Cast : Cho Kyuhyun, Lee Donghae, Park Jung Soo, Choi Siwon, Kim Jongwoon, Kim Kibum, Shim Changmin and Others

Rated : T

Genre : Brothership, Friendship, Action and Sad.

Disclaimers : Cerita ini milik Bella, hasil karya sendiri tentunya.

Warning : Just Funfic, Don't bash and Don't Plagiat.

Summary : Ketika sebuah pekerjaan mulia di anggap sebuah kesalahan terbesar di dalam hidupnya. Tidak ada yang bisa dia lakukan kecuali ingin melenyapkankan dirinya sendiri dengan senjata yang selalu melekat di tubuhnya.

Happy reading!

.

.


"Jadi bagaimana perkembangannya saat ini?"

"Kami masih belum berhasil menemukan identitas mereka semua, bahkan salah satu dari anggota mereka yang tertangkap, lebih memilih di tembak mati dari pada membocorkan identitas Triad."

"Lalu bagaimana dengan anggotamu?"

"Tidak banyak yang terluka, Zhoumi terkena tembakan di lengannya, tapi lukanya tidak serius."

"Arrasseo, beri tahu aku perkembangan selanjutnya."

Setelah sambungan telefon dengan rekan kerjanya yang saat ini berada di Amerika itu di putus, Leeteuk menghela nafas panjang, jari-jarinya memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.

"Bagaimana hyung?" tanya seorang namja yang sedari tadi duduk di sofa ruang kerja mereka.

"Belum menemukan titik terang. Lagi-lagi kita gagal menangkap mereka," Jawab Leeteuk tanpa mengalihkan perhatiannya ke arah jendela. "Kerja mereka sangat rapi, bahkan tidak meninggalkan jejak sedikitpun. Sudah bertahun-tahun kita memburu meraka, tapi mereka masih berkeliaran hidup di luar sana."

Donghae yang sedari tadi duduk di sofa tidak lagi menyahut pernyataan rekan kerjanya yang sudah dia anggap hyung sendiri. Sudah bertahun-tahun mereka bekerja di National Inteligen Service (NIS) yang awalnya di kenal dengan nama Korean Central Intelligensi Agency (KCIA), tapi mereka belum bisa menangkap sekelompok mafia dunia yang di kenal dengan nama Triad.

NIS adalah sebuah badan inteligen Korea Selatan yang mempunyai tugas utama menjaga keamanan nasional dan mengenalkan kepentingan nasional. Sedangkan Triad adalah organisasi mafia asal China yang sudah berdiri sekitar tahun 1760.

Ketika pintu di buka oleh seorang pemuda tampan yang memiliki lesung pipi, Leeteuk mengalihkan pandangannya. "Ada apa Siwon-ah?" tanya Leeteuk yang melihat Siwon terengah-engah.

"Aku mendengar kabar bahwa mereka sedang berada di Korea hyung." Mereka tidak pernah menggunakan sapaan formal, karena mereka lebih nyaman dengan sebutan biasa.

Kabar para Triad berada di Korea adalah sebuah kabar bagus sekaligus kekhawatiran. Selama ini mereka lebih sering beroperasi di dataran Eropa dan Amerika. Walau Triad mafia asal China, tapi mereka sangat fasih berbahasa asing dan selalu bisa lolos dari kejaran polisi.

"Donghae-ya, Siwon-ah, kerahkan semua anggota untuk menyebar ke seluruh titik yang telah kita tentukan. Pastikan pada mereka untuk melaporkan sekecil apa pun informasi yang di dapat. Jangan biarkan mereka melancarkan aksinya." Donghae dan Siwon mengangguk paham dan keluar ruangan. Bertugas di bagian International Crime, sudah menjadi tanggung jawab Leeteuk, Siwon, Donghae dan rekan lainnya untuk menangkap para anggota Triad, sebuah organisasi kriminal underground.

"Donghae-ya kau sedang apa? Cepat, waktu kita tidak banyak." Siwon sedikit berteriak memanggil Donghae yang tengah menatap intens sebuah bingkai foto dua orang anak kecil yang tersenyum ceria. Setelah puas menatap gambar yang terlihat sudah usang itu, Donghae meletakkannya dengan hati-hati dan mengambil gantungan kunci yang di simpan di laci meja kerjanya, lalu memasukkanya ke dalam saku celananya.

Beberapa orang yang telah mengganti seragamnya dengan pakaian casual keluar berbarengan dengan Donghae dan Siwon. Dengan mengendarai mobil masing-masing, mereka meluncur ke tempat yang telah di tentukan. Terkecuali Donghae dan Siwon yang berada dalam satu mobil.

.

.

Smartphone di saku Donghae bergetar, terlihat sebuah pesan masuk dari Yesung, rekan kerja mereka yang bertugas di bagian Cyber Security. "Mereka sudah mendarat. Sebagian dari mereka berada di kawasan Gangnam." Donghae menyampaikan pesan dari yesung pada Siwon yang tengah mengemudikan mobil. Memang sangat sulit melacak keberadaan mereka yang selalu berpencar, tapi mengetahui sebagian mereka berada di Gangnam adalah kemajuan yang bagus.

Setelah mengikuti petunjuk Yesung, saat ini mereka mulai menyebar beberapa anggota di sekitar daerah Gangnam.

Key yang saat itu tengah memata-matai di sekitar hotel Artnouveau, mencurigai gerak-gerik seorang pemuda yang baru saja keluar dari hotel. Terlihat pemuda itu mengenakan pakaian serba hitam. Key sempat mendengar percapakan pemuda itu di telefon dengan menggunakan bahasa China.

Key melancarkan aksinya mengikuti pemuda itu dengan menyamar sebagai seorang pelajar kutu buku. penampilannya saat ini sangat mendukung penyamarannya. Kaca mata tebal dan tumpukan buku di tangannya. Terlihat pemuda itu memasuki sebuah mini market yang terletak sedikit jauh dari hotel. Sedikit aneh memang, pasalnya di samping hotel ada Super market, tapi dia lebih memilih berjalan jauh hanya untuk ke mini market.

Setelah pemuda itu keluar, Key tidak lagi mengikutinya. Karena Key melihat ada sesuatu yang terjatuh dari kantongnya ketika pemuda itu mengambil smartphonenya.

Mata Key langsung membulat melihat tulisan China yang menjadi symbol Triad di sebuah kartu milik pemuda itu. Tidak ingin gerak-geriknya di curigai, Key mencoba santai. Dan langsung mengirimkan pesan untuk Donghae dan Siwon.

Donghae, Siwon, dan juga Key langsung menemui Yesung dan Kibum di ruang kerjanya. Mereka meminta kedua rekannya itu untuk meneliti kartu yang akan menjadi petunjuk mereka untuk menangkap para mafia itu.

Kali ini bukan hanya Key yang membelalakkan matanya tidak percaya, bahkan Yesung juga ikut tercengang melihat hasil yang dia dapat. Setelah membuka ID yang ada di kartu itu, mereka bisa melihat dengan jelas rancangan kegiatan para Triad serta nama para anggota-anggotanya.

"Aku kira mereka semua pintar-pintar, ternyata mereka sangat bodoh dengan menjatuhkan kartu sepenting ini," ejek Siwon. Namun bibirnya menyunggingkan sebuah senyum karena yakin kali ini mereka bisa menangkap para Triad itu.

Namun tidak dengan Kibum yang menautkan kedua alisnya. Rasanya hal ini sangat aneh, kenapa bisa ada anggota yang membawa kartu mereka di saat bepergian. Karena sepengetahuan Kibum mereka menyembunyikan identitas mereka rapat-rapat. Dan Triad selalu hati-hati setiap gerak-gerik mereka. Apalagi data itu sangat lengkap dan terperinci. Mengenai asli atau palsu, Kibum yakin data itu asli. Yang menjadi pertanyaanya kenapa ada anggota yang sengaja menyusun daftar kegiatan mereka secara rinci dan menjadikannya sebuah kartu.

"Berarti mereka memulai aksinya besok jam sepuluh pagi," ucap Key setelah memperhatikan tanggal detail kegiatan mereka.

Ditempat lain seorang pemuda memasuki sebuah vila yang tidak jauh dari kawasan Gangnam. Terlihat beberapa orang berjaga di setiap sudut dengan senapan di tangan masing-masing. Pemuda itu berjalan santai tanpa takut salah satu peluru itu bersarang di tubuhnya.

"Dari mana kau Gui Xian?" langkah pemuda itu yang ingin memasuki kamarnya terhenti ketika mendengar sebuah suara tegas dan berat dari seorang laki-laki paruh baya.

"Aku membeli ini." Pemuda yang bernama Gui Xian itu mengangkat kantong plastik yang dia bawa. Karena plastic itu transparan, bisa terlihat jika isi kantong itu adalah beberapa susu kotak.

"Sampai ke hotel hotel Artnouveau?" tanya laki-laki itu penuh selidik.

"Aku baru pertama kali ke Korea, jadi aku ingin tahu seperti apa Korea itu."

"Sekarang kau masuk ke kamarmu, besok kita ada misi besar. Dan kau jangan maca-macam. Kau pasti ingat aku bisa tahu apapun yang kau lakukan."

Pemuda itu mengangkat bahunya tidak acuh. Mendengar ancaman itu sudah terlalu sering, telinganya sudah terasa kebal mendengar kalimat yang sama setiap saat selama sebelas tahun belakangan ini.

Tedengar suara orang berteriak kesakitan dari sudut kamar yang ada di Villa. Mendengar orang berteriak karena jarinya di potong ketika gagal melaksanakan tugas adalah hal biasa di Triad. Gui Xian tidak heran lagi.

Setelah laki-laki paruh baya itu pergi, Gui Xian masuk ke kamarnya dan memulai ritualnya menghabiskan susu kotaknya. Walaupun dia remaja sekaligus anggota Triad, tapi kebiasaannya ketika kecil tidak pernah lepas di sela kesibukannya menyusun strategi.

.

.

Pagi harinya seluruh pasukan yang di siapkan Leeteuk sudah berada di tempat yang telah di atur. Berdasarkan data-data yang mereka dapatkan kemarin, anggota Triad akan melakukan transaksi haramnya seperti biasa, dan kali ini di sebuah gedung tua yang terlihat kumuh.

Sedikit aneh memang, karena biasanya mereka bermain dengan jalan bisnis kotor, perdagangan underground, pengedaran narkoba, penipuan kartu kredit, pencucian uang dan segala macam kejahatan yang biasanya di lakukan di tempat-tempat elit. Sehingga tidak ada orang yang akan curiga.

Leeteuk memberi kode kepada Siwon dan Donghae yang telah berada ujung kanan dan ujung kiri bagian gedung, setelah melihat beberapa mobil menuju ke arah mereka saat ini. Terlihat beberapa laki-laki dengan pakaian serba formal mulai memasuki gedung tua. Namun ada juga yang berpakaian sederhana, hanya mengenakan baju santai tidak seperti yang lainnya.

Seluruh anggota NIS telah siap siaga dengan pistol di tangan mereka masing-masing. Mereka akan mulai menyergap ketika seluruh anggota Triad sudah memasuki gedung. Setelah memastikan mereka berkumpul, Leeteuk memberi kode ke pada seluruh anggotanya untuk mulai menyerang.

"Angkat tangan kalian semua, kalian telah di kepung." Seolah sudah terbiasa menghadapi pihak keamanan, anggota Triad terlihat biasa dan balik bersiap dengan pistol di tangan mereka masing-masing.

Ketika sebuah tembakan dari salah satu anggota Triad mengarah ke Leeteuk, akhirnya mereka mulai menyerang dan melindungi diri masing-masing.

Dor…

Dor…

Dor…

Suara tembakan saling sahut menyahut di ruangan kumuh namun bisa di katakana luas itu. Bahkan uang milyaran yang berada di dalam koper ikut terhambur terkena tembakan yang terus bertubi-tubi.

Seolah tidak takut akan timah panas yang kapan saja bisa bersarang di tubuhnya, Donghae dan Siwon terus menembak, mencoba melumpuhkan lawan. Namun tidak semudah menembak lawan di dunia virtual, mereka harus benar-benar berhati-hati.

Adu tembak terus terjadi sampai beberapa anggota NIS dan Triad banyak yang terluka. Tapi seolah telah menjunjung amanah yang telah di emban, mereka terus bertahan tanpa rasa takut. Mati dalam keadaan tugas lebih baik menurut mereka dari pada selamat menjadi pengecut.

Siwon berlari ke arah kiri gedung ketika melihat seorang anggota Triad berlari ke sebuah ruangan. Tidak ingin kehilangan jejak, Siwon ikut mengejarnya. Ketika sampai di ruangan yang terdapat banyak meja berserakan, Siwon bisa melihat seorang pemuda duduk di atas meja dengan mengayun-ayunkan kakinya.

"Menyerahlah, dan letakkan pistolmu," ucap Siwon sambil terus waspada menatap pemuda yang asyik dengan smartphonenya sendiri. Untuk beberapa saat Siwon tertegun melihat wajah pemuda yang di hadapannya. Wajahnya terlihat sangat polos. Mata bulat dan bening, dan jangan lupakan kulit putihnya yang menambah aksen menggemaskan di mata Siwon. "Kenapa anak semanis itu menjadi mafia?" batin Siwon sambil terus mengarahkan pistolnya untuk berjaga-jaga ke pemuda yang sama sekali tidak bereaksi.

Dor…

Tiba-tiba sebuah tembakan di arahkan pemuda manis itu ke sisi kananya. Peluru itu tidak melukai tubuhnya, tapi cukup membuatnya terkejut ketika refleks pemuda di hadapannya sangat gesit.

Baku tembak pun tidak terelakkan lagi antara Siwon dengan pemuda itu. Tapi dengan mudah pemuda manis itu menghindar dari tembakan Siwon. Begitu juga sebaliknya, Siwon terus menghindar sampai salah satu rekannya membntu, Donghae.

Trak…

Pistol yang Siwon genggam terhempas jauh ketika pemuda manis di hadapannya tiba-tiba melempar tangannya dengan sebuah balok kayu. Siwon tidak menyangka, mengalihkan pandangannya sebentar ke arah Donghae mampu membuatnya kehilangan senjatanya.

Donghae tidak melakukan apapun, hanya berjaga dengan pistol di tangannya dan diam melihat pemuda manis yang mengenakan cardigan berwarna putih, sangat kontras dengan penampilan yang lainnya. Dan sepertinya dia yang paling muda di antara kelompok Triad lainnya.

"Apa mereka sudah mati semua?" tanya pemuda itu.

"Ne, dan lebih baik kau menyerah saja. Aku yakin kau masih di bawah umur, akan ada keringanan hukuman untukmu." Jawaban Siwon membuat pemuda itu terkekeh pelan. Dan lagi-lagi Siwon tertegun melihat tawa yang kekanakan itu.

"Apa kalian yang menemuka kartuku?" seperti bukan memburu mafia saja. Saat ini mereka seperti sedang dalam acara wawancara.

"Kau Gui Xian? Ck, jadi kau yang menjatuhkan kartu itu? Pantas saja anak kecil sepertimu ceroboh." Pemuda manis yang bernama Gui Xian itu tidak menjawab apa pun. Tatapannya beralih ke arah Donghae yang sedari tadi memandanginya dengan pistol yang terus menghadap ke arahnya.

Dor…

Tiba-tiba sebuah tembakan di layangkan Gui Xian ke arah Donghae. Tanpa menghindar pun Donghae tidak akan terluka, karena tembakan itu meleset jauh dari tubuhnya.

"Tembak Hae." Siwon berteriak menyadarkan Donghae yang belum juga melepas pelurunya.

Dor…

Dor…

Dor…

Tiga tembakan sekaligus mengarah ke Donghae dan Siwon dari pistol yang sedari tadi Gui Xian genggam, yang membuat Donghae dan Siwon melompat untuk menghindar. "Donghae tembak sekarang juga." Siwon berteriak keras.

Dor…

Sebuah timah panas langsung bersarang di jantung. Perlahan, tubuh itu merosot dan matanya terkatup rapat.

Bruk…

"Donghae-ya." Leeteuk langsung berlari ke arah Donghae yang langsung tumbang. Pistol yang Donghae genggam langsung terlepas begitu saja. "Kau tidak apa-apa Hae-ya?" tanya Leeteuk ketika menyadari di tubuh Donghae sama sekali tidak ada luka. Bagitu juga dengan Siwon. Leeteauk mendesah lega mendapati rekan kerjanya sekaligus dongsaengnya baik-baik saja.

"Kajja kita pergi dari sini Siwon-ah, Hae-ya. Biar mereka mengurus para mayat-mayat ini." Namun Leeteuk mengernyitkan dahinya ketika Donghae sama sekali tidak bergerak, pandangannya fokus ke arah seorang pemuda yang tergeletak tak bernyawa dengan luka tembak di bagian jantungnya.

"Kenapa… kenapa dia tersenyum?" batin Donghae melihat tubuh Gui Xian yang sudah bersimbah darah. Fikirannya langsung kosong malihat senyum Gui Xian yang sangat tulus ketika sebuah peluru telah bersarang tepat di jantungnya.

Donghae dengan lutut terasa lemas mencoba berdiri, berjalan tertarih dengan di topang Leeteuk. Setelah beberapa langkah keluar dari ruangan dia berada, Donghae menolehkan kepalanya ke belakang untuk melihat tubuh Gui Xian yang tengah di evakuasi oleh para polisi. Begitu juga dengan mayat-mayat yang lain.

"Donghae hyung." Seseorang bertubuh lebih tinggi darinya menghampirinya ketika dia menunggu Leeteuk di parkiran. Sedangkan Siwon tengah berbicara dengan salah satu rekan kerja mereka.

"Ne." jawab Donghae sambil mencoba mengingat-ingat namja tampan di hadapannya. Karena seingatnya dia belum pernah bertemu dengan pemuda yang sepertinya lebih muda darinya itu.

"Namaku Changmin. Aku ke sini untuk memberikan titipan ini untukmu hyung." Changmin menyerahkan benda yang dia genggam dengan tangan yang bergetar hebat.

"Tapi apa ini, dan dari siapa?" tanya Donghae

"Nanti kau juga akan tahu setelah melihatnya hyung." Changmin langsung pergi tanpa mau menunggu Donghae memberi tanggapannya lebih lanjut. Donghae tertegun ketika menyadari ekspresi wajah Changmin.

"Siapa itu Hae-ya?" tanya Siwon yang sedari tadi memperhatikan percakapan Donghae dengan Changmin.

"Mollayo," jawab Donghae dengan sangat singkat. Hari ini suasana hatinya sangat tidak baik. Padahal seharusnya dia merasa senang karena akhirnya bisa meringkus sebagian anggota mafia yang selama ini menjadi target utama mereka. Dan sebagian yang lain akan menyusul setelah ini.

Bagitu tiba di kantor, mereka langsung di sambut ribuan ucapan selamat dari atasan dan rekan-rekan kerja mereka. "Kau hebat Hae-ya, bisa melumpuhkan lawanmu sekali tembak. Kinerjamu memang tidak pernah di ragukan lagi," ucap salah seorang rekan kerja mereka yang bertugas di bagian yang sama dengan Yesung dan Kibum.

Tidak ada ekspresi puas dan bangga yang di tampakkan Donghae. Justru sedari tadi dia hanya diam membisu. Sangat terbalik dengan kesehariannya yang terkenal paling hiperaktif. "Itu bukan karena aku hebat, tapi karena dia sama sekali tidak menghindar ketika aku mencoba menembaknya." Siwon juga sempat berfikir hal yang sama. Karena bagitu Donghae menarik pelatuknya, Gui Xian justru diam di tempatnya sehingga dengan mudah peluru itu bersarang di jantungnya. Sangat berbeda ketika berhadapan dengannya, Gui Xian dengan mudah menghindari serangannya.

.

.

"Ini kaset apa?" tanya Yesung ketika melihat ada sebuah kaset yang tergeletak manis di meja ruang tengah apartment mereka. Sore ini mereka telah kembali ke apartement mereka. Apartemen yang menjadi tempat tinggal sekaligus menjadi tempat mereka mendiskusikan sebuah kasus.

"Bukankah itu kaset yang di beri oleh seorang namja berbadan tinggi itu kan?" tanya Siwon entah pada siapa. "Bagaimana kalau kita putar saja hyung," usul Siwon yang di angguki oleh yang lain. Namun tidak dengan Donghae yang masih diam mematung.

Masih sangat jelas di ingatannya bagaimana ekspresi namja yang mengaku bernama Changmin itu memberi kaset yang saat ini ada di tanganYesung. Tangan Changmin bergetar ketika memberika kaset itu dan matanya terlihat merah dan sangat sembab, bahkan masih ada jejak air mata di wajahnya. Donghae bisa melihat dengan jelas ada sebuah kesedihan mendalam di mata bambi itu.

Di tambah lagi seorang mafia yang bernama Gui Xian itu. Donghae sama sekali tidak bisa melupakan bagaimana senyuman yang terlihat sangat tulus itu ketika sebuah timah panas yang dia tembakan menembus jantungnya. Mata itu menatapnya teduh sebelum tertutup rapat.

Seolah diamnya Donghae adalah sebuah persetujuan, akhirnya Yesung memutar kaset itu. Detik-detik awal yang terlihat hanya lah sebuah ruangan yang sepertinya adalah kamar yang berwarna serba biru. "Whoaaa, kau lihat itu Hae, ada banyak boneka nemo," kata Yesung dengan semangatnya ketika di dalam video tersebut terlihat banyak boneka nemo dan boneka sejenis ikan lainnya. Bahkan bukan hanya boneka, ada beberapa gantungan ikan di atas tempat tidurnya.

Semua yang ada di ruangan itu tertawa melihat isi video yang menurut mereka lucu. Apalagi mereka tahu ikan adalah hewan favorite salah satu partner mereka. Tapi lagi-lagi tidak dengan Donghae yang hanya diam mematung ketika matanya melihat sebuah gantungan kunci yang bentuknya sangat tidak asing untuknya. Bentuk yang sama dengan yang selalu dia bawa.

Tidak lama kemudian muncul seorang namja manis dengan mengenakan kaos putih. Mereka yang berada di ruangan itu langsung terkejut, mereka sangat mengenal namja itu. "Bukan kah dia Gui Xian? Mau apa dia mengirimu video ini Hae-ya?" tanya Yesung yang tidak di jawab Donghae. Leeteuk juga terlihat bingung, tapi dia enggan untuk mengeluarkan suaranya.

"Mungkin dia mau mengucapkan pesan terakhirnya," ucap Siwon yang di selingi tawa meremehkan. Karena menurutnya hanya permintaan terakhir yang di ucapkan seseorang sebelum meninggal.

"Annyeong fishy hyung."

Deg…

Deg…

Deg…

Jantung Donghae langsung berdetak cepat ketika seseorang yang dia ketahui bernama Gui Xian itu memanggilnya fishy hyung. Panggilan yang sudah sebelas tahun ini tidak pernah dia dengar lagi. Yesung, Siwon dan juga Leeteuk langsung mengalihkan pandangannya ke arah Donghae yang terlihat memantung.

"Bagaimana kabarmu hyung? Tapi sepertinya kau baik-baik saja hyung. Kau terlihat semakin tampan dengan seragam itu. Mungkin ketika kau melihat video ini aku sudah tidak ada di dunia ini lagi hyung. Atau kau tidak pernah melihat video ini?" Terlihat Gui Xian menyunggingkan sebuah senyuman yang semakin membuat seluruh yang ada di sana mengerutkan keningnya.

"Apa dia mengenalmu Hae-ya?" Leeteuk akhirnya mengeluarkan suaranya ketika kebingungan itu semakin melanda fikirannya. Namun tidak ada jawaban yang Leeteuk dapatkan dari Donghae.

"Hae hyung, selama ini aku selalu merindukanmu. Apa kau juga merindukanku hyung?" saat ini di antara mereke berempat tidak ada lagi yang bertanya, mereka semua focus ke layar yang menampilkan video itu.

"Kau tahu? aku sangat senang ketika tahu kalau kami akan ke Korea, bahkan aku harus bertahun-tahun menunggu waktu kami ke Korea. Aku sangat ingin bertemu denganmu, tapi aku tidak bisa. Aku ingin beramain seperti anak seusiaku, tapi aku juga tidak bisa hyung. Bahkan aku tidak bisa sekolah seperti yang lain. Selama ini aku tidak bisa tertidur hyung, kau sendiri tahu kan aku baru bisa tertiidur kalau kau sudah memelukku dan menceritakan sebuah dongeng. Sampai saat ini juga seperti itu. Selama ini aku selalu minum obat tidur, supaya aku bisa memejamkan mataku. Aku berharap bisa bertemu denganmu walau hanya di dalam mimpi. Tapi kenapa kau tidak pernah hadir di mimpi ku hyung? Apa kau sudah melupakanku? Apa kau membenciku hyung karena aku seperti ini?" Gui Xian menengadahkan kepalanya ke atas untuk menahan air mata yang sudah menumpuk di pelupuk matanya.

Badan Donghae langsung terasa kaku, jantungnya berpacu seribu kali lebih cepat, bahkan keringat dingin sudah mulai membanjiri tubuhnya.

"Hyung, aku tahu kau pasti kecewa karena aku menjadi manusia kejam seperti sekarang. Tapi itu bukan mau ku." Air mata yang sedari tadi Gui Xian tahan akhirnya mengalir membasahi wajah manisnya.

"Jangan membenciku hyung, aku minta kau jangan marah padaku walaupun aku manusia yang tidak pantas di maafkan. Aku masih Kyuhyun mu kan hyung? Aku masih dongsaengmu kan hyung?" seluruh yang ada di ruangan itu menahan nafas. Bahkan Yesung melebarkan mulutnya tidak percaya. Gui Xian atau yang saat ini sudah di ketahui bernama Kyuhyun itu tidak terlihat seperti seorang mafia dunia. Saat ini dia hanya terlihat seperti seorang anak kecil yang memohon agar hyungnya tidak marah.

Leeteuk langsung melihat ke arah Donghae yang duduk tepat di depan televise. Terlihat mata Donghae sudah memerah, bahkan dia sudah meracau tidak jelas saat ini. Leeteuk bisa mendengar Donghae bergumam 'tidak mungkin' berulang kali.

"Hyung, aku menyayangimu, sangat menyayangimu hyung. Selama ini aku selalu berusaha menemuimu, tapi tidak pernah berhasil, dan berakhir aku yang akan di hukum dan di kurung selama seminggu. Bahkan tubuhku sudah kebal dengan pukulan dan cambukan." Kyuhyun sudah berulang kali menghapus air matanya, tapi air mata itu masih saja terus mengalir. Bahkan wajahnya yang putih pucat itu terlihat sudah memerah.

"Hae hyung, gomawo sudah mengabulkan keinginanku. Kau tahu? Aku sangat ingin mati di tanganmu hyung. Dengan begitu aku bisa merasa tenang. Karena aku tidak pantas lagi untuk hidup hyung. Tidak ada lagi tempat untukku di dunia ini." Tangisan-tangisan Kyuhyun sudah berubah menjadi isakan. Kesakitan yang selama ini menyumbat hatinya tertuangkan semua. Bahkan Leeteuk sudah tidak mampu lagi menahan air matanya.

"Fishy hyung, kau sudah bertemu dengan Changmin kan? dia sahabatku satu-satunya hyung. Cuma dia yang selama ini aku punya hyung di tengah kehidupanku yang sangat kejam ini." Kyuhyun mencoba tersenyum, namun yang terlihat dia seperti meringis menahan sakit.

"Kau harus hidup dengan baik hyung, jangan sepertiku. Aku suka melihatmu memakai seragam, kau terlihat sangat tampan. Hyungie, maafkan aku. Maafkan aku karena telah mengecewakanmu. Doakan aku agar Tuhan mau memaafkan aku hyung. Doakan aku semoga appa dan eomma mau menemuiku nanti. Hyung aku menyayangimu, jangan lupakan aku. Saranghae hyung."

Semua yang ada di ruangan itu masih belum bisa mencerna apa yang baru saja mereka lihat. Hanya Donghae yang mulai menangis dan meracau tidak jelas.

"I-itu…itu dongsaeng Donghae yang selama ini dia cari?" tanya Yesung pelan ke arah Siwon yang duduk tepat di sampingnya.

"Tidak…tidak mungkin. Kyunieku masih hidup. Kyunie ku belum mati." Bahkan saat ini Donghae langsung menangis keras, tangannya memukul-mukul dadanya berulang kali. Rasanya benar-benar sakit dan sesak.

"Kyunieku belum mati, dia tidak mungkin meninggalkanku."

"Hae-ya tenangkan hatimu." Leeteuk mencoba menenangkan Donghae yang sudah terlihat sangat kacau.

"Aku…aku pembunuh. Aku membunuh adikku sendiri. Aku melukai Kyunieku dengan tangan ini." Donghae langsung mengepalkan tangannya erat dan menghantam ke meja yang terbuat dari kaca. Siwon langsung sigap menahan tahan Donghae yang terus menghantamkan tangannya ke serpihan kaca, padahal tagannya sudah penuh dengan darah saat ini.

"Aku mohon tenanglah Hae-ya, kau harus bisa menerima semua ini. Aku yakin Kyuhyun bangga padamu, kau dengar sendiri kan, ini adalah keinginannya." Leeteuk pun tidak mampu lagi menahan air matanya. Leeteuk yang paling tahu bagaimana perjuangan Donghae bertahun-tahun mencari keberadaan dongsaenganya yang menjadi korban penculikan.

"Tidak… aku pembunuh. Aku benci diriku sendiri." Tiba-tiba Donghae menghentikan tangisannya ketika mengingat Changmin. Kyuhyun bilang Changmin adalah sahabat satu-satunya. Dan Changmin mengetahui semua ini. Donghae yakin Changmin saat ini berada di rumah sakit, tempat otopsi para mayat.

"Aku harus bertemu Changmin."

TBC

.

.


Hai-hai, Bella bawa ff baru. Begitu ada waktu free buat ngetik, ternyata malah muncul ide ini bukannya melanjutkan WLY. Ceritanya aneh? Gak menarik? Terlanjur di buat. hoho

Tapi tenang aja, WLY di usahain selesai dalam minggu ini.

Jangan lupa tinggalkan review kalian. Dan seperti biasa, selalu ada typo. Karena ngetik ini ngebut.

Pai-Pai^^