Annyeong~ ini sudah lama banget saya ngga nulis. Anggap aja ini comeback saya -_-

Saya yakin ini aneh. Lama ngga nulis bikin saya lupa gimana caranya nulis (?).

Untuk awal. Saya mau buat yang ringan ringan aja. FF ini saya tulis buat nerusin ff "short date" punya Baby Kim. Karena ini saya yang nulis, jadi gaya bahasa sama alurnya emang beda. Hehehe saya saranin buat baca ff punya Baby Kim terlebih dahulu (buat yang belum). ^^

Mungkin ini bakal saya buat Two Shoot dengan pairing yang berbeda (Kalian bisa nebak siapa selanjutnya).

So, Happy Reading.

SHORT DATE

.

.

HAEHYUK

.

GS

.

Don't like don't Read

.

Happy Reading

"Jadi aku harus menunggu 2 jam lagi?".

"Kurang lebih seperti itu nona. Ini stasiun di kota kecil, jadi jadwal kereta disini tidak sesering di stasiun kota besar".

Eunhyuk menghela nafasnya panjang. "Baiklah, aku akan menunggu".

Setelah mengucapkan terima kasih pada petugas stasiun, dengan lesu Eunhyuk melangkah menuju bangku tunggu. Mendudukan tubuhnya pasrah disana. Gadis yang masih duduk di bangku sekolah tingkat atas itu mengutuk dirinya yang ceroboh. Oh, salahkan saja dirinya yang sibuk dengan akun social medianya. Membuatnya salah mengambil jalur kereta. Dan bahkan ia sama sekali tak tahu berada dimana saat ini.

"Aish… kenapa aku bisa bodoh sekali?".

Eunhyuk membenarkan topi hangatnya, musim dingin belum berakhir, matahari masih enggan menampakan sosoknya utuh. "Baiklah, kurasa 2 jam bukan waktu yang lama". Eunhyuk merogoh saku jaketnya. "Lebih baik aku menelpon Yesung oppa saja".

Eunhyuk mengusap sekali layar ponselnya sebelum mencari nomor ponsel kakak sepupunya itu. "Yesung oppa".

"Ya".

"Aku tersesat". Itu berlebihan sepertinya.

"Wow".

Eunhyuk berdecak, membuat Yesung terkikik geli di ujung sana. "Bukan itu yang ingin kudengar. Harusnya kau menanyakan 'kau dimana?' 'bagaimana bisa' atau 'ingin aku menjemutmu?".

"Haruskah?". Yesung tertawa. "Aku yakin kau bukan tersesat. Jika tidak salah mengambil jalur kereta. Kau salah menaiki Bis".

Tak ada yang salah dari kata-kata Yesung. Ini bukan kali pertamanya Eunhyuk seperti ini.

Eunhyuk kembali berdecak. Ia menghembuskan nafas pada telapak tangannya. Udara semakin dingin karena hari sudah semakin sore. Ia butuh sesuatu untuk menghangatkan tubuhnya. Segelas kopi sepertinya tak buruk.

"Kau tidak dirumah ya?".

"Aku dengan Dongjae. Dia memintaku membelikannya sepatu".

"Belikan juga untukku".

"Aku sudah membelikanmu jaket minggu lalu". Eunhyuk melihat jaket yang ia kenakan. "Aku bisa jatuh miskin Eunhyuk-ah".

"Oh Tuhan kau berlebihan. Aku tidak mau tahu. Kau juga harus membelikanku sesuatu oppa".

Eunhyuk tertawa lirih seraya mematikan panggilannya. Memasukan kembali ponselnya kedalam saku jaket.

"Eunhyuk".

Dengan cepat Eunhyuk menolehkan kepalanya. Matanya melebar setelah memastikan sosok pria yang memanggil namanya. Kedua sudut bibirnya terangkat. Oh tidak, Eunhyuk hampir berteriak saat teman satu kelasnya itu menghampirinya.

"Donghae!".

"Kau disini?". Donghae mengedarkan pandangannya. Ingin memastikan jika seseorang bersama dengan Eunhyuk saat ini. "Kau sendiri?". Stasiun ini berada di kota kecil tentu saja tidak ramai. Terlebih ini musim Dingin. Hanya ada beberapa orang saja disana. Dan Donghae yakin Eunhyuk tidak mengenal mereka.

"Aku tersesat bodoh?".

Donghae mencebikan bibirnya. Temannya itu selalu seenak hati memanggilnya bodoh. "Kau yang bodoh. Ini bukan hutan. Bagaimana bisa kau menyebutnya tersesat".

"Terserah kau saja. Yang jelas aku tak tau dimana sekarang. Aku ingin pulang Hae".

Donghae tertawa mendengar rengekan Eunhyuk. Eunhyuk terkenal sebagai perempuan yang sangat aktif, galak, namun menyenangkan. Ia jarang sekali merengek. Kecuali pada sahabatnya Sungmin. Namun Itu bukan berarti kali pertama Donghae mendengarnya merengek. Perempuan berambut coklat itu sudah sangat sering merengek padanya.

"Kita harus menunggu kurang lebih dua jam lagi sampai kereta menuju Seoul datang".

"Aku tahu".

"Lalu?".

"Aku lapar. Bagaimana jika kau mentraktirku semangkuk ramen. Setelah itu aku akan memberikanmu foto Sungmin. Kau menyukainya bukan?".

Donghae mengetuk dagunya dengan telunjuk. "Baiklah". Ia merangkul bahu Eunhyuk.

"Let's go!".

.

.

.

.

"Jadi untuk apa kau berada di sini?". Eunhyuk meniup untaian makanan berbahan dasar tepung itu. Menyuap penuh penuh kedalam mulutnya.

"Aku menjenguk nenek dan kakekku".

"Mereka tinggal disini?". Eunhyuk memasang wajah herannya. Semua tentang Donghae ia tahu. Tanggal lahir, nomor ponsel, alamat rumah, siapa saja saudara Donghae, bahkan password akun instagramnya. Baiklah untuk yang ini, Eunhyuk memintanya secara paksa. Tapi, Eunhyuk tak tahu jika kakek dan nenek Donghae tinggal di luar kota Seoul.

"Ya". Donghae menyuap kembali ramennya.

Cukup lama obrolan mereka tak terdengar. Sampai suapan terakhir sudah sepenuhnya masuk ke dalam perut mereka.

"Kau belum bercerita padaku mengapa kau bisa berada disini".

Eunhyuk meneguk minumannya. Mengelap sudut bibirnya sebelum menjawab. "Aku sudah bilang jika aku tersesat. Aku juga tak tahu mengapa aku bisa salah mengambil jalur kereta".

"Kau memang selalu seperti itu Eunhyuk-ah".

"Ya!". Eunhyuk memukul bahu Donghae. Mencebikan bibirnya kesal. "Apa yang kau maksud selalu?".

Donghae merangkul dengan kasar bahu Eunhyuk. Sengaja agar Eunhyuk mendengar ucapannya dengan jelas. "Kau sangat ceroboh jika tak bersama Sungmin".

"Aish…". Eunhyuk mendorong bahu Donghae. "Diam kau".

Donghae tertawa membuatnya kembali menerima pukulan dari Eunhyuk. "Hae, kau benar-benar menyukai Sungmin ya?".

"Sungmin orang yang baik". Donghae mengedikan bahunya. "Aku menyukainya sebagai teman".

"Tapi kudengar dari siswa siswa lain. Kau menyukai Sungmin".

"Aku menyukainya sebagai teman. Lagi pula aku sudah menaruh hatiku pada orang lain".

Mata Eunhyuk membulat. Selain ia tak tahu dimana tempat tinggal kakek dan nenek Donghae. Ia juga tak tahu siapa perempuan yang Donghae maksud. "Siapa? Aku mengenalnya".

"Aku tahu kau pasti akan menyebarkannya pada siswa siswalain. Jadi aku tak akan menjawabnya".

"Ya! Lee Donghae! Katakan padaku. Aku janji tak akan menyebarkannya".

"Tidak".

"Ya~".

"Tidak Eunhyuk-ah".

"Jangan menyimpan rahasia padaku Donghae-ah".

"Aku tidak".

"Jadi katakan siapa perempuan itu".

"Kau ini berisik sekali. Mau aku cium?".

"Ya! Tutup mulutmu!".

.

.

.

.

4.20 pm

Eunhyuk menghela nafasnya saat melihat angka jam yang tertera diponselnya. Masih harus menunggu 40 menit lagi jika ia kembali ke stasiun sekarang. Hari sudah semakin sore, udara juga semakin dingin.

"Hae, ini masih lama. Aku malas jika harus duduk menunggu".

"Kau bisa menunggu sambil berdiri". Jawab Donghae santai.

"Ya!". Kali ini bukan bahu yang menjadi sasaran Eunhyuk. Perempuan bermarga Lee itu mendaratkan cubitannya di pinggang Donghae.

"Ya! Sakit bodoh". Donghae yakin cubitan Eunhyuk akan berbekas.

"Kau tidak ada ide lain ya? Aku benar benar malas jika hanya duduk saja. 40 menit itu cukup lama Hae".

Eunhyuk benar. 40 menit itu cukup lama. Jika mereka hanya duduk diam itu sangat membosankan. Dan Donghae yakin bagian tubuhnya yang lain akan menjadi sasaran perempuan itu saat mengeluh bosan padanya nanti.

"Baiklah. Di dekat sini kurasa ada tempat yang bagus. Kita bisa berfoto disana".

"Benarkah? Ok ide bagus. Kau memang pintar Lee Donghae". Tanpa canggung Eunhyuk memeluk lengan Donghae. Berjalan dengan langkah lebar melewati pintu keluar stasiun.

.

.

.

"Omo… ini benar benar indah".

Pemandangan desa terlihat jelas dari sini. Pemukiman penduduk tergambar jelas jika dilihat dari sini. Ini adalah dataran tinggi, sebuah desa yang masih dipenuhi dengan perkebunan. Tempat seperti ini tak akan di temukan di kota besar seperti Seoul.

"Kita harus berfoto disini Hae".

"Baiklah". Donghae mengangguk. Mengambil ponsel pada saku mantelnya. "Berdiri disana. Aku akan mengambilnya dengan ponselku".

Eunhyuk mengacungkan jempolnya. Berlari sedikit menjauh dari Donghae. Seperti biasa, ia mengangkat tangan kanannya, menunjukan peace sign sejajar dengan wajahnya. Lalu melanjutkannya dengan beberapa pose lain.

"Omo… ini cantik. Aku akan mengunggahnya di instagram". Pekik Eunhyuk seraya memainkan jemarinya di layar ponsel Donghae. Menggeser tiap foto melihat semua hasil bidikan Donghae.

"Kita harus selca bersama".

Setelah mengubah menjadi kamera depan. Eunhyuk mendekatkan kepalanya dengan kepala Donghae. Berpose imut seraya mengacungkan jempolnya. Sedangkan Donghae, namja itu terbiasa menutupi mulutnya dengan berpose peace sing.

"Aku akan mengunggah yang ini juga".

Donghae hanya tersenyum. Ia sudah terbiasa dengan sikap Eunhyuk yang seperti itu. Perempuan itu sangat menyukai hal-hal yang berbau sosial media.

"Tempat ini sangat indah Hae". Kembali berdecak kagum. Tak bohong, tempat ini memang sangat indah. "SIWOOON OPPA".

"Ya! Mengapa berteriak?". Donghae menutup kedua telinganya. Menatap Eunhyuk heran bercampur kesal.

Eunhyuk terkikik. "Aku hanya ingin meniru adegan di drama saja".

"Astaga, kau memang gila hyuk". Donghae menggelengkan kepalanya. "Orang orang bisa memarahimu. Suara mu itu sangat cempreng".

"Kau bodohnya". Mata Eunhyuk menyipit. "Disini hanya ada kita berdua".

"Tapi suaramu bisa membuatku tuli".

Gadis Lee itu mengedikan bahunya tak peduli. "SIWOOON OPPA SARANGHAE. CD ALBUM MU SANGAT MAHAL. ITU MEMBUATKU HARUS MENGIRIT UANG JAJAN. SEHARUSNYA ADA DISKON UNTUK PELAJAR SEPERTI KU. TAPI AKU AKAN TETAP MEMBELINYA. SIWON OPPAA SARANGHAEEE".

"Kau seperti orang gila Hyuk".

"Jika itu tentang Siwon. Aku memang seperti orang gila Hae".

"Apa seperti itu caramu mengungkapkan cinta?".

"Huh?". Eunhyuk menatap Donghae tak mengerti. Siwon adalah idolanya, tentu saja ia harus berteriak untuk mengungkapkan cintanya pada lelaki bermarga Choi itu. Itu pun belum tentu Siwon akan mendengar. Apa Donghae tak tahu itu?.

Donghae merangkulkan tangannya pada bahu Eunhyuk. Mendekatkan wajahnya di samping wajah perempuan itu. "Kau tak perlu berteriak untuk mengungkapkan cintamu. Cukup ucapkan dengan suara lirih namun terdengar oleh hatinya". Bisik Donghae.

"Saranghae Eunhyuk-ah". Lanjutnya.

Chu~

Donghae mengecup lembut pipi Eunhyuk. Membuat Eunhyuk mematung dengan wajah yang memerah. Eunhyuk menundukan kepalanya. Donghae baru saja menciumnya.

"Kurasa kita harus kembali. Ini hampir pukul 5…. Chagi".

.

.

.

END

THANK YOU.

MIND TO REVIEW?