Kyungsoo tidak bergeming, matanya hanya menatap datar pada foto sang nenek yang kini dipenuhi oleh karangan bunga. Sayup-sayup terdengar bisikan para tetangga dan kerabat yang berbisik-bisik.

"Pemuda yang malang, setelah Ayahnya kabur entah kemana, ibunya meninggal saat dia berumur empat tahun. sekarang neneknya meninggal, dia benar-benar sendirian sekarang."

Pemuda berambut hitam kelam itu mencengkram karangan bunga chrysanthemum yang akan diletakan di vas erat-erat. Mereka yang sedang berbisik-bisik mengasihaninya, tidak tahu bahwa Kyungsoo bisa mendengar semua itu dengan jelas. Tidak ada kata yg terucap keluar dari bibirnya, matanya sudah cukup perih untuk menangis. Tidak ada yang tersisa darinya selain dirinya sendiri.

Seusai pemakaman sang nenek, Kyungsoo kemmbali ke rumah yang selama ini ditinggalinya bersama sang nenek. Dirinya kini sebatang kara, sang nenek yang merupakan orang tua satu-satunya baginya, sosok yang begitu dikasihinya sudah tiada.

Tes

Tes

Tes

Meski sudah lelah, air mata itu tetap saja jatuh, ketika Kyungsoo menyentuh foto sang nenek yang terbingkai rapi di dinding rumah. Foto itu menampakan Kyungsoo berumur 5 tahun bersama sang nenek yang tersenyum bahagia ke arah kamera.

"Kenapa...?"

"Kenapa kau juga meninggalkanku sendirian?!" Jerit Kyungsoo parau. Air mata dari si pemuda bermata kelam itu terus menetes deras.

Kyungsoo meninjukan genggaman tangannya ke tembok, sakit di tangannya bukanlah masalah apa bila dibandingka n dengan kacaunya pikirannya sekarang.

Malam itu, Kyungsoo tidur sambil menangis dan memeluk Fotonya bersama sang nenek.

.

.

MY FAMILY

.

By: Marshmallow95

.

Disclaimer: EXO members isn't mine

Basic Plot isn't mine either

.

Rated M

.

Summary:Do Kyungsoo yang yatim piyatu kini benar-benar sebatang kara ketika sang nenek meninggal dunia. Yang lebih mengejutkan lagi adalah ketika ada tiga orang pemuda super keren mengaku bahwa mereka merupakan saudara dan Daddy-nya.

.

Pairing: Kyungsoo X Everyone

.

。・v・。`)-Happy Reading-(´。・v・。`)

.

.

Teng! Teng! Teng!

"Hari ini adalah hari terakhirku menjadi wali kelas kalian. Terimakasih atas kerja samanya selama ini." Ucap Jung Seonsaengnim.

Ketua kelas memberikan instruksi untuk seluruh kelas berdiri dari tempat duduknya dan membungkuk sembilan puluh derajat sebagai penghormatan.

Setelah sang seongsaengnim pergi, seluruh penghuni kelas sibuk membereskan barang-barang mereka dan bersiap pulang sambil sibuk membicarakan rencana sepulang sekolah dengan teman-teman mereka.

Semua kembali berjalan seperti biasanya, sekolah seperti biasanya, bertemu teman-teman seperti biasanya, pulang sekolah seperti biasanya.

Hanya saja...

"Kyung~!"

Kyungsoo berhenti memasukan barang-barangnya, menoleh pada sosok yang sudah memanggilnya.

Byun Baekhyun, sahabatnya yg paling cerewet.

Kyungsoo mengangkat alis, "ada apa?"

Baekhyun tersenyum lebar, "Kau bisa kan karaoke malam ini? Aku, Chanyeol, Chen dan Luhan akan pergi. Kau ikut, kan?"

Kyungsoo kembali sibuk membereskan barang-barangnya, "maafkan aku, Baek. Hari ini aku harus berbelanja."

"Ayolah, Kyung... Kau jangan murung terus seperti ini... Bersenang-senang lah sedikit." ajak Baekhyun.

Kyungsoo tersenyum kecil, "maafkan aku, baek. Sungguh." ucapnya pelan, sebelum mengangkat tasnya dan melangkah pergi. Sahabatnya itu hanya bisa menatap Kyungsoo yang berjalan menjauh dengan sedih.

Semenjak si pemuda bermata lebar itu kehilangan sang nenek, dirinya semakin murung. Beberapa kerabat dari sang nenenk sudah pernah mengajak Kyungsoo untuk tinggal di sana. Namun, Kyungsoo menolak dengan sopan. Dirinya tidak ingin menjadi beban orang lain. Meski begitu, bukan berarti neneknya tidak meninggalkan apa-apa untuknya. Ada sejumlah uang di dalam tabungan yang cukup untuknya hidup selama beberapa tahun kedepan.

Kyungsoo menghela napas, dirinya harus banyak berhemat. Sempat terpikir untuk bekerja sambilan, tapi tidak banyak pekerjaan yang mau menerima pemuda yang masih kelas 1 SMA.

Usai berbelanja seperlunya di minimarket terdekat, Kyungsoo segera melangkahkan kakinya menuju ke rumah. Pikirannya selama perjalanan sama sekali tidak fokus. Yang dirinya tahu, ketika sampai di depan pagar ternyata pintu rumah sudah tidak terkunci.

Pemuda mungil itu langsung seketika itu juga berlari ke dalam rumah dengan panik. Apakah ada perampok? Bisa juga pencuri, mungkin? Segala firasat buruk terbayang di benaknya.

Hm?

Tiga pasang sepatu tak dikenal tergeletak di dekat rak sepatunya.

Mana ada pencuri yang sampai melepas sepatu di rumah curiannya? Namun Kyungsoo tidak mau ambil resiko. Digenggamnya segala hal yang menurutnya bisa dijadikan 'senjata' (barang paling berbahaya yang ditemukannya hanya payung). Pemuda berambut hitam kelam itu menggenggam payung tersebut kuat-kuat dengan perasaan waspada.

Kyungsoo berjalan mengendap-endap, berencana menyergap siapa pun itu yang masuk di rumahnya tanpa izin. Pelan-pelan kepalanya mengintip ruang tamu yang nampak tidak ada siapa pun di dalamnya.

Tap!

Pemuda manis itu merasakan ada tangan yang menyentuh pundaknya! Seketika itu juga Kyungsoo mengayunkan payungnya keras-keras.

Grep!

Pria yang hendak dipukul oleh Kyungsoo ternyata dapat menahan ayunan payung dari si pemuda yang baru berumur 15 tahun tersebut.

"Soo? Apa yang kau lakukan?" Ujar pria tak dikenal itu dengan bingung.

"..." Kyungsoo menatap pria di depannya, pria di hadapannya ini cukup tinggi sehingga dirinya harus sedikit mendongak saat menatap wajahnya, "Si-siapa kau? Kau mengenal ku?" ujarnya ragu-ragu.

"Aku saudaramu, Junmyeon! Kau biasa memanggilku Myeonnie-hyung saat kau masih kecil! Apa kau tidak ingat?" Ujarnya berusaha meyakinkan.

Kyungsoo mengerutkan dahi, dirinya sama sekali tidak mengenal pria di depannya ini. Meski begitu, wajah pria yang mengaku bernama Junmyeon ini sepertinya bukan orang jahat. Namun tetap saja Kyungsoo tidak boleh lengah! Tangan mungil nya masih tetap memegang payung(alat perlindungan diri)nya dengan erat.

Junmyeon dapat merasakan Kyungsoo masih menaruh rasa curiga padanya. Pria berumur 21 tahun itu menghela napas berat.

"Jongin-ah! Appa! Kyungsoo sudah pulang. Kemari lah!" Ucap Junmyeon keras-keras.

Kyungsoo terbelalak kaget saat di belakang sosok Junmyeon datang seorang pria yang sangat tinggi dan seorang pemuda yang sepertinya hanya berbeda beberapa tahun darinya.

Pemuda yang sepertinya bernama Jongin itu sepertinya baru keluar dari kamar mandi, terlihat dari rambutnya yang masih basah dan sebuah handuk yang berada di lehernya.

"Kyungsooooo! Ya ampun, kau sudah besar sekaliiii!" Pemuda yang bernama Jongin itu langsung memeluk Kyungsoo erat-erat seperti dirinya adalah sebuah boneka teddy bear.

Belum sempat Kyungsoo meronta, sebuat tangan yang cukup lebar menarik si pemuda manis itu dari cengkraman pelukan Jongin.

"Yah! Yah! Jangan buat Kyungsoo ketakutan, lihat yang sudah kau perbuat!" ujar pria yang tingginya lebih dari 185 cm itu (tinggi Kyungsoo saja tidak sampai se pundaknya!).

"Ka-kau siapa?" ujar Kyungsoo bingung, menunjuk pria yang baru saja membebaskannya, "Kau siapa?! Kalian semua ini siapaaa?!" jerit Kyungsoo histeris.

.

.

Setelah Kyungsoo tenang, dan ketiga pria tidak dikenal itu juga sudah sama tenangnya, mereka berkumpul di meja makan dengan posisi saling mengelilingi.

"Jadi apa yang kalian lakukan di rumah ini? Siap kalian? Bagaimana kalian bisa masuk?"

"Bagaimana kalau kita memperkenalkan diri kita masing-masing?" ujar Junmyeon, "baiklah, aku Kim Junmyeon, 21 tahun putra pertama dari Wu Yifan."

"Aku Kim Jongin, 18 tahun putra kedua dari Wu Yifan." ujar pemuda kulit tan yang masih bertelanjang dada.

"Aku Wu Yifan, 37 tahun. Ayahmu." ujar pria bermata dingin dengan tubuh paling tinggi diantara mereka semua.

"..."

"..."

"..."

"Ka-kalian jangan bercanda!"

"Kami tidak bercanda, Kyungsoo! Mungkin ini akan membuatmu percaya." Yifan merogoh sakunya, mengeluarkan sebuah foto.

Kyungsoo meraihnya, kertas foto itu tampak lusuh teemakan usia. Namun gambar yang ada di dalamnya terlihat cukup jelas. Foto itu terlihat Kyungsoo masih berumur kurang lebih 1 tahun, ibunya yang tersenyum manis menatap kamera sambil menggendongnya. Sedangkan terdapat tiga sosok yang tidak dikenalnya. Seorang balita berkulit tan yang mengantuk dan bocah yang mungkin berumur tujuh tahun sedang tertawa, sosok di paling pojok adalah seorang pria berwajah dingin, meski begitu terdapat senyum samar di bibirnya.

Ini...

Sebuah foto keluarga...

"Begitu mendengar eomma meninggal, aku segera menuju kemari. Maafkan kami semua karena tidak pernah mengunjungimu, Kyungsoo." Ujar Yifan nampak menyesal. "Nenekmu tidak pernah mengijinkan kami untuk berkunjung ke sini. Tapi sekarang, kita akan terus bersama."

Kyungsoo memandang wajah ayahnya yang nampak serius.

"Benar, mulai sekarang, kita semua akan tinggal bersama. Seperti dulu lagi!" ujar Junmyeon tersenyum. Jongin mengangguk setuju.

Apa? Tidak hanya datang tiba-tiba seperti maling, mengaku sebagai keluarganya, sekarang tinggal bersama?!

.

.

Mereka mengobrol panjang-lebar berusaha kembali mengenal satu sama lain (atau lebih tepatnya Kyungsoo yang berusaha mengenal ketiga orang yang ternyata adalah keluarganya). Wajar saja Kyungsoo tidak mengenal mereka, terakhir kali Kyungsoo tinggal bersama hyung dan appa nya adalah ketika dirinya umur dua tahun. Meski mereka mengobrol cukup lama, tidak seorangpun menjelaskan mengapa sang nenek tidak memperbolehkan Yifan dan kedua anaknya tidak boleh bertemu dengan Kyungsoo. Ada apa sebenarnya? Namun Kyungsoo tidak bertanya, sepertinya hal itu merupakan topik yang sangat sensitif.

Wu yifan ayahnya adalah seorang direktur di perusahaan multi nasional.

Kakak pertamanya Kim Junmyeon adalah seorang mahasiswa kedokteran tingkat akhir.

Kakak Keduanya Kim Jongin adalah hanya berbeda 2 tahun darinya, siswa SMA tingkat senior.

"Jadi, aku harus memanggil kalian bagaimana?" ujar Kyungsoo sedikit canggung, tangannya memijat lehernya salah tingkah. Tidak pernah terbayang bahwa dirinya memiliki saudara dan ayah yang masih hidup, terlebih lagi kini mereka akan tinggal bersama.

"Kau bisa memanggilku Junmyeonie-hyung, Soo." Senyum Junmyeon ramah, membuat Kyungsoo cukup lega.

Berikutnya Kyungsoo menatap Jongin. "Aku... Panggil aku Jonginie-hyung." Jongin berucap tanpa menatap wajah Kyungsoo. Sepertinya hyung nya ini cukup pemalu dan canggung. Namun tentu saja Jongin enggan menunjukannya terang-terangan.

"Kalau aku... Panggil aku 'daddy'." Yifan tersenyum lebar.

"..."

"..."

Jongin dan Junmyeon menatap Yifan dengan jengah.

"Appa, tolong jangan berlebihan." Ujar kakak tertua itu akhirnya memecah keheningan sambil berdeham sopan.

"Junmyeon-hyung benar. Jangan bersikap menjijikan begitu, pak tua. Kau membuat Kyungsoo takut."

"Jongin, bahasamu."

"Mian, hyung..."

...

Sepertinya malam ini adalah malam yang paling mengejutkan dan melelahkan bagi Kyungsoo.

Dear oemma,

Hari ini aku bertemu daddy, Junmyeon hyung, dan Jongin hyung. Aku sangat terkejut, tapi aku senang. Akhirnya aku merasakan rasanya memiliki keluarga yang utuh (aku berharap kau bisa berada di sini bersama kami). Semoga kau bahagia melihatnya dari surga.

With love your son, Kyungsoo.

.

.

To be continue

.

.

.

Next Chapter:

"Mereka keluargamu, Kyung?!"

"Umm... sepertinya begitu..."

"Aku sering melihat appa mu di majalah bisnis. Dia punya banyak gosip dengan model wanita."

"Bukan kah dia siswa bermasalah yang sering berkelahi itu? Aku dengar dia punya relasi dengan gangster."

"Baru sebentar, sudah dikerubungi siswi. Benar-benar hebat."

.

.

.

Thank you, please Review