Tutor

.Kaihun.

T

©EXOolfeu

"Sehun!"

Derap sepatu ditengah hembusan angin dingin pagi kala itu melambat. Sehun mendapati Jongin berlari ke arahnya dan nyengir lebar. Napasnya balap-balapan. Mata teduh Jongin menyipit.

"Lo jalan? Emang supir kemana?"

Sehun menggaruk tengkuk, "Eng— gapapa sih, dia lagi sibuk aja. Hehe. Iya sibuk."

Jongin mengendikkan bahunya. "Bagus deh jadi gue gak jalan sendiri hari ini."

"Siapa juga yang mau jalan bareng sama lo."

"Gausah jutek gitu deh. Bikin gue makin penasaran aja." Jongin lagi-lagi tertawa pelan. Menurut Jongin Sehun itu gimana, ya, imut—tapi galak. Bikin penasaran juga. Lucu aja tingkahnya.

"Kita baru kenal gausah sok akrab deh."

"Kan kita udah kenalan. Eh—dingin, ya?"

Sehun tetap menggeleng meski ia tidak berhenti menggosok kedua tangannya. Dia sedikit menyesal tidak menggunakan mobil saja. Jongin meraih jemari kanan Sehun dan memasukkannya ke saku jaket. Jaket milik Jongin.

"Biar gak dingin, gini aja."

Ada yang bisa telepon ambulance? Rasanya Sehun ingin gantung diri.

Tarik tangan lo, Sehun!

Tapi lumayan. Kesempatan dipegang sama Jongin.

Harga diri lo kemana!

Tapikan—

Tarik sekarang.

Jongin mempererat genggaman disakunya saat Sehun berniat mengeluarkan tangannya. "Santai aja. Tangan lo gak akan ketularan itemnya gue." Lalu mereka menaiki bus menuju sekolah.

Satu hal yang membuat Sehun malas adalah kondisi bus yang sesak. Resiko jika berangkat sekolah bertepatan dengan jam kerja kantoran. Jongin memang mengeluarkan tangannya dari saku, tapi genggaman itu terus berlanjut hingga Sehun yang terdesak hampir jatuh dan Jongin reflek melepaskan genggaman dan menahannya. Menekan jemarinya pada bokong Sehun.

BOKONG!

G!

Dan Jongin bersumpah bokong Sehun adalah yang terbaik yang pernah ia tahu. Padat, berisi, dan bulat.

Sehun bersumpah ia merasakan jemari Jongin meremas bokongnya sebelum tangan laknat itu menjauh dan masuk kekantong jaket. Dengan tampang tak berdosa Jongin bersiul menatap keluar jendela.

Ia benar-benar sinting.

.

.

"JONGIN!"

"Ah sialan kenapa lo manggil dia!" bisik Sehun ganas. Baekhyun, sih, cuek saja. Sehun memang suka seenaknya sendiri. Jadi mau bagaimana lagi. Tabiat bocah setan itu suliat diubah. Galak tapi manjanya kelewatan.

"Jong, duduk disini aja. Daripada lo sendirian." Saut Chanyeol.

Sebenarnya mereka bertiga—Sehun, Baekhyun dan Chanyeol—makan dikantin karena rayuan Sehun yang mau curhat. Apalagi jika diimingi traktiran. Jadilah mereka diantara kerumunan murid yang kelaparan. Tapi memang dasar Baekhyun itu sialan, dia malah memanggil Jongin untuk bergabung dan itu artinya Sehun gagal curhat. Mana mungkin ia membicarakan orang yang juga makan satu meja dengannya. Apalagi ia masih malu dengan kejadian remas-meremas pagi tadi.

Memang hanya sekilas, sih. Tapi kan tetap saja!

Ah, Sehun kikuk sendiri jadinya saat Jongin duduk dihadapannya dan dengkul mereka tidak sengaja bergesekan dibawah sana. Mungkin tuhan dendam dengannya karena pagi tadi mendiamkan Mama dan Papanya.

"Hun, marah ya?"

Sehun reflek tersedak saat telapak tangan Jongin menyentuh jemarinya. Menggenggamnya lembut. AH JONGIN INI MAUNYA APA, SIH!

"Kalian pacaran, ya?" selidik Baekhyun. Sehun jadi gelagapan. Jongin, sih, nyengir aja. "Udah berapa bulan? Cieeeeee."

"Berapa bulan pala lo! Gue jomblo tau!" saut Sehun sensi. Menarik tangannya dari Jongin.

Jongin mengulum bibirnya menahan senyum. Apa yang baru saja ia katakan, Sehun itu imut, kan?

.

.

Bel berdering dan jam pelajaran olahraga dimulai. Semuanya berkumpul dilapangan volli. Chanyeol sudah semangat empatlima. Pelajaran volli ada favoritnya. Apalagi volli pantai hahahahahha.

Lain lagi dengan Sehun yang wajahnya semakin menekuk. Materi volli itu berarti tangannya harus memerah. Harus bengkak. Dan ia harus bersusah payah menuruti semua suruhan Pak Choi yang rata-rata tidak dapat ia kerjakan. Volli adalah yang terburuk sepanjang ia belajar olahraga. Memang apa salahnya ia tidak bisa! Kenapa Pak Choi sialan itu terus-terusan memaksakan lengannya untuk melakukan passing bawah dan teman-teman brengseknya itu. Kan sakit!

Jongin terus menatap sehun yang susah payah melakukan servis lalu mengusap lengannya, lalu mencoba servis lagi, dan begitu seterusnya.

Jongin mendekat, "Bukan begitu caranya. Nih liat, pegang bolanya didepan badan gini. Terus lempar, ayunin tangan dan hap!—pukul." Ia menatap puas bola yang melewati net. "Pukulnya itu jangan pake lengan tengah, tapi ujung lengan." Jongin meraih lengan Sehun yang memerah dan mengusapnya pelan.

"I-i-iya."

"Sini gue bantuin." Jongin menempatkan dirinya dibelakang sehun, jemari kirinya menangkup jemari kiri Sehun dan mempertahankan bola di tangannya. Sedangkan jemari kanannya menggenggam lengan kanan Sehun. Jongin melempar bolanya dan mengayunkan tangan Sehun. Bola itu melambung tinggi melewati net.

.

.

.

Epilog.

"Pak Han, hari ini gausah anterin Sehun ya. Sehun mau jalan aja."

"Loh, kenapa? Nanti Tuan Oh marah bagaimana? Ini masih musim dingin. kalo Tuan Muda kenapa-kenapa bagaimana?"

"Udah gapapa. Aku berangkat dulu ya!"

Sehun berhenti di pertigaan komplek yang tidak jauh dari rumahnya, ia berpikir kira-kira kapan pintu rumah dengan pagar hitam berkarat itu terbuka. Udara lumayan dingin untuk menembus jaketnya.

Sekitar delapan menit Sehun menunggu, akhirnya pintu itu terbuka dan menampakannya Jongin yang membenahi sepatunya. Sehun berdebar dan pura-pura jalan dengan pelan.

"Sehun!"

Dan Jongin menyusul Sehun. Rencana sukses!

.

.

.

AHAHAHAHHAHA GILA GUE GEMES SENDIRI NGETIKNYA. Oke cuekin aja gue makin gaje. Balik lagi nih post chap 3.

Q: Sehun kelas berapa ya?

A: Sehun tingkat dua di sekolah menengah.

Makasih buat semua reviewnya. Jangan lupa review lagi yaaaaa. Btw besok gue post moment kaihun request-an reader~

Hayo hayo yang mau kaihun ciuman siapaaaaa?