Attack on Titan © Isayama Hajime. No commercial profit taken.

Warning modern!AU, implied Rivetra.


tell them

by datlostpanda


Sebagai seorang eksekutif muda, agenda keseharian Levi Ackerman hanyalah berkutat pada rapat, kaji dokumen, temu muka dengan pemegang saham, rapat, rapat, dan rapat lagi. Setiap hari ada saja yang perlu dibicarakan, dipresentasikan, serta dipertimbangkan. Proyek A yang baru berjalan beberapa persen, kendala pengadaan alat di divisi anu yang menghambat pengerjaan, dan sebagainya, dan seterusnya.

Mobilisasi Levi mungkin tidak sebegitu padat jika dibandingkan pegawai yang harus turun ke lokasi, meninjau lapangan setiap harinya. Akan tetapi, mondar-mandir ke ruang rapat serta membaca (dan mempelajari) sebelum akhirnya menandatangani dokumen-dokumen penting juga bukan pekerjaan yang tidak pernah bikin jengah.

"Eren."

"Ya, Sir?" Eren Jeager, pemuda berambut cokelat yang baru genap dua tahun menjabat jadi asisten Levi, yang baru dua tahun menguatkan diri dengan segala perintah dan komplain Levi, menjawab.

Eren berdiri di tengah ruangan kerja Levi. Baru saja menyerahkan beberapa dokumen dan sedang menunggu atasannya tersebut untuk menandatangani mereka—dan, setidaknya, memberi Eren beberapa buah instruksi.

"Siapa yang menangani proyek dengan perusahaan Rose?"

Kening Eren mengerut. Perusahaan Rose, eh? Kalau ia tidak salah ingat, itu adalah proyek yang tidak terlalu besar—jika dibandingkan dengan rencana proyek raksasa yang baru-baru ini dirancang oleh perusahaan mereka dengan beberapa afiliasi lain.

"Uh…. Yang bertanggungjawab dalam penanganan proyek itu adalah divisi—"

"Kirimkan pemberitahuan pada mereka untuk segera membenahi kerusakan sistem di lapangan." Levi berkata, bahkan sebelum Eren sempat menyelesaikan kalimatnya.

"Aku juga belum dapat laporan dari bagian Human Resources." Satu dokumen diletakkan begitu saja di atas meja. "Kenapa terlambat sekali? Apa saja yang mereka kerjakan? Aku harus bertemu dengan Erwin besok dan memberi dia laporan mengenai proyek-proyek yang sedang kita tangani. Sampaikan pada mereka: bahwa aku—"

Kalimat Levi terputus ketika ponselnya bergetar. Ia mendengus kecil, sebelum meraih keluar alat komunikasi itu dari saku jasnya. Kening Levi bergerak sedemikian rupa hingga membentuk kerutan, ketika ia mendapati sebuah pesan bergambar masuk ke inbox-nya.

Dari Petra, wanita yang telah setahun ini resmi menjadi istrinya.

Tak ada pesan apa pun di sana. Hanya ada sebuah foto.

Petra yang sedang tersenyum dengan pipi merona, memegang testpack. Jemari lentik wanita itu menunjuk pada garis merah yang ada di sana.

Levi tercenung sebentar.

Satu garis artinya negatif, begitu yang pernah Petra katakan ketika Levi, pada suatu malam yang tenang, menanyakan mengenai bagaimana alat penanda kehamilan itu berfungsi. Jangan salahkan Levi yang bertanya aneh-aneh. Dia hanya sekedar mengajukan pertanyaan secara asal—yang kemudian dijawab dengan polosnya oleh Petra.

"Bagaimana jika yang muncul dua garis?"

"Artinya positif."

Dan kini, di dalam gambar, yang terlihat adalah dua garis merah.

Dua. Bukan negatif.

Bukan negatif, artinya positif. Positif berarti bagus.

"Maaf, Sir."

Suara Eren membuyarkan fokus Levi. Ia mendongak, mendapati asistennya tersebut tengah menatapnya dengan alis berkerut.

Ketika Levi menatapnya dengan ekspresi sedikit bingung, pemuda berambut cokelat itu buru-buru menambahkan; "Anda ingin saya menyampaikan apa pada dewan direksi, Sir?"

Levi menarik sudut bibirnya, samar. Tangan mengembalikan ponsel ke dalam saku. Oh, ya, tentu saja. Bagaimana dia bisa lupa? Ia harus menyelesaikan kalimatnya.

"Eren," pria itu mulai memberi titah. "Sampaikan pada mereka: bahwa aku akan segera jadi ayah."


fin


TERUS KENAPA KALO KAMU MAU JADI BAPAK, LEV? ORZ

ff pertama saya di fandom SnK. maaf banget karena plotless orzorzorz

sign,

datlostpanda