PENGGANTI JANTUNG SHIXUN


{Flashback}

Pryangg!

Luhan tiba-tiba datang menyerang Chanyeol dan memecahkan sebotol darah albino tepat di kepalanya. Asap tipis timbul dari lepuhan kulit Chanyeol. Ia tak dapat mengendalikan dirinya hingga Chanyeol menghilang dari tempat itu.

Luhan menghampiri Shixun yang terkulai lemas. Napas Luhan terengah-engah. Air matanya memaksa keluar dari balik pelupuk matanya. Luhan tak hanya bisa diam ketika bersembunyi sedangkan Shixun dalam kesulitan. Mata Shixun melotot ketika ia merasakan darah vampire mencapai jantungnya. Luhan kebingungan. Tak ada yang bisa ia lakukan. Mungkin hanya bisa menunggu Shixun sampai selesai meregang nyawa. Air mata makin deras mengalir menuruni pipi Luhan. Suaranya seakan tercekat, tak mampu mengatakan apapun.

Shixun menarik napas terakhirnya lalu matanya terpejam sempurna.

"Shixun! Shixun!" teriak Luhan bermaksud untuk menyadarkan Shixun.

"Shixun!"

Luhan menyentuh dada Shixun. Ia memejamkan mata sejenak. Luhan merasakan darah vampire memang telah merusak jantung Shixun. Hanya satu hal yang dapat Luhan lakukan untuk Shixun. Ya, mengganti jantung yang rusak itu dengan jantung baru. Tentu saja jantung itu harus berasal dari seorang di dalam klan albino.

Luhan mengucap beberapa bait mantera yang membuat tubuh Shixun meringan. Luhan menggerakkan tangannya, hingga tubuh Shixun terangkat oleh angin. Luhan menuntunnya menuju perpustakaan tua yang berada di rumah milik Shixun. Luhan mendudukkan Shixun di kursi berbahan kayu maple yang biasa digunakan oleh Shixun.

"Aku berjanji akan mengganti jantung itu, Shixun." Luhan menangkup pipi Shixun yang dingin.

Luhan beranjak, ia menuju ke kotak yang terletak tak jauh dari sana. Luhan mengambil botol kecil yang berisi cairan berwarna ungu muda. Luhan menuju kembali di mana Shixun ia dudukkan. Luhan membuka tutup botol lalu meminum cairan yang berada di dalamnya. Luhan tak menelannya.

Chu~

Luhan mencium bibir Shixun, memasukkan cairan ungu muda itu ke dalam tubuh Shixun. Luhan melepas tautan antara bibirnya dan bibir Shixun. Luhan tersenyum tipis, tangannya terulur dan mengelus pipi Shixun dengan lembut. Sebenarnya itu adalah jenis ramuan yang dapat membuat tubuh tidak membusuk dalam waktu yang lama. Shixun membuat ramuan seperti itu untuk antisipasi jika darahnya tercampur dengan darah vampire, sehingga Luhan dapat mencari jantung pengganti untuknya, walaupun Luhan memerlukan waktu yang lama.

Luhan melirik ke sebelah kanan, setelah secercah cahaya kuning oranye menyilaukan mata kanannya. Sebuah buku tua dengan sampul coklat tua dan ukiran rumit yang menimbulkan cahaya tersebut. Buku sihir milik Shixun. Luhan mengulurkan tangannya, bermaksud meraih buku tersebut. Luhan membuka buku itu perlahan. Huruf demi huruf tertulis ketika Luhan membuka bukunya. Tampaknya sebuah petunjuk.

`Benda merah yang dimiliki oleh klan berkulit putih. Dia adalah Oh Sehun.`

"Oh Se—Hun?" Luhan bergumam kecil ketika buku tersebut menulis nama Oh Sehun. Luhan merasa tak asing dengan nama itu, padahal Luhan sama sekali tidak pernah kenal, mendengar ataupun menemui orang yang bernama Oh Sehun.

Yang jelas, Luhan harus mencari manusia dari klan albino bernama Oh Sehun itu untuk mengambil jantung milik manusia itu dan segera mengganti jantung Shixun yang rusak.

{Flashback End}

(The Albino Clan)

Hujan turun dengan lebatnya diikuti dengan suara guntur yang bergemuruh. Tidak hanya itu, kilatan petir juga menyambar-nyambar di tengah derasnya hujan. Lalu, siapa yang ingin keluar rumah di keadaan cuaca yang begitu buruknya? Lebih baik duduk di depan perapian dengan selimut tebal sembari di temani secangkir coklat panas.

Namun, apakah itu berlaku untuk seorang Xi Luhan? Tidak. Jantung untuk Shixun lebih penting dari apapun untuk saat ini. Cuaca yang buruk seperti ini adalah kesempatan yang sangat baik untuk Luhan.

Luhan menaiki satu persatu tangga yang menuju sebuah rumah minimalis bergaya Eropa kuno. Tubuhnya yang basah kuyup menggigil. Giginya bergetar menahan dingin yang semakin lama semakin menusuk ke tulang. Luhan mengulurkan tangannya. Tangannya mengetuk perlahan pintu yang berada di depannya. Mungkin suara dentuman yang timbulkan itu akan mengganggu pemiliknya dan berniat membukakan pintu untuk Luhan.

Cukup lama Luhan menunggu.

Brak!

Terdengar suara cukup keras yang ditimbulkan dari balik pintu. Sepertinya si pemilik rumah menendang pintu itu. Luhan terdiam sesaat kemudian ia kembali mengetuk pintu itu. Luhan yakin, si pemilik rumah semakin marah.

"Siapa disana?" tanya seseorang dari dalam sana. Sepertinya dia si pemilik rumah.

Luhan menarik napasnya dalam "A—Aku ingin berteduh semalam saja dirumahmu!" sahutnya lantang—dengan nada bergetar.

Tak ada respon lagi dari dalam rumah. Luhan kembali menunggu. Mungkin si pemilik rumah mengacuhkan Luhan dan memilih untuk kembali ke tempat tidurnya yang hangat. Memangnya siapa yang ingin diganggu di cuaca buruk seperti ini? Tidak satupun.

Luhan menundukkan kepalanya. Dalam hatinya ia merutuk kesal. Bagaimana bisa rencananya yang sudah ia susun secara rapi akan berakhir mengecewakan seperti ini? Tidak. Luhan akan menunggu demi Shixun. Bagaimanapun Shixun harus kembali.

Mungkin pekerjaan ini terlihat mudah. Luhan tinggal mengendap-endap saja masuk ke dalam rumah ini kemudian menangkap si mangsa dengan sekali terkam. Namun, semuanya tidak semudah yang di bayangkan. Aturannya, Luhan harus berhasil membawa si mangsa mendekat ke Shixun tanpa paksaan. Dan lagi, calon mangsa Luhan ini bukanlah orang yang berasal dari marga sembarangan. Tidak semudah membalikkan tangan untuk mendapatkannya.

Pintu rumah itu terbuka perlahan. Sesosok pemuda berkulit putih pucat muncul dari balik pintu. Kontak mata terjadi di antara keduanya lalu mata pemuda itu menyelidik memperhatikan setiap inchi dari tubuh Luhan.

"Maaf kalau aku mengganggumu malam-malam." kata Luhan dengan suara bergetar, "Aku tidak memiliki rumah lagi karena aku tidak mampu membayar sewanya. Aku mengetuk setiap pintu rumah yang aku lewati malam ini, tetapi akhirnya pemilik rumah ini yang membukakan pintunya untukku." Luhan bercerita panjang.

Pemuda berkulit putih itu mengangguk canggung, "Ayo masuk!" ajaknya setelah sekian lama terdiam. Sepertinya ia agak sulit mencerna cerita yang disampaikan oleh Luhan barusan—atau memang ada alasan lain.

Pemuda itu mempersilahkan Luhan untuk duduk di sofa. Sementara itu, pemuda tadi mengambil beberapa selimut dan pakaian kering. Ia juga mengambil kompres penurun panas dan membuat dua cangkir coklat panas. "Minumlah! Itu akan membuatmu merasa lebih baik." katanya mempersilahkan.

Luhan mengangguk. Tangannya yang kedinginan dan tampak basah meraih cangkir coklat panas. Ia menghirup aroma khas coklat panas, itu membuatnya merasa lebih hangat. "Terima kasih." katanya pelan lalu menyesap coklat panas tersebut.

"Sama-sama." jawab pemuda sembari menyesap coklat panas miliknya, "Kalau boleh tahu, siapa namamu?" tanyanya.

"Xi Luhan." jawab Luhan dengan senyum—agak—aneh.

Pemuda itu mengangguk mengerti. Ia tidak menyadari senyum Luhan yang seperti itu. "Ah ya, kau bisa memanggilku Sehun, lengkapnya Oh Sehun." Pemuda itu—Sehun tersenyum, "Jika kau ingin bermalam disini, tidurlah di kamarku. Kau bisa memakainya sesukamu."

"Terima kasih." sahut Luhan agak canggung.

Luhan menyesap mata coklat panasnya lagi. Cukup beruntung, Sehun tidak menanyakan asal muasal keberadaan Luhan. Orang yang cukup simple dan sepertinya tidak ingin tahu lebih dalam tentang seseorang. Pandangan mata Luhan makin tak bisa lepas untuk memperhatikan Sehun. Dalam benaknya ia berpikir kalau pekerjaan ini cukup—sangat—mudah. Bahkan Luhan sangat yakin kalau ia bisa mendapatkan jantung milik Sehun malam ini. Mungkin ia hanya perlu merayu Sehun hingga ia terlena di dalam pelukan Luhan.

(The Albino Clan)

Sehun menarik napasnya dalam. Ia melirik sekilas ke arah Luhan yang telah tertidur lelap di atas ranjang miliknya. Ia baru saja selesai mencuci pakaian Luhan yang basah dan ia juga meminjamkan pakaian miliknya untuk Luhan.

Sehun menyipitkan matanya. Luhan memang memang tak nampak aneh, tetapi sesuatu yang aneh dapat dirasakan olehnya. Salah memang jika Sehun membiarkan orang asing yang kurang dari 24 jam dikenalnya untuk menginap, tetapi tidak ada salahnya jika ia berniat membantu pemuda itu.

Sehun berbalik menghadap pintu. Tangannya terulur untuk membuka pintu kamarnya. Baru saja Sehun akan memutar kenop pintu itu, sepasang tangan melingkar di pinggangnya. Sehun terlonjak kaget. Tidak salah kan? Apa iya itu adalah tangan milik Luhan? Tetapi, di dalam ruangan ini hanya ada mereka, tak ada orang lain.

"Kau ingin pergi?" tanya Luhan dengan nada yang dibuat manja. Kepalanya ia sandarkan di punggung Sehun.

Sehun salah tingkah. Bahkan sangat jelas terlihat bagaimana sulitnya ia untuk menelan ludahnya sendiri, "Ya. Aku akan ke kamar lain untuk tidur." jawab Sehun dengan nada datar.

"Kenapa kau tidak tidur disini saja huh?" tanya Luhan lagi, makin mengeratkan pelukannya.

Sehun membalikan badannya hingga menghadap ke arah Luhan. Sehun tak sengaja menatap mata rusa itu. Mata yang sangat menggodanya beberapa detik terakhir. Tidak! Luhan pasti tidak bermaksud menggodanya. Tetapi, tatapan mata itu benar-benar membuat Sehun ingin menyentuh pemuda yang baru saja dikenalnya itu.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Luhan mengerjapkan matanya lucu.

Sehun menekan kuku ibu jari dengan telunjuknya. Dirinya bergejolak. Pemuda ini benar-benar menggodanya. "Kenapa kau bertanya seperti itu dengan tatapan yang tidak biasa?" tanya Sehun balik, "Ada sesuatu yang kau inginkan dariku?" Sehun menatap menyelidik.

"Tidak." Luhan menjawab dengan tenang, walaupun di dalam dirinya ia sedang terkejut. Jangan sampai Sehun mencium gelagatnya yang seperti itu, "Aku hanya tidak terbiasa tidur di rumah orang lain yang baru saja aku kenal."

Sret!

Sehun menarik pinggang Luhan dengan cepat. Ia benar-benar tak tahan dengan mata rusa yang menggoda itu. Sungguh, tatapan itu seperti sedang merengek meminta sebuah sentuhan hangat. Luhan meletakkan kedua tangannya di pundak Sehun—tidak mencengkramnya dengan erat.

"Tingkahmu itu sangat menggodaku, pria kecil." Sehun menyeringai kecil.

Persetan dengan orang yang baru dikenal, Sehun sangat menginginkan pemuda yang berada di depannya sekarang. Sehun mengangkat dagu Luhan dan ia membuka mulutnya di mulut Sehun. Mereka berciuman sangat lama.

"Kau tahu?" kata Sehun pelan. Tangannya meremas pinggul Luhan hingga menimbulkan erangan kecil dari mulut Luhan, "Tatapan itu sangat menggodaku. Entah apa yang kau inginkan, tetapi aku akan melakukannya seperti yang dikatakan tatapan itu." Sehun menggendong Luhan dan merebahkannya di atas tempat tidur dengan posisi Sehun yang berada di atas Luhan.

Sehun mencium Luhan lagi. Ciuman itu makin tampak bergairah. Makin lama, ciuman itu turun ke leher Luhan yang jenjang hingga jari-jemari Luhan. Sehun melepas pakaiannya satu persatu, begitu pula dengan baju yang melekat di tubuh Luhan.

Akh!

Luhan melenguh ketika Sehun memasukan juniornya tanpa permisi—dengan posisi berhadapan. Sehun menyatukan tubuhnya dengan Luhan. Awalnya Sehun bergerak perlahan. Tetapi kemudian tempo irama mereka bergerak naik dan detak keinginan dalam diri keduanya menjadi tak tertahankan.

Luhan tampak menggigit bibir bawahnya karena Sehun makin tak terkendali. Luhan terkesiap ketika ia mencapai puncaknya. Bersamanya, Sehun mendongak dan berteriak dalam pelepasan. Sesuatu yang hangat terasa menggelitik di dalam perut Luhan.

Sehun jatuh merebah di sebelah Luhan. Ia melirik Luhan sekilas. Sesuatu yang aneh itu, ya Sehun mengetahuinya sekarang. Ia tahu kalau Luhan adalah seorang penyihir. Sehun dapat mengenali suhu tubuh itu ketika memasuki Luhan dan ia sangat yakin dengan dugaannya.

"Kau lelah?" tanya Sehun. Ia sama sekali tak takut, walaupun sebenarnya Sehun tahu nyawanya sedang terancam sekarang.

Luhan mengangkat salah satu sudut bibirnya, "Kupikir seperti itu."

"Bersihkan tubuhmu sekarang. Kau perlu beristirahat." Sehun bangkit dari posisinya. Ia mengambil sebuah handuk dari dalam lemari dan keluar dari kamar itu meninggalkan Luhan seorang diri.

Raut wajah Luhan tiba-tiba berubah cemas. Tidak! Luhan kebablasan. Seharusnya ia telah membunuh Sehun sejak tadi, bukan malah bercinta dengan orang yang merupakan klan albino itu. Luhan makin khawatir kalau pekerjaan ini semakin sulit. Luhan bangkit dari posisinya dan menuju ke kamar mandi. Luhan akan melakukannya dengan sangat cepat sekarang.

(The Albino Clan)

Chanyeol menatap bulan yang hampir tertutup awan hitam. Ia sedang berdiri di balkon mansion tuanya. Vampire tersihir, Chanyeol adalah salah satu dari sedikit vampire yang menyandang gelar itu. Berhasil meminum darah dari penyihir bukan suatu pekerjaan yang mudah. Bahkan ia kehilangan kekasihnya karena itu. Byun Baekhyun, dia korban dari keserakahan Chanyeol.

Menginginkan Baekhyun kembali?

Sampai saat ini Chanyeol tak dapat menemukan caranya, sekalipun ia telah memiliki kekuatan yang dimiliki penyihir. Bahkan luka bakar yang lebar di pipinya—akibat darah albino—tidak membuktikan bahwa ia adalah vampire tersihir. Baekhyun membuatnya sangat lemah di satu sisi.

{Flashback}

Kris Wu melempar sesuatu yang dibungkus oleh kain hingga menutupi keseluruhan dari benda itu. Sesuatu itu dikelilingi cahaya kuning yang terang. Itu hanya semacam sihir yang membuatnya—lebih—untuk bertahan hidup.

Tunggu!

Hidup?

Ya, sesuatu itu adalah bayi yang dibungkus oleh kain coklat yang usang.

Hup!

Huang Zi Tao—istri Kris—berhasil menangkap bayi itu ke dalam pelukannya kemudian ia berlari secepat mungkin. Seorang vampire mengincar nyawa bayi itu. Walaupun Kris sedang menghadapi vampire itu, namun tetap saja ia dan bayinya dalam keadaan yang tidak aman. Tao memasuki hutan yang gelap dan lembap. Setidaknya ia harus berhasil untuk bersembunyi.

Argghhh!

Erangan Kris sangat kencang terdengar. Tao yakin, vampire itu telah mencuri kekuatan sihir Kris. Atau dengan kata lainnya, vampire itu telah dinyatakan sebagai vampire tersihir.

Brak!

Secara tak sengaja, Tao menabrak seseorang hingga ia terjatuh. Bayinya masih di dalam gendongan Tao. Ia mendongak. Sepertinya vampire lain yang mengincar bayi itu. Vampire itu berdiri dengan air wajah yang tenang, namun sangat tergambar bagaimana hasrat ingin membunuh di tatapan matanya.

"Hanya ada dua pilihan, kau ingin mati bersama anak itu atau kau hidup dan menyerahkan anak itu padaku." katanya datar dan dingin.

"Sampai kapanpun kau tidak bisa mendapatkannya." teriak Tao. Tangannya bergetar mengambil sesuatu dari balik pakaiannya. Sebuah pistol perak. "Kau ingin mati huh?" ancam Tao sambil mengarahkan pistol tersebut.

Raut wajah vampire itu masih tampak tenang, namun tatapan matanya sangat ingin membunuh Tao sekarang juga. Tao mengigit bibir bawahnya dan… Dor! Tao menarik pelatuk pistol itu kemudian berlari secepat mungkin dari tempat itu.

"Baekhyun!" teriak Chanyeol.

Ia menghampiri Baekhyun yang terkulai lemas. Baru saja Chanyeol berhasil mengalahkan seorang penyihir dan mendapatkan kekuatan penyihir, tetapi tidak untuk kehilangan Baekhyun. Chanyeol meletakkan kepala Baekhyun di pangkuannya. Tangan Chanyeol mengelus pipi Baekhyun. Tak ada yang bisa Chanyeol lakukan. Makin lama, tubuh Baekhyun berubah menjadi abu dan diterbangkan oleh angin. Chanyeol kehilangan Baekhyun malam itu.

{Flashback End}

(The Albino Clan)

Tangan Sehun terulur mematikan pancuran. Luhan cukup terkejut dengan Sehun yang tiba-tiba berada di belakangnya. Belum cukup lama ia berada di bawah air itu, namun Sehun telah kembali mendatanginya. Tunggu! Apa ini kesempatan Luhan untuk menyerang Sehun?

Belum sempat Luhan berbalik, Sehun memegang kedua lengan Luhan, cukup kasar. Lama kelamaan tangan itu meluncur menuruni tangan Luhan yang licin. Luhan menepis pikiran anehnya. Perlakuan seperti ini, ya ini sangat mirip dengan perlakuan Shixun yang sering dilakukan terhadapnya. Menyelinap ke kamar mandi tanpa permisi.

Tangan Sehun menuntun tangan Luhan hingga berpegangan pada besi tempat menggantungkan handuk. Luhan tidak menolak. Ia terlalu sibuk dengan persepsi tak masuk akal yang melayang-layang di pikirannya.

Jleb!

Akh!

Luhan terkejut dan sontak mengerang. Sehun lagi-lagi memasukan juniornya tanpa permisi. Badannya bergerak maju mundur perlahan. Tak sepatah katapun keluar dari mulut pria berkulit pucat itu. Kepalanya mendongak sambil memejamkan mata menikmati sensasi di bagian bawahnya.

Dan Luhan? Ia kembali terlena dengan perlakuan Sehun yang seperti itu. Bahkan ia seakan lupa dengan rencana awalnya. Sepertinya Luhan akan gagal menjalankan misinya malam itu.

"Apa kau menggunakan sihir huh?" tanya Sehun, "Humm~~ tatapan mata rusa itu..." Suaranya terdengar seperti sedang menahan desahan yang memaksa keluar dari mulutnya.

Luhan terkesiap.

"Ah~~.." Sehun mendesah, "Aku dapat merasakannya. Apa kau ingin membunuhku sekarang?"


To Be Continue…


Thanks to:

hun12han20selu, eviloshhd, sehunhan, Eclaire Oh, luwinaa, euneunji, ohmypcy, NoonaLu, hunhanminute, xanyeol, ramyoon, sukhyu

yang sudah favorite cerita ini

yang sudah follows cerita ini


A/N:

Annyeong ^^ err aku cuma mau bilang kalau alur cerita ini akan diubah sedikit. Jadi, maaf kalau ini ceritanya agak membingungkan. Mungkin karena terlalu bertele-tele. Tapi aku usahakan cerita ini ga terlalu banyak chapternya.

Err kayanya pertanyaan yang chapter 1 udah terjawab disini ya ^^ mulai dari kenapa Luhan ga kaget liat Sehun, Shixun mati atau engga dan pertanyaan lain di chapter 1 udah terjawab ya.

Silahkan di tunggu chapter 3 nya. Mungkin agak lama..

Terima kasih.