.

****HAPPY READING***

.

.

SORRY FOR TYPOS

.

.

REVIEW, FAVORITES AND FOLLOW PLEASE

.

.

.

.

Chap 12

"Menikah bulan depan?" Tanyanya lalu berdecih pelan, ia kembali menggertakan giginya saat mengingat kembali perkataan kakaknya. "yang benar saja" ucapnya lagi.

Tapi bagaimana jika perkataan kakaknya itu memang benar? itu tidak mungkin. Kyungsoo masih kelas dua Senior High School dan dia tahu bahwa Kyungsoo hanya mencintainya. Tapi itu juga tidak menutup kemungkinan. Sambil mengusap wajahnya kasar ia menendang ban mobil ayahnya.

"Ack…." Ia mengaduh kesakitan karena tindakan bodohnya sendiri.

"Kai…"

Jongin menoleh saat merasa namanya dipanggil, dia memutar bola matanya ketika melihat sosok Sulli sudah berada di hadapannya.

'Kenapa dia ada di sini?'—Jongin

"Sedang apa kau disini? pestanya sudah dimulai" ujar Sulli mempertahankan senyum manisnya, "kau sendiri?" balas Jongin acuh, pemuda tan itu memasukan kedua tangannya kedalam saku celana.

"Tentu saja menghadiri pesta perusahaan Appa ku" balasnya ringan, Jongin terdiam mendengar pernyataan itu, dia tidak menyangka.

"Kau tidak mau masuk?" tanyanya lagi, Jongin tersenyum tipis sambil memalingkan wajahnya ke arah lain. "kau duluan saja" balasnya acuh, namun ia membelalakan matanya ketika Sulli menyeretnya untuk pergi.

"Ya…ya….ya lepaskan aku…"

.

.

.

.

.

.

Suara mesin motor besar memecah keheningan di kediaman keluarga Do, akhirnya suara motor itu berhenti. Sehun membuka helmnya dan menaruhnya di motor setelah itu ia berjalan mendekati pintu kemudian menekan bel. Tak lama kemudian datang membukakan pintu dan menyuruhnya untuk langsung masuk kedalam kamar puterinya.

Sehun mengetuk pintu kamar Kyungsoo. Dalam hati ia menggerutu, jika Kyungsoo dan Jongin berdua dalam kamar seharusnya mereka membiarkan pintu dalam keadaan terbuka. Sehun kembali mengetuk pintunya, dan akhirnya pintu itu terbuka. Ia terdiam melihat orang yang berdiri didepannya, orang dihadapannya terlihat terkejut juga sepertinya.

Sehun menaikan salah satu alisnya, "Kenapa kau disini?"

"Kau sendiri?"

.

.

.

.

.

.

.

Jongin mencoba melepaskan gandengan tangan suli dilengannya, dia mengerang betapa sulitnya melepaskan rangkulan wanita tak tahu malu di sampingnya ini. Jika saja situasi saat ini tidak ramai, dia ingin sekali meneriaki wanita disebelahnya. Menghela nafasnya pelan, ia memasrahkan diri, semoga saja ini hanya bertahan sesaat dan jika wanita disampingnya ini lengah, dia akan segera melepaskan diri.

Pandangan Jongin mengedar ke segala penjuru Ball Room yang saat ini sudah di penuhi banyak orang dengan penampilan berkelasnya, dia pun melihat ayahnya berdiri dengan seseorang yang belum ia kenal lalu bagaimana dengan Kyungsoo dan juga kakaknya, dengan liarnya bola mata pemuda tan itu melihat kesekeliling tempat, mencari keberadaan sosok kekasihnya. Dan dia menemukannya, gadisnya—kyungsoo—kini sedang berdiri tepat disebelah kakaknya juga seorang laki-laki bertubuh sedikit pendek.

"Kai…"

Jongin memutuskan pandangannya dari Kyungsoo ketika wanita disampingnya memanggilnya.

"Ayo sebaiknya kau ikut aku bertemu Appa ku dulu"

Jongin menahan kedua kakinya kembali agar tak bergerak mengikuti langkah Sulli.

Jongin semakin menahan langkah kakinya ketika menyadari bahwa gadis yang menyeretnya membawa ke arah Kyungsoo, ternyata laki-laki pendek didekat Suho itu ayahnya Sulli.

"Appa~"

Ketiganya refleks menoleh bersamaan ke arah sumber suara, Kyungsoo membulatkan matanya terkejut melihat pemuda yang kini digandeng Sulli.

"Appa, aku membawa seseorang" ucap Sulli dengan senyum lebarnya, gadis ini melirik Kyungsoo sekilas sambil merapatkan tubuhnya pada Jongin.

Jongin berusaha menampilkan sikap santainya sebaik mungkin. "Anyeonghasseyo Kim Jongin imnida" Jongin membungkuk sopan. "Dia adiku Tuan Cho" Suho membuka suara setelah Jongin memperkenalkan diri. Pemuda itu tersenyum sambil menatap ayah Sulli kemudian melirik Jongin sambil tersenyum penuh arti.

Sebenarnya Jongin sudah tak tahan lagi ingin menarik Kyungsoo dari kakaknya, namun dia tahu situasi. Dia juga tidak mau membuat suasana pesta berubah kacau.

"Ah jadi kau yang bernama Kim Jongin itu, puteriku selalu membicarakanmu" ujar Tuan Cho masih mempertahankan senyumnya. Jongin memaksakan tersenyum, "Benarkah?" tanyanya.

"Eum… aku sampai bosan mendengarnya"

"Appa~"

Suara tawa berat ayah Sulli terdengar, Jongin menatap malas Suho yang ikut tertawa pula. Jongin sekilas melirik Kyungsoo, gadis bergaun hitam itu tampak menunduk.

"Ah kalian sudah bertemu"

Suara Minho terdengar dibelakang Suho. Ayah dari Jongin dan Suho itu mengernyit melihat Jongin dan Sulli yang terlihat akrab. "Jongin, Sulli kalian sudah saling mengenal?"

"Tentu saja mereka saling mengenal Appa, mereka satu sekolah begitu juga Kyungsoo" Suho menjelaskan. Minho tersenyum, "Benar juga, tapi sepertinya ada sesuatu yang Appa tidak ketahui disini, apa kalian berdua pacaran" tanya Minho dengan tatapan intimidasinya. Jongin membulatkan matanya mendengar pertanyaan ayahnya. Apa-apaan ayahnya ini?

"Tidak Appa, kita…kita hanya berteman" ucap Jongin sambil melepaskan rangkulan tangan Sulli, namun gadis itu tetap melekat padanya.

"Ah sayang sekali… padahal kalian terlihat serasi, benarkan Tuan Cho?"

"Eum…" Tuan Cho mengangguk.

Jongin benar-benar muak dengan semua orang yang berada dihadapannya, ia ingin sekali menarik gadis yang sedari tadi diam tanpa mau melihat kearahnya. Tapi Jongin tahu gadis itu begitu tidak nyaman dengan keadaannya sekarang.

"Oppa aku ingin ke Toilet" Kyungsoo yang sedari tadi diam kini membuka suara, setelah meyakinkan Suho bahwa ia bisa pergi sendiri kemudian ia melangkah pergi ke Toilet setelah membungkuk hormat singkat.

.

.

.

.

.

.

Kyungsoo memandang pantulan wajahnya dicermin, Kyungsoo baru teringat bahwa Jongin juga diundang dalam pesta ini. Berhadapan dengannya saat Suho tengah menggenggam tangannya tadi begitu membuatnya serba salah, ingin sekali dia melepaskan genggaman tangan Suho namun pria itu tetap menggenggamnya erat seolah tak ingin melepasakannnya begitu saja. Kenapa dia harus memiliki hubungan yang rumit seperti ini.

"Kau pasti serba salah, berada dihadapan kekasihmu juga calon suamimu" Kyungsoo sedikit tersentak dengan suara yang datang tiba-tiba, ia memutar bola matanya malas melihat Sulli kini sudah berdiri disampingnya sambil tersenyum remeh.

"Bagaimana jadinya, jika calon mertuamu tahu kalau kau sebenarnya kekasih dari calon adik iparmu sendiri?"

Sulli merasa geram ketika melihat reaksi Kyungsoo yang tak terpengaruh sedikitpun dengan ucapannya. "Hei bodoh, apa kau tak mendengarku?"

"Eoh kau bicara denganku?" Kyungsoo balik bertanya sambil menggerakan kedua tangannya berusaha mengeringkan.

"Sial"

"AKHH…." Kyungsoo mengerang, lagi-lagi Sulli mencengkram rahangnya.

"Sakit? harus berapa kali aku katakan padamu. JAUHI KAI" desisnya kemudian berteriak karena rasa jengkel luar biasa. Kyungsoo menelan ludahnya, Sulli yang dilihatnya saat ini seperti bukan Sulli yang sebenarnya. Kyungsoo merasa gentar melihat mata Sulli yang berai-api seolah ingin membunuhnya.

Sulli mendecih melihat tubuh Kyungsoo bergetar, ia juga menyeringai melihat kedua bola mata itu terlihat memerah. "Aku rasa kau sudah menyadari kenyataan, gadis manis. Jauhi Kai…atau kau akan mendapatkan lebih dari yang kau fikirkan Kyungsoo. Aku tidak main-main" desisnya mengancam dan melepaskan cengkramannya pada rahang Kyungsoo setelah menghempaskannya cukup keras. Kyungsoo merasakan sakit pada rahangnya, ia yakin pasti rahang dan pipinya memerah.

.

.

.

.

.

Penghangat ruangan di dalam kamar dengan cat biru yang mendominasi sepertinya tak begitu mampu menghangatkan atmosfer dua manusia berbeda gender yang kini saling duduk berhadapan dengan meja berkaki rendah sebagai pembatas. Luhan, gadis keturunan cina itu menghela nafas kecil seraya menaruh ballpointnya di atas buku kemudian memandang pemuda yang terlihat serius dengan buku serta pensilnya.

"Kau sedang apa?" Luhan bertanya sambil memandang buku yang tengah dicoret-coret Sehun.

"Membuat sesuatu" balas pemuda itu, Luhan cukup jengkel mendengarnya, dia tidak menyangka jika pemuda ini akan merespondnya dengan jawaban seperti itu. Benar-benar pria menjengkelkan. Dan lihat saja ekspresinya, layaknya robot yang tak bisa berekspresi sama sekali.

"Apa itu?" Luhan masih mencoba berbasa-basi.

"Kau bisa lihat sendiri"

Assa, tebakannya tak salah dia sudah mengantisipasi bahwa pemuda ini akan merespondnya dengan cuek.

Luhan masih memperhatikan Sehun yang terlihat serius dengan sketsanya, jika dilihat-lihat ternyata pemuda ini begitu tampan. 'Yak~ apa yang aku fikirkan?' Luhan memukul pelan kepalanya sendiri.

"Kau bisa membuat ilustrasi komik?" Luhan berdehem sebelum bertanya.

"Begitulah"

Ah laki-laki ini, benar-benar kaku.

"Apa kau bisa menggambar wajahku?"

"Kau mau, kau harus membayar untuk itu"

"Ya kenapa harus? Lihatlah ini kau menggambar wajah Kyungsoo apa dia membayarmu untuk ini?"

"Tidak"

"Kau, apa kau punya maksud lain datang kemari? Apa kau menyukai Kyungsoo?"

"Kenapa kau ingin tahu?"

"Ya~ dia sahabatku, asal kau tahu dia sudah dijodohkan dengan anak tetangga sebelah"

"Aku tidak bertanya"

"Kau menyebalkan sekali"

"…Tidak masalah dengan siapa dia akan dijodohkan tapi lihat saja nanti, dengan siapa nanti dia bersanding"

"Heol, kau benar-benar menyukainya ternyata"

"Memangnya kenapa?"

"Aku tidak percaya ini"

"Tunggu, apa kau menyukaiku?" Luhan memasang wajah datarnya ketika melihat obdisian kembar itu memicing.

"MWO yang benar saja, aku… menyukaimu?" Luhan berkata sesekali tertawa hambar.

"Benarkah, apa kau sama sekali tidak tertarik padaku?"

"YAKK"

Sehun cukup terkejut mendengar pekikan Luhan, dia tidak menyangka gadis cantik yang sedari tadi berlaku manis kini berubah menyeramkan.

.

.

.

.

.

.

.

Kyungsoo kembali ke Ball Room, kedua kakinya melangkah mendekati Suho. Pemuda berwajah angelic itu sekarang sedang mengobrol dengan dua orang laki-laki, sepertinya rekan bisnisnya menurut Kyungsoo.

"Hei kenapa lama sekali" Suho menegur, Kyungsoo hanya menunduk sambil meminta maaf, Kyungsoo mendongak ketika tangan Suho menyentuh dagunya agar menatapnya. "Ada apa dengan wajahmu?" tanya Suho.

"Ah..itu sepertinya alergi karena makeup" Kyungsoo bersyukur dalam hati karena mendapat alasan yang cukup masuk akal untuk meyakinkan Suho. "Benarkah?" tanya pemuda itu dengan wajah khawatir. Kyungsoo menampilkan senyum termanisnya untuk menenangkan Suho "Eum…gwenchana." Kyungsoo sedikit terkejut ketika Suho meraih tangannya dan menggenggamnya, "Sebaiknya kita pulang, atau apa kita perlu ke rumah sakit untuk—" Kyungsoo menahan Suho agar tak beranjak dari tempat.

"Oppa, aku baik-baik saja. Tapi, ya aku ingin pulang"

"Baiklah kalau begitu, kita pulang"

Setelah berpamitan kepada dua teman yang sedari tadi terdiam melihat keduanya akhirnya Suho dan Kyungsoo pergi ke luar Ball room tapi sebelum itu mereka berpamitan kepada orang utama yang mengadakan pesta.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sedari Kyungsoo keluar dari Toilet, Jongin terus mengawasi gadis berperawakan mungil itu dan kini ia sedang berdiri di halaman parkir menunggu gadisnya dan juga kakaknya keluar. Jongin menyunggingkan senyum misterisunya ketika melihat Kyungsoo dan Suho keluar dari gedung.

Suho menghentikan langkahnya ketika merasakan ponselnya bergetar dibalik saku jassnya, Suho menyuruh Kyungsoo untuk lebih dulu menghampiri mobilnya sementara itu Suho menerima telpon dari adiknya.

"Yeobosseyo, ya Jongin ada apa?"

"…"

"Yeobosseyo…"

"…"

"Jongin, kau disana?"

"…"

Tut tut tut

Suho mengernyitkan dahinya, ia jadi bingung untuk memilih menghampiri mobilnya atau kembali masuk mencari adiknya. Karena saat ia pamit tadi ia tidak melihat keberadaan adiknya. Ada apa dengan adiknya itu, menelponnya tapi tidak bicara sama sekali. Membuatnya khawatir saja.

Baru satu langkah Suho melangkah dan kini ponselnya kembali berdering singkat.

'Hyung aku pulang duluan, aku naik bus dengan temanku. Aku menitipkan kunci mobil appa pada security, bisa kau beritahu Appa? Appa tidak membawa ponselnya'

"Aissh dasar anak ini, menyusahkan saja… kenapa dia tidak langsung memberikan kuncinya saja sih?"

Suho mendecakan lidahnya dan segera berlali menuju Ball room menemui ayahnya.

Hanya tinggal dua meter Kyungsoo sampai di depan mobil silver Suho, ia mengusap lengan atasnya saat merasakan hawa dingin mulai menyapa kulitnya. Menoleh sesaat ia mengernyit karena Suho tak kunjung menyusul.

Kyungsoo berhenti di depan kap mobil, kepalanya mendongak ke atas dengan tatapan sendu. Tidak mungkin bisa melihat bintang di pusat kota Seoul ini. Seandainya dia tinggal di pedesaan pasti ia akan sering menikmati malamnya sambil memandangi bintang. Kyungsoo tersentak kaget saat ada sesuatu yang tersampir di bahunya ia menoleh ke belakang dan menemukan sosok Jongin sedang menatapnya dengan wajah datar.

"Kau bisa masuk angin" ujar pemuda itu, membenarkan Jasnya yang sudah tersampir di bahu sempit Kyungsoo. "Terimakasih" ucap Kyungsoo.

"Ikut aku," Jongin menarik lengan Kyungsoo lembut, namun Kyungsoo menahannya, wajah gadis itu terlihat bingung.

"K..kemana?" Kyungsoo bertanya.

Jongin melihat Suho setengah berlari ke arahnya, untung saja Kyungsoo tidak melihat karena Jongin menahan bahu gadis itu agar tak menoleh kebelakang.

"HEI"

Kyungsoo hampir menoleh jika saja Jongin tidak menariknya dengan paksa. Kyungsoo harus berlari dengan kesulitan karena sepatu hak tingginya. Dia bingung kenapa Jongin membawanya lari. Sesaat Kyungsoo melihat tangannya yang tenggelam dalam genggaman tangan besar Kai kenapa rasanya sangat bebas dan nyaman berada di dekat pria ini. Suara teriakan kembali terdengar namun Kyungsoo tidak memperdulikannya, ia terus mengikuti Jongin yang membawanya pergi. Kyungsoo tersadar dalam hal ini, dia tidak mempermasalahkan kemana lelaki ini akan membawanya pergi. Yang pasti Kyungsoo ingin selalu berada didekatnya. Karena itu membuatnya merasa terlindungi dan nyaman.

Kyungsoo dan Jongin masih berlari menyusuri pinggiran toko-toko yang masih buka di pukul sembilan ini, beberapa orang melihatnya dengan tatapan aneh. Jongin menoleh ke belakang, kakaknya masih mengejarnya. Jongin berbelok ke kanan dan menemukan dua gang berlawanan. Ajaib rasanya, kaki Kyungsoo dan Jongin bergerak selaras ke arah yang sama dan langsung bersembunyi ketika mendapati mobil box tengah terparkir di ujung persimpangan.

Kyungsoo dan Jongin sama-sama terengah, nafas keduanya saling bersahutan. Jongin sedikit menarik Kyungsoo ketika gadis itu menyandarkan punggung di dinding gang. Suho berada disana dan pemuda itu bisa saja melihat Kyungsoo lewat celah karena body mobil yang tentunya tidak menempel dengan dinding. Jongin mengehla nafas saat Suho memilih arah lain. Ia tersenyum lega, namun masih menetralkan deru nafasnya.

Nafasnya mulai teratur begitu juga dengan Kyungsoo, gadis didepannya terlihat kelelahan, di bawah sinar penerangan lampu jalan Jongin bisa melihat wajah cantik Kyungsoo yang dihiasi titik-titik keringat. Menambah satu kesan lain pada wajah lugu gadisnya ini.

Kyungsoo merasa gugup ketika Kai terdiam sambil menatapnya intens. Ia mengikuti pergerakan Kai ketika pemuda itu mendorongnya pelan hingga punggungnya menempel dengan tembok jalan.

Wanita mana yang tidak akan jatuh pada pesona Kim Jongin? pemuda tan di depannya sekarang terlihat begitu menawan. Paras tampan dengan nafas sedikit terengah, rambutnya yang semula tertata rapih kini terlihat sedikit berantakan, Kyungsoo menelan ludahnya kala melihat bagaiamana tetesan keringat membasahi pelipis Kai. Sekarang Kyungsoo mengerti, kenapa banyak sekali yeoja-yeoja di sekolahnya yang berteriak-teriak tidak jelas ketika Jongin bermain basket.

Sekilas Kyungsoo melihat bibir Jongin yang sedikit terbuka, pipinya merona kala mengingat bibir itu. Astaga berapa kali bibir tebal itu sudah menciumnya. Pipi Kyungsoo semakin merona ketika Jongin mulai tersenyum geli, Kyungsoo tahu pasti Jongin sedang menikmati dirinya yang tengah merona malu. Apakah Jongin mengetahuinya bahwa Kyungsoo sedang mengingat ciuman-ciuman yang diberikannya. Ahh ini memalukan…

Kyungsoo menoleh kesamping, ia tidak tahan melihat bagaimana tatapan lembut itu begitu memikatnya. Jongin tersenyum geli melihat kekasihnya yang merona malu, namun senyumnya pudar ketika melihat tulang pipi gadis itu terlihat sedikit memar. Ia menyentuhnya dan mengarahkan wajah Kyungsoo agar menatapnya, mengelus pipi gembil halus itu kemudian sedikit menekannya. Ia menangkap perubahan raut wajah Kyungsoo, gadisnya kesakitan.

Kyungsoo tak bisa bergerak sedikit pun, tangan kiri Jongin menahan pinggangnya sementara tangan kanannya memegang dagunya. Kyungsoo memejamkan mata ketika melihat wajah Jongin semakin mendekat, tak butuh waktu lama ia bisa merasakan kenyalnya bibir Jongin menyentuh permukaan bibirnya, begitu ringan. Cara pemuda itu menciumnya begitu berbeda dengan sebelumnya. Kyungsoo merasakan bibir Jongin tengah menciumi sudut bibirnya kemudian beralih menuju pipinya. Membelai pipinya dengan hidung yang menghembuskan nafas hangat memburu. Pemuda tan ini benar-benar lihai membuat Kyungsoo lemas.

"Ada apa dengan pipimu, siapa yang melakukannya apakah Sulli?" bisik Jongin rendah di telinga Kyungsoo, mampu membuat Kyungsoo terdiam. Dari mana pemuda ini mengetahuinya?

Kyungsoo mendorong bahu Jongin pelan, ia menatap pemuda itu dengan bola mata bergerak resah. "Ini..ini mungkin alergi karena makeup"

"Kau bahkan tidak pintar berbohong" Kyungsoo menunduk tak berani menatap Jongin.

"Apa yang dia lakukan?" Kyungsoo menangkap nada kesal dibalik perkataan Jongin.

"Sulli, Sulli menyuruhku untuk menjauhimu" ucap Kyungsoo lirih di akhir kalimat. Jongin terdiam sesaat, tak lama tangannya menarik tubuh mungil Kyungsoo kedalam pelukannya. Ia merasa bersalah karena dirinya Kyungsoo berada dalam kesulitan. "lalu apa yang kau jawab?" Jongin menaruh dagunya di kepala Kyungsoo. "aku…aku hanya diam" jawab Kyungsoo, ia membalas memeluk tubuh Jongin dengan erat. Ia merindukan pemuda ini dan merasa bersalah karena tidak menepati permintaan kekasihnya tempo hari.

"Maaf" Kyungsoo membuka suara setelah hanya keheningan mengisi waktu mereka.

"Maaf untuk apa?"

"Karena aku tidak datang ke pertandinganmu" Jongin tersenyum lalu mengangguk.

"Maafkan aku juga" ucapnya seraya mencium rambut Kyungsoo.

"Untuk"

"Karena aku kau terluka" aku janji aku akan melindungimu Soo.

"Gwenchana… aku bisa menjaga diriku"

Jongin memeluk gadis dipelukannya semakin erat, sungguh dia merindukannya.

"Aku merindukanmu"Jongin bergumam.

"…" Kyungsoo tak tahan menahan lengkungan manis dibibirnya.

"Kau tidak merindukanku?" suara Jongin terdengar kesal. Sungguh Kyungsoo ingin tertawa mendengar nada bicaranya.

"…" tidak ada jawaban dari sang gadis, namun dalam hati Kyungsoo berteriak bahwa ia juga merindukannya.

"…"

"Aku merindukanmu" ucap Jongin lagi.

"Hmm, nado." jawab Kyungsoo pelan bahkan sangat terdengar pelan mengalahkan angin yang berhembus. Jongin terkekeh karena Kyungsoo mengatakannya dengan malu, bahkan gadis itu sempat menjinjitkan kakinya entah karena apa. Jongin tersenyum ketika Kyungsoo menggosok-gosokan wajahnya didadanya, Jongin tak yakin bahwa gadis itu melakukannya dengan sadar atau tidak. Bahkan kedua tangan gadis mungil itu terus mengelus punggungnya dengan lembut. Oh benar, gadisnya ini hanya manis saat malam hari ternyata.

.

.

.

.

.

.

.

Kyungsoo tersenyum dengan manik terus menatap tangan kirinya yang kini tenggelam digenggaman tangan besar Jongin. Terasa begitu hangat. Dan ia merasa, hanya dalam genggaman Jongin saja ia menemukan kenyamanan.

"Bagaimana Hyungku?" Kyungsoo mendongak ketika Jongin bertanya.

"Eoh?"

"Ya Hyungku, menurutmu bagaimana dia?"

"Suho Oppa…

Dia pria yang baik, dia lembut, sopan, tampan, semua yang baik ada pada dia"

"Sekarang kau memujinya, aku khawatir kau akan menyukainya nanti?"

"Wanita mana yang tidak akan menyukainya?" Jongin menghentikan langkahnya, dan Kyungsoo pun mau tak mau menghentikan langkahnya pula. Kyungsoo melebarkan matanya melihat Jongin memandangnya dengan ekspresi sulit diartikan.

"Heol, aku tidak menduga ini" ujar Jongin datar, ia melepaskan genggamannya di tangan Kyungsoo. Kyungsoo tetegun, namun beberapa detik selanjutnya ia baru tersadar bahwa kekasihnya marah karena –yah mungkin dia cemburu.

.

.

"Yaa Jongin-ah…" Kyungsoo memanggil Jongin saat menyadari jarak diantara dirinya dengan Kai mulai menjauh.

"…"

Kyungsoo berhenti sejenak. Apakah pemuda itu benar-benar marah? Astaga jujur saja ia begitu lelah untuk mengejar pemuda yang sudah mulai menjauh itu.

"JONGIN…TUNGGU AKU, KENAPA KAU MENINGGALKANKU? JONGIN~"

"…"

"JONGIN TUNGGU"

"JONGIN…Arghh…Jongin appo~"

.

.

.

.

.

.

Senyum manis samar terlukis diwajah Kyungsoo, walaupun Jongin masih diam setidaknya Kyungsoo tahu bahwa pemuda ini begitu memperdulikannya. Buktinya saat ia terjatuh tadi, pemuda itu langsung berbalik arah dan menyodorkan punggung kokohnya.

Padahal Kyungsoo sengaja melakukannya, tapi sejujurnya ia begitu pegal untuk berjalan menggunakan High heel.

"Kau marah?" Kyungsoo bertanya hati-hati.

"…"

"Jongin-ah kau marah?"

"…"

"Oppa marah?"

"Diamlah"

Kyungsoo mengerucutkan bibirnya tak suka, Jongin masih marah padanya. Padahal tadi ia hanya bermaksud untuk menggoda Jongin. Namun ternyata pemuda ini begitu serius menanggapinya.

Jongin merasakan bahu kanannya memberat, menoleh sedikit ia melihat kepala gadisnya kini bertumpu dibahunya, bibirnya mengerucut lucu dengan pipi putihnya mengembung.

Jongin menghentikan langkahnya, dan otomatis Kyungsoo menatap Jongin seperkian detik selanjutnya ia dibuat kesal karena Jongin menolehkan wajahnya sehingga tanpa sengaja ia mencium pipi pemuda itu.

"Kau menciumku? Astaga ternyata Do Kyungsoo hanya manis dimalam hari"

"Yaaak apa maksudmu eoh? Aku tidak menciummu kau yang tiba-tiba menoleh"

"Tapi kau senang menciumku, atau kau senang aku menciummu?"

Blush…

"YAAK Aishhh…"

Hilang sudah sikap manis Kyungsoo, ia benar-benar geram jika Jongin menggodanya. Dengan santainya ia menggigit bahu Jongin, jika saja lengannya tidak memegang sepatunya pasti ia sudah menjitak kepala jenius kekasihnya ini.

"Ack.. awww kenapa menggigitku?"

"…"

"Sakit Soo"

"Mian" ucap Kyungsoo pelan kembali mendaratkan dagunya di bahu kanan Jongin.

Lengkung manis tercetak jelas di wajah Jongin, namun sayang Kyungsoo melewatkannya. Rasanya begitu menyenangkan mendengar Kyungsoo meminta maaf dengan nada yang begitu pelan. Benar-benar manis.

Sejujurnya Jongin tidak tahu kemana arah tujuannya, yang pasti dia tidak ingin cepat-cepat pulang. Ia masih ingin bersama Kyungsoo, hanya berdua. Namun ia juga sadar, ia telah membawa anak oranglain tanpa izin.

Tapi sampai sejauh ini, Kyungsoo tidak meminta ingin pulang. Sepertinya Kyungsoo juga menikmati kebersamaannya dengan Jongin.

Nyaman sekali berada dipunggung hangat Jongin. Ah mungkin ini yang dirasakan teman-temannya yang sudah memiliki kekasih pikir Kyungsoo. Kyungsoo tak menyangka rasanya akan semenyenangkan ini.

"Jongin-ah, kau mau membawaku kemana?"

Akhirnya gadis itu bertanya, Jongin belum menjawabnya karena ia juga tidak tahu harus kemana.

"Ke gereja mungkin, aku ingin segera menikahimu"

"YAKK aku masih sekolah begitu juga kau, kenapa kau sudah berpikir sejauh itu? Kita bahkan baru memulai"

Jongin tertawa mendengar jawaban Kyungsoo, ia benar-benar tidak serius dengan perkataannya tadi "Jadi kau mau menikah denganku?" pertanyaan Jongin sukses membuat Kyungsoo bungkam. Jongin masih menyunggingkan senyumnya, matanya melirik Kyungsoo yang masih diam, ah lihatlah kedua pipi gembil itu sudah dihiasi rona merah jambu.

"Hei, kenapa diam?"

"Apa kau melamarku? Sama sekali tidak romantis"

"Jadi kau ingin aku melamarmu dengan cara romantis, kau bilang kau tidak ingin cepat menikah"

"Yaak kenapa jadi membahasnya?" Kyungsoo mulai jengkel karena Jongin terus menggodanya, apakah pemuda ini tidak mengerti jika rasa panas sedari tadi menjalar dikedua pipinya.

.

.

.

.

.

.

.

.

Luhan memijat tulang atas hidungnya, sudah sekitar satu jam lebih ia membaca. Sekilas ia menoleh pada Jam dinding yang menggantung di kamar Kyungsoo. Sudah jam sepuluh.

Luhan melihat Sehun yang masih asyik dengan kegiatannya. Ingin sekali bertanya lebih mengenai hubungan Sehun dan Kyungsoo namun mengingat cara menjawab pemuda itu ia jadi enggan untuk bertanya.

"Hei sudah jam sepuluh" ujar Luhan acuh tak acuh sambil membereskan buku-bukunya.

"Kenapa Kyungsoo belum pulang?"

"Mana aku tahu?"

Gotcha, Sehun terdiam dengan wajah datarnya menatap Luhan yang sempat menyunggingkan senyum tipis. "Aku tidak akan pulang sebelum Kyungsoo pulang" ujar Sehun kembali mengerjakan sketsanya.

Luhan menghentikan pergerakan tangannya yang sebelumnya merapihkan beberapa buku yang ia tumpuk.

"Ya ini sudah jam sepuluh, sebenarnya kau kesini untuk apa?"

"Belajar dengan Kyungsoo"

"Aku yakin lebih dari itu, yak sebenarnya apa hubunganmu dengan Kyungsoo eoh?"

"Aku tidak begitu yakin, kami baru mengenal beberapa hari tapi aku dengannya cukup dekat"

"Cukup?"

"Eum bahkan kami pernah berciuman"

"MWO?"

Bagai disambar petir di siang hari, Luhan tidak percaya dengan perkaatan yang dilontarkan pemuda dengan wajah datar didepannya sekarang ini.

.

.

.

.

.

.

Jongin dan Kyungsoo kini sedang duduk disalah satu bangku yang berada di Taman kota. Suasana masih nampak ramai. Jangan membayangkan mereka duduk ditempat yang sepi karena saat ini mereka sudah duduk berdampingan disalah satu kursi berbentuk lingkaran dengan adanya tanaman yang melekat pada kawat.

Tak jauh dari tempat mereka, terdapat sebuah pancuran berukuran cukup besar dengan dipadupadankan lampu berwarna warni membuat air mancur itu terlihat begitu indah dimalam hari ini, suara gemersik airnya pun begitu merdu mengiringi moment mereka.

Sebelum mereka sampai ketempat ini Jongin dan Kyungsoo menyempatkan untuk pergi ke Minimarket, mereka membeli dua kaleng kopi hangat juga satu botol air mineral dingin.

Kyungsoo menerima uluran kaleng kopi yang terasa hangat dari Jongin setelah pemuda itu membukakan untuknya.

Dengan pelan ia menyesapnya kemudian mendesah pelan. Kopinya benar-benar enak.

"Ini" Jongin kembali mengulurkan satu botol minuman. Kyungsoo masih melihatnya tak berniat untuk mengambil, ayolah malam ini begitu dingin dan kenapa Jongin membelikannya air kemasan dingin. Walaupun ia sempat berlari dengan Jongin tadi, jujur saja ia tidak begitu haus.

"Ambil, tanganku pegal" Jongin sedikit memajukannya agar Kyungsoo mengambilnya. Namun Kyungsoo tetap diam.

"Aku tidak mau" Kyungsoo akhirnya bersuara.

"Aku tidak memintamu untuk meminumnya, tapi kompreslah pipimu"

Kyungsoo menatap Jongin kemudian mengerjap, dan beberapa detik selanjutnya Kyungsoo mendesah karena hawa dingin itu menyapa kulit pipinya.

"Dingin" Kyungsoo menjauhkan wajahnya dari permukaan botol yang dipenuhi titik-titik air akibat kondesasi. "Tahanlah sebentar" ucap Jongin lembut, ia menarik kepala Kyungsoo dan kembali menempelkan botol dingin itu diwajah Kyungsoo. Jongin terdiam melihat Kyungsoo meringis menahan sakit.

"Biar aku saja" Kyungsoo mengambil alih botol dari tangan Jongin.

Jongin kembali menikmati kopi kalengnya sesekali ia melihat Kyungsoo yang kini terlihat meringis sakit.

"Ini membuatku basah" keluh Kyungsoo, Jongin memperhatikan gadis itu kini berusaha menghilangkan air yang berada dipermukaan botol.

"OMO" gadis itu setengah memekik, membuat Jongin langsung menoleh ke arahnya.

"Ada apa?"

"Lihatlah ini, ini Kim Wo Bin" seru Kyungsoo dengan mata berbinar gadis itu tersenyum. Jemarinya mencoba mengusap air yang masih membasahi botol. Tapi usahanya itu sepertinya percuma saja.

Jongin mengikuti arah pandang Kyungsoo. Benar dikemasan botol air itu ada gambar aktor yang tengah naik daun saat ini. Padahal saat Jongin membeli tadi ia mengambilnya random.

"Kau terlihat senang sekali"

"Eum aku senang, aku rasa kau tidak sengaja memilih yang ini, terimakasih aku menyukainya" Kyungsoo masih tersenyum, Jongin menaikan salah satu alisnya.

"M..mwo?"

Jongin menatap Kyungsoo tak percaya, gadis itu masih tersenyum sambil menatap kemasan air yang dibelinya. Mulut Jongin membulat ingin berkata sesuatu tapi tak ada satu katapun yang keluar. Ia mendelikan matanya saat melihat Kyungsoo kini kembali menempelkan botol dingin itu kewajahnya. Gadis itu masih tersenyum lebar, karena hanya sebuah gambar.

"Bisakah kau tidak mengarahkan wajahnya seperti itu?"

Jongin memprotes Kyungsoo, sepertinya gadisnya ini benar-benar ingin membuatnya kesal. Kyungsoo masih mempertahankan posisi memegang botolnya.

Bagaimana Jongin tidak marah saat ini, Jongin begitu kesal karena Kyungsoo terlihat begitu senang karena mendapati wajah idolanya tertempel pada kemasan air dan dengan sengaja gadis itu mengarahkan wajah sang idola agar menempel dipipinya.

"Putar botolnya" titah Jongin tajam, Kyungsoo seolah tidak mendengarnya.

Jongin memutar botol plastik itu membuat Kyungsoo mulai menunjukan ekspresi kesalnya. "Begini lebih baik"

"Astaga apa kau cemburu pada botol ini?" Kyungsoo memprotes.

.

.

.

.

.

.

.

Suho memutuskan untuk pulang, sudah sekitar satu jam ia mencari Jongin dan Kyungsoo namun ia tak kunjung menemukan mereka. Suho menghempaskan bokongnya di Sofa, raut wajahnya terlihat lelah.

"Suho-ah, kau pulang sendiri? Appamu dan Jongin mana?"

"mereka masih disana" desah Suho, perkataannya tidak sepenuhnya salah.

Taemin mengangguk dan duduk di samping Suho. "Bagaimana hubunganmu dengan Kyungsoo? ceritakan pada eomma"

"aku tidak mau membahasnya eomma, aku lelah. Aku mau tidur. Selamat malam"

Taemin memandang kepergian Suho dengan wajah tak percayanya. Astaga anak sulungnya baru saja mengacuhkannya. Tak lama kemudian terdengar pintu utama berhasil terbuka, ternyata Tuan Kim baru saja datang.

"apa Suho dan Jongin sudah pulang?"

"suho? Dia baru saja, tapi Jongin bukankah seharusnya dia pulang denganmu?"

"Jongin membawa Kyungsoo kabur"

"Mwo?"

.

.

.

.

Tbc

Halo semua, 12154kaisoo comeback. Bagaimana kabar kalian, aku 'tidak baik'. Oke chap ini memang aku sengaja belum munculin konflik. Biarin kaisoo happy-happy aja dulu.

Sedikit curhat, oke waktu itu tiga hari seblum UN tepat dimana hari jumat tgl 01 april, yah kalian tahu ada berita apa di hari itu, awalnya aku kira itu Cuma april fool tapi ternyata 'sm confirm'(berharap itu Cuma settingan) tapi fakta yang ada mengatakan lain, selamat untuk KAISTAL SHIPPER. Walaupun begitu aku mengdukung demi kebahagian Kai. Sedikit.

Jadi selama ini moment sweet Kaisoo yang aku download dan aku lihat berulang kali itu apa? aku ngerasa ada yang aneh sama kalian. Huwaaa susah dijabarkan.

Mood yang tadinya semangat langsung turun dan untung aja nggak ngenggagu konsentrasi aku buat ngerjain UN. Kecewa? sedikit, sedih? iya. Nangis? iya. Tapi setelah dipikir-pikir, gpp deh. Tapi aku selalu tetep jadi KAISOO SHIPPER, walaupun mood buat nulis dan update hilang aku inget kalian… kalian pasti nunggu *huah...pede. tapi aku gak janji bakal fast update, untuk post cerita barupun aku ragu, karena apa? Aku takut kehilangan feel. Setelah selesai Un aku coba-coba buat stalk Kaistal, dan gambar-gambar mereka bikin aku antara percaya sama enggak, belum lagi sama kabar-kabar negatif Kai. Entah itu bener atau salah. Aku selalu tetep percaya dan menyukai dia.

Belakangan ini aku baca fanfic dari beberapa author, asal kalian tahu akau cuma baca notenya doang. Fanfic yang mereka post pasti bikin aku mewek nantinya, baca notenya aja udah bikin aku baper.

Delusi, satu kata untuk Kaisso shipper. TAPI AKU SELALU TETEP JADI KAISOO SHIPPER.

Aku tunggu kabar membahagiakan itu. Kabar apa? Kabar kamu putus 'dengannya' karena jujur aku sedikit tidak suka. maaf untuk K*****L shipper.

Mau tanya satu hal, apa kalian kecewa kalau aku discontinued ALWAYS BE MINE? Jujur aku ragu untuk update ff itu, yah kalian tahu orang ketiga di ff itu siapa, rencana yang udah aku susun rapih berantakan gitu aja setelah berita itu muncul. Dan aku ragu buat lanjut ff itu, miris bgt yah antara cerita sama kenyataan. Bener-bener terbalik. *tears. Susah bgt untuk ngembaliin mood seperti semula.

Ah ya sudahlah, terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca

Love you all

Pay pay

RIVIEW YAH…..