Disclaimer : Naruto milik Masashi Kishimoto

Author : Hani Yuya

Judul : Yume no mirai

Rate : M for lime & lemon

Pairing : Sasusaku, Gaasaku.

Gendere : Au,Ooc,Romance,Drama

Nb : Terimakasih buat Reader yg udah baca ceritaku. Ini chap terakhir Yume no mirai. Akhirnya satu fic tamat. T^T, smoga kalian suka. Gomen karena lama update. Ehehe. DLDR

Chap 10 : Mimpi yang jadi kenyataan.

.

.

Brakk

Suara pintu yang di buka paksa terdengar cukup nyaring, Prank... Prank...kemudian di susul suara pecahan benda kaca yang sengaja di hempaskan ke lantai terdengar beruntun.

Itachi hanya bisa mendesah pelan melihat kelakuan adiknya akhir-akhir ini, dalam sebulan Sasuke hampir memecahkan seperempat perabotan yang ada di rumahnya. Entah itu guci, gelas, piring, atau pajangan rumah lainnya. Terlebih lagi, Sasuke selalu mengamuk di kamar kerjanya, alhasil perabotan Itachi yang menjadi pelampiasan adiknya itu.

"BRENGSEK KAU SETAN MERAH!" teriak pemudah pantat ayam itu kesal.

Brukk… setelah melampiaskan kemarahannya Sasuke mendudukkan bokongnya kasar di salah satu sofa. Ia memijit keningnya dan sesekali menjambak rambutnya frustasi.

Itachi yang sejak tadi duduk manis sambil menikmati teh darjeeling melirik Sasuke dari sudut matanya. Ia menaruh tehnya dan mulai menginterogasi adiknya.

"Jadi? Kau berhasil menyusup ke rumah Gaara untuk melihat perkembangan Sakura?" tanyanya penasaran.

"Tch, kalau berhasil aku tak mungkin mengamuk seperti ini." ujarnya sarkastik.

"Sudah kuduga." jawab Itachi santai, "sudahlah Sasuke, tinggal sebulan lagi bukan? sabarlah sedikit lagi. Sebulan itu sebentar, kau dan dia sama saja." Itachi kembali meminum tehnya santai.

Sasuke menautkan alis heran. Dia? dia siapa yang dimaksud kakaknya itu?

Brakk...lagi-lagi seseorang membuka pintu ruang kerjanya secara kasar. Manik hazelnya berkilah marah, ia berjalan menghampiri Itachi dan Sasuke, kemudian merampas teh Itachi dan meminumnya seperti orang kehausan.

Prank... cangkir teh yang sudah kosong itu ia hempaskan membentur ubin marmer dengan kerasnya, hingga gelas itu pecah berserakan di lantai.

"BRENGSEKKK KAU GAARA!" teriaknya frustasi.

Itachi mengambil ponsel genggamnya, "Kakashi, bawa beberapa maid ke sini. Suruh mereka membereskan kamar kerjaku sekarang juga. Ada dua orang bodoh yang membuat ruanganku seperti kapal pecah. Dan tolong buatkan lagi tiga gelas teh darjeeling. Klik." Itachi mengalihkan pandangannya ke arah Sasori, "duduklah Sasori sebaiknya kita minum teh bersama-sama." ujarnya berusaha meredahkan emosi Sasori.

"Tch," Sasori mendecih, meski amarahnya belum meredah ia menuruti perintah Itachi. Kini mereka bertiga duduk manis menikmati teh darjeeling panas yang disuguhkan oleh Kakashi.

.

.

.

Sementara Sakura yang berada di rumah Gaara tidak berhenti merapal sumpah serapah pada pemuda bertato AI itu. Ia tak menyangka teman kecil yang lembut seperti malaikat itu bisa berubah menjadi iblis berdarah dingin.

Selama satu Bulan Sakura tidak di perbolehkan memakan nasi atau makanan yang mengandung lemak. Setiap hari hanya salad dan buah-buahan yang ia konsumsi. Perutnya selalu berbunyi minta di isi. Tapi Gaara selalu menjaga ketat gerak-gerik Sakura setiap harinya.

Rumah Gaara bagaikan penjara baginya. Sesuai kesepakatan bersama, bahwa tidak ada satu pun pihak keluarga yang boleh menemui Sakura selama berada di rumahnya. Bahkan Sasuke dan Sasori pun tak bisa menemuinya. Sakura hampir mati bosan di dalamnya.

"Fuuhhh~ aku lelah sekali." Sakura membaringkan dirinya di atas ubin marmer setelah 1 jam lari di atas treadmill, "Gaara-kun sudah satu Bulan aku di sini, kira-kira sudah berapa kg lemak yang sudah berkurang? Aku ingin tau."

"Belum... sudah kukatakan berulang kali padamu, kita akan menimbang berat badanmu saat sehari sebelum berakhirnya kesepakatan kita."

"Ha~bahkan kau tidak memperbolehkan aku melihat diriku di depan cermin selama sebulan ini~ di tambah lagi, kau benar-benar tidak memperbolehkan ku bertemu dengan Sasuke-kun dan Sasori-nii sama sekali. Padahal aku sering melihat mereka datang kemari dan kau selalu mengusir mereka." desah nya frustasi, "kau tau aku bosan sekali~aku rindu pada Sasuke-kun dan juga keluargaku." keluh Sakura dengan mimik wajah sedih.

Gaara mendesah pelan, ia tak tega melihat teman kecilnya dan juga wanita yang berharga baginya itu bersedih karena ulahnya, tapi dia melakukan semua ini demi kepentingan gadis musim semi itu sendiri. Tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalanya, sesekali mengerjai pemuda pantat ayam itu boleh kan? Senyuman licik tercetak di wajah pemuda bertato ai itu.

"Baiklah, jika kau rajin melakukan semua yang ku suruh tanpa mengeluh, aku akan mempertemukanmu dengan Sasuke dan keluargamu, minggu depan. Bagaimana Sakura-hime." tawarnya.

Senyum merekah di wajah manis wanita musim semi itu, sontak ia beranjak diri dan menghambur memeluk pemuda itu, "benarkah Gaara-kun." ujarnya riang.

Bluss... wajah tampan Gaara berubah merah ketika Sakura memeluknya. Jantungnya berdetak kencang, manik jadenya menatap teduh punggung Sakura. Ingin rasanya ia membalas pelukan wanita pujaannya itu. Tapi ia mengurungkan niatnya, tangannya mengepal, karena ia sadar, wanita itu tidak akan pernah bisa menjadi miliknya. Meski dadanya berdenyut sakit, ia harus bisa merelakannya.

Puk... Gaara menepuk helaian merah muda Sakura pelan, "sudah cukup istirahatnya, kali ini kau harus lari di atas treadmill selama 3 jam."

Sakura sontak melepas pelukannya, matanya melotot hampir keluar, "TI-TIGA JAM!" teriaknya tak percaya, "baru saja aku lari selama satu jam, sekarang kau menyuruhku lari lagi selama tiga jam! Kau mau membunuhku pelan-pelan Gaara-kun!" protes Sakura.

"Aku tidak memaksa. Kalau tidak mau, aku akan membatalkan janjiku untuk mempertemukanmu dengan pantat ayam kesayanganmu itu." jawabnya sarkastik.

Sakura menelan ludahnya bulat-bulat, 'ukkh... Siapa dia! Dia bukan Gaara yang ku kenal.' batin Sakura speechless. Dengan berat hati dia menuruti semua perintah Gaara, demi bertemu dengan Sasuke, ia rela melakukan apapun. Gaara mengulumkan senyumnya melihat Sakura langsung menurutinya, sepertinya nama Sasuke sangat ampuh untuk mengendalikan wanita musim semi itu

.

.

.

.

Angin berhembus kencang mengombang ambing helaian merah muda wanita musim semi yang sejak tadi berdiri di beranda jendela kamarnya, sesekali ia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 10 am.

"Lama sekali. Kemana perginya Gaara-kun? Dia sudah berjanji hari ini akan membawaku ke rumah Sasuke-kun."

Sejak hari itu, selama kurang lebih dua minggu Sakura melakukan diet super ketat dari Gaara, ia hampir mati kelaparan beberapa hari yang lalu. Gaara benar-benar membuatnya lupa akan makan.

Kreekk~ pintu kamarnya terbuka, sosok pemuda merah yang ia tunggu akhirnya datang. Dia membawa kotak berukuran besar di tangannya. Sakura menautkan kedua alisnya.

"Apa itu?" tanyanya penasaran.

Gaara menaruh kotak itu di atas tempat tidur, merogoh kantong celananya dan memberikan kotak perhiasan kecil. Manik emerald Sakura berbinar melihat kotak perhiasan yang tak asing baginya itu. Ya, kotak perhiasan yang di dalamnya tersimpan kalung turun temurun milik keluarganya, selama ini kalungnya di simpan rapih oleh Gaara, ia akan mengembalikannya saat berakhir nya perjanjian untuk membuat Sakura kurus berakhir.

"Pakailah~" Gaara menyuruh Sakura memakai kalung warisannya itu, kemudian membuka kotak besar yang ia bawa tadi. Di dalamnya terdapat gaun berwarna merah muda sebatas dengkul dengan ukuran big size, "lalu pakai dress ini." titahnya.

Sakura mengerjapkan mata berulang kali, "tunggu dulu Gaara-kun," Sakura menarik lengan Gaara kemudian menjejerkannya denga lengan miliknya, "lihat, meski aku tidak tau berat badanku yang sekarang, tapi aku bisa membedakan perubahan pada diriku selama berada di sini. Lihat, lengan milikku dengan lenganmu sudah hampir sama, meski lenganku lebih besar beberapa senti darimu. Tapi aku yakin, tubuhku sudah banyak mengalami perubahan. Jadi dress itu pasti kebesaran di tubuhku kan!" jelasnya panjang lebar.

Gaara terkekeh pelan, kemudian memakaikan kalung warisan keluarga Sakura di lehernya, "kau akan tau setelah memakainya,"

"Eh?! EEEHHHHHHHH!"

Brekk...

"Kyaaaaa, tidak mungkin!"

.

.

.

.

.

Di sebuah ruangan bergaya eropa itu, dua keluarga kembali berkumpul, Gaara memberitahu Itachi bahwa ia akan membawa Sakura berkunjung ke sana. Ia melakukan semua ini hanya untuk menyenangkan hati wanita musim semi yang akhir-akhir ini keadaannya tak bersemangat karena merindukan tunangannya dan juga keluarganya.

Betapa senangnya Sasuke dan Sasori mengetahui kabar kepulangan Sakura. Sejak tadi mereka berdua tak berhenti berjalan mondar mandir, karena Sakura belum juga datang, padahal jam sudah menunjukkan pukul 1 siang.

"Tck, apa yang dilakukan setan merah itu hah! Kenapa sampai sekarang mereka belum datang?! Jangan-jangan dia ingin mempermainkan kita? Sial!" ujar Sasuke dengan nada jengkel dan marah.

"Sabarlah sedikit Sasuke, jaga sikapmu di depan calon mertuamu." bisik Itachi di kuping Sasuke, sontak Sasuke berusaha meredam amarahnya. Ia lupa bahwa orangtua Sakura ada di sini juga.

Bukan hanya Sasuke, Sasori pun sejak tadi tak sabar menanti kedatangan adiknya, berulang kali ia menelpon Gaara, namun sepertinya pemuda merah itu tidak mengangkat panggilannya, "brengsek kau Gaara, kalau ketemu akan kubuat perhitungan denganmu," geramnya kesal.

Itachi mendesah frustasi melihat adik dan saudara iparnya itu memiliki sifat yang hampir sama. Terlalu over protektif. Sedangkan Dan, Tsunade, Mikoto dan Fugaku hanya terkekeh pelan melihat tingkah laku anaknya.

Tok.. Tok.. Tok... Suara ketukan pintu terdengar nyaring. Sontak mereka semua mengalihkan pandangannya ke arah daun pintu. Krek, pintu itu terbuka, sosok seorang pemuda bermasker dengan rambut silvernya melawan gravitasi masuk ke dalam dan menundukkan badannya di depan Mikoto, "Mikoto-sama... nona Sakura dan tuan Gaara sudah datang,"

"Benarkah? Suruh mereka masuk."

"Baiklah,tuan Gaara, nona Sakura silahkan masuk." ujar Kakashi mempersilahkan.

Sosok Gaara muncul di balik pintu, ia memakai setelan jas berwarna abu-abu, "Sakura-hime, masuklah!"

"Aku tidak mau!"

Siiiinggg... terdengar suara Sakura di balik tembok, sosoknya belum terlihat. Semua orang mengernyit heran ketika mendengar penolakan Sakura yang tidak mau masuk ke dalam ruangan. Terlebih lagi Sasuke dan Sasori, seperempat siku tercetak di dahi mereka.

'Apa-apaan ini? Kenapa dia tak mau masuk? Sialan! Apa yang dilakukan setan merah itu pada Sakura?' batinnya kesal. Dengan langkah besar Sasuke menghampiri Gaara yang masih berdiri di ambang pintu, ia berencana menarik Sakura masuk ke dalam.

"Sakura jangan main-main! Cepat ke sini, apa kau tidak ingin bertemu denganku, he?"

"Tentu saja aku ingin. Aku bahkan rindu sekali padamu. Ta-tapi~"

"Tck, jangan membuatku marah! Saku~" Sasuke diam mematung ketika melihat keadaan Sakura, ia langsung mengalihkan pandangannya menatap tajam manik Jade milik Gaara. Sret, ia mencengkram kerah Gaara.

"APA YANG KAU LAKUKAN PADA SAKURA!" teriaknya kencang tepat di depan wajah Gaara.

"Kyaa, Sasuke-kun apa yang kau lakukan!" Sakura menarik baju Sasuke, agar melepas cengkramannya dari Gaara.

Semua orang di dalam ruangan menautkan alis heran, apa yang sebenernya terjadi di sana? Kenapa Sasuke marah? itulah yang ada di benak mereka.

"Sasuke jangan bikin kacau di sini. Gaara, Sakura masuklah." ujar Fugaku. Akhirnya kepala keluarga Uchiha itu mengeluarkan titahnya.

"Tck," Sasuke mendecih lalu melepaskan cengkramannya. Ia menoleh ke arah Sakura, manik Onixnya menatap tajam Emerald Sakura meminta penjelasan padanya. Tatapan Sasuke seakan mengintimidasi dirinya, sontak Sakura langsung mengalihkan pandangannya ke samping.

'Bagaimana ini? Aku sudah berjanji pada Gaara tidak akan menceritakan kebenaran nya pada semua orang di sini termasuk Sasuke. Ukkhhh, maafkan aku Sasuke, ini salah satu syarat darinya agar aku bisa bertemu ' tangisnya dalam hati.

"Dua minggu lagi Sakura!"

"Eh, aku tau itu."

"Hn, kemarilah, aku akan minta pada kaa-san agar waktunya di perpanjang. Atau kita akan tetap menikah dengan keadaanmu yang sekarang."

"Tu-tunggu dulu Sasuke-kun!" Sasuke menarik pergelangan tangan Sakura dan membawanya masuk ke dalam ruangan.

Siiinnggggggggggg

Semua diam membatu melihat tubuh Sakura yang semakin membengkak lebih dari sebelumnya.

"Sa-sakura?" ujar Itachi tersendat tak percaya.

Kyuuuuttt... Sasori tiba-tiba mencubit pipi chubby Sakura, matanya berbinar, sontak langsung memeluknya, "aku malah lebih suka kau yang seperti ini," Sasori menempelkan pipinya di pipi chubby Sakura.

Sasuke yang melihatnya menggeram kesal, kemudian ia mendorong wajah Sasori menjauh dari wajah Sakura.

"Kau terlalu dekat Sasori-nii," ujarnya yang di buat sedatar mungkin dengan seperempat siku di wajahnya.

"Gaara, ini bukan kesepakatan kita bukan? Kau bilang, sanggup melakukannya selama 2 Bulan. Tapi di lihat dari perubahan Sakura, kau gagal. Bahkan Sakura semakin bertambah gemuk." ujar Mikoto tiba-tiba, semua mata sontak menatap Mikoto dan Gaara secara bergantian.

Suasana di dalam ruangan semakin bertambah tegang, Sasuke menggenggam telapak tangan Sakura erat. Sedangkan Gaara yang menjadi pusat perhatian terlihat begitu tenang.

Sakura terlihat panik, ia menggigit jempol tangan kirinya. Ingin rasanya ia bilang pada semuanya tentang kebenaran yang sengaja ia sembunyikan. Sebenarnya Gaara sudah melakukan semua tugasnya dengan baik.

Sakura menatap tajam Jade Gaara, seakan berkata, 'sampai kapan kita terus menyembunyikan hal ini?'

Seakan tau maksud tatapan Sakura padanya, ia pun menggeleng pelan,dan memberikan tanda melalui tangannya, 'bersabarlah sebentar lagi.' Dan anehnya Sakura pun paham apa yang diinginkan Gaara, meski hanya dengan bahasa isyarat.

"Haa~ dengan keadaan Sakura yang seperti ini, tak mungkin memakai gaun yang sudah kusiapkan." Mikoto mendesah pelan.

Emerald Sakura membulat mendengar ucapan Mikoto, liquid bening hampir menetes dari sudut matanya. 'Ba-bagaimana ini! Batalkah? Apakah Mikoto ba-chan akan membatalkan pernikahannya?' resahnya dalam hati seraya meremas baju tepat di depan dadanya.

Sasuke yang tau keresahan Sakura, memperkuat genggamannya, membuat Sakura menoleh menatapnya. Onyx dan Emerald bertemu, tak ada keraguan sedikitpun di mata Sasuke saat menatap Sakura. Sedetik kemudian Sasuke mengalihkan pandangannya menatap tajam manik teduh Mikoto.

"Aku tidak peduli dengan keadaan tubuh Sakura meski bentuk tubuhnya semakin membengkak. Di mataku ia terlihat sama, Sakura tetaplah Sakura, tak peduli sebanyak apa perubahan yang terjadi pada tubuhnya, yang terpenting bagiku dia adalah wanita musim semi yang sudah ditakdirkan untuk berada di sampingku." Sasuke menoleh menatap manik Sakura dengan tatapan teduh,dan sebuah senyum yang jarang terlihat di wajahnya, Cup... ia mengecup punggung tangannya, "Sakura, menikahlah denganku."

Bluushhhh... wajah Sakura berubah merah seperti buah tomat kesukaan Sasuke. Tak dapat berkata-kata, Sakura hanya menganggukan kepalanya menandakan ia menerima lamaran Uchiha bungsu itu.

'Tch, kali ini aku akan benar-benar mengaku kalah darimu Sasuke,' ujar Gaara dalam hati. Ia menarik bibir ke atas dan menyimpulkan sebuah senyuman. Akhirnya ia mengakui rivalnya, kali ini sepertinya Gaara sudah bisa bernafas lega untuk menyerahkan Sakura pada Sasuke.

Gaara melangkah mendekati Sakura, sreet... Ia tiba-tiba menarik lengan wanita musim semi itu ke dalam pelukannya, "Sakura- hime, semoga kau bahagia." ujarnya.

"Gaara-kun~"

"Tch, beraninya kau memeluk Sakura, di depanku! Dasar setan me~" belum sempat menyelesaikan kalimatnya, sebuah asap tebal menyelimuti Sakura ketika Gaara melepas kalung yang melingkar di lehernya. Pooofff...

"KYAAAAA!" teriak Sakura yang sontak menutupi tubuh bagian depannya.

"Sakura! Apa yang terjadi!" Onyx Sasuke membulat melihat perubahan tubuh Sakura. Ia sontak melepas jasnya menutupi tubuh bagian depan Sakura, karena dress yang di gunakannya melonggar, dan mengekspos bagian dadanya, "tch, sialan kau setan merah! Ini kedua kalinya kau melakukan ini, Kau sengaja melakukannya ha!" seperempat siku tercetak di pelipisnya.

Ya, reaksi yang dialami pada tubuh Sakura saat memakai kalung warisan keluarganya masih tetap sama seperti dulu. Tapi sekarang sedikit berbeda, ia akan bertubuh gemuk jika memakai kalungnya, karena Sakura yang sekarang sudah berhasil melenyapkan hampir 80% lemak yang menumpuk di tubuhnya berkat Gaara yang telah membimbing acara dietnya dengan ketat. Alhasil, mimpinya untuk memperoleh tubuh yang ideal tinggal selangkah lagi.

"Usahaku tentang kesepakatan kita tinggal selangkah lagi, lihat... Aku hampir menguras semua lemak yang berlebihan menumpuk di bagian perut, paha, lengan dan betis." ujar Gaara memberikan laporannya pada Mikoto.

"Wahhh, kau hebat sekali Gaara. Tak sia-sia aku mempercayakan anakku padamu." sela Tsunade, seraya menepuk-nepuk pundak pemuda anak sahabatnya itu.

"Hei, kau lihat ekspresi Sasuke tadi Fugaku, Itachi. Manis sekali bukan? Tak biasanya ia berwajah seperti itu." ujar Mikoto dengan mata yang berbinar.

"Pffffft.., aku hampir saja tertawa saat melihatnya tadi kaa-san." Itachi menahan tawanya yang sebentar lagi sepertinya akan pecah.

Sedangkan Fugaku hanya mendengus panjang melihat tingkah istri dan anak sulungnya yang suka sekali mempermainkan anak bungsunya.

Sasuke, Sakura dan Saaori mengerjabkan matanya berulang kali. Otak mereka sedang mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Sepertinya hanya mereka bertiga yang tidak tau apa-apa tentang rencana yang dibuat Gaara bersama kedua pihak keluarga Haruno dan Uchiha untuk mengetes seberapa jauh keseriusan Sasuke pada Sakura.

"Ja-jadi kalian sudah merencanakan ini? Dan menyembunyikan nya dari kami?" tanya Sakura pada Gaara.

Pemuda bertato Ai itu memamerkan devil smirk ke arah Sasuke, dan dengan entengnya mengatakan hal yang membuat uchiha bungsu itu naik darah,"aku hanya ingin melihat tampang bodohnya ketika panik,"

"Gggrr... Sialan kau Setan Merah!" geram Sasuke kesal.

"Kaa-san kenapa kau tidak memberitahuku tentang ini sebelumnya?" protes Sasori pada Tsunade.

"Aku tidak yakin jika kau tau, rencana ini akan berjalan lancar. Kau itu tidak bisa menjaga rahasia terutama pada Sakura!" ujarnya sarkastik membuat Sasori diam seribu bahasa.

Suara gelak tawa semuanya pecah memenuhi ruangan. Kecuali Sasuke yang sejak tadi masih mengkerucutkan bibirnya kesal, karena seakan-akan di sini ia di jadikan korban untuk mengisi kesenangan kedua belah pihak.

Sakura hanya bisa mendesah pelan melihat sikap keluarga dan calon besannya itu bekerja sama untuk mengerjainya dan Sasuke. Sejak tadi ia menggenggam telapak tangan calon suaminya itu untuk meredamkan emosinya yang masih belum stabil.

Gaara yang melihat kemesraan wanita musim semi Cinta pertamanya itu hanya tersenyum miris. Meskipun dadanya masih berdenyut sakit, tapi sekarang dia benar-benar sudah bisa melepaskan wanita yang di cintainya itu ke dalam pelukan pemuda lain.

'Kuharap Sasuke bisa membahagiakanmu Sakura,'

.

.

.

Dua Bulan terasa begitu cepat bagi wanita musim semi itu. Hari-hari berat ia lalui bersama Gaara sekarang menuai hasil yang sangat memuaskan. Ia menaikkan bibirnya ke atas menyimpulkan sebuah senyum kebahagiaan ketika melihat tubuhnya saat ini.

Liquid bening menetes dari sudut matanya, ini bukanlah tangis kesedihan-tapi kebahagiaan. Ia tak akan pernah membayangkan ini seumur hidupnya, akan mempunyai tubuh ideal tanpa bantuan kalung warisan keluarganya

Ia sangat berterima Kasih pada Gaara, karena sudah bersusah payah membantu mewujudkan cita-cita nya sejak kecil. Ia benar-benar terlihat seperti Putri kerajaan ketika menggunakan gaun pengantinnya saat ini.

Gaun berwarna putih panjang bergelombang sampai sebatas kaki, dengan hiasan bunga yang menempel di bagian pinggangnya.

"Benarkah ini aku?" gumamnya pelan saat melihat dirinya di depan cermin.

"Sakura."

Sebuah suara baritone yang sangat familiar selama dua Bulan belakangan ini memanggil namanya. Sakura menoleh dan melebarkan senyumnya, ketika Gaara berjalan menghampirinya.

Pemuda itu berhenti di depan Sakura, menatap sang gadis musim semi itu lembut, tangan kanannya terulur mengelus wajah sang gadis.

"Cantik." ucapnya lembut, "kau benar-benar terlihat seperti seorang Putri sekarang." lanjutnya.

Sakura terkekeh pelan, "ini semua berkat dirimu Gaara-kun, kau membuat mimpiku menjadi nyata. Arigatou."

Tiba-tiba Gaara memandang teduh Emerald sakura, "aku ikut bahagia, semua impianmu tercapai sekarang Sakura. Seorang pangeran berkuda putih sebentar lagi datang menjemputmu. Dan sangat di sayangkan itu bukanlah diriku"

Sakura menggenggam tangan Gaara, "gomen, ne Gaara-kun. Aku tak bisa memenuhi janjiku padamu. Tapi bagiku kau pun sudah seperti seorang pangeran yang datang untuk menyelamatkan hidupku. Berkat usahamu yang membimbingku, sekarang aku benar-benar berubah menjadi seorang Putri."

Tiba-tiba Gaara bersimpuh dan mengulurkan sebelah tangannya,"Sakura-hime untuk terakhir kalinya ijinkan aku memandumu ke latar pernikahan, "

"Gaara-kun." Sakura menutup mulutnya dengan sebelah tangannya karena sedikit syok atas sikap Gaara yang memperlakukan dirinya bak seorang Putri, ia mengangguk dan menggapai uluran tangan Gaara, "dengan senang hati Ouji-sama (pangeran),"

Jade Gaara melebar ketika Sakura memanggilnya dengan sapaan 'Ouji-sama'(pangeran), ia tersenyum, lalu melingkarkan lengan Sakura pada lengannya kemudian berjalan anggun menuju pelaminan. Mereka berdua terlihat serasi, bak sepasang Putri dan Pangeran. Semua orang yang hadir disana terkagum-kagum melihat ketampanan dan kecantikan mereka berdua. Sampai-sampai Sasuke yang berdiri di depan pelaminan kesal di buatnya.

Ia menggeram tertahan dan mengepal tangannya erat guna menetralisir amarahnya yang sudah di atas ubun-ubun.

'Sialan kau setan merah! Apa-apaan senyum di wajahmu itu! Tck, mengambil kesempatan dalam kesempitan he?!' batinnya menggerutu.

Sesampainya di depan Sasuke, Gaara menyerahkan tangan Sakura pada Sasuke, "kuharap setelah ini kau selalu menjaganya dan membahagiakannya. Jika kau membuatnya menangis aku tak segan-segan untuk merebutnya darimu." ujarnya sarkastik.

"Apa? Tch," Sasuke mendecih, sreet... Dan merampas pergelangan tangan Sakura kasar, "tak usah kau beritau, pasti akan kulakukan bodoh!" ujarnya yakin seraya menatap mata Gaara tajam.

"Kuharap begitu. Kudoakan semoga kalian berdua bahagia."

"Hn,sudah pasti bodoh."

Gaara menuju salah satu bangku tak jauh dari pelaminan, ia berdiri di tengah-tengah Itachi dan Sasori. Puk... Tiba-tiba secara bersamaan ia merasakan dua buah tepukan di pundaknya.

"Kau memang lelaki sejati Gaara." ujar Itachi dan Sasori secara bersamaan seraya memberikan jempolnya ke arah Gaara. Itu semua membuat Gaara terkekeh pelan.

"Ya, hanya ini yang bisa kulakukan untuknya."

#Sakura POV On#

.

.

Hari ini cuaca sangat cerah, secerah hatiku. Berdiri di depan pelaminan dengan pria pujaanku, ini bagaikan sebuah mimpi. Aku yang sekarang bukanlah aku yang dulu, ini semua berkat teman kecilku, aku sangat berterima Kasih padanya. Berkat dia cita-cita ku sejak kecil akhirnya tercapai.

Berdandan seperti seorang Putri di hari pernikahanku, ditambah lagi aku akan menikah dengan pemuda tampan bak seorang pangeran, selama ini tak pernah bisa kubayangkan impianku akan jadi kenyataan.

Kami saling bertukar cincin, dan mengikat janji. Kecupan manis ia berikan padaku sebagai awal dari sumpah Setia kami untuk menjalani kehidupan bersama. Dan tak lupa, kalung warisan dari keluarga kami, karena kalung ini aku dan Sasuke bertemu.

Kami sepakat untuk selalu memakainya. Kalung milik Sasuke untukku dan kalung milikku untuknya. Ini semua kami lakukan untuk meredamkan sihir yang ada di dalam kalung. Selama bukan kalung milikku itu tak akan berpengaruh bagiku, begitu juga pada Sasuke.

Kami-sama arigatou~ kini impianku menjadi nyata, hidup bersama orang yang kucintai selamanya.

#Sakura Pov Off#

.

.

.

Fin.

.

.

.

.

.

Omake

.

.

.

Dua tahun kemudian

Bak buk bak buk... Suara keras tak beraturan itu terdengar di salah satu kamar. Seorang wanita berhelai merah muda sejak tadi sibuk mencari baju yang akan di pakai di acara pernikahan kakaknya.

Sedangkan sang pria sedang duduk santai memangku seorang anak perempuan hasil buah Cinta mereka yang masih berusia satu tahun.

"Sudahlah Sakura, aku sudah sediakan dress panjang warna pink muda dengan motif bunga Sakura untukmu. Pakai saja itu." ujar Uchiha bungsu itu yang sudah menjadi ayah.

"Tidak Sasuke-kun, pokoknya aku mau memakai dress berwarna hitam favoritku itu." jawabnya tanpa menoleh sedikitpun. Ia masih sibuk mencari dress hitam favoritnya itu.

"Tck, kenapa sih kau suka sekali warna hitam? Pakailah warna cerah sesekali, lagipula kita akan menghadiri upacara pernikahan kakakmu, bukan ke pemakama~."

BRAKK

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, terdengar suara hantaman yang cukup keras. Sasuke diam tak berkutik ketika melihat sang istri meninju lemari pakaiannya dan menatap tajam Onyxnya dengan tatapan menusuk.

'Tch, aku tak menyangka sejak menikah dia jadi mirip seperti ibunya. Menakutkan.' inner Sasuke.

"Kau tau kan Sasuke semenjak melahirkan Sarada, tubuhku kembali gemuk. Bahkan lebih gemuk daripada sebelumnya. Hiks, kalau aku memakai dress pink maka gumpalan lemak di perutku akan terlihat bodoh!"

"Kalau itu masalahnya pakai saja kalung milikmu kan? Kau akan terlihat seksi." ujarnya seraya mengulurkan kalung milik Sakura,"tapi...aku lebih suka penampilanmu yang apa adanya Sakura. Tak peduli dengan fisikmu yang membesar, kau adalah kau, wanita yang aku cintai dan ibu dari anak kita." ujarnya dengan tatapan teduh.

"Ma-ma,"

Raut wajah Sakura yang tadi bersedih seketika menjadi ceria. Sepertinya ucapan Sasuke dan anaknya lah yang merubah suasana hatinya. Sontak wanita musim semi itu memakai dress pink bermotif Sakura yang di pilihkan Sasuke untuknya.

"Ayo kita berangkat Sasuke-kun,"

Sasuke beranjak diri, Puk... lalu menepuk helaian merah muda sang istri.

"Kau wanita tercantik yang pernah aku temui," ujarnya menggoda.

Blussss, wajah Sakura sontak berubah merah seperti buah tomat kesukaan Sasuke.

'Ukkhhh, padahal aku sering mendengar gombalannya,tapi tetap saja tak baik buat jantungku!' batinnya.

"Hei, Sasuke-kun. Boleh aku bertanya tentang satu hal, ini sudah lama menggangguku."

"Hn, katakanlah."

"Mengenai kalung warisan turun temurun keluarga kita. Kalung milikku memiliki magic berguna untuk mengubah tubuhku menjadi 180 derajat bertolak belakang dengan aslinya. Lalu apa fungsi magic dari kalungmu?" tanyanya penasaran.

"Hn, aku pun tidak paham apa kelebihan dari kalungku. Kau lihat kan fisik ku sudah sempurna jadi kalungku tidak berguna di pakai untuk mengubah fisikku. Hahaha." ujarnya pede.

Sakura tersenyum kaku, ia sedikit speechless mendengar jawaban Sasuke.

"Tapi, mungkin kalung ini mengabulkan keinginan terpendam kita. Misalnya, kau yang ingin mempunyai fisik yang sempurna. Sedangkan aku ingin menjadi orang yang memiliki kemampuan di atas rata-rata."

"Maksudmu?"

"Kalungmu mengubah fisikmu sesuai dengan keinginanmu. Sedangkan aku, kalungku membantuku mencapai semua hal yang aku inginkan. Alhasil, aku menjadi seorang pangeran di kampusku dengan nilai dan keahlian yang sempurna. Hmm... Kalau di pikir-pikir aku selalu mendapat nilai A+ di setiap mata pelajaran, selalu no 1 di setiap bidang olahraga. Lalu~ eh? Kenapa kau berhenti?" ujar Sasuke bingung melihat Sakura tiba-tiba berhenti melangkah. Wajahnya terlihat sangat syok mendengar penjelasan Sasuke.

'Ja-jadi kalung Sasuke bisa sehebat itu. Cu-curanggggg. Aku belajar mati-matian untuk menjadi siswa no satu di kampusku. Sedangkan dia, dengan mudahnya mendapatkan itu semua.' batinnya menggerutu.

"Jadi kemampuan otakmu itu 100% karena kalungmu Sasuke?"

"Ha? Ahahhahahha... Aku ini keturunan keluarga Uchiha Sakura. Otak jeniusku sudah kudapatkan sejak lahir, dan kalung warisanku ini hanya sebagai tambahan. Ahahaha,"

'Sombong sekali dia!' teriaknya dalam hati.

Sasuke tak sengaja melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul 11, "Ah~ kita harus bergegas kalau tidak kita akan terlambat, dan kakakmu pasti akan menceramahiku panjang lebar," ujarnya seraya menepuk jidatnya pelan, "tapi aku tidak menyangka dia menikah dengan Hanabi." lanjutnya dengan nada heran.

"Ya, aku juga tak menyangka. Sejak hari itu ( waktu Sakura tidak jadi menikah dengan Gaara) dia selalu datang ke rumah, dan menempel pada kakakku. Sifatnya pun 180 derajat berubah manis di depanku. Ahahaha, tadinya Sasori-nii selalu mengabaikannya. Tapi siapa sangka Hanabi memakai rencana liciknya pada kakakku."

"Hn, maksudmu?"

"Ia memberikan minuman aneh pada kakakku, dan di hari itu mereka melakukan hubungan intim tanpa memakai pengaman tanpa kakakku sadari. Dan alhasil dia hamil."

"Eh? Heeeeeee?"

"Tidak perlu sekaget itu Sasuke-kun, sebenarnya aku tau Sasori-nii juga suka pada Hanabi. Tapi dia pemalu. Hahaha,"

Sasuke mendesah pelan, "aku beruntung Hanabi tidak melakukan hal senekat itu padaku," ujarnya lega.

Sakura menyipitkan matanya, lalu tersenyum sinis, "kau tidak tau Hanabi sering melakukan trik ini untuk menjebakmu, tapi selalu tak berhasil," gumamnya pelan.

"Kau mengatakan sesuatu Sakura?"

"Ah, tidak. Bukan sesuatu yang penting. Hehe," sreet, Sakura mengalungkan lengannya di lengan Sasuke, "ayoo, cepat."

Alhasil mereka tak tepat waktu sampai di acara pernikahan Sasori karena terjebak macet. Sesampainya di sana Sasuke terkena amukan Sasori karena datang terlambat, dan di ceramahi panjang lebar. Sedangkan anggota keluarga yang lainnya sedang asyk mengajak main Sarada.

Sakura yang melihat tingkah keluarga dan besannya hanya bisa speechless. Tapi ia sangat bersyukur karena kedua keluarga nya hidup dengan rukun.

'Arigatou Kami-sama. Kau telah mempertemukanku dengan belahan jiwaku, dan memberikan ku keluarga kecil yang bahagia.'

.

.

.

FIN.