap dia terdiam. Tapi kali ini Sasuke terlihat berbeda. Tatapan dalam bola matanya itu bukan tatapan marah, dendam dan sedih.

"Karin.. Kau menyukaiku kan?" tanya Sasuke beberapa saat kemudian, tanpa basa basi. Karin seolah seperti baru saja kena serangan mendadak dengan pertanyaan itu. Dia baru saja akan meminum air dari gelasnya, langsung tersedak mendengar pertanyaan itu. Wajahnya berubah merah padam.

"Apa.. Apa yang kau katakan? Sudah aku bilang.. Aku tidak-!"

"Apa yang akan kau lakukan kalau aku berkali-kali mencoba membunuhmu? Apa yang akan kau lakukan kalau aku berkali-kali mengatakan hal yang menyakitkan padamu? Apa yang akan kau lakukan kalau aku selalu meremehkanmu dan mengabaikan kehadiranmu selama bertahun-tahun? Apa kau akan tetap bertahan dan terus menyukaiku?" tanya Sasuke kemudian. Matanya menatap lurus ke depan, tidak meihat sekilaspun pada ketiga orang di dekatnya.

Baik Suigetsu maupun Karin hanya menatap Sasuke dengan tatapan bingung.

"E-eh? Itu.. Aku.. Aku mungkin.." Karin seolah kehabisan kata-kata.

"Saat aku mengumpankanmu untuk membunuh Danzo beberapa tahun yang lalu, apa kau membenciku? Apa kau memaafkanku?" tanya Sasuke.

Karin mengerjapkan matanya.

"Aku memaafkanmu. Tapi.. Iya! Aku membencimu sejak saat itu. Bagaimana bisa kau setega itu padaku?!" Karin tampak emosi.

Sasuke menghela napas panjang.

"Apa yang akan kau lakukan saat aku melakukan banyak kejahatan untuk menemukan ambisiku? Apakah kau akan berusaha menolongku dengan segala cara? Apa kau akan tetap menyukaiku walaupun aku sudah terlalu banyak melakukan kejahatan padamu dan orang-orang yang kau sayangi?" Sasuke kini menoleh dan menatap Karin dengan tatapan tajam.

"A-aku.. Entahlah.. Mungkin aku.. Aku mengenalmu sebagai pelaku kejahatan, Sasuke-kun. Kita bertiga sama-sama berada dalam kegelapan saat bertemu kan? Jadi aku tidak tahu bagaimana rasanya.." jawab Karin kemudian.

Sasuke kembali terdiam.

"Kalau ada gadis yang masih bertahan dengan perasaannya padamu yang seperti itu.. Aku pikir, dia gadis bodoh.." ujar Suigetsu.

Karin menatapnya dengan tatapan kesal dan siap menonjok wajahnya lagi.

"Kau benar-benar tidak paham dengan perasaan seorang gadis! Pantas tidak ada gadis yang suka padamu! Kalau gadis itu masih menyukai Sasuke-kun setelah semua kejadian mengerikan itu, itu artinya dia benar-benar mencintainya dengan tulus. Hanya gadis yang mempunyai cinta yang kuat yang bisa bertahan dengan mencintai Sasuke-kun selama itu.." kata Karin.

Sasuke menatap Karin dengan mata membulat.

Mencintainya dengan tulus? Batinnya. Entah kenapa ada yang berdesir dengan lembut di dadanya.

Ya, dia ingat.. Sakura menyatakan perasaannya dua kali padanya. Bahkan setelah semua yang telah dilakukannya pada gadis itu, Sakura masih menyimpan perasaannya pada Sasuke. Sakura bahkan tidak pernah memandangnya dengan pandangan benci. Sakura tidak pernah menyerah untuk membawanya kembali ke jalan yang benar. Sama seperti Naruto. Hanya saja..

"Jadi.. Gadis berambut merah muda itu yang mengusik pikiranmu sekarang.. Sasuke-kun?" suara Karin kembali membuat Sasuke terkesiap kaget.

"Apa?" tanyanya.

Karin menyunggingkan sebuah senyum samar.

"Aku melihatnya menangis saat dia menyembuhkan lukaku setelah kau menyerangku. Aku melihatnya menahan tangisnya dengan wajah yang benar-benar terluka saat itu.. Kau tahu, walaupun saat itu poisisinya sebagai musuhku, tapi aku bahkan ikut menangis melihat wajahnya yang terluka saat itu.." ujar Karin.

Sasuke menatapnya dengan raut wajah terkejut.

"Nah.. Kau bahkan tidak pernah menunjukkan raut wajah seperti ini sebelumnya.." kata Suigetsu.

Sasuke tersadar. Dan dia segera kembali memasang wajah datar seperti biasanya.

"Jadi benar kan? Gadis itu yang mengusik pikiranmu?" tebak Karin.

Sasuke terdiam.

"Yah... Padahal kau tinggal mengatakannya saja padanya tentang keinginanmu. Gadis itu pasti akan langsung setuju.." kata Suigetsu seraya menghela napas panjang. Dia sudah menghabiskan makanannya.

"Kau benar-benar tidak mengerti, Suigetsu.." Juugo sekarang ikut unjuk bicara.

"Eh?" Suigetsu menoleh pada Juugo.

"Bukan itu yang menjadi beban pikiran Sasuke saat ini.." kata Juugo.

"Lalu apa?"

Sasuke terdiam. Karin dan Suigetsu menatap Sasuke dengan tatapan penuh ingin tahu.

.

.

.

Sakura menatap ragu-ragu ke arah Ino yang sedang melahap daging babi panggangnya dengan rakus. Dia hanya meneguk sakenya berkali-kali tanpa berniat untuk melahap daging panggang di depannya. Bukan karena diet. Tapi karena dia memang tidak bernafsu makan akhir-akhir ini.

"Jadi.. Sakura.. Apa yang ingin kau bicarakan denganku?" tanya Ino dengan mulut penuh daging.

Sakura hanya tersenyum menanggapinya.

"Makan dan habiskan saja dulu. Baru kita mengobrol.." kata Sakura.

"Tidak.. Tidak. Katakan sekarang.. Aku akan mendengarnya.." ujar Ino.

Tapi Sakura tidak segera menjawab dan hanya memegangi gelasnya dengan lebih erat.

Ino menelan suapan daging terakhirnya dengan susah payah, lalu kembali menatap ke arah Sakura.

"Tentang Sasuke-kun, ya?" tanyanya tanpa basa basi.

Sakura yang tidak tahu akan diberi pertanyaan mendadak seperti itu, langsung terkesiap. Wajahnya merona merah.

"Eh? Tid-.. A-aku tidak mengatakan hal itu.." elaknya dengan suara tergagap.

"Tapi wajahmu tidak bisa menyembunyikan itu dariku, Sakura.." kata Ino, seraya tersenyum geli.

Sakura menatap Ino dan hanya menghela napas pasrah. Bahunya melorot dan dia tidak berani menatap ke arah Ino.

"Ino.. Apa kau masih menyukainya? Sasuke-kun?" tanyanya ragu-ragu.

"Hmm.. Antara iya.. dan tidak.." jawab Ino kemudian.

Sakura mendongak dan melihat ke arah Ino.

"Eh? Maksudmu?" tanya Sakura.

Ino tersenyum padanya.

"Karena aku sekarang sadar, aku tidak bisa sepertimu, Sakura. Sasuke-kun sudah melewati banyak hal dalam hidupnya selama ini. Dia menjadi ninja buronan, melakukan banyak kejahatan di mana-mana, membunuh banyak orang.. Tapi tidak ada gadis yang benar-benar menyukainya sepertimu. Kau melakukan banyak hal agar dia kembali lagi. Kau melakukan banyak hal agar dia tidak terlalu jauh masuk ke dalam kegelapan. Kau masih percaya padanya walaupun dia berkali-kali melakukan hal menyakitkan padamu.. Tidak semua orang akan mau melakukan hal seperti itu, Sakura.." jelas Ino panjang lebar. Dan kata-kata itu mau tidak mau membuat Sakura tersenyum.

"Jadi.. Apakah kau masih menyukainya?" tanya Sakura kemudian.

"Iya.. Karena wajahnya bertambah tampan dan seksi. Tapi tidak, karena dia sudah melakukan banyak kejahatan yang merugikan Konoha.." jawab Ino kemudian.

Sakura mengernyitkan dahi menatapnya.

"Jadi, apa yang mengganggu pikiranmu beberapa hari ini, Nona?" tanya Ino sambil kembali melahap daging panggangnya.

Sakura menarik napas panjang dan menghelanya dengan perlahan.

"Sesaat sebelum Sasuke-kun meninggalkan desa dua tahun yang lalu, dia mengatakan padaku akan menemuiku lagi.." kata Sakura.

Kedua mata Ino membulat dan menatap Sakura dengan tatapan kaget.

"Kau tidak pernah mengatakan ini padaku!" katanya tidak terima.

Sakura hanya tersenyum tipis.

"Aku tidak mengatakan apapun pada siapapun. Kecuali Kakashi-sensei yang ada di sana saat itu.." kata Sakura.

"Benarkah? Kakashi-sen.. maksudku, Hokage Keenam ada di sana saat itu? Lalu? Apa lagi yang dikatakannya padamu?" Ino tampak lebih antusias dari sebelumnya.

"Tidak ada. Dia hanya bilang seperti itu, sambil menyentil dahiku dengan jarinya. Sasuke-kun hanya bilang.. Dia akan menemuiku lagi dan mengucapkan terimakasih padaku.." jawab Sakura.

"Hanya itu?" Ino tampak kecewa.

Sakura mengangguk.

"Lalu apa dia benar-benar menemuimu setelah itu? Maksudku.. Dia bahkan tidak terlihat di pernikahan Naruto dan Hinata. Apa yang dia pikirkan? Padahal itu kan pernikahan sahabatnya. Jadi, apa dia menemuimu lagi?" tanya Ino.

Sakura terdiam. Dia kembali menarik napas dan menghelanya perlahan.

"Tidak. Dia sama sekali tidak menemuiku.." jawab Sakura pelan.

"Eh?! Apa yang dipikirkan laki-laki itu?" Ino tampak setengah kesal.

"Karena itulah.. Makanya aku.. Aku pikir.. Ino, apakah aku terlalu lancang karena punya pikiran bahwa.. bahwa.." Sakura tampak ragu-ragu melanjutkan perkataannya. "...Sasuke-kun mungkin juga suka padaku?" lanjutnya kemudian.

Ino tidak segera menjawab dan hanya menatap lekat ke arah Sakura.

"Sasuke-kun tidak pernah melakukan hal seperti itu pada gadis manapun kan? Apa kau pikir kalimat 'aku akan menemuimu lagi' dari mulut seorang Sasuke Uchiha adalah kalimat yang wajar? Apa kau pikir menyentil dahimu dengan jarinya itu adalah hal wajar yang dilakukan seorang Sasuke Uchiha yang sombong itu? Dia jelas-jelas menyukaimu, Sakura!" kata Ino dengan suara keras.

"I-ino.. Pelankan suaramu!" desis Sakura saat melihat beberapa pengunjung kedai makan itu menoleh ke arah mereka berdua.

Ino tertawa lepas.

"Karena aku tidak pernah sebahagia ini. Setelah permintaan maaf yang dia lontarkan padamu dengan susah payah itu.. Setelah itu dia mengatakan hal itu padamu.. Sakura, akhirnya kau bisa meluluhkan hati Tuan Angkuh itu.." kata Ino seraya menepuk bahu Sakura dengan keras.

Sakura tidak segera menjawab.

"Tapi kenapa.. Kenapa dia seolah menghindariku dan tidak menemuiku lagi? Kenapa dia langsung pergi begitu saja setelah Toneri berhasil dikalahkan? Dia hanya menemui Naruto setelah itu. Aku dengar dari orang-orang kalau Sasuke-kun juga menemui Kakashi-sensei. Tapi dia sama sekali tidak menemuiku.." kata Sakura. Perasaannya kini benar-benar diliputi dengan kebimbangan dan keraguan.

"Mungkin dia sedang merencanakan sebuah kejutan untukmu.." kata Ino.

Sakura kembali tidak menjawab dan hanya menghela napas pelan. Entah sudah berapa kali dia menghela napas untuk sekedar mengurangi rasa sesak yang ada di dadanya.

"Sakura.. Selama bertahun-tahun ini kau selalu percaya kalau Sasuke-kun akan kembali kan? Untuk yang satu ini, kenapa kau tidak mempercayainya? Bukankah kau mengenal Sasuke-kun? Dia tidak akan menarik kata-katanya. Agak mirip dengan Naruto kan? Tapi kau yang lebih mengenal mereka berdua dibandingkan aku.." kata Ino.

Sakura tidak menjawab. Dia mengiyakan perkataan Ino dalam hati. Sasuke memang tidak akan menarik kata-katanya tiap dia akan melakukan sesuatu. Tapi entah kenapa, untuk yang satu ini Sakura meragukannya.

.

.

.

Sasuke menatap sayu ke arah bulan yang sedang bersinar dengan bentuk bulat total di langit di atasnya. Melihat bulan bersinar dengan normal lebih menenangkan hatinya. Dia sudah berhadapan dengan kasus bulan berwarna merah beberapa kali dan merasa muak mengingat pertarungan yang seolah tidak ada habisnya itu. Sasuke menyandarkan tubuhnya pada batang pohon di belakangnya dan matanya masih menatap ke arah bulan di atasnya.

Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah senyum samar saat dia teringat ciuman yang dilakukan Naruto dengan Hinata dengan latar belakang bulan yang bersinar seperti malam ini. Ciuman itu dilakukan di atas langit Konoha setelah Toneri berhasil dikalahkan, dan disaksikan semua orang yang ada di Konoha. Yah, pikir Sasuke, sahabatnya itu sudah berhasil menarik perhatian banyak orang dengan melakukan ciuman norak seperti itu.

Saat melihat pemandangan itu, Sasuke berjanji pada dirinya sendiri kalau dia tidak akan melakukan ciuman di depan semua orang dan membiarkan orang-orang tahu bagaimana dia melakukan ciuman dengan Sakura.

Apa? Hei!

Sasuke menepuk wajahnya yang mulai memanas dengan kedua tangannya.

Apa yang dia pikirkan baru saja?

Kenapa nama Sakura selalu ada dalam benaknya tiap dia memikirkan seorang pasangan hidup?

"Katakan kalau kau juga menyukainya, Teme! Jangan membuatnya menunggu terus menerus.."

Sasuke teringat dengan kata-kata terakhir Naruto saat mereka bertemu sebelum kepergian Sasuke beberapa saat yang lalu. Semalam sebelum pernikahan Naruto dan Hinata.

Kala itu Sasuke hanya terdiam tanpa menanggapi kata-kata Naruto.

"Apa kau benar-benar akan pergi lagi tanpa menemui Sakura-chan?" tanya Naruto saat itu.

Sasuke hanya mengangguk.

"Sakura-chan menunggu kepulanganmu selama dua tahun ini, dan kau akan pergi lagi tanpa mengatakan apapun padanya?" tanya Naruto.

Sasuke menghela napas panjang.

"Entahlah.." katanya kemudian.

"Apa yang membuatmu ragu, Sasuke?" tanya Naruto, kali ini dengan nada yang lebih lembut.

Dan lagi-lagi Sasuke tidak menjawab.

"Kau sudah melakukan banyak hal. Semua keinginanmu sudah kau lakukan. Kini, apa yang akan kau lakukan? Terus berkelana seorang diri?" tanya Naruto lagi.

Sasuke tidak segera menjawab untuk beberapa saat.

"Tidak. Masih ada yang belum aku lakukan.." katanya kemudian.

"Apa itu?" tanya Naruto.

Sasuke menarik napas.

"Membangun klanku.." jawab Sasuke kemudian.

"Nah! Alasan yang tepat untuk segera melamar Sakura-chan. Dia pasti tidak akan menolaknya.." kata Naruto seraya menepuk bahu Sasuke dengan keras.

"Kau tidak mengerti, dobe!" kata Sasuke kesal.

"Apa yang tidak aku mengerti, teme?" Naruto ikut kesal.

Sasuke kini membuang napas keras-keras dan menatap Naruto dengan tatapan kesal.

"Sakura bukan dari klan Uchiha. Sejak dulu klanku menjunjung tinggi kemurnian klan. Pernikahan antar sepupu pun dilakukan untuk menjaga keturunan murni klan Uchiha. Selama ini belum pernah ada pernikahan Uchiha dengan klan lain, jadi aku.. aku tidak yakin kalau aku akan bisa membangun klanku lagi kalau aku menikah dengan Sakura.." jelas Sasuke, dengan nada ragu.

"Jadi itu masalahmu? Lalu, kau akan mencari gadis dari klan Uchiha yang sama denganmu? Bagaimana caranya? Kau kan Uchiha terakhir.." kata Naruto.

"Aku tahu. Aku tidak bodoh, Naruto.." sahut Sasuke.

Naruto terdiam untuk beberapa saat dan hanya menatap Sasuke dari samping.

"Aku tahu, kau masih menjunjung tinggi klanmu. Tapi satu hal yang pasti, Sasuke.. Pernikahan bukan tentang klan ataupun harga diri. Pernikahan adalah tentang perasaanmu pada orang yang kau cintai. Memiliki orang yang kau cintai dan hidup dengannya. Bisa melindungi dan membuatnya bahagia.. Itu yang terpenting.." kata Naruto.

Sasuke terdiam cukup lama.

"Dan lagi.. Kau tidak akan disambut dengan ruang kosong saat kau pulang. Akan ada orang yang mengucapkan 'selamat datang' setelah kau membukakan pintu rumahmu. Akan ada orang yang menemanimu saat kau merasa sendirian. Yang pasti, kita tidak akan merasa sendirian lagi, Sasuke.." tambah Naruto.

Dan Sasuke hanya terdiam, mencoba mencerna kata-kata Naruto.

"Sakura-chan selalu menyukaimu dari dulu.. Dan dia sendiri yang mengatakan akan melakukan apapun untuk membuatmu bahagia dan tidak merasa sedih lagi kan? Apa ada gadis yang mengatakan hal itu padamu selain Sakura-chan? Tidak kan? Apa kau mau menyia-nyiakan kesempatan ini.. teme?" tanya Naruto.

Sasuke menarik napas panjang dan menghelanya. Masih tidak menanggapi kata-kata Naruto.

"Jadi.. Kau akan tetap tinggal atau pergi?" tanya Naruto kemudian.

"Aku akan pergi pagi ini.." jawab Sasuke.

Naruto tidak menjawab, seolah tahu apa yang sedang dipikirkan Sasuke. Jadi dia hanya diam saja mendengar keputusan sahabatnya itu.

"Selamat atas pernikahanmu, ya, dobe?" kata Sasuke seraya beranjak dari tempatnya duduk sekarang.

"Ingat, ya.. Jangan pergi lama-lama. Atau Sakura-chan akan diambil laki-laki lain.." kata Naruto.

"Hn.." hanya itu yang keluar dari mulut Sasuke sebelum dia benar-benar pergi dari hadapan Naruto.

Dan kini, Sasuke hanya menatap bulan di atasnya dengan tatapan sendu. Dia memejamkan matanya seraya menarik napas panjang.

Wajah Sakura yang tersenyum manis padanya kembali terbayang saat dia memejamkan matanya.

Sasuke kembali membuka matanya.

"Kalau Itachi-nii ada di sini sekarang.. Dia pasti akan bilang.. 'Omong kosong dengan takdir, Sasuke..'" Sasuke mendecih pelan.

Dia adalah Uchiha terakhir. Nasib klan Uchiha ada di tangannya sekarang.

Tapi dia tidak bisa membohongi dirinya lagi.

Ya, dia kesepian.

Ya, dia butuh seseorang yang akan selalu ada di sampingnya.

Ya. Dia butuh keluarga.

Cih.. Omong kosong dengan takdir kan? Kalau nasib Uchiha sekarang ada di tanganku, aku yang akan merubah takdir klanku.. batinnya.

Dia lalu bangkit dari tempatnya.

Sasuke sudah memutuskan.

Dia akan kembali ke Konoha sekarang juga. Dan langsung menemui Sakura.

Kalau perlu, orangtuanya sekalian.

.

.

.

.

FIN.

.

.

.

Tadadadadaa... Selesai.

Gerah denger para haters yang bilang Sakura itu useless dan lain sebagainya. Gerah liat Sakura dihujat karena gak pantas ama Sasuke dan lain sebagainya. Ini adalah sudut pandangku, kenapa Sakura dan Sasuke itu pantas hidup bersama. They deserve it...