"Tu—tunggu, kau yakin Reborn?"

Tsuna tampak menatap kearah tutornya itu yang menatapnya dan mengangguk. Sementara disekitarnya tampak semua guardiannya termasuk Ryouhei, Mukuro, Chrome, dan juga Lambo. Begitu juga dengan Hibari, Gokudera, dan juga Yamamoto.

"Keberatan kalau dia ikut dame-Tsuna?"

Reborn menatap dengan tatapan polos seolah apa yang ia lakukan itu cukup wajar. Namun, Tsuna hanya melirik pada Hibari yang sudah menebarkan aura gelap disekelilingnya.

"Ku—kurasa, mengajak Shibasaki ke markas Vongola bukan ide yang cukup bagus," Tsuna tampak melirik pada Rena yang sudah berada disamping belakang Hibari dan menoleh sekelilingnya.

"Baru kali ini aku pergi ke Italia—kakak dan ayahku sering kemari tetapi tidak pernah mengajakku," Rena tampak bersemangat berada disana, "nee Hibari-senpai, bagaimana kalau setelah ini kita kencan?"

"Herbivore…" Hibari menatap Tsuna yang membiarkan Rena ikut dalam perjalanan mereka.

"H—Hieee! Reborn yang memintaku untuk mengajaknya!"

.

I'll Make You Love Me

Pairing : (For now?) Hibari Kyouya x OC

Genre : Romance / Friendship

KHR © Amano Akira

.

"Hibari-senpai tetap saja tidak mau mengambilnya sendiri. Maaf merepotkanmu Kusakabe-senpai," Rena tampak tertawa dan menatap kearah tangan kanan dari Hibari yang datang untuk mengambil bekal yang ia buatkan—tentu hamburger.

"Tidak apa-apa, malah aku yang harusnya meminta maaf karena Kyo-san merepotkanmu."

"Tidak apa-apa, ini juga jadi latihanku untuk menjadi istri yang baik," Rena tampak menunduk malu dan tertawa sendiri. Kusakabe hanya bisa tertawa pelan. Sudah 1 minggu lamanya kegiatan rutin ini dilakukan, meskipun Rena sama sekali tidak bisa memberikannya langsung pada Hibari.

"Oh iya, aku membuatkan porsi untukmu juga Kusakabe-senpai. Bagaimanapun kau sudah membantuku," Rena tersenyum dan memberikan sebuah kotak makanan pada Kusakabe.

"Oh aku tidak ingin merepotkan Shibasaki-san."

"Tidak, aku yang malah merepotkan—sampaikan salamku untuk Hibari-senpai~" Rena tertawa dan menjauhi Kusakabe yang berlalu begitu saja. Akan menghampiri Tsuna dan juga yang lainnya yang sedang berbincang.

"Serius? Bagaimana bisa?"

"Yang kudengar dari Shamal seperti itu Juudaime—dan sepertinya Nonno ingin membicarakan tentang hal itu," Tsuna tampak menggaruk kepala belakangnya, bingung dengan apa yang dibicarakan saat itu.

"Maa, apakah itu artinya kita harus pergi kesana?"

"Sepertinya—lagipula sebentar lagi akan diadakan inheritance kembali dan kudengar Enma sekarang berada di Italia."

"Hei, kalian sedang membicarakan apa?" Rena tampak mendekati Tsuna dan juga Gokudera serta Yamamoto. Kalau mendengar Nonno—dan juga Italia pasti ada hubungannya dengan Vongola.

"A—ada masalah di markas Vongola dan kami harus pergi kesana secepatnya," karena berbicara tentang mafia menjadi sesuatu yang tidak masalah bagi orang-orang yang mengetahui tentang Vongola.

"Kalian? Apakah berarti Hibari-senpai akan ikut juga?"

"Kalau ia setuju, dan sebenarnya sih harus. Hanya tinggal meminta Reborn untuk membujuknya," Tsuna tampak menggaruk dagunya dengan telunjuk. Namun, sebuah tendangan telak langsung mengenai kepala belakangnya.

"Menyedihkan dame-Tsuna," Rena tampak terkejut melihat Reborn yang ada disana, "—aku sudah meminta Hibari untuk datang dan ia setuju dengan syarat berlatih denganmu saat sampai disana—dalam HDWM."

"HIEEE!"

"Jadi beberapa saat Hibari-senpai tidak akan ada disini?" Rena tampak menghela nafas kecewa, dan Reborn yang menatapnya tampak terdiam sebelum seutas senyuman berada di wajahnya. Rena menatap kearah Reborn, dengan mata berbinar—dan seolah mengetahui apa yang difikirkannya, Reborn memanjat ke bahu Rena.

"Dan kurasa, Shibasaki Rena juga akan ikut."

.

"Kufufufu~ jadi ini gadis yang bisa membuat Kyouya-kun kesal?" Mukuro tampak menatap Rena yang mundur saat Mukuro memajukan wajahnya mendekatinya, "bagaimana kau bisa melakukan itu?"

"Aku tidak bermaksud membuatnya kesal, aku hanya bermaksud untuk membuatnya menyukaiku," Rena tampak mendengus kesal karena perkataan dari Mukuro, "dan kau adalah nanas mesum bernama Rokudo Mukuro yang sebenarnya selalu membuat Hibari-senpai kesal."

"Apa kau bilang?"

"Oke, sudah cukup sebelum semuanya lebih kacau lagi—" Dino yang tampak ikut menjemput segera melerai Rena dan juga Mukuro, "oh, maaf—namaku adalah Dino Cavallone dan aku—"

"Kau adalah sainganku!" Rena tampak membulatkan matanya dan menunjuk pada Dino yang terdiam karena perkataan Rena, "Hibari-senpai sangat terbuka padamu dan kau adalah tutornya hingga sekarang. Tidak ada yang tahu apakah kau mengincar senpai atau tidak bukan…"

"Tu—tunggu, apa—hei aku masih normal!"

"Ah kumo-san tidak ada," Rena yang mendengar Chrome berbicara segera berbalik dan mencari sosok Hibari yang tampak menghilang begitu saja.

"Ah karena kalian aku jadi kehilangan Hibari-senpai. Ia benar-benar susah untuk ditemukan," Rena menghela nafas dan berjalan menuju ke mobil limo yang akan membawa mereka ke markas.

"Tenang saja, Hibari-san tidak mungkin tidak berada di markas."

"Ah, kalian Sasagawa Kyoko dan juga Miura Haru bukan?" Rena tampak menatap kedua orang gadis disampingnya itu, "benar juga, aku tidak melihat kalian menjadi siswa di SMA Namimori—begitu juga dengan Chrome Dokuro."

"Karena kami masuk SMA Midori—Tsuna-san bilang lebih aman jika kami tidak berada bersama-sama dengan mereka, musuh juga tidak akan mengincar kami dengan mudah," jawab Kyoko sambil tersenyum, "kudengar Rena-chan menyukai Hibari-san?"

"Begitulah—dan aku tahu gila untuk menyukai orang seperti senpai aku sudah sering mendengarnya berkali-kali," Rena segera menyela sebelum ditanyakan untuk kesekian kalinya.

"Tentu saja tidak! Haru tidak menganggap itu aneh, pasti ada alasan Rena-chan untuk menyukai Hibari-san!" Rena menatap kearah Haru dengan tatapan berkaca-kaca.

"Ha—Haru-san, aku tidak pernah menemukan orang yang lebih pengertian darimu," dengan mendramatisir, tampak Rena yang memeluk erat Haru seolah mereka adalah teman baik, "mulai sekarang kita berteman oke?"

"Hahi, tentu saja desu!"

.

"Kalian tidak mengatakan kalau kita akan pergi ke istana—bukan ke markas," Rena tampak menganga melihat bangunan yang ada didepannya saat ini. Markas Vongola berada di lahan hutan kecil pribadi yang tentu dimiliki oleh kelompok mafia itu.

"Memangnya kau fikir ini apa bodoh!"

"Kukira markas mafia itu berada di bawah tanah—disamarkan dan tidak boleh diketahui siapapun," Rena tampak menjelaskan pada Gokudera yang mengatainya bodoh, "bahkan di gerbang depan ada lambang Vongola. Kalau seperti ini apa yang disamarkan?"

"Kau terlalu banyak menonton TV…"

"Hehehe, karena aku juga ingin mempelajari mafia," Rena tertawa dan menggaruk kepala belakangnya. Matanya mengedar, tampak melihat Hibari yang baru saja keluar dari salah satu limo yang menjemput mereka.

"Hibari-senpai~"

"Menjauh—" Hibari menghentikan Rena yang berhenti berjalan, "—lebih jauh," Rena melangkah mundur, "—sepuluh meter."

"Baiklah~" Rena menghela nafas dan berjalan tepat 10 meter dari Hibari. Semua yang melihat itu tampak sweatdrop dan melanjutkan perjalanan mereka.

"Kita akan bertemu Nonno untuk menyapa sebelum beristirahat," Tsuna tersenyum dan menatap semuanya yang hanya mengangguk. Rena yang mendengar itu tampak sedikit tegang membuat Haru yang berada disampingnya bingung.

"Ada apa Rena-chan?"

"Kita akan bertemu dengan boss kelompok Vongola yang sekarang bukan? Pasti dia orang yang menyeramkan. Punya tattoo dimana-mana, mata yang sipit, dan juga bekas luka yang ada diseluruh tubuhnya," Rena tampak memperagakan yang ia katakan dan Haru, Kyoko, dan Chrome hanya tertawa, "kenapa?"

"Vongola berbeda, kau pasti akan terkejut karena itu…"

.

"Kau tidak perlu harus menyapaku langsung Tsunayoshi. Bagaimanapun kalian pasti lelah," Rena semakin tidak mengerti apakah Vongola adalah kelompok mafia ataukah orang-orang dermawan yang bersikap baik. Melihat bagaimana Timoteo yang tersenyum ramah, bayangannya tentang pemimpin mafia buyar begitu saja.

"Dan kau pasti Shibasaki Rena yang dikatakan Reborn?"

"Begitulah, maaf karena sudah mengganggu!" Rena tampak tegang dan mengangguk kaku, membuat Timoteo tertawa dan menatapnya.

"Tidak perlu kaku, karena kau adalah teman Tsunayoshi tentu kau diterima disini," Timoteo tampak tersenyum dan Rena hanya menghela nafas dan mengangguk senang, "anggap saja seperti rumahmu sendiri."

"Terima kasih!"

.

"Ternyata benar…"

Setelah para gadis keluar dari ruang pertemuan, hanya ada Timoteo, guardiannya, dan Tsuna serta guardiannya disana yang berbincang hal serius. Di tangan Tsuna, tampak Vongola Gear yang memang ditinggalkan oleh Tsuna untuk dijaga selama persiapan inheritance.

"Kita tidak bisa menggunakan flame… sejak kapan ini terjadi?"

Memang, guardian Timoteo mengatakan tentang masalah ini—dimana Vongola Gear yang ada di tangan mereka tidak bisa dialiri oleh flame yang mereka keluarkan.

"Awalnya benda ini mengeluarkan flame yang sangat besar selama beberapa saat. Namun, saat dicek oleh boss—ternyata flame yang ada didalamnya benar-benar menghilang," Ganauche tampak menjelaskannya.

"Apakah ini palsu?" Ryouhei tampak menatap Vongola Gear miliknya yang sudah ia pasang, namun tidak ada yang terjadi.

"Tentu tidak, Talbot sudah mengeceknya dan itu asli. Tetapi ia juga tidak tahu kenapa ini terjadi," Tsuna menatap cincin yang ada di jemarinya dan tampak menghela nafas, "tenang saja—lagipula aku mengundang kalian kemari bukan hanya ingin membicarakan ini. Karena sebentar lagi libur musim panas, lebih baik kalau kalian berada disini untuk liburan."

"E—eh apakah tidak apa-apa jiji?"

"Tentu, aku tidak mungkin mengundang Rena dan juga para gadis kalau hanya untuk membicarakan ini," Timoteo tampak tersenyum lebar. Saat semua pembicaraan menjadi lebih santai, Hibari memutuskan untuk pergi begitu saja.

.

"Apakah kami benar-benar boleh memakannya?"

Suara itu yang didengar Hibari dari arah dapur dan membuatnya menengok kedalam. Salah satu koki di Vongola tampak menyediakan beberapa kue untuk Haru, Chrome, Kyoko, dan juga Rena.

"Tentu, ini kue untuk anda sekalian begitu juga dengan Decimo dan semuanya," Haru, Chrome, dan juga Kyoko tampak menatapnya dengan mata berbinar—namun Rena tampak tidak begitu tertarik dengan itu.

"Ayo kita makan kue ini Rena-chan!" Rena tampak menatap Kyoko yang tersenyum dan memberikan sepiring kue pada Rena. Terdiam sejenak, Rena tersenyum dan mengangguk, "pasti sangat enak!"

Mereka bertiga duduk, tampak memegang masing-masing garpu sebelum menyantap makanan yang ada di depannya.

"Benar-benar enak! Krim keju yang digunakan benar-benar sangat enak," Haru tampak bersemu sambil memegang kedua pipinya merasakan kue yang menurutnya enak itu. Kyoko hanya tersenyum dan mengangguk senang.

"Bagaimana rasa kuemu Rena-chan?" Haru dan Kyoko melihat Rena yang baru memakan sesendok, saat sendoknya berhenti ditengah seolah ia tidak jadi menyuap sendokan kedua, "Rena-chan?"

"A—ah, ini enak! Krim yang ada di kue ini benar-benar meleleh dalam mulutku," jawabnya sambil tertawa dan memakan kembali kue yang ada di tangannya, "aku heran kenapa Hibari-senpai tidak suka masakan koki disini!"

Dan mendengar namanya dipanggil membuat Hibari sadar apa yang ia lakukan. Kenapa ia malah berhenti disini dan tidak berjalan begitu saja? Menepis pemikirannya dan ia berjalan begitu saja melewati dapur itu.

"Ah Hibari-senpai!" Rena yang melihat itu segera berdiri dan berjalan menghampirinya, "pertemuannya sudah selesai?"

"Bukan berarti kau bisa mengikutiku," Hibari menggerutu pelan dan berjalan sebelum menghentikan langkahnya dan berbalik, "—sepuluh meter."

"Jahatnyaaa," Rena tampak terdiam dan menangisi sikap dari Hibari. Menoleh pada punggung Hibari yang menjauh kearah lorong yang semakin gelap. Namun, saat semakin jauh—matanya menangkap sesuatu.

Sebuah flame berwarna ungu, dan bayangan seseorang yang tampak dari belakang terlihat mirip dengan Hibari.

"Eh?" mengucek matanya tidak percaya dengan apa yang ia lihat, saat ia menoleh lagi—bayangan itu tampak menghilang, "hanya perasaanku—atau…"

Wajahnya memucat.

"Ini bangunan tua, tentu tidak akan mengejutkan kalau disini ada hantu bukan…?" Rena menoleh kekiri dan kekanan, dimana ia sudah cukup jauh mengikuti Hibari dari dapur hingga ia sendirian di lorong yang gelap itu.

FLAP!

"AH!" Rena terkejut saat sesuatu mendarat di kepalanya. Namun, saat ia menyentuh dan meraba, sesuatu yang berbulu dan halus yang ia temukan. Memindahkannya, menatap burung berbulu tebal berwarna kuning berbentuk bulat, "bu—burung?"

"Rena! Rena!"

"Bagaimana burung ini bisa berbicara… dan mengetahui namaku," Rena tampak benar-benar terkejut namun melihat kekiri dan kekanan sekali lagi, "kau menemaniku ya?"

Hibird tampak memiringkan tubuhnya dan menatap Rena bingung. Namun ia hanya tersenyum dan menghela nafas.

"Karena aku tidak tahu darimana kau berasal, ikut denganku saja oke?" Rena berjalan kearah depan, menuju ke kamarnya yang sudah ditunjukkan oke pelayan yang ada disana sebelum ia berakhir di dapur bersama Haru dan Kyoko.

.

"Disini ya—" Rena tampak melihat kekiri dan kekanan untuk mencari dimana kamarnya. Tempat itu terlalu luas, dan tentu ia bahkan tidak yakin Tsuna akan mengingat semua tempat yang ada disini, "—ah mungkin disini?"

"Oh, ini dia!" Rena melihat pintu yang familiar disana, dan tentu dengan segera ia memutar knop dan membuka pintu yang tidak terkunci itu, "benar-benar mencari sebuah kamar saja sangat su…sah—" dan saat ia membuka kamar lebar-lebar, saat itu ia berhenti berbicara.

"Hibari! Hibari!"

Oh, sepertinya ia salah kamar—dan bukan hanya masalah ini adalah kamar seorang Hibari Kyouya. Tetapi lebih pada kenyataan kalau pemuda didepannya saat ini, berada dalam keadaan topless dan baru saja akan mengenakan kemeja putihnya.

"Ma… MAAF!" dan dengan segera ia menutup pintu didepannya dan membelakangi pintu itu dengan wajah memerah. Apa yang ia lihat benar-benar bisa membuatnya mati karena serangan jantung.

Tubuh Hibari yang tidak berbalut pakaian—tentu itu terlalu berat untuk ditanggapi oleh jantungnya. Wajahnya benar-benar memerah saat ini, bahkan ia tidak bisa memikirkan apapun selain pemandangan itu.

"A—aku akan benar-benar dihajar dihari pertamaku di Italia," Rena tampak menghela nafas, namun tidak tampak takut karena dihajar. Baginya, melihat pemandangan tadi tampaknya sudah menjadi bayaran yang sepadan, "—tetapi kalau untuk melihat hal tadi…"

"Jadi, lebih baik kau mati kalau bisa melihat tubuhku bukan?"

"Begitulah~" Rena tampak benar-benar terpesona hingga tidak tahu aura gelap yang ada di belakangnya, "—eh?"

Menoleh perlahan, melihat Hibari yang menatapnya tajam.

"H—Hibari-senpai? Ehehe…"

"Kamikorosu…"

.

"Kamarmu disini Rena-chan, bagaimana bisa salah berbelok dan berakhir di kamar Hibari-san sih," Kyoko tampak menatap kearah Rena yang tubuhnya lagi-lagi berbalut perban karena pukulan Hibari. Setelah kejadian beberapa saat yang lalu, tentu itu berakhir dengan Rena yang babak belur lagi karena Hibari.

"Ehehe, maaf—mungkin itu kekuatan cinta?"

Ngaco.

"Kalau tidak ada Kyoko-chan aku pasti sudah dibiarkan menjadi mayat didepan kamar Hibari-senpai," Rena duduk di tempat tidurnya dan menghela nafas, "—benar-benar susah kalau mencintai seseorang sepertinya…"

Kyoko mendengar kalau Rena terlihat seperti main-main saat mengatakan suka pada Hibari. Namun, melihat sendiri dengan mata kepalanya tentu ia bisa melihat kalau Rena benar-benar menyukai Hibari.

"Ah, dimana burung kecil itu!" Kyoko terkejut saat Rena tersentak dan melihat sekeliling.

"Burung apa?"

"Saat aku sendirian di koridor dan mencari kamarku, aku menemukan burung kecil berwarna kuning dan bulat yang menemaniku. Tetapi sejak kapan ia menghilang," Rena tampak memikirkan kapan terakhir kali ia melihat burung kecil itu.

"Burung kecil berwarna kuning bulat? Bukankah ia kembali ke tempat Hibari-san?" Kyoko mengerti burung yang dimaksud dan menatap bingung Rena yang juga menatapnya bingung.

"Itu Hibird, burung peliharaan Hibari-san yang selalu mengikuti kemanapun ia berada."

.

Bagaimanapun musim panas terjadi, namun membuka jendela di pagi hari sudah cukup untuk memberikan sensasi dingin yang menusuk kulit. Seperti sekarang saat Rena tampak tertidur dan berbalut selimut, namun ia merasakan angin pagi yang dingin di Sicilly.

"Kufikir aku sudah menutup jendela pagi ini—" Rena tampak bergerak dan menggeliat, sebelum duduk dan menerawang ke depan kamarnya. Matanya bergerak dan beralih pada tepi jendela, saat seseorang berada disana. Duduk dengan santainya di bingkai jendela.

"Dasar tukang tidur…"

"H—H—Hiba—Hibari-senpai?!" Rena tampak menunjuk kearah sang Cloud Guardian yang entah bagaimana berada disana, "ke—kenapa senpai disini? Dan—kau tidak melakukan apapun padaku bukan?"

"Kau bahkan tidak akan bisa melihat itu dalam mimpimu herbivore…"

"Benar juga," Rena menepuk tangannya dan menatap kearah Hibari, "jadi kenapa kau ada disini?"

"Bukankah sebaiknya kau melihat dulu penampilanmu saat ini?" Hibari menatap tubuh Rena dan Rena menoleh pada tubuhnya. Piyama yang terbuka beberapa kancing di depannya karena rasa panas malam tadi, dan rambut yang tampak berantakan efek baru bangun.

"Be—berbalik!" Rena menatap kearah Hibari yang memalingkan wajahnya tampak tidak perduli penampilannya, "—yang benar saja, dan Hibari-senpai melihatku dalam keadaan yang memalukan…"

Rena segera mengancingi pakaiannya dan bangkit untuk mengambil baju pergi yang ia bawa dari Jepang.

"Jadi, kenapa Hibari-senpai ada disini?"

"Hamburger."

Rena berhenti melakukan kegiatannya dan menoleh pada Hibari yang masih belum menatapnya, "buatkan aku hamburger sekarang."

"Hah?"

.

"Aku senang karena senpai mau memakan masakanku," Rena yang tampak menguap sambil memegang panci itu berada di dapur dan menyiapkan makanan yang diminta oleh Hibari, "tetapi apakah ini tidak terlalu pagi? Dan hamburger di pagi hari? Pencernaanmu perlu dipertanyakan."

"Hn," Hibari tidak tertarik menjawab apapun dan masih menunggu gadis itu membuatkan makanan. Sesekali melirik, namun hingga masakan hampir selesai satu hal yang membuatnya bingung, "—kau tidak mencicipinya sama sekali."

"Eh?" Rena yang meletakkan hamburger itu pada piring menoleh pada Hibari yang masih menatapnya, "uh—begitulah tetapi aku pastikan kalau masakan ini sama enaknya dengan yang kubuat!"

Rena meletakkan piring di depan Hibari.

"Cobalah," Hibari menatap piring itu sebelum menoleh pada Rena yang tersenyum dan menatap Hibari, menunggunya untuk makan. Tanpa berfikir apapun, Hibari tampak memakan makanan itu dalam diam.

"Bagaimana rasanya?" Rena mencoba untuk mencari bahan pembicaraan—namun Hibari tampak hanya diam dan lanjut memakannya, "—kalau seperti ini rasanya seperti menjadi istri yang memasakkan suami~"

Dan Hibari hampir saja menyemburkan makanannya—namun tentu tidak terjadi. Hibari Kyouya memiliki harga diri yang tinggi untuk tidak melakukan itu.

"Herbivore…"

"Ehehehe hanya bercanda! Tetapi aku senang karena Hibari-senpai menyuruhku untuk membuat ini," Rena tersenyum dan menatap kearah Hibari yang menatapnya bingung, "kau lebih memilih ini daripada menunggu makan pagi yang dibuatkan koki disini."

"Aku hanya tidak ingin berkumpul dengan para herbivore itu…"

.

"Dan Hibari-senpai menghilang lagi," Rena menghela nafas dan tampak menoleh kekiri dan kekanan. Sekali lagi, namun karena ia memilih jalur yang berbeda. Ia cukup trauma dengan pemandangan itu—oh, sebenarnya bukan karena pemandangan itu sih tetapi lebih karena akibat ia menyaksikannya.

"Oh aku belum menanyakan tentang burung lucu itu pada senpai," Rena tampak menepuk tangannya, mengingat kalau selama di dapur ia sama sekail tidak menanyakan tentang Hibird yang mengikutinya.

DUG!

"Maaf!" Rena tampak reflex meminta maaf saat ia menabrak seseorang di persimpangan yang berbelok ke kanan. Memegangi hidungnya, ia menoleh pada seseorang yang ia tabrak itu.

Pemuda berambut putih dengan mata berwarna ungu berdiri dihadapannya.

"Oh tidak apa-apa—" pemuda itu tampak terdiam saat melihat Rena disana, "—eh Shibasa—"

"Huh?" pemuda itu tampak menutup mulutnya saat akan menyebutkan nama Rena. Kebetulan seperti apa yang bisa disebutkan dengan menyebut Shibasa—sebagai bagian dari Shibasaki Rena bukan, "—siapa kau?"

"Oh, aku—"

"Byakuran?" Suara itu membuatnya menoleh dan menemukan Tsuna yang tampak berjalan bersama dengan Gokudera dan juga Yamamoto. Dengan kemeja putih dan celana hitamnya, "kenapa kau ada disini? Dan Shibasaki juga."

"Aku tersesat dan tiba-tiba bertemu dengannya," Rena menunjuk pada Byakuran yang masih sedikit bingung entah karena apa, "ngomong-ngomong kau tampak sangat tampan Tsuna! Kenapa kau tidak berdandan seperti sekarang saat disekolah?!"

"E—ehehe terima kasih Shibasaki, ini karena aku harus berpenampilan seperti ini di Italia," Tsuna tertawa dan menggaruk dagunya dengan telunjuknya. Menoleh pada Byakuran yang entah bagaimana hanya diam dan menatap Rena, Tsuna tampak mengerutkan dahinya.

"Oh, bagaimana kalau kita ke ruang makan? Semuanya sudah menunggu," Tsuna tersenyum dan menatap kearah Rena yang mengangguk. Ia bahkan lupa untuk makan saat di dapur karena senang Hibari memakan makanannya.

"Baiklah!"

.

"Tsunayoshi-kun," Tsuna menoleh pada belakangnya saat ia berjalan sendirian karena Gokudera dan Yamamoto yang sedang melakukan tugas kecil mereka. Byakuran tampak berjalan dan menepuk kepala Tsuna, "sudah lama tidak bertemu~"

"Mau bagaimana lagi kita sama-sama sibuk dengan kelompok dan kehidupan kita," Tsuna tertawa dan kembali menatap kearah Byakuran yang tersenyum canggung, "apakah ada yang salah dengan Shibasaki Rena?"

"Huh?"

"Kau menatapnya dengan tatapan yang aneh. Seolah kau pernah bertemu dengannya dulu," Byakuran tampak menatap Tsuna yang menunggu jawabannya, ia menghela nafas dan menggaruk kepala belakangnya, "apakah ada sesuatu dengannya?"

"Bagaimana aku bisa mengatakannya ya—" Byakuran menggaruk dagunya yang sebenarnya tidak gatal, "—sebenarnya… Shibasaki Rena. Aku bukan hanya mengenalnya," Tsuna menoleh dengan tatapan bingung,

"Aku pernah membunuhnya 6 tahun yang lalu," Tsuna membulatkan matanya mendengar apa yang dikatakan oleh Byakuran.

"—empat tahun dari sekarang."

|| To be Continue ||

Sebenernya cukup mudah dimengerti kalau dicermati baik-baik apa yang dibilang sama Byakuran :3

Yang pasti, ada hubungannya dengan #uhukFutureArcuhuk. Thanks buat Hikage Natsu yang sudah review ^^ Ojii-chan disana? Hibari gimana, kan waktu itu umur Rena 10 tahun XD dan beda usia Hibari sama Rena cuma 2-3 tahun.

Dan terima kasih bukan yang follow ^^