Sinar matahari memasuki kamarku, membuatku terbangun dari bunga malamku. Akupun terduduk, mengumpulkan kesadaran sambil meremas selimutku. Tanpa sengaja, aku melihat sebuah memo..

Hari pertama masuk SMP!

Hooreeee!

Mataku membulat langsung, mengingat semua yg tadi malam kurencanakan.

"Mattaku! Aku harus siap – siap!" aku pun langsung berdiri dan berlari menuju kamar mandi, bersiap – siap untuk ke sekolah baruku, SMP Teikou.

Chapter 1 : a few years a go (Normal P.O.V)

"Ayah! Cepat bangun!" teriak sang gadis dari dapur, berniat membangunkan ayahnya yg berada dilantai 2. Karna yg di panggil tidak muncul – muncul, si gadis berteriak lagi.

"Ayah! Bangun!" – lalu sosok laki – laki bersurai raven muncul sambil menuruni anak tangga, dan mengucek matanya. Terlihat sekali dia baru bangun tidur..

"hmm~iya.." anaknya yg melihat ayahnya belum siap – siap hanya menggeleng dan berkecak pinggang.

"Mou~! Ayah, kenapa belum siap – siap?" tanya sang anak yg memiliki surai raven yg sama.

"Hooaamm~..Tuan Akashi, menyuruh ayah masuk jam 09.00. dasar kamu ini." Penjelasan sang ayah. Sang anak yg sedang menaruh sarapan dimejapun terhenti sejenak.

"souka~" ujar sang anak yg memasang pose memikir. Sang ayah melihat penampilan anaknya semata wayangnya berbeda dari biasanya. Kali ini ia memakai rok hitam bergaris putih, dengan kemeja biru muda yg dibalut dengan blazer putih dengan pita tali yg melingkar di lehernya, seragam perempuan Teikou Chuggakou.

"dokorode, kamu sangat cantik dan tambah dewasa Tsuyuki – chan. O medetou" ujar sang ayah. Karna mendapatkan pujian, ia langsung memutar – mutar tubuhnya berniat menunjukkan baju seragam yg baru, menandakan dia masuk SMP.

"terimakasih ayah!" ucapnya semangat 45. Sang ayah hanya berkekeh lucu karna sang anak begitu menggemaskan.

"oh iya ayah, kalau tidak salah Sei – kun masuk Teikou Chuggakou juga kan?" ujar sang anak melanjutkan perkataannya yg tadi. Sang ayah hanya tersenyum lembut.

"benar sih dan Tsuyuki – chan, berhentilah memanggil tuan muda Akashi dengan nama 'Sei-kun'. Panggilah dia dengan sesuai ajaran bibi Marine." Ujar sang ayah, sang anak hanya cemberut.

"tapikan sei – kun, maksudku Tuan Muda Akashi, yang menyuruhku memanggilnya seperti itu." Bela sang anak.

"Tapi tetap saja tidak boleh, walaupun Tuan muda Akashi menyuruh seperti itu, kau harus tetap memanggilnya Tuan muda, minimal Akashi – sama." Jelas sang ayah. San anak hanya mengerutkan dahinya,

"bukankah sama saja?" ujarnya, ayahnya pun menggeleng cepat.

"tidak. Itu beda..cepat habiskan sarapanmu." Perintah sang ayah. Sang anak hanya pasrah dan langsung duduk di bangku dan menghabiskan sarapan. Setelah selesai, sang anak meraih tas dan bento yg ia buat. Lalu sedikit berlari menuju depan pintu memasang sepatunya.

"Yoshh! Ittekimasu yo Ayah!" pamitnya ke sang ayah, sang ayah mencegatnya.

"tak pamit ke Ibu?" sambil menunjuk ruangan. Sang Anak (Shiroyumi Tsuyuki) memasang pose 'oh!akulupa!' dan berlari menuju ruangan yg di tunjuk sang ayah (Shiroyumi Kei). Shiroyumi duduk bersimpuh dihadapan Bingkai yg berisi seorang wanita dewasa tersenyum manis di hadapan kamera yaitu ibunya sendiri (Shiroyumi/Shirogane Yumi).

"Ibu, Ittekimasu~" ucapnya lembut. Setelah itu ia bangkit dan sedikit berlari kembali menuju pintu depan, memasang sepatu kembali dan mulai berjalan ke luar. Nampak sang ayah sedang menyirami bunga – bunga kesukaan mendiang istrinya/ Ibunda Tsuyuki. Sang ayahpun menatap Tsuyuki dan Tersenyum lembut.

"Sudah pamit?" tanyanya, Tsuyuki mengangguk mantap.

"Sudah!" sang ayah hanya tersenyum.

"baguslah sana berangkat." Ujar sang ayah, tapi Tsuyuki hanya diam dan tersenyum tidak jelas, membuat sang ayah yg memegang selang air yg masih menyala menjadi bingung.

"Ada apa?" tanya sang ayah. Tsuyuki hanya melirik ke pipinya dan mengedipkan mata 2 kali. Sang ayahpun mengerti apa yg dimaksud oleh Tsuyuki. Sang ayahpun mematikan keran air.

"Sini, sini anakku." Tsuyuki menghampiri ayahnya, sang ayah menunduk dan mencium pipi Tsuyuki. Pipi kenyal Tsuyuki merasakan tekanan lembut dan hangat membuat Tsuyuki tersenyum lebar.

"Ittekimasu! Ayah!" ia pun berlari, dan menuju halte bis.

"Itterasai..." sambut sang ayah. Sang ayah melihat punggung putri semata wayangnya dengan tatapan bangga sampai yg menjadi objek pandangannya itu lenyap.

"wah, semangat seperti biasa ya..." puji sang nenek umur 60 – an yaitu tetangga keluarga Shiroyumi.

"Ah. Bibi, selamat pagi." Sapa ramah dari Kei.

"selamat pagi." Sang nenek membalasnya, ia melirik bunga – bunga yg disiram oleh Kei.

"semakin hari, semakin bertumbuh ya." Ujar sang nenek. Kei hanya tersenyum.

"ah iya." Sang nenek kembali melihat kedepan.

"seperti Tsuyuki. Semakin bertumbuh dia semakin mirip dengan Yumi – chan. Benarkan Kei – kun?" kei hanya mengangguk dan lalu menatap langit yg sangat cerah ini.

"ya,..aku hanya berharap bisa melihat dan menemaninya sampai dewasa, dan kau tahu bibi? Ini juga impian Yumi." Sang nenek hanya menatap Kei dengan senyum lembut.

"pasti yumi – chan sedang mengawasi Tsuyuki dari atas."

"hmm, kau benar bi."

Lain tempat lain waktu.

Shiroyumi sudah sampai di tempat tujuan, yaitu SMP Teikou. Banyak murid yg berhalulalang dan kakak kelas yg menawarkan ekstrakulikuler. Shiroyumi makin tersenyum lebar apalagi pemandangannya di hias oleh bunga sakura yg bermekaran.

'Sugoi!' saat Shiroyumi mau masuk ke gerbang, ia mendengar perdebatan di sisi jalan. ia tahu suara siapa itu sampai membuat Shiroyumi terdiam dan mendengarkan perdebatannya. Akhirnya, tak lama kemudian, perdebatan itu di menangkan oleh sang surai merah. Sang surai Crimson tersebut berjalan menghampiri Shiroyumi yg masih menatapnya ramah.

"Ohayo Tsuyuki." Sapa sang surai merah (Akashi Seijuurou) pada Shiroyumi.

"Ohayo gozaimasu, Akashi – sama." Balas Shiroyumi, Akashi hanya mengerutkan alisnya dan menatap heran.

"kenapa kau memanggilku seperti itu, Tsuyuki?" tanya Akashi, Shiroyumi hanya tersenyum lembut.

"memangnya ada apa, Akashi – sama?" akashi mulai menatap sendu.

"Aku tidak suka. Panggil diriku seperti biasa, Tsuyuki." Perintah akashi, shiroyumi hanya membungkukkan badannya.

"maaf Akashi – sama. Saya tidak bisa memanggil anda selancang itu." Akashi mulai menatap tak suka.

"tapi ini perintah." Shiroyumi menegakkan kembali tubuhnya.

"baiklah Akashi – sama." Sahutnya.

"kau masih memanggilku seperti itu. Panggil aku Seijuurou." Kesal Akashi

"Akashi – sama."

"Seijuurou."

"Akashi – sama."

"Seijuurou, Tsuyuki. Bukan akashi – sama." Jelas Akashi. Perdebatanpun kembali terulang sambil berjalan memasuki sekolah menuju gedung penyambutan. Bahkan mereka berdebat saat acara penyambutan dimulai dengan bisik – bisik dan perdebatan itu terhenti sejenak saat Akashi dan Shiroyumi dipanggil menjadi sepasang murid yg berhasil mendapatkan nilai sempurna. Setelah upacara penyambutan itu, perdebatan itu dilanjutkan dan akhirnya Shiroyumi memanggil Akashi, dengan Akashi – kun.

Skip~

Bel istirahatpun dikumandangkan, para siswapun mulai berhalulalang di koridor, menuju teman - temannya dan menuju kantin, terkecuali Shiroyumi yg masih terduduk di bangku dan membereskan bukunya. Tak sadar bahwa Akashi sudah berada di depan pintu kelasnya. Murid yg berada di kelas hanya bisik – bisik dan mengagumi Akashi. Apalagi yg berada didepan dekat jendela, terdapat 5 perempuan yg dandannya kelewat batas.

"Hei~Lihat – lihat, walaupun berambut merah tapi tampan ya." Ujar sang gadis yg bernama Raizaki Mika.

"kau tahu? Diakan anak keluarga kaya. Ituloh keluarga bangsawan Akashi." Kemudian temannya Takashi Senata

"Kyyaaa~sedang apa dia disini?" ujar yg paling kecil dan lebih centil dari yang lain Shion Mei.

"hei~hei, Akita! Cepat kau tanyakan!" ujar yg duduk dengan Shion, Sena Reika, sang pemimpin dri mereka, Izahara Akita menangguk mantap dan Wink.

"oke! Oke!" Izaharapun menghampiri Akashi yg masih berada di pintu. Akashi hanya menatap dingin, tapi hal itu membuat Izahara makin doki doki

'Kyaaa~~tatapannya..'ujar Izahara dalam hati. Izaharapun membuka mulutnya.

"hmm, anu kau mencari siapa?" tanya Izahara, Akashi mengalihkan tatapannya.

"oh, apa Shiroyumi ada?" tanya Akashi. Izahara memasang pose berpikir, mengulur waktu banyak agar bisa bersama Akashi lebih lama lagi. padahal seluruh sekolah sudah tahu kalau Akashi dan Shiroyumi adalah pasangan siswa teladan. Tapi maklumilah, 5 gadis ini saat di aula penyambutan hanya menggosip dan tak sempat (malas) menatap acara penyambutan.

"Shiroyumi? Mm..." tapi Izahara memang tidak tahu Shiroyumi. Karna tahu maksud ulur waktu Izahara, Akashipun menelusur ruangan kelas dan melihat gadis bersurai hitam panjang indah sedang memandang jendela dengan asiknya, itu Shiroyumi.

"ah! Tsuyuki!" Akashi memanggil namanya langsung membuat Shiroyumi menoleh ke sumber suara, begitu juga Izahara, tapi ia memandang Shiroyumi.

"Ah! Akashi – kun." Shiroyumipun bangkit dari duduknya dan menghampiri Akashi.

"ada apa?" tanya Shiroyumi.

"ayo ke kantin." Ajakan Akashi, mengacuhkan gadis yg pertamakali bersimpati tadi. Dari sudut dekat jendela depan hanya memandangnya tak suka, benar – benar tak suka.

"hmm, tapi aku bawa bento." Jelas Shiroyumi. Akashi pun tersenyum.

"baiklah. Antar aku ke kantin lalu kita keatap." Ujar Akashi. Melihat senyuman itu membuat 5 wanita itu memanas dan dengan serempak 'Kyaaa!~~tampannya...'dalam hati mereka. Shiroyumi yg berada disamping Izahara hanya menatap heran Izahara, iapun kembali menatap Akashi.

"Baiklah. Kalau begitu, aku ambil bentoku dulu." Ujar Shiroyumi, Akashi hanya mengangguk pelan. Shiroyumipun kembali ke mejanya dan mengambil bentonya lalu kembali ketempat Akashi.

"ayo." Ujar Akashi, Shiroyumi hanya mengangguk dan mulai berjalan meninggalkan kelas. 5 wanita yg sedari tadi memuji Akashi mulai menggerutu tak jelas.

"Gadis itu dipanggil nama kecilnya!" ujar Shion dengan raut kesal.

"cih! Siapa wanita itu?" sambung Takashi, oh ayolah! Baru sehari masuk sekolah masa sudah cari musuh? Dasar kalian ini.

'Shiroyumi Tsuyuki ya? Hmm, awas kau ya.' Ujar Izahara dengan seringaiannya. Dilain tempat, terdapat surai merah dan hitam yg berjalan menyusuri Koridor. Menjadi tontonan anak murid sekitar dengan pandangan 'huaa~pasangan siswa teladan.' Karna hening Shiroyumi memulai percakapan.

"nee..Akashi – kun, bukankah sudah kubilang jangan memanggil nama kecilku? Tapi kenapa tadi kau menyebut nama kecilku?" akashi hanya menatap Shiroyumi.

"memang kau tidak suka?" tanya Akashi. Shiroyumi hanya menghela nafas..

"Mattaku, bukankah sudah kuberitahu alasannya tadi? Kalau kita memanggil nama kecil kita, nanti membuat semua orang salah paham. Apalagi setelah kita berdua di nobatkan sebagai 'pasangan siswa teladan.' pasti mereka menanggap kita pacaran." Penjelasan Shiroyumi panjang.

"kau tahu? Tadi aku bertemu 2 orang, yg satu pria berkulit hitam dan yg satunya perempuan berambut merah muda, nama sang pria Aomine Daiki dan sang perempuan bernama Momoi Satsuki. Mereka tadi memanggil nama kecil masing – masing, setelah aku tanyakan ke mereka pacaran atau tidak, mereka menggeleng cepat dan mengatakan bahwa mereka berdua berteman sejak kecil." Bela Akashi, Shiroyumi hanya bersweatdrop 'segitukah kau sampai menanyakan namanya?'. Heningpun menyelimuti kembali. Saat mereka berdua berjalan menuju kantin, tedapat 2 mahluk yg berbeda kulit, surai, kelamin dan tinggi badan. Itu 2 sahabat yg tadi diceritakan Akashi tadi. Shiroyumi menunjuk mereka berdua dan menatap Akashi.

"Akashi – kun, maksudmu mereka?" Akashi membalas tatapan Shiroyumi dan menangguk. Akashi dan Shiroyumi terdiam dan melihat pasangan yg benar – benar berbeda.

"Mou..Aomine – kun. Cobalah masakanku ini! Aku sudah buatkan untukmu!" – momoi

"Gehh! Aku tak mau Satsuki! Aku belum mau mati muda!" – Aomine

"oh ayolah! Ini hanya Karage sedikit gosong.!" - Momoi

"Sedikit!? Karage yg sepenuh hitamnya ini sedikit gosong? Ini bukan sedikit! Tapi seluruhnya tahu! Bahkan aku tak yakin jika itu kaarage!" - Aomine

"Mou! Aomine – kun jahat!" omel sang surai pink. 2 pasangan itu berbelok kearah kanan koridor dan menghilang.

"Akashi – kun, sang pihak perempuan sepertinya memanggil temannya itu dengan nama Marga." Ujar Shiroyumi. Akashi menyeringai

"tapi, sang pihak pria sepertinya memanggil sipihak perempuan tetap memanggilnya dengan nama kecilnya." Shiroyumipun menghela nafas kembali. Hal itu sama seperti mereka, Akashi memanggil nama kecil sedangkan Shiroyumi memanggil Akashi dengan suffix – kun seperti 2 pasangan tersebut.

"baiklah..baiklah..aku menyerah." Mendengar pernyataan itu, Akashi hanya menyeringai.

.

.

.

.

.

Bersambung..

Mind to Reviews?