Tak terasa, fic ini akan sampai di bagian akhirnya. Sayang sekali jika kita harus berpisah dengan cepat setelah delay cukup lama untuk fic ini. Review kalian sangat berharga untuk saya.

Tapi jangan khawatir!

Jika kalian masih merindukan saya, saya akan membuka hint menuju sekuel fic ini. Apa sekuelnya? Itu rahasia Author. Saya ga mau sop iler lagi...

As a note for you...

Puntianak: dalam Bahasa Melayu, artinya vampir...atau kuntilanak.

.

BoBoiBoy, the characters and any settings involved belongs to Monsta.

Rate: T

Genre: Action/Comedy/Sci-Fi

Starring: BoBoiBoy and Fang!

.

SoniCanvas presents...

.

Grown-ups Chaos!

Epilog : +REVERSE

.

Fajar telah menyingsing, kehangatan sinarnya terpancar ke penjuru Pulau Rintis. Semua penduduk kini telah kembali menjalankan aktivitas seperti biasa. Tapi, tidak untuk BoBoiBoy dan Fang.

Mereka berlari cepat menuju kedai cokelat Tok Aba untuk mengembalikan Ochobot, sementara sesuatu yang merupakan pertanda buruk akan datang pada mereka berdua. Tampak Tok Aba sedang mempersiapkan barang dagangannya dan membuka kedai sendirian.

"BoBoiBoy, kau kemana saja? Kakek mencarimu semalaman." ucap Tok Aba yang sepintas melihat kehadiran BoBoiBoy. "Cepat bantu Kakek isi persediaan cokelat bubuk di kedai ini."

"Maaf, Kakek. Tapi aku tak bisa saat ini. Minta tolong saja pada Ochobot!" BoBoiBoy mengambil bola kuning tersebut dan meletakkannya di meja kedai. Tak lama kemudian bola kuning itu hidup dan mengeluarkan kedua tangannya.

"Jadi sekarang kamu berani membantah Kakek-Astaghfirullahaladzim!" Tok Aba menoleh tiba-tiba, melihat dua sosok di depannya yang berwajah pucat dan rambut yang sebagian memutih bak genderuwo. "BoBoiBoy, baru hilang semalam awak dah nampak macam puntianak?!"

"Aku pun dah cakap tadi..." jawab sesosok lelaki bertopi oranye yang tampak berwajah pucat dengan sebagian rambutnya mulai memutih bernama BoBoiBoy. "Tapi Atok tak nak dengar penjelasan aku."

"Baiklah. Jelaskan apa yang terjadi semalam, karena Kakek tak ingat bagaimana kau kabur dan kembali memecahkan kaca jendela."

"Alah, kenapa Kakek malah ingat tentang jendela lagi?"

"Karena hanya itu yang Kakek lihat. Kau tahu berapa biaya yang kita keluarkan untuk memperbaiki jendela yang pertama kali kau pecahkan?"

"BoBoiBoy, tak ada waktu menjelaskan. Kita sedang kehabisan waktu!" lelaki yang satunya justru tidak sabaran dan kembali menarik lengan BoBoiBoy sambil berlari kencang.

"T-tunggu dulu, Fang! Ochobot bagaimana? Kita tak boleh khawatirkan Kakek!" BoBoiBoy ditarik lengannya dan tak sempat menjelaskan kronologi kejadian semalam pada kakeknya.

"Persetan dengan kakekmu! Kita bisa mati besok pagi!" Fang masih terus berlari. "Harimau Bayangan!"

Bayangan kembali berkumpul, membentuk sesosok harimau yang kemudian dinaiki sebagai kendaraan untuk BoBoiBoy dan Fang menuju Markas Kotak tempat Adu Du tinggal.

Sementara itu...

"Kakek, tidak usah khawatirkan BoBoiBoy lagi. Sekarang dia punya tujuh elemen yang selalu bersamanya." Ochobot dengan santai ikut bersih-bersih di kedai Tok Aba.

BRUFF!

Tok Aba yang sedang istirahat minum cokelat hangat buatannya justru menyemburkan minuman panas yang ada di mulutnya ke meja kedai, karena kaget yang dramatis.

"T-tujuh?" Tok Aba mengelap mulutnya. "Lalu, bagaimana dia bisa mendapat dua sisanya?"

"Aku tidak tahu. Kurasa pertumbuhannya membuat kekuatannya juga ikut meningkat hingga memunculkan elemen Daun dan Cahaya." Ochobot masih mengelap meja kedai yang basah dengan santai. "Lain kali, jangan minum dalam kedai. Noda cokelat itu susah dibersihkan."

"Kau benar, Ochobot. Sebaiknya tadi aku duduk di luar..." ucap Tok Aba malu.

Setelah kita melihat persiapan dalam kedai Tok Aba, mari kita menuju Markas Kotak dimana Adu Du sedang mengawasi sesuatu dari layar monitornya

"Sial, bagaimana bisa BoBoiBoy langsung memunculkan tujuh elemen sekaligus?" Ucap sang alien berkepala kotak sembari meminum air dari cangkir besinya. "Dan siapa orang yang datang kemari? Mau apa mereka?"

"Bos, itu BoBoiBoy dan Fang. Bos tidak terkena amnesia juga kan?" sebuah robot berwarna ungu melayang dan mengetuk kepala Adu Du.

BUAK!

Sebuah cangkir mendarat dengan keras di kepala robot ungu tersebut.

"Beraninya kau, Probe. Tentu saja aku masih normal!" bentak Adu Du. "Tunggu. Jika itu BoBoiBoy, berarti..."

BRUAK!

Dinding markas hancur mendadak, menampakkan dua sosok lelaki dewasa yang berjalan perlahan menghampiri Adu Du.

"Apasal kalian ni? Bisakah kalian mengetuk? Pintunya ada di sebelah sana!" Adu Du menunjuk sebuah pintu yang berada tepat di samping mereka.

"Oh, salahku..." lelaki bersurai ungu itu membetulkan kacamatanya. "Harimau Bayangan masih sulit dikendalikan."

"Cukup basa-basinya, Adu Du..." lelaki bertopi oranye merenggut kepala kotak Adu Du yang besar dengan satu tangannya. Tampak api berkobar dati kedua matanya. "Ubah... Kami... Kembali..."

"Fufufu... BoBoiBoy, minta pada seorang penjahat untuk mengubah kalian kembali. Sangat klise..." Adu Du menyeringai. "Sayangnya aku tak bisa. Pistol Kompres Waktu sudah kuhancurkan, karena aku tahu kalian pasti akan mencarinya."

"Aku tak mau tahu apa alasanmu. Lakukan sesuatu!"

"Jika kau mau kembali, serahkan Ochobot padaku."

"Kau mengancam kami?" kilah Fang kesal.

Fang mengeluarkan sekumpulan bayangan yang melilit tubuh Probe dan Komputer yang melayang di udara. Sementara BoBoiBoy bersiap dengan Cakram Api di tangannya.

"Kau tahu apa yang terjadi jika Blaze muncul. Aku bisa saja membelah Probe dan Komputermenjadi dua seperti yang terakhir kali dilakukan Ejo Jo pada Season 3. Dan kau tahu, berurusan dengan Bago Go bisa sangat merepotkan, terutama untuk mesin yang ditukar dengan lima gentong bubuk cokelat. Aku yakin kau tak mau kembali menjalani operasi BuBaDibaKo, kan?" BoBoiBoy kembali mengingatkan pada masa Adu Du kehilangan Probe saat dirinya berniat membantu Ejo Jo.

Adu Du menatap Probe penuh rasa kasihan. Namun hatinya tetap kukuh untuk tidak membantu BoBoiBoy.

"Aku yakin kau takkan berani."

"Oh, jadi kau menantangku?" BoBoiBoy melemparkan Cakram Api pada Probe yang tak mampu bergerak, mematahkan salah satu lengan Probe.

"Aduh! Bos, tolong aku!" rintih Probe meminta tolong pada tuannya. "Tolong turuti mereka saja, Bos!"

"Tch, segitu saja?" Adu Du masih meledek BoBoiBoy.

"BoBoiBoy... Blaze!" api yang besar dan panas membakar tubuh BoBoiBoy, mengubahnya menjadi BoBoiBoy Blaze. Ia mengepalkan tangannya, dengan api berkobar yang sangat panas. "Sebaiknya kau segera mengubah kami kembali atau kau akan mendapatkan pukulan yang kwras dan panas."

"Coba saja." Adu Du masih menantang BoBoiBoy dengan santai.

"BoboiBoy, kurasa ini sudah keterlaluan..." Fang perlahn melepaskan ikatan bayangannya pada Probe. "Kita kesini hanya untuk meminta baik-baik."

"Tidak sampai kudapatkan masa kecil kita kembali!" BoBoiBoy Blaze berlari ke arah Probe dan mengepalkan tangannya sangat kuat. "BLAZE PUNCH!"

"BAIKLAH AKU AKAN MEMBANTU KALIAN TAPI JANGAN BANTAI ROBOT TEMPUR KESAYANGANKU!" Adu Du mendadak berurai air mata, namun pukulan sedang diluncurkan.

"Tusukan Bayangan!"

Tuk,tuk, tuk!

BRUAK!

Saat pukulan hampir mengenai Probe, BoBoiBoy Blaze mendadak jatuh ke lantai tak sadarkan diri.

"Kau... membunuh BoBoiBoy?" Adu Du berdiri terpaku. Tak percaya atas apa yang terjadi di depannya.

"Bos, tadi itu panas sekali! Aku takut!" Probe melayang menghampiri Adu Du dan bersembunyi di belakangnya.

"Kau kan robot tempur. Pukulan begitu saja kenapa takut?" kata Adu Du bingung melihat tingkah Probe.

"Aku tak membunuhnya. Itu hanya tusukan kecil untuk menghentikannya. Dia akan sadar sebentar lagi." Fang menunjuk BoBoiBoy yang mulai tersadar dan kembali dalam kondisi normal yang tak berbahaya.

"Apa ada yang kulewatkan? Apa Adu Du akan mengubah kita kembali?" BoBoiBoy mendadak bingung, hingga ketika Ia melihat salah satu lengan Probe yang patah. "...jangan bilang kalau Blaze baru saja merusak keadaan..."

"Baiklah, aku akan cari cara mengembalikan kalian. Tapi membuat mesin pembalik waktu akan butuh waktu lama." Adu Du menghela napas panjang. "Kalau kondisi kalian sudah begini, aku akan butuh tenaga yang lebih banyak."

BoBoiBoy mengacungkan jempolnya dan berkata, "Kami akan membantumu selesaikan mesin ini sebelum besok pagi."

"Ya, benar. Kami akan... APA?!" Fang kaget mendengar pernyataan BoBoiBoy.

"Tenang saja. Selama aku tak terpecah jadi tujuh elemen terlalu lama, aku baik-baik saja." BoBoiBoy tersenyum lima jari dan mengacungkan jempolnya.

"Nggh... Kenapa aku harus mengotori wajah tampanku lagi..." gerutu Fang.

"Kau yang usul untuk minta tolong pada Adu Du. Kau harus terima." balas BoBoiBoy. "Sebelumnya, bisakah kalian bantu aku berdiri? Aku tak bisa merasakan kakiku..."

Fang hanya menatap ke arah lain dan berpura-pura tidak tahu.

Satu siksaan pada Fang kemudian...

Mereka bekerjasama membangun sebuah mesin yang akan mengembalikan BoBoiBoy dan Fang seperti sediakala. Siang dan malam mereka membangun mesin tersebut, namun dengan bantuan BoBoiBoy terpecah tujuh dan kekuatan bayangan Fang, mereka bisa menyelesaikannya tepat waktu.

Kini saatnya penentuan. Mesin Pemundur Waktu ciptaan Adu Du sudah selesai di malam harinya, namun apakah akan berhasil? Mari kita lihat BoBoiBoy Halilintar yang sudah berpijak di sebuah lingkaran dimana dirinya akan mengisi tenaga mesin yang menyerupai satelit pemancar itu, sementara Adu Du dan Probe verlindung di balik ruangan berdinding batu yang tebal bersama Komputer yang ikut melakukan perhitungan.

"Semua sudah siap?" tanya Adu Du pada semua personel yang terlibat.

"Siap!" BoBoiBoy mengacungkan jempolnya.

"Memulai pengisian tenaga dalam 3... 2... 1... Mulai!" Komputer memberi aba-aba.

BoBoiBoy segera memancarkan aliran listrik yang kuat dari seluruh tubuhnya. Mengisi tenaga untuk mesin tersebut.

"50%... 60%... 75%..." Komputer terus melakukan penghitungan.

"Tambahkan lagi, BoBoiBoy!" sahut Adu Du.

BoBoiBoy terus terpacu mengeluarkan aliran listrik yang lebih besar. Fang yang hanya berdiri di dekatnya memandang penuh harapan.

"90% ... 95% ... 100% !" Komputer masih terus menghitung.

Adu Du menarik tuas besar yang ada di depannya, namun tenaga BoBoiBoy semakin tak terkendali.

"Tenaganya sudah penuh! Hentikan sekarang juga!" sahut Adu Du mengingatkan BoBoiBoy. Begitupun BoBoiBoy berusaha menghentikan kekuatannya yang terus mengalir namun justru tak bisa dihentikan.

KA-BOOM!

Sebuah ledakan dahsyat menghantam BoBoiBoy dan Fang. Adu Du tak mampu melihat dari balik ruangannya karena tertutup pasir dan bebatuan yang runtuh. Dibukanya pintu ruang kendali dan dilihatnya dua orang tersebut kini hanya tampak pakaiannya saja.

"BoBoiBoy sudah tiada lagi..." Adu Du jatuh terduduk dan berurai air mata.

"Bos, bukankah itu tujuan kita selama ini?" Probe terbang melayang menghampiri Adu Du. "Kita sudah berhasil musnahkan BoBoiBoy, dan kita bisa lebih mudah menangkap Ochobot, kan?"

"Tapi, Probe..." Adu Du terisak. "Kalau tidak ada BoBoiBoy, cerita kita hanya akan berakhir sampai disini."

"Persetan dengan pembaca, Bos. Kita akhirnya bisa lebih mudah mendapatkan kekuatan tiada batas."

"Tapi aku juga butuh waktu tampil lebih banyak..." Adu Du masih menangisi kepergian BoBoiBoy, hingga ada sesuatu yang menggeliat dari balik lembaran pakaian BoBoiBoy dan Fang.

Tampak sesosok bocah berusia 15 tahun mengeluarkan kepalanya. Melihat Adu Du yang menangis, Ia bertanya dalam kebingungan, "Kau sedang menangisi apa? Apa kau merindukanku?"

tak lama kemudian, seorang bocah bersurai ungu ikut menyembul keluar dan memegangi kacamatanya yang sekarang lebih longgar.

"Tidak, aku tak menangisi kalian. Ada debu di mataku!" Adu Du buru-buru mengusap kedua matanya. "Tapi setidaknya percobaanku berhasil."

"BoBoiBoy, dia benar! Kita kembali!" bocah bersurai ungu tersebut menunjuk bocah satunya dalam topi oranye yang dipanggil BoBoiBoy.

BoBoiBoy langsung melihat kedua tangannya yang mungil, kemudian menunjuk lelaki bersurai ungu di dekatnya dan berkata, "Fang, kau juga! Kita berhasil!"

"Koreksi, ini mesin ciptaanku. Kalian hanya membantu beberapa hal saja."

BoBoiBoy dan Fang menatap Adu Du tajam, dilanjutkan dengan dinding batu yang tiba-tiba saja memerangkap Adu Du di dalamnya.

Dengan pakaian mereka yang sekarang sangat longgar, mereka berjalan terseok-seok untuk pulang ke rumah masing-masing.

"BoBoiBoy,.apakah sekarang kita masih berteman?" tanya Fang.

"Tentu saja." balas BoBoiBoy. "Bahkan saat kau masih membenciku."

"Berarti kau boleh bilang aku masih menjadi lelaki tertampan dan terpintar seantero Pulau Rintis, kan?" ucap Fang ge er.

"Dalam mimpimu, Fang." BoBoiBoy menggeleng pelan.

"Lalu bagaimana dengan kerjasama kita saat kita dewasa? Kau menangis saat melihatku tak sadarkan diri!"

"Baiklah, kau tetap yang tertampan. Aku hanya mengalah." BoBoiBoy pasrah dan mengutak-atik Gelang Kuasa miliknya. "Aku akan merindukan Blaze dan Ice. Kau sendiri bagaimana?"

"Menyatu dengan bayangan adalah pengalaman terbaik yang pernah kudapatkan. Mungkin suatu saat aku juga akan sangat memerlukannya..." Fang ikut mengutak-atik Gelang Kuasa miliknya. "Tunggu dulu, kau tak ingat pernah punya tujuh elemen?"

"Tujuh elemen? Yang benar saja!" ucap BoBoiBoy tak percaya.

"Tentu saja kau tak percaya. Kau terpecah terlalu lama hingga kehilangan sebagian ingatanmu." Fang melipat tangannya.

"Benarkah? Siapa dua elemen sisanya?" tanya BoBoiBoy penasaran.

"Aku hanya bisa memberimu petunjuk." goda Fang. "Mereka berkaitan dengan elemen yang membuat kita bisa bernapas dan memiliki siang yang cerah."

"Lampu listrik? Udara?" BoBoiBoy menerka. "Fang, aku sudah punya Halilintar dan Taufan."

"Kau ini bodoh sekali." ucap Fang sinis. "Maksudku adalah elemen tumbuhan dan cahaya."

"Oh..." BoBoiBoy mengangguk pelan. "Bulankah itu sudah satu kelompok dengan elemen tanah? Dan elemen cahaya? Kedengarannya sangat payah..."

Fang ber-facepalm mendengar pernyataan BoBoiBoy. Namun dirinya harus bersabar karena temannya yang bertopi oranye itu kehilangan sebagian ingatannya.

Mereka pun sampai di kedai Tok Aba. Seharusnya, disanalah mereka akan mengucapkan perpisahan. Namun sesuatu yang lebih aneh ada di sekitar mereka. Tampak tiga bayi dengan berbalut pakaian Yaya, Ying, dan Gopal menghampiri mereka berdua seperti memberi sinyal, namun bahasa mereka tak bisa dimengerti.

"Ini perasaanku, atau tiga teman kita punya adik dalam waktu bersamaan?" Fang menatap penuh kebingungan.

"Yaya sudah punya adik di rumah, tapi aku tak yakin dengan Ying ataupun Gopal..." BoBoiBoy menggaruk kepalanya. "Sebaiknya kita tanyakan kakekku. Mungkin Kakek lebih tahu apa yang kita lewatkan..."

BoBoiBoy dan Fang berjalan perlahan menuju rumah tinggal BoBoiBoy, namun mereka dicegat oleh bola kuning yang melayang menghampiri mereka.

"BoBoiBoy, Fang, kalian kembali!" bola kuning tersebut memeluk kedua temannya erat. "Sebaiknya kalian harus segera berganti pakaian."

"Cukup basa-basinya, Ochobot. " Fang melepas pelukan Ochobot perlahan. "Anak siapa yang terlantar hingga kedai Tok Aba? Dimana orang tua mereka?"

"Nanti aku jelaskan. Sekarang ganti baju dulu!" bola kuning yang dipanggil Ochobot mendorong kedua temannya untuk masuk ke dalam rumah, langsung menuju kamar BoBoiBoy untuk berganti pakaian.

Seusai berganti pakaian yang seukuran tubuh mereka, BoBoiBoy membuka pintu kamarnya untuk segera keluar. Namun seorang pemuda berkemeja lengan pendek membawa nampan dengan susu cokelat spesial kesukaan BoBoiBoy.

"BoBoiBoy sudah kembali rupanya. Ini minuman kesukaanmu, baru saja dibuat." kata pria itu.

BoBoiBoy menatapnya dari kepala hingga kaki. Wajahnya sangat familiar, namun lelaki bertopi oranye itu tak ingat siapa yang terlintas di benaknya. Dan hey, dimana Tok Aba sang pemilik kedai minuman segar dan hangat?

"... Ayah? Ada apa menjemputku kesini?" BoBoiBoy masih menerka.

"Hey, BoBoiBoy. Aku mau pinjam bajumu du-"

Fang menghentikan kalimatnya saat seorang yang tampak asing baginya. Ia berdiri terpaku di sebelah BoBoiBoy.

"BoBoiBoy, dia siapa?" tanya Fang.

"Wajahnya seperti ayahku, tapi ayahku bertugas di luar kota saat ini." jawab BoBoiBoy masih dengan kondisi syok berat.

"Kau ini bagaimana? Aku kakekmu." pria itu masih tak percaya pada racauan BoBoiBoy.

BoBoiBoy masih berusaha mencerna ucapan pria itu. Rasanya mustahil orang semuda itu adalah kakeknya sendiri. Ia menggeleng pelan dan berkata, "Kau bukan kakekku. Mustahil punya kakek semuda dirimu!"

"Apa Kakek harus menceritakan lagi sejarah kedai cokelat yang sudah dibangun generasi demi generasi agar kau-sebentar, apa maksudmu "muda"?"

"Baiklah, sekarang aku percaya dia kakekku." BoBoiBoy mengangguk pelan. "Dan... ya, apa tadi aku bilang kakek jadi jauh lebih muda?"

"Aku sudah muak dengan kecanggungan ini..." Fang berjalan menuju kamar BoBoiBoy dan mengambil sebuah cermin besar dan menunjukkan bayangan yang terpantul pada pria itu.

.

PRANG!

Secangkir susu cokelat yang ada di tangannya terjatuh dan pecah, sementara pria yang diakui sebagai Tok Aba hanya berdiri terpaku, lalu pingsan seketika.

Tak lama kemudian, Ochobot datang menghampiri mereka bertiga.

"Kakek, sadarlah! Ini hanya mimpi buruk!" Ochobot menggoyangkan tubuh Tok Aba yang tak sadarkan diri, kemudian menatap Fang tajam.

"Apa? Aku hanya benci berdiri terlalu lama dengan canggung." Fang mengendikan bahunya.

"Sebentar, kalau itu Kakek... Lalu, bayi di luar itu..."

"Ya, mereka teman-teman kalian." jawab Ochobot datar.

BoBoiBoy dan Fang saling bertatapan dan bertanya serentak, "Bagaimana yang lainnya?"

"Usia semua penduduk Pulau Rintis berkurang hingga dua belas tahun, namun kalian kembali normal."

"TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAK!"

The End...?