"Ketemu jam enam."

"Roger that."

Citra melambaikan tangannya kepada dua temannya dari sekolah dasar itu, dibalas oleh mereka juga. Rumah putih di hadapannya gelap, tanpa tanda kehidupan sedikit pun. Tetapi, begitu pagar putih yang melindungi rumah itu dibuka, sepasang mata almond atau caramel terlihat menyala di dalam gelap.

Ia berjalan menuju teras rumah tersebut, sandalnya ia lepas dan sebuah kunci dirogohnya dari sakunya, sebelum pada akhirnya pintu itu terbuka. Seekor kucing berwarna jingga muda dan putih berjalan mendekatinya, mata almond yang dimilikinya masih menyala dan sebuah meongan terdengar.

"Cit! Fel itu cewek atau cowok sich?!"

"Sudah aku bilang berkali-kali, Dewi, Fel itu cowok."

"Kok namanya kayak cewek?!"

Ah, ingatan di masa sekolah dasar itu masih segar di pikirannya.

"Mana Tatira?" Tanya gadis itu seraya mengangkat Fel, yang langsung mengeluarkan meongan lagi. "Sudah kuduga." Citra mengeluarkan sebuah tawaan kecil dan Fel pun melompat dari gendongannya yang kini sedang melihat sekitar rumahnya.

"Baiklah, mari kita siap-siap untuk sleepover!"


.

.

.

Axis – Powers Hetalia © Hidekaz Himaruya

Chapter 8 : Codes, Codes, and Codes

NOTE: Saya bersama salah satu author di FFN ini, Renka Sukina, bekerja sama dalam menentukan ide-ide untuk fiction kami. Jadinya, mohon dimaklumi kalau ada persamaan.

"OSL" Bahasa lain

.

.

.


"Apa ini?"

Sekantong plastik penuh dengan permen diletakkan di hadapan Citra yang telah memakai baju tidurnya, pandangan bosan terletak di wajahnya. Rifa langsung saja menyeringai begitu melihat tatapan yang ditawarkan oleh Citra, dia pun telah memakai baju tidur seperti temannya yang lain. "Ini, adalah permen!"

"Oh, wow, pertama kali aku melihat benda ini! Bagaimana memakannya?" Dan, dengan nada sarkastik yang dapat diketahui dengan jelas, Citra membalas gadis itu. Beberapa yang sedang menonton kejadian ini menepuk jidat mereka, tidak terkecuali Rifa. "Maksudku, ini untuk kamu. Dan melihat dari nada sarkastik kamu, kamu perlu satu untuk menenangkan diri."

"Oh, tidah perlu. Aku hanya merasa dihina tadi." Walaupun mengatakan tidak perlu, Citra mengambil sebungkus coklat dari plastic tersebut dan membukanya, mulutnya dibuka sebelum mengambil sebuah gigitan.

"Baiklah, mari kita mulai.

.

.

Snacks telah disiapkan oleh Citra, dengan dua teko coklat panas dan teh panas juga disediakan. Sebuah mini freezer terletak di sebelah nampan yang menompang teko-teko dan gelas-gelas kaca yang dibawa, isinya ialah dua kotak es krim dan es.

Walaupun terkadang Citra ini bagaikan orang tipe I-don't-care-a-little-bit, dia masih menjaga wibawanya sebagai tuan rumah. Tetapi, terkadang bisa juga terlalu taat peraturan. Seperti…

"Makan jangan sampai terlalu berantakan."

…sekarang.

Masalahnya bagi mereka sekarang, ialah fakta bahwa Citra ini seorang clean freak.

Putra yang dinasihati, menghela napas akan perlakuan kawannya itu, namun pada akhirnya mematuhi kata-kata tuan rumah. Pada saat ini, hampir mereka semua menyerahkan tugas ini kepada Idham, yang masih mencoba melacak Prawira.

Hampir setengah jam Idham telah melakukan ini, sementara yang lainnya sibuk menikmati snack yang disediakan Citra atau membaca buku. Kipas angin berdiri milik Citra itu dinyalakan sampai tertinggi, dan menerbangkan beberapa kertas yang tidak banyak dari mereka yang peduli, tetapi Citra? Oh, dia sedang menatap kertas-kertas tersebut dengan tajam.

"Putra, rapikan itu dong."

Ah, ini langka.

Muncul sifat himedere-nya, atau ini ia emang hanya malas.

Mungkin tepatnya yang kedua.

"Access Denied."

Semua pandangan segera tertuju kepada sumber suara, dan Idham terdiri di sana dengan tatapan nanar ke laptopnya. "Baiklah, pekerjaan aku di sini telah selesai. Hebun, boleh handphone-nya?" Sebuah handphone segera diberikan kepada Idham, 'pemilik' handphone tadi sedang sibuk membaca sebuah buku. "Kami tidak bisa mengurai kode itu." Adik dari Hebun berkata, buku yang ia miliki ia tutup.

Idham melempar handphone itu kepada Rangga, yang segera membukanya tanpa basa-basi. "Kita coba urai kata-katanya." Rifa tersenyum dengan manis seraya mengambil secarik kertas dan sebuah pulpen tinta, diikuti oleh anggukan teman-temannya yang lain.

"Ada saran?"

"Bagaimana kalau kita balik semua abjad yang ada?" Luthfi tawar, sebuah chip dimasukkannya ke dalam mulutnya. Rifa mengangguk kemudian menulis semua abjad yang ada serta abjad-abjad tersebut terbalik. Yang urusan dengan teknologi hanya diam, yaitu termasuk Idham, Citra, Putra, dan Rangga. Bagian bahasa ikut campur, yaitu Rifa, Meina, Hebun, dan Jugoku. Cahaya, Giro, dan Luthfi? Mereka berdua mencatat semua petunjuk yang didapatkan.

"Ah, hebat juga ya kita bisa seperti ini!" Luthfi berputar-putar di kursi roda yang ada, sebuah senyuman lebar di wajahnya. Dengan orang tua Citra di luar kota, mereka bisa buat apa-apa, bahkan menginap!

Rifa segera mengangkat kertas itu begitu selesai, sebuah tulisan besar-besar terlihat yang dibaca, 'Alindra'. "Huh, siapa itu ya..?" gumam Meina, pena yang ia miliki diketuk-ketuknya ke meja kaca di hadapannya. Begitu kata-kata itu keluar, sebuah 'ding' terdengar dari handphone milik ibu Prawira.

… Bagaimana mereka mendapatkannya, itu tidak penting.

Hebun membuka pesan yang diterima, tatapannya yang penuh rasa ingin tahu segera berubah datar.

Dan di hadapannya, terpampang di layar tersebut…

Ialah…

Mimpi buruk mereka…

.

.

.

.

Binary.

From: Prawira
To: You

01010011 01100101 01101100 01100001 01101101 01100001 01110100 00101110 00100000 01001011 01100001 01101100 01101001 01100001 01101110 00100000 01101101 01100101 01101110 01100100 01100001 01110000 01100001 01110100 01101011 01100001 01101110 00100000 01110011 01100101 01100010 01110101 01100001 01101000 00100000 01101000 01100001 01100100 01101001 01100001 01101000 00101110

"Citra, kita punya masalah." Handphone tersebut ditunjukkan ke semuanya, dan lebih penting, Citra.

"Binary."

"Argh, bunuh aku!" Pasrah, Citra membuka laptopnya dan segera pergi ke internet, tatapan menyerah terpampang di wajahnya yang pucat.

Dengan jerih payah, dan keringat imajinasi, Citra mengetik kembali binary tersebut dan menerjemahkannya. Dan voila, terlahirlah sebuah terjemahan dari jerih payah, gadis yang sering berubah mood-nya!

Ahem.

Sebenarnya, tidak perlu waktu yang lama sampai Citra menemukan artinya, hanya saja gadis itu perlu mengetik kembali semua kode itu ke laptopnya sebelum menerjemahkannya. Kode binary tidak pernah menjadi kabar baik, makin lagi dalam situasi ini.

Citra memutar laptopnya agar semuanya melihat, dan mereka semua segera maju untuk melihat apa yang tertulis. Walaupun kodenya saking panjang sekali, kata-kata yang tertulis tidak banyak.

Selamat. Kalian mendapatkan sebuah hadiah.

Dari meja bagian teknologi, Rangga menghela napas dan meminum minumannya, sebuah tatapan diberikannya kepada Citra. "Dan apa hadiahnya?" Cahaya yang selama ini diam, mengangangkat bahunya dengan acuh tak acuh, pas-pasan pada saat sebuah pesan masuk lagi.

"… Apakah hanya aku, tetapi apakah orang ini bagaikan sedang mengikuti kita?" Putra merinding begitu mengatakan itu, tidak ingin membayangkan dirinya tidur dengan seseorang memerhatikannya. "Hush, diam saja." Ucap Meina seraya membuka pesan itu, dan sedihnya, dalam binary lagi.

From: Prawira
To: You

01001111 01110010 01100001 01101110 01100111 00100000 01100010 01100101 01110010 01101101 01100001 01110100 01100001 00100000 01110000 01100101 01101100 01100001 01101110 01100111 01101001 00100000 01101101 01100101 01101110 01101010 01100001 01110111 01100001 01100010 00101100 00100000 01101001 01101011 01110101 01110100 01101001 01101100 01100001 01101000 00100000 01101101 01100101 01110010 01100101 01101011 01100001 00101110 00001010 00101101 00100000 01000001 [1]

"AH! Panjangnya!" Dengan tatapan horror, Citra menatap handphone itu bagaikan ia baru melihat sekantong permen yang baru diberikan tadi telah ludes habis.

… Omong-omong, tentang permen itu, sekarang tinggal setengah lagi.

Dan ia mungkin bisa blackmail teman-temannya nanti…

Putra meletakkan sebuah tangan di bahu Citra, sebuah helaan napas datang darinya. "Kita istirahat untuk malam ini. Setidaknya besok guru-guru ada acara untuk beberapa hari jadinya kita libur." Dengan kecepatan cahaya, kalau bisa, Rifa segera kembali dengan sebuah kotak dipenuhi dengan CD.

"Dan kita akan mengadakan movie marathon dengan semua DVD sumbangan dari kita semua!"

"Dan kita akan mulai kalau kalian juga setidaknya membereskan sampah kalian."

Tentu saja, Citra akan seperti itu.

.

.

.

Begitu meja dipinggirkan, televisi dinyalakan, area bersih dari sampah apa pun, dan semuanya akhinya nyaman, mereka memasukkan sebuah DVD kemudian memulainya.

Lampu dimatikan, dengan hanya lampu tidur dan dua kipas angin menemani. Sebuah tilam ditaruh di atas lantai, beberapa bantal dan guling disebarkan untuk mereka semua beristirahat dan mungkin, tidur.

Dan, apa yang akan lebih asyik, sebuah horror movie!

Mereka mencoba melupakan semua masalah yang mereka miliki pada saat ini, serta melupakan tentang kode binary itu (semakin lagi Citra yang tampaknya stres hanya dengan melihat nomor 1 dan 0 itu). Yah… Meina mencoba mengirim pesan kepada 'Prawira', tetapi walaupun mendapatkan sebuah jawaban, itu juga dalam kode binary.

Pada akhirnya, setelah beberapa movie lagi, mereka semua tertidur dengan pulas.

.

.

.

Serta, dibangunkan oleh Citra dengan sebuah panci dan spatula pada jam sembilan pagi.

Agak lambat untuk sarapan, tapi apa boleh buat.

Berharap saja semua ini akan berlalu dengan baik pada hari ketiga.

.

.

.

Cowok tersebut bangun entah untuk kesekian kalinya, ingatannya buram seraya ia mencoba mengingat-ingat apa yang baru saja terjadi sebelum ia tertidur, atau pingsan lagi.

Deritan pintu mencuri perhatiannya, entah apakah bisa ia ambil kembali dengan sekilo emas, tetapi di pintu, ia melihat sepasang kakak beradik yang sedang ngobrol ke satu sama lain.

"Kamu harus hati-hati menggunakan itu!"

"Tetapi dia mau kabur dan-, dia bangun."

Ia hampir bergidik begitu mendapatkan mereka berdua menatapnya, salah satu dari mereka, yang cowok, membawa sebuah nampan dengan segelas teh hangat dan air putih serta sepiring kue. Melihat makanan itu, ia hampir lupa bahwa ia belum makan selama beberapa hari.

Si cowok menawarkan sebuah senyuman manis, nampan itu ia letakkan di sebuah meja sementara si cewek menjaga pintunya. "Kamu lapar?" Tanya cowok itu, disodorkannya air putih di atas nampan tersebut kepada dia. Dia, dengan perlahan, mengambil gelas itu dan tetap menatap cowok itu, yang menganggungkan kepalanya bagaikan mengatakan iya.

Tanpa basa-basi, ia pun mengambil beberapa teguk.

Dia merasa suaranya kembali, dan bisa mengeluarkan beberapa kata. "J-Jadinya… mengapa dan bagaimana aku bisa di sini?" Tanyanya, gelas yang disodorkan tadi masih berada di tangannya. Tentu saja, ia menyadari cewek tadi sedang memainkan sebuah handphone dengan tatapan tertarik. Dan, handphone itu terlihat… familiar. Tetapi, ia tidak bisa melihatnya dengan benar karena tertutup.

"Hmm… kita mulai dari mana ya."


.

.

.

To Be Continued…

.

.

.


[1] Sebuah hint lagi~!

Selamat kepada Rifka-san yang telah berhasil menemukan apa artinya, dan sekarang aku ingin tau apakah ada yang bisa memecahkan binary itu, ya~? Yah, kalian mungkin menyadari bagaimana ini lebih pendek dari chapter lainnya, tetapi ini juga hanya sebagai filler chapter dan sedikit hint lagi~!


Citra Indah Kusuma, Batari Cahaya Wijayakusuma, dan Buana Putra Adhiarja © Yuki Hiiro

Prawiranegara Indonesia © Luciano Fyro

Rifa Husin © Rifka

Hebun dan Jugoku Hikari © Hanny

Giro Catlite, Idman Rahman, dan Muhammad Luthfi © girl-chan2

Meina Bunardiman © Renka Sukina

Rangga Afsyahni Rohsyad © Emilia Kartika


Akhir kata…

Review Please?