# Forbidden Love

# Sehun, Lu Han, Slight!Chanyeol

# Angst, Romance

# Rated M !

Note : Sehun!gs

Warning : Twincest!

XXXXXX

Sehun mematikan ponselnya saat nama Chanyeol terpapar. Hahh, ini masih pagi. Memangnya kenapa lelaki itu meneleponnya seawal ini ?!

Masih dalam posisi nya yang sedang duduk di atas kasur dengan mata yang tertutup, Sehun baru saja ingin merebahkan tubuhnya kembali namun sepasang tangan yang kokoh sudah duluan menariknya masuk ke dalam pelukan hangat. Kehangatan menyelimuti tubuhnya yang polos, yang terekspos tanpa seurat benang itu.

" Hmm, selamat pagi, Oh Sehun ku yang cantik."

Senyuman kecil terukir. Sehun membuka matanya yang masih tertutup dan mendongak. " Selamat pagi, Oh Lu Han ku yang tampan." Dan kembali masuk ke dalam pelukan Lu Han.

" Sarapan ?"

Sehun menggeleng pelan. " Aku masih ingin memelukmu."

Sehun tersenyum kecil saat mendengar kekasih tersayangnya itu terkekeh, masih dengan suara khusus baru bangun dari tidurnya.

" Ahh, kekasih ku ini manja sekali. Okay, aku akan memeluk mu setelah menyiapkan sarapan."

Sehun menggeleng pelan dalam pelukan hangat itu. Telapak tangan nya menekap di punggung hangat kekasihnya.

" Tidak. Biarkan seperti ini. Aku ingin memeluk mu, Lu."

" Hey, aku tidak akan kemana-mana. Aku akan tetap ada di sisi mu."

Sehun tetap saja menggeleng. Menidakkan permintaan kekasihnya yang ingin membuatkannya sarapan itu.

" Tidak mahu, Lu. "

Lu Han mengusap surai halus gadis itu, sesekali ia memberikan kecupan di puncak kepalanya. Merehatkan dagunya di kepala Sehun.

" Ahh, Sehun-ah. Memangnya sampai kapan ? " Suaranya begitu berat, begitu lemah sehingga membuatkan Sehun mendongak. Rasa kantuknya seolah menghilang begitu melihat raut wajah Lu Han.

" Sampai kapan kita harus seperti ini, Sehun-ah ?" Saat mata mereka bertembung, Sehun bisa merasakan betapa kekasihnya itu terluka, tersakiti.

Sehun menggeleng pelan. Tangan mungilnya membelai wajah sempurna Lu Han. Mengagumi ciptaan Tuhan itu meskipun nyatanya rias wajah mereka hampir sama. Pahatan Tuhan yang sempurna dan indah.

" Lu Han, hey, sayang, hati ku milikmu. Bukankah kita sudah memutuskan untuk menempuhinya bersama ? Hey, lihat mata ku, Lu Han-ah. Kau percaya dengan cinta ku, kan ? "

Lu Han tersenyum perih. Menggapai tangan mungil milik Sehun yang sedang menekap di pipinya lalu membawa tangan mungil itu dekat di bibirnya sebelum mengecup nya sayang.

" Aku selalu percaya, Sehun ku. Hahh, Sehun ku yang cantik, Sehun ku yang manis, Sehun ku yang lucu, Sehun ku yang sempurna. Bagaimana bisa kau menjadi separuh dari ku ? Kau nyatanya jauh berbeda dengan ku, Sehun."

" Ckk, bukankah kau yang membuatkan ku menjadi sempurna ? Hey, kita akan menempuhinya, Lu. Aku bahkan tidak peduli jika ada yang mencemuh ku. Kau kembar ku, kau cinta ku, kau separuh dari jiwa ku. " Lalu ia mengecup sayang setiap sudut wajah tampan Lu Han. Menatap mata rusa itu penuh kasih.

" Hey." Panggil Lu Han dengan nada lembut, selembut madu.

" Hmm ?"

" Aku mencintai mu."

Tanpa bisa ditahan, senyuman hangat menghiasi bibir mungil Sehun. " Aku juga, aku juga mencintai mu."

XXXXX

Lu Han baru saja keluar dari kamar mandi saat ia mendengar Sehun berbicara dalam telepon. Ia bisa melihat punggung mungil itu yang halus, tidak ditutup oleh seurat benang sedikit pun. Kulitnya halus, seputih susu, sehalus sutera. Tetap cantik meskipun ada beberapa bercak kemerahan di sana.

" Ah, maaf. Hari ini tidak bisa, Chan. Aku ingin duduk di rumah. "

Meskipun kekasihnya itu mengunakan nada yang perlahan, Lu Han masih bisa mendengarkannya. Dan jujur, mendengar nama Chanyeol membuatkan perut nya seperti di cakar.

" Chanyeol, kau tidak pernah sekeras ini. Memangnya apa yang membuatkan mu ingin menemuiku ? Hahh, Chanyeol, besok. Aku janji, besok secepat mungkin aku menemui mu. Hari ini aku hanya ingin duduk di dalam rumah bersama Lu Han."

Sedikit tertarik, Lu Han bisa melihat Sehun mengerutkan keningnya tidak suka. Tangan halus itu menyisir surainya sebelum kembali menekap ponselnya.

" Okay. Aku letak teleponnya." Nada suaranya sedikit kesal namun itu hanya membuat Lu Han tersenyum miring. Perlahan ia mendekati kekasih nya itu yang sedang duduk di pinggir kasur.

" Hey." Lu Han mengecup ringan pundak gadis itu. Tersenyum lembut saat tangan mungil Sehun merusak surai coklatnya penuh kasih.

" Rambut mu masih basah, Lu. Berapa kali harus ku peringatkan untuk menggunakan hair dryer ? Kau bisa jatuh sakit."

Omelan nya hanya Lu Han balas dengan cengiran.

" Sini handuknya." Ia menyerahkan handuk kecil yang ada di tangannya sebelum duduk di lantai. Membiarkan tangan mungil itu berkerja di rambutnya.

Kedua kaki halus Sehun yang tidak dilapisi apa-apa membuatkan Lu Han memberi kecupan-kecupan ringan di kulit halus itu. Tersenyum halus saat melihat beberapa bercak kemerahan di sekitar paha serta pinggulnya.

" Apa yang harus kita lakukan hari ini, Lu ? Kau ingin duduk di rumah saja atau ngedate di luar bersama ku ? Ke Lotte World mungkin ? Atau Namsan Tower ? "

Lu Han menggeleng pelan. Menyandarkan pipinya di paha halus Sehun sembari gadis itu masih gencar mengeringkan rambutnya yang masih basah.

" Di rumah saja. Aku ingin menghabis waktu ku untuk mengagumi Oh Sehun."

Kata-katanya berhasil membuatkan Sehun tertawa. Tangannya buat seketika berhenti. Semenit kemudian, kedua lengan gadis itu memeluk leher Lu Han. Menyandarkan pipinya di puncak kepala Lu Han.

" Kalau begitu, aku juga ingin mengagumi Oh Lu Han ku. "

" Lotte World ?"

Sehun menggeleng.

" Namsan Tower ?"

Lagi, ia menggeleng. " Begini sudah cukup. Aku hanya membutuhkan mu. "

Baginya kata-kata itu cukup untuk membuatnya menangis, merintih namun ia kuburkan dalam-dalam. Masih dengan posisinya yang duduk di perantaraan kedua kaki halus milik kekasih nya itu, Lu Han mendongak. Sebelah tangannya membawa Sehun mendekat dan ia membungkam bibir halus itu dengan bibirnya sendiri.

XXXXX

Meskipun kaca TV memainkan filem baru, Sehun tidak bisa sepenuhnya berkonsentrasi sepenuhnya saat menonton cerita tersebut. Ia menyamankan posisi nya yang sedang dibungkus dengan selimut tebal - kan musim dingin - dan tubuh hangat Lu Han yang memeluknya erat. Kekasihnya itu sama sepertinya. Bukannya melihat ke depan melainkan ikut bertatapan dengan Sehun.

" Hey, kau ingat saat kita berdua di Sekolah Menengah Tinggi ? Saat kita harus berpisah kelas ?"

Lu Han tertawa pelan sebelum mengangguk pelan, menjawab pertanyaan adik kembarnya itu. Jemarinya mengusap pelan pipi Sehun.

" Itu pertama kalinya kita tidak bersama dan kau menangis keras. " Otomatis bayangan Sehun yang masih berusia enam belas tahun terisak dengan pipi yang memerah dan airmata yang mengalir mengisi mindanya dan membuat Lu Han ketawa.

Sehun mempoutkan bibir mungilnya. Menjeling tajam kepada sang kekasih sebelum ikut tertawa. Baginya, wajah Lu Han yang sedang tertawa itu begitu cantik. Meskipun temannya bilang bahawa rahang Lu Han akan jatuh saat ia tertawa namun di mata nya tetap saja Lu Han kelihatan cantik seperti itu.

" Huh, dan kau seenaknya bermesraan dengan gadis-gadis di kelas mu. Aku punya mata-mata di sana, Lu."

" Bukan salah kakak mu yang tampan ini. "

Sehun kembali merebahkan kepalanya di pundak Lu Han. Membiarkan jemari mereka saling bertaut dan tersenyum saat melihat sepasang cincin yang sama bersinar di kedua jari manis mereka.

" Lu ?"

" Hmm ?"

" Mama ada menemui mu ?"

Sedikit lama, " Tidak. "

" Hahh, apakah dia masih marah dengan kita, Lu ?"

Mungkin karna nada sedihnya yang tidak bisa di hilangkan, Lu Han mengeratkan pelukan itu.

" Sehun-ah, kau percaya dengan ku kan ?"

Sehun mengangguk, mengiyakan.

" Mama tidak akan pernah bisa memarahi kita berdua. Bahkan mendiang papa juga sering melebihkan kita berdua daripada mama. Jadi jangan khawatir, Sehun ku. Semuanya akan kembali seperti dulu."

Meskipun sedikit terpaksa, Sehun mengukir senyuman. Ia menyatukan kedua dahi halus mereka. Kedua mata mereka tertutup rapat. Membiarkan mereka bernapas dengan udara yang sama. Kedua tangan saling bertaut rapat. Berlingkar antara satu sama lain. Seolah terkunci bersama.

" Tapi ini sudah lebih lima tahun, Lu Han. "

Lu Han mengubah posisi dengan menyandarkan dahinya di pundak kecil Sehun. Beralih memeluk tubuh kecil yang rapuh dan indah itu.

" Sehun ku, bersabarlah. Semuanya akan kembali seperti dulu. Mama akan tersenyum untuk kita. "

Seperti anak kecil, pikir Sehun. Ia memeluk kekasih nya itu. Mengusap rambut Lu Han dengan pelan. Menghadiahkan kecupan-kecupan sayang di pelipisnya.

" Aku hanya membutuhkan mu, Lu Han ku. "

XXXXX

Dan Lu Han selalu berpikir bahawa Sehun itu gadis yang paling cantik di hidupnya. Saat ia tertawa, saat ia tersenyum, saat ia marah, saat ia kesal, saat ia menangis.

Sehun terlalu cantik. Terlalu sempurna. Terlalu rapuh.

Namun saat seperti ini, di mana Sehun ada di bawah nya dan mendesahkan namanya dengan penuh cinta dan kasih dan sayang dan rindu dan kecanduan, Sehun kelihatan lebih cantik.

" Sakit ?"

Gadis yang ada di bawahnya itu menggeleng pelan. Surai panjangnya kelihatan kusut namun tetap kelihatan cantik. Meskipun lampu kamar mereka gelap, Lu Han masih bisa melihat wajah cantik adik kembarnya itu.

" Lu Han, bergeraklah. Aku ingin merasakan mu. "

Dan ia menuruti kehendak itu. Menyanggah berat tubuhnya sebelum bergerak maju mundur. Masih menatapi setiap pahatan indah milik Sehun. Berusaha untuk mengingati semuanya agar ia tidak akan melupakan gadis tersayang nya itu.

" Ahh~, Lu Han." Mata cantik itu sedang terkatup rapat. Bibirnya mengeluarkan desahan yang ingin ditahan namun tidak berhasil. Pipinya bersemu kemerahan yang menurut Lu Han sangat imut sehinggakan ia mengecup kedua pipi mungil itu sebelum kembali bergerak.

Mata nya tetap tidak bisa berhenti untuk menatap wajah cantik Sehun. Membelainya halus, penuh kasih sebelum mengecupnya. Memangnya bagaimana bisa Tuhan mencipta manusia seindah Sehun ? Bagaimana bisa Tuhan menjadikan Sehun yang suci, yang indah sebagai separuh daripada diri Lu Han yang kotor ini ?!

Bagaimana ...

Pikirannya sedikit menghilang saat ia merasakan cuping telinga kanannya digigit pelan.

" Kau seharusnya hanya memikirkan ku, Lu Han. Apa yang kau pikirkan, umm ? " Meskipun dengan desahan yang di tahan, Sehun menatapnya dengan tatapan sayu. Kedua tangan mungil itu berlingkar di lehernya membuatkan posisi mereka semakin dekat. Kedua tubuh yang tidak dihiasi dengan apa-apa benang itu saling bersentuhan. Tidak menyisakan sedikit jarak sekalipun.

" Ah, aku hanya memikirkan betapa indahnya seorang Oh Sehun."

Sehun terkekeh. Meskipun keringat membanjiri pelipisnya dan beberapa air mata yang sudah mengering, Sehun tetap kelihatan cantik.

" Teruskan saja, Oh Lu Han. "

" Sudah dekat ?" Ia bertanya di cuping telinga imut kekasihnya itu sebelum mengecupnya penuh kasih.

Sehun mengangguk. Mengunci tubuh Lu Han dengan kedua kaki nya yang berlingkar di pinggang lelaki itu.

" Di dalamku, datang di dalam ku, Lu Han-ah."

Lu Han menggengam tangan kanan Sehun yang lebih kecil itu. Menyelitkan setiap jemari mereka dan meletakkannya bersebelahan dengan kepala Sehun. Sementara yang sebelah lagi membelai, mengagumi setiap inci tubuh Sehun. Ia bergerak semakin laju. Desahan sang kekasih bagaikan musik yang membuatkan nya hanyut. Hanyut dalam kenikmatan. Hanyut dalam cinta. Hanyut dalam lautan sayang.

" Lu Hannn~"

Dan Lu Han datang. Seperti yang Sehun inginkan.

XXXXX

Sekali lagi Sehun merutuk siapa pun yang sedang menelepon nya saat ini. Ia mengubah posisinya dan mencoba untuk menggapai kehangatan yang sentiasa melindunginya itu namun nihil. Sedikit aneh dan dengan terpaksa ia membuka matanya.

Kosong.

Lu Han tidak biasanya meninggalkan kasur tanpa membangunkan Sehun duluan.

" Lu ? Lu Han ?" Suaranya sedikit serak karna terlalu berteriak semalam. Ia mencoba duduk dan matanya masih berusaha untuk beradaptasi dengan cahaya terang yang menerangi kamarnya.

Tiada sahutan.

Sedikit kesal, Sehun mempoutkan bibirnya. Ia menyingkap selimut tebal yang menutupi tubuhnya dan beralih mengambil kemeja hitam milik Lu Han yang tersadai di pinggiran kasur untuk menutupi tubuh polosnya.

Ia membawa dirinya keluar dari kamar. Masih memanggil nama Lu Han dan tiada sahutan kedengaran.

Sehun sedikit mengerinyitkan dahinya saat melihat sarapan sudah tersedia di ruang dapur. Ia menuju ke sana dan tersenyum lembut saat melihat mawar putih bersebelahan dengan sarapan yang disediakan Lu Han itu.

" Aish, kemana sih dia ?" Sekali lagi ia meliarkan matanya namun sosok Lu Han masih tidak kelihatan.

Mungkin lagi ke hypermarket, pikirnya.

Tidak ingin terlalu khawatir, Sehun membuka penutup makanan tersebut dan memulakan acara sarapan paginya. Sedikit kesunyian karna Lu Han sering menemaninya sarapan pagi dan lelaki itu biasanya akan selalu memberitahu jika ia ingin kemana-mana.

Sehun menghentikan acara sarapan paginya karna ia tidak berselera dengan ketidakhadiran Lu Han di sisinya. Kembali ia masuk ke kamar. Melabuhkan bokongnya di pinggir kasur.

Memangnya Lu Han kemana ?

Ia menghembus nafas lemah. Sehun baru saja ingin merebahkan tubuhnya kembali namun terhenti saat melihat sampul surat putih yang ada di meja nakas bersebelahan kasur besarnya itu.

Sedikit panasaran, Sehun mengambilnya lalu membukanya.

Sehun ku yang cantik,

Selamat pagi, putri tidur yang cantik. Aku sudah menyediakan sarapan pagi untuk mu, Sehun-ah. Makanlah dengan tenang.

Ah, aku bahkan sudah bisa membayangkan bagaimana reaksi mu saat aku tiada di sisi mu waktu kau terbangun dari tidur. Apakah kau memanggilku dan merasa khawatir karna tidak menjawabmu ? Apakah kau tidak berselera untuk makan karna aku tiada di sana ? Apakah kau menangis saat membaca surat ini ? Apakah kau akan terus mencintai ku setelah ini ?

Sehun ku yang manis,

Maafkan aku. Maafkan kakak kembar mu ini. Meskipun aku lahir lima menit duluan dari mu, aku masih saja seorang yang lemah. Ahh, bahkan aku sudah berjanji untuk selalu melindungi mu, untuk selalu ada di sisi mu, untuk selalu membelai mu.

Maafkan aku. Mungkin aku laki-laki yang lemah. Tapi aku tetap mencintai mu. Tiada ruang di hatiku untuk wanita lain. Cintamu sudah memenuhi setiap ruang yang ada di dalam diriku, Sehun-ah.

Sehun ku yang lucu,

Jujur saja, saat aku mengamati mu tadi, aku keberatan untuk meninggalkan mu, kekasih ku. Aku berdoa dan terus berdoa agar waktu terhenti. Dengan begitu aku bisa mencintaimu selamanya. Dengan begitu aku bisa mengagumi mu selama nya. Dengan begitu aku bisa menyayangi mu selamanya. Haha, bodohnya aku karna aku tahu itu semua tidak akan pernah terjadi.

Kau wanita yang paling kuat aku pernah kenali, Sehun-ah. Ah tidak. Wanita yang ada dalam kehidupan ku cuma ada dua orang; Mama dan juga Oh Sehun. Wanita Oh itu memang kuat, hehe.

Oh, Chanyeol. Aku yakin lelaki itu lelaki yang baik. Meskipun dia tinggi dari ku tapi dia tetap bisa membuatkan mu bahagia. ( Shit ! Aku ingin menghapus perkataan ini ) Park Chanyeol ! Kuserahkan adik kembar ku yang cantik ini kepadamu. Jika dia berani membuat mu menangis, aku akan membunuhnya ! Jadi, jangan khawatir, Sehun-ah. Kau selalu bisa datang dan bergantung kepada kakak kembarmu ini.

Sehun ku yang paling ku cintai,

Aku pergi, Sehun-ah.

Aku pergi dan membiarkan takdir kembali membawa arusnya. Aku pergi setelah merusak segalanya. Aku pergi setelah menghancurkan semuanya.

Aku tidak ingin Tuhan marah kepada mu karna cinta kita ini. Aku tidak ingin orang-orang mencemuh mu karna cinta kita ini. Aku ingin melindungi mu dari apapun itu, Sehun-ah. Karna aku adalah kakak laki-laki mu. Karna aku adalah kekasih hati mu. Karna aku adalah sebahagian darimu.

Sehun ku, Sehun ku, Sehun ku,

Ahh, aku ingin menyebutnya berulang kali. Sehun ku, Sehun ku, Sehun ku, Sehun ku. Bisakah aku melabel mu sebagai milikku jika kita tidak ditakdirkan untuk bersama, Sehun-ah ?

Aku pergi, Sehun-ah.

Kita tidak akan bertemu untuk jangka yang panjang. Bisa jadi lima tahun atau sepuluh tahun atau mungkin dua puluh tahun. Siapa tahu ? Tuhan akan mengatur segalanya.

Dan jika, jika saja Tuhan kembali mempertemukan kita berdua dalam kondisi dimana hati kita masih saling memiliki. Waktu itu, aku sendiri yang akan membawa mu pergi.

Selamat tinggal, Sehun-ah. Sehun ku yang cantik. Sehun ku yang manis. Sehun ku yang imut.

Selamat tinggal, kekasih ku.

Oh Lu Han

Tangannya bergetar.

" Tidak tidak tidak. Ini tidak mungkin." Mengukir senyuman terpaksa, Sehun berdiri dari posisinya. Mata coklatnya meliar ke sana ke mari untuk mencari kelibat Lu Han namun kosong.

Kakinya sedikit bergetar saat ia menuju ke lemari pakaian mereka dan menggeleng laju saat tidak menemui pakaian Lu Han di dalam sana.

" Tidak. Lu Han, kau tidak bisa memperlakukan ku seperti ini. Tidak. Tidak bisa."

Sehun sedikit berlari saat ia menuju ke ruang tengah. Bahkan dvd yang mereka nonton tadi malam masih terdampar di atas meja.

" Lu Han ! Keluar dari sana, Oh Lu Han ! Ini tidak lucu, Lu Han-ah."

Namun, pemilik nama itu tidak menyahut.

Aku pergi, Sehun-ah.

Sontak lututnya bergetar. Tidak lama ia merosot jatuh. Ia memeluk lutut nya erat sembari menggeleng beberapa kali.

" Tidak. Lu Han idiot ! Kau tidak bisa meninggalkan ku seperti ini. " Bahkan suaranya bergetar. Dadanya terasa sesak dan rasanya sukar sekali untuk bernapas. Mata menjadi kabur.

Dan sedetik kemudian ia menangis kuat. Menangis seperti anak kecil kehilangan ibunya. Menangis seperti anak kecil yang tidak diberi jajan nya. Menangis seperti dunia akan berakhir.

" Lu Han bodoh - hic - dia tidak bisa meninggalkan ku. Ahhhhhhhh - hic - Lu Han ! Oh Lu Han ! Lu Han !"

Tidak kira beratus kali ia memanggil nama itu, Lu Han tidak akan pernah muncul lagi.

XXXXX

" Mama, aku akan pergi. Jadi, kumohon. Bisakah kau kembali menganggap Oh Sehun sebagai anak mu lagi ?"

Lu Han berlutut di depan pintu rumah dua lantai itu. Rumah yang pernah menjadi tempat nya berteduh. Rumah yang pernah menjadi tempatnya untuk membesar.

" Pergilah, Lu Han. Aku selalu menganggap Sehun sebagai anak ku. Pergilah. Menjauhlah dari nya jika dengan cara seperti itu bisa membuat semuanya kembali normal."

Suara wanita itu penuh luka namun masih ada nada lembut di sana. Lu Han ingin memeluknya, ingin mengatakan betapa ia merindukan sosok mama nya itu namun saat melihat sorot mata yang masih tersirat dengan rasa jijik, ia membatalkan niatnya.

" Selamat tinggal dan jagakan Sehun sebaiknya, Mama. "

Dan dengan itu ia menatap rumah dua lantai yang pernah menjadi tempat ia bermain bersama Sehun dulunya sebelum kembali meneruskan langkahnya.

Lu Han yakin mama nya akan menyayangi Sehun sama seperti dulu. Nyatanya, wanita itu sentiasa menyayangi Sehun. Sudah waktunya ia mengembalikan Sehun. Karna dirinya lah yang memulakan hubungan terlarang itu.

XXXXX

" Sehun, kau seharusnya membawa ku bersama dan kita bisa menciptakan kisah romansa kita di Paris !"

Sehun tertawa kecil. Ia bisa membayangkan Chanyeol mengerecutkan bibirnya kedepan sembari menghempas kakinya tanda protes.

" Chan, aku ke Paris ingin mengurus pekerjaan. Memangnya kau pikir mudah untuk menjadi pengacara ?!"

Dengan sebelah tangan menekap ponselnya ke telinga, sebelah tangannya ligat mencari buku yang tersusun rapih. Suasana perpustakaan besar di Paris itu sunyi dan ia harus mengontrol suaranya meskipun ia tahu suara Chanyeol bisa didengar.

" Well, kau berhasil menjadi seorang pengacara jadi mungkin profesi itu mudah. Karna seorang Oh Sehun itu kan idiot ?!"

Jika saja lelaki jangkung itu ada di sisinya, mungkin Sehun akan melempar sepatu tinggi yang sedang ia gunakan itu. Seenaknya ia mengatakan seorang pengacara bernama Oh Sehun seorang idiot ?!

" Ahh, aku akan melaporkan kepadanya karna kau mengatakan aku idiot, Park !"

" Hey, kau masih berharap, Sehun ?"

Sehun membiarkan ponselnya tersepit di antara pipi dan pundaknya sementara ia menyingkap buku tebal yang menarik perhatiannya.

" Chan..."

" Ini sudah melebihi tujuh tahun, Sehun-ah. Apakah hati mu masih belum bisa terbuka untuk ku ?"

Suara yang tadinya ceria berubah serius. Sehun ingin tertawa namun mematikannya karna Chanyeol jarang sekali menggunakan nada seriusnya kecuali di saat-saat seperti ini.

" Hahh, hati ku yang bodoh, Chanyeol. Aku sudah berhenti berharap namun hati ku masih tetap berdegil untuk menunggunya. "

" Bisakah setidaknya kau mencoba ? "

Sehun jadi sedikit kasihan kepada teman nya itu. Ia sudah berusaha untuk membuka pintu hatinya kepada Chanyeol namun bayangan mata rusa tidak akan pernah hilang dari mindanya.

Chanyeol berbeda dengannya. Chanyeol tidak tertawa lebar sepertinya ( di mana rahangnya hampir terjatuh ), Chanyeol tidak berbicara selembut nya, Chanyeol...

Sehun menggeleng pelan. Ia kembali meletakkan buku tersebut lalu memegang ponselnya.

" Dua tahun. Berikan aku sedikit waktu lagi, Chanyeol. Dua tahun dan aku akan putus asa. "

" Nona Oh, dua tahun cukup lama namun demi mu, akan aku usahakan. Toh, Nyonya Oh sangat menyukaiku. " Ia sedikit bersyukur saat nada ceria milik Chanyeol kembali.

Meskipun sedikit aneh, namun seminggu setelah sosok lelaki itu pergi, mama nya tiba-tiba muncul di depan apartemennya - Apartemen yang tiba-tiba terasa cukup besar untuk nya sendiri. Ahh, apakah ruang apartemen nya memang sebesar itu ? - dan Sehun yang notebenenya anak manja mama, langsung menangis di dalam pelukan wanita tua itu. Menangis sehingga ia tertidur.

Apakah ia menangis karna merindukan mama nya setelah lima tahun tidak bertemu atau karna sosok lelaki itu ?!

Sehun tidak ingin memikirkan nya.

" Oi, Oh Sehun ? Kau masih di sana ? Atau kau lagi bersama laki-laki bermata biru dan blonde ?!"

Ia terkekeh pelan. " Ah, mungkin aku harus membawa laki-laki bermata biru dan blonde untuk mama jadikan sebagai menantu ? Lagian, ketinggian mereka tidak kalah dengan mu, Chan."

Sehun memutuskan untuk keluar dari perpustakaan besar itu dan melirik arloji pemberian mama nya itu sebelum memutuskan untuk menuju ke Eiffel Tower.

Untung dia sudah mengikuti seminar yang dilancarkan oleh perusahaan nya itu. Dia jadi bisa melawati tempat-tempat terkenal di Paris kan.

" Chan, aku harus pergi. "

" Okay, Okay. Nikmati percutian mu, Pengacara Oh."

Pipp

Ia kembali meletakkan ponselnya sebelum menaiki taksi dan menuju ke destinasinya.

Eiffel Tower

XXXXX

Seperti yang sering ia lihat - di kaca TV saja - Eiffel Tower adalah sesuatu yang mengagumkan meskipun pada waktu siang. Sehun jadi panasaran bagaimana suasana nya jika waktu malam ? Pasti kelihatan indah dan menakjubkan.

Sehun ada di antara keramaian orang di sana. Ia mengeluarkan ponselnya dan mengambil beberapa foto menggunakan mode self camera sebelum kembali memode kan nya dengan potrait.

Ia mengucap kagum saat menghalakan kamera ponselnya kepada menara tinggi yang indah itu. Sehun merekam suasana sekeliling dengan senyuman lebar yang menghiasi bibirnya sebelum senyuman itu memudar.

Tidak.

Tidak mungkin.

Sehun kembali menghalakan ponselnya ke samping kanan dan sekali lagi tergamam saat melihat sosok yang ada dalam rekamannya itu.

Perlahan namun pasti, kaki nya bergerak. Jantung nya bergetar hebat. Bahkan seluruh tubuhnya bergetar !

Tidak.

Mungkin dia sudah tidak waras tapi matanya menangkap sosok itu yang sedang berdiri di depan menara tinggi tersebut. Wajahnya masih sama. Tubuhnya masih sama.

Sehun berlari dan berlari namun saat ia sudah ada di posisi tersebut, ia tidak menemukan apa-apa. Dadanya turun naik dengan cepat, kakinya terasa lemas, matanya terasa sakit. Ah tidak. Semuanya terasa sakit.

Ia ingin rebah, menangis sejadinya karna bodohnya seorang Sehun memikirkan bahawa lelaki idiot itu ada di Paris. Tidak mungkin kan.

Airmata rupanya sudah membanjiri wajahnya. Bahkan orang-orang yang melihatnya ada yang merasa khawatir, ada juga yang tidak peduli, ada juga yang ragu-ragu ingin menghulurkannya tisu.

Sehun tidak mengharapkan sepasang tangan yang terhulur di hadapannya.

Masih dengan isakan serta air mata, Sehun menatap heran sebelum anak matanya naik untuk melihat pemilik sepasang tangan itu.

Ahh, tidak.

Tidak.

Tidak.

" Nona, anda memerlukan sebuah pundak untuk menyandar atau sebuah pelukan hangat untuk berteduh ?"

Ahh, tidak.

Bahkan suara itu.

" Pelukan - hic! - hahhh, brengsek. Lelaki brengsek !" ujarnya.

Sedetik kemudian ia dibungkus erat dalam pelukan familiar itu. Masih hangat. Masih sama seperti dulu. Saat mereka masih lima tahun. Atau sepuluh tahun. Atau lima belas tahun. Atau dua puluh lima tahun.

Masih sama.

" Ahh, Sehun-ah. Sehun ku. Sehun ku yang cantik. Sehun ku yang manis. Sehun ku. Sehun ku. "

Sehun menangis sejadinya. Detakan jantung itu masih sama.

" Lu-Lu Han. Lu - Han." Ucapnya terbata.

" Seperti yang aku janjikan..."

Sehun menutup matanya saat bibirnya kembali bersatu dengan bibir iti setelah sekian lama nya terpisah. Ia menghembus nafas lega. Sepasang lengan yang memeluknya kemas.

Dan saat matanya bertembung dengan mata rusa itu, waktu seolah terhenti.

" ... aku akan membawa mu pergi, Sehun ku."

Kemana saja, asalkan dengannya.

Sehun akan mengikuti Lu Han. Kemana saja asalkan ia dapat bersama dengannya kembali.

Bahkan ke neraka sekalipun.

XXXXX

Im warning you already.

Finally im making a twincest!hanhun. Ahhh, bahagia rasanya. keke ~

So, apa pendapat kalian tentang fic ini ? Apa bagus atau tidak ?

Mohon reviewnya, dear ~~

Thankyou for those who still suporting me even if im not a good author T_T

Any request for the next chapter ?