Ihiy… helo… aku nongol lagi dgn ff chapter ni… ffnya terinspirasi dari novel Sherrilyn Kenyon. Tenang aja aku g bakal buat ff yg sama kaya novelnya. Cuma ngambil kecanggihan hidupnya n bagian bodyguard sama istilah mahluk hidupnya aja ^^. Kalo ada yg minat baca novelnya judulnya born of night.

BEYOND IN THE DARKNES

Title : Beyond In The Darknes

Author : aku, siapa lagi

Main Cast: Luhan, Minseok

Pairing : Lumin/Xiuhan, LayHo(suho aku buat jd uke ya disini), HunTao, Chansoo, KrisBaek, KaiChen(ini maksa bgt puewis…)

Rate : m but not nc

Warning : YAOI, cerita maksa, bahasa campur aduk n typo dimana-mana.

Happy reading all

.

.

.

.

"jangann bercanda pak tua!" teriakan beserta gebrakan meja itu membuat pria paruh baya yang duduk di belakang meja besar itu menatap pria muda di depannya dengan tatapan tak suka

"siapa yang bercanda anak kurang ajar" suara yang terdengar selanjutnya membuat si pria muda menelan ludahnya kelu. Oh, ayolah. Yang baru saja berbicara itu adalah ibunya. Orang yang melahirkan pria muda yang sekarang nampak membatu dan membalikkan tubuhnya secara perlahan

Wanita paruh baya berpenampilan waw itu nampak berdiri angkuh di depan kedua pria yang sangat penting dalam hidupnya. Cengiran ragu pada wajah anaknya membuat sang ibu mendengus keras dan sangat tidak khas lady sekali. Tapi siapa yang perduli jika di hadapannya ini hanyalah sang anak dan suaminya. Mereka berdua jelas tak akan berani protes padanya.

"hai mom" sapaan dengan nada dipaksakan itu membuat sang ibu mendelik dan berjalan menuju sofa. Menjatuhkan tas tangan mahalnya dengan keras pada sofa dan duduk dengan anggunnya. Kaki jenjang yang masih semulus kaki remaja itu menyilang dengan santai dan rileks.

"don't call me mom kid and stop speak English to me" sang anak memutar matanya malas. Jangan berbicara bahasa inggris tapi ibunya itu justru menggunakan bahasa inggris padanya

"umma…" goda sang anak dengan alis terangkat naik turun secara teratur, menggoda sang ibu dengan cengiran nakal pada bibir merahnya dan tawa kuat sang ayah menjadi pengisi suasana santai yang mendadak hadir itu. Lupa sejenak dengan protes dan ketidak sopanan jagoannya yang sekarang sibuk menggoda sang ibu yang menampakkan ekspresi kesalnya

"kau pikir kau berdarah Korea kid!" tukas ibunya tak suka dan dibalas tawa renyah oleh sang anak (anggep aja heechul bukan orang korea)

"ayolah ma.. kenapa sesensitif ini?, mama sedang bendera jepang ya?" sang anak kembali menaik turunkan alisnya dengan cepat dan menghasilkan delikan kesal dari sang ibu

"dasar anak kurang ajar" sang ibu memukul kepala sang anak gemas dan menghasilkan teriakan protes dan sungutan kesal pada Luhan. Ya, pria kurang ajar itu adalah Luhan.

Anak dari Lu Hangeng dan Lu Heechul. Salah satu pengusaha sukses China yang berdomisili di Korea selatan daerah gangnam tentunya. Sang ibu ngotot untuk tinggal di korea dan meninggalkan kanada tempat di mana Luhan di lahirkan dan di besarkan dengan segudang kemewahan. Saat itu Luhan memilih untuk tinggal di kanada dan menamatkan kuliahnya di sana. Yah.. itu kejadian tiga tahun lalu dan sekarang Luhan memutuskan untuk menyusul ke dua orang tuanya untuk tinggal di korea.

"mama berniat membuatku bodoh ya..?"

"kau memang dasarnya sudah bodoh Lu" ejek Heechul dengan wajah puas karena berhasil membuat anaknya kesal

"whoa… kalau aku bodoh berarti orang tuaku juga bodoh" selesai mengatakan itu Luhan segera meloncat cepat menghindari tangan Heechul yang kembali bersiap memberi geplakan di kepala pintarnya

"gege,,.. kau lihat anak kurang ajarmu itu…" adu Heechul pada sang suami dan di balas cibiran oleh sang anak dan gelengan kepala oleh sang kepala keluarga.

Entah mengapa ibu dan anak ini akan selalu berdebat dan saling ejek jika bersama. Yah… setidaknya itu cara mereka berdua menunjukkan kedekatan mereka.

"tapi mama… yang dikatakan papa pada ku itu tidak benarkan?" uh…oh… lihat ekspresi menjijikkan yang dilakukan si tampan kita. Merengek dan mengeluarkan ekspresi yang demi Tuhan sangat tak cocok di wajah kelewat tampannya itu.

"hentikan ekspresi menjijikanmu itu" Heechul mendorong kening Luhan pelan agar menjauh dari hadapannya. Uh… Luhan ini benar-benar sesuai dengan namanya. Mengapa ia dapat meloncat ke sana kemari dengan cepatnya layaknya rusa mungil yang lincah dan gesit

"ayolah ma… yang benar saja aku harus berbagi apartemen dengan orang lain. Mama tahukan aku sangat menyukai privasi ku tidak diganggu gugat dengan kehadiran orang lain di apartemenku. Belum lagi pekerjaanku yang menumpuk itu membutuhkan ketenangan" Luhan mulai merengek dan menatap ibunya dengan tatapan memohon yang di tanggapi dengan dengusan oleh sang ibu dan membuatnya mencebik kesal

"hanya sementara hingga apartemennya benar Lu. Ajhusi Kim juga bilang anaknya itu sangat pendiam jadi kau tak akan terganggu dengan kehadirannya di apartemenmu" sang ayah akhirnya menengahi

"mengapa ia tak tinggal di mansion keluarganya saja?" Luhan menatap ayahnya dengan wajah bosan dan menghasilkan pekik pelan karena ibunya mencubit perut Luhan

"anak kurang ajar, Seokie itu luar biasa mandiri dan ia sebenarnya berniat menyewa apartemen sementara tapi mama memutuskan untuk membiarkannya tinggal denganmu."

"what?" teriak Luhan dengan hebohnya dan melihat ibunya melotot kesal padanya membuat Luhan meringis dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal,"kenapa mama menawari apartemenku…? Kenapa bukan mansion kita?"

"karena mama rasa kau harus mulai bergaul dan bersikap ramah dengan orang-orang sekitarmu. Berhenti bersikap sok cool lu. Mama benci kau yang seperti itu dan tolong tinggalkan pekerjaanmu yang satunya lagi. Aku muak dengan pekerjaan tak pentingmu itu."

"ayolah ma… pekerjaan ku itu hanya sekedar selingan saja. Olah raga ringan untuk mengendurkan otot-otot tegangku karena terlalu lama berada di belakang meja kantor"

"lakukan olah raga yang lebih berguna jika memang itu alasannya. Dan kau akan tahu kenapa mama memutuskan agar Seokie tinggal denganmu setelah kau melihatnya nanti" nada final yang di gunakan oleh ibunya itu membuat Luhan mengerang frustasi dan menghempaskan punggungnya pada sandaran sofa dengan wajah kalah perang dan senyum penuh kemenangan pada wajah sang ibu di tangapi dengusan geli oleh sang kepala keluarga yang hanya sibuk mengamati perdebatan anak dan istrinya di sela pekerjaannya yang menumpuk.

.

.

.

.

Sosok mungil itu meringis ngeri melihat kekacauan yang ada di hadapannya saat ini. Oh Tuhan… demi Zeus. Seumur hidupnya baru kali ini ia melihat apartemen seacak-acakan ini. Apartemennya yang saat ini sedang diperbaiki karena mengalami kerusakan yang cukup fatal tak pernah sekotor dan seacak-acakan ini. Bahkan kalian akan kesulitan untuk menemukan debu di apartemennya itu

Lihat saja tumpukan kotak pizza yang menggunung di atas meja dan juga di lantai yang tak kalah kotornya dengan bungkus-bungkus snack dan remah-remah makanan. Botol-botol dan kaleng-kaleng soft drink yang berserakan dan oh Tuhan… yang tersampir di sandaran sofa itu bukan underwearkan. Uh… jelas yang tinggal di apartemen ini bukan jenis manusia tapi mutan atau droid tak berguna. Atau alien kelas rendahan yang tak pantas untuk hidup. Hidung mungilnya mengerut jijik ketika ia memasuki apartemen itu lebih dalam lagi. Kakinya menjinjit penuh ke hati-hatian ketika ia melangkah, memastikan kakinya tidak menginjak sesuatu yang menjijikan dan mengerikan yang berindikasi membuatnya sakit di kemudian hari.

Mata mungil itu membola melihat kekacauan yang makin menjadi pada dapurnya. Mata cantiknya membeliak ngeri melihat setumpuk piring kotor yang dapat dipastikan berjamur dan luar biasa kotor. Roti yang sudah kedaluarsa dan berjamur. Noda dilantai, belum lagi sampah yang menggunung. Ia bahkan nyaris menangis saat matanya menatap setumpuk baju pada ruang laundry. Baju-baju itu menggunung di dalam kerajang, belum lagi pakaian yang berada pada lantai dan mesin cuci itu. Tubuhnya bergetar pelan mendapati tempat tinggal barunya tak lebih baik daripada kandang hewan.

Dengan cepat dilangkahkan kakinya menuju pintu keluar di mana kedua bodyguardnya menunggu dengan sabar dan membuatnya meringis pelan melihat ekspresi datar pada dua orang kepercayaan ayahnya itu. Dengan tangan gemetar di keluarkannya cairan desinfektan dari dalam tasnya. Dengan beringas di semprotkannya cairan itu pada sekujur tubuhnya dan gagang pintu yang berada di depannya. Ia yakin tubuhnya sekarang penuh dengan bakteri. Ia bahkan tak dapat membayangkan mahluk jenis apa yang dapat tinggal di ruangan sekotor ini.

Baru saja tangannya terulur untuk membuka pintu laknat yang menjadi penyelamat hidupnya itu telelinknya berbunyi nyaring dan membuatnya mengumpat dan merutuk kesal. Ayolah.. biarkan ia pergi dari tempat mengerikan ini. Dengan cepat di selipkannya benda mungil itu ke telinganya dan mengangkat telfon itu dan ia meringis pelan saat mendengar suara ibunya di line telpon tersebut.

"sudah bertemu dengan Luhan sayang?" suara lembut ibunya membuat si mungil mendesah berlebihan

"kalau yang ibu bilang Luhan itu setumpuk kotoran di ruang tamu, segunung piring berjamur di ruang makan dan dapur serta setumpuk pakaian kotor di ruang laundry mungkin iya aku sudah bertemu dengannya" nada sarkastik pada suara sang anak membuat ibunya tertawa pelan dan menghadirkan kernyit tak suka pada sang anak

"kau berlebihan sayang" pria mungil itu memutar bola matanya malas

"kalau ibu tak percaya datang saja ke sini langsung. Atau mau ku pastikan melalui dua tembok beton yang ada bersama ku sekarang?" mata cantiknya menatap kedua bodyguardnya dengan tatapan marah yang hanya ditanggapi dengan wajah datar dari keduanya

"kalau begitu kau tinggal membersihkannya nak" nada cuek pada suara ibunya itu membuat perempatan muncul di keningnya. Yang benar saja membereskan setumpuk hal menjijikan di depannya ini. Entah butuh waktu berapa lama untuk membereskan semua kekacauan ini.

"aku tak mau semua kuman dan bakteri itu menyentuh tubuhku bu" nada final pada suara anaknya membuat sang ibu mendesah secara berlebihan

"akan ibu kirimkan beberapa maid untukmu. Tapi pastikan untuk meminimalisir kekacauan itu sebelum mereka datang."

"ma'af saja bu. Aku akan menunggu mereka dengan sabar dan tak akan menyentuh satu bendapun yang ada di seluruh ruangan ini sebelum semuanya di bersihkan. Dan pastikan mereka membawa berliter-liter alcohol untuk membersihkannya. Aku tak sudi memakai semua benda menjijikan itu sebelum mereka benar-benar seteril"

"sayang… bayi ibu… kau harus mengurangi sedikit sifat clean freak mu itu. Tunggu di sana dan mereka akan segera datang"

Setelah telpon itu terputus Minseok, sang pria mungil itu melirik penjaganya dengan tatapan membunuh dan menendang salah satunya untuk melampiaskan kekesalannya. Tapi ia makin kesal karena ternyata tendangannya itu tak menghasilkan ekspresi yang ingin ia lihat. Wajah sang bodyguard tetap datar.

"kau, dan kau" tudingnya dengan suara mendesis berbahaya dan membuat bodyguardnya yang tadi berdiri tegak seketika menahan nafas dan mulai gelisah. Beruntung mereka memakai kaca mata hitam andalan mereka jika tidak maka tuan muda mereka itu akan memekik senang melihat ketakutan di mata keduanya.

"kami tuan" jawab mereka kompak dan membuat Minseok mendengus geli

"bereskan tempat ini. Aku ingin duduk" Minseok menyeringai kecil dan mendorong keduanya dengan sadis ke arah ruang tamu yang memang luar biasa berantakan itu.

Kedua bodyguard itu menelan ludah kelu dan saling tatap. Oh… ayolah. Mereka itu bodyguard buka maid yang terbiasa memegang sapu, lap, dan kemoceng. Yang biasa mereka pegang itu pistol, pisau, bom dan benda-benda berbahaya lainnya. Dan tuan muda mereka itu malah menyuruh mereka mengerjakan pekerjaan menggelikan yang sangat tak cocok dengan tubuh besar dan berotot mereka.

"tunggu apa lagi?, cepat beresi semua kekacauan ini!" teriak Minseok murka dan melempar tas tangan bermerek chanel itu ke arah kedua pria kekar di depannya dan menghasilkan gerakan menghindar yang cepat oleh keduanya dan debaman yang di hasilkan oleh suara tas itu membuat mereka berdua mengernyit kaget dan ngeri secara bersamaan.

Geraman berbahaya selanjutnya membuat kedua pria kekar itu melesat cepat ke arah penyimpanan barang yang mereka bahkan tak tau di mana tempatnya. Dan dalam sepuluh menit kemudian Minseok tertawa keras melihat pemandangan menggelikan di depannya itu. Oh ayolah… apa yang tidak menggelikan jika di depanmu ada dua pria kekar berotot yang memegang sapu dan kemoceng di kedua tangan mereka sedangkan lap tersampir di pundak mereka.

"oh Tuhan, harusnya kalian melihat tampang kalian saat ini!" pekik Minseok dengan hebohnya. Pria mungil itu menyeka air mata yang mengalir di sudut matanya disela tawa membahananya.

Ketika sekelompok maid datang kedua pengawal itu telah membereskan sedikit kekacauan yang terjadi di ruang tamu. Kilat geli dan terhibur dari sekelompok maid itu serta merta membuat kedua pengawal itu serasa ingin menembak kepala mereka sendiri. Ini jelas mencoreng harga diri mereka sebagai pria berotot dan berbahaya. Dan kekacauan itu berakhir nyaris 3 jam kemudian. Salahkan saja Minseok yang memastikan lantai berdebu itu di sapu dan dipel berulang kali. Bahkan pria mungil itu menyuruh mencampurkan alcohol ke dalam air pelan yang di gunakan oleh seorang maid.

Minseok memandang ngeri berkarung-karung sampah yang dihasilkan oleh pekerjaan menyebalkan itu. Entah bagaimana sang pemilik apartemen bisa hidup dengan damai dan nyaman di apartemen sekotor itu.

"ok, kalian boleh pulang" satu kalimat dan detik itu juga semua maid bergegas keluar dari apartemen mewah yang telah menampakkan kemewahan asli dari apartemen itu.

Mata cantik Minseok menelisik setiap sudut apartemen itu. Memastikan tidak ada lagi debu yang tertinggal dan menatap dua ruangan yang terkunci rapat dengan tatapan sarat akan rasa penasaran. Dari sekian banyak ruangan hanya dua kamar itu yang terkunci dengan erat bahkan di beri detector sensor yang sensitive dengan keamanan tingkat tinggi. Keningnya berkerut dengan dalam dan tangannya menarik tas bepergiannya dengan cepat dan menghampiri salah satu kamar.

Dari dalam tas itu ia mengeluarkan benda persegi kecil dengan tombol-tombol kecil dan berkode aneh yang hanya dipahami oleh Minseok sendiri. Dengan cepat di sambungkannya kabel berwarna merah dan biru pada kotak persegi itu pada panel di depannya dan meretas sistem pada sensor pintu. Keningnya berkerut makin dalam ketika mendapati detektornya tak berfungsi dan mendengus kesal karena kegagala itu. Berkali-kali ia coba maka berkali-kali juga ia gagal.

Sebenarnya orang gila mana yang berhasil membuat keamanan gila di depannya ini. Dengan gusar diberesinya semua peralatan menyebalkan yang berhamburan di sekitarnya itu dan menatap penuh dendam pada pintu di depannya seolah pintu itu sedang memberikan tatapan mengejek padanya.

Dan detik berikitnya terdengar teriakan dari arah ruang tengah yang merupakan tempat Minseok berada. Teriakan itu membuat kedua pengawal Minseok berlari dengan tergesa ke arah Minseok dan nyaris menganga lebar saat mereka mendapati Minseok menendang pintu di depannya dengan murka bahkan melempar pintu itu dengan berbagai jenis benda yang bahkan mereka berdua tak tau apa kegunaannya

"dasar pintu sialan. Pintu sombong. Pintu tak tau diri. Pintu tak berguna. Ku ledakkan kau nanti!" teriak Minseok dengan gusar dan berlalu dari sana.

Langkah kakinya terhenti ketika melihat kedua pengawalnya menatapnya dengan ekspresi menyebalkan. Dengan berutal Minseok menjejalkan kotak rokoknya kemulut salah satu pengawal itu sehingga menghasilkan suara tersedak mengerikan yang membuat semua orang yang mendengarnya akan meringis.

"beresi semua barang tak berguna itu. Bakar, jika perlu buat tak bersisa sama sekali sehingga aku tak perlu melihatnya lagi" nada memerintah yang sarat akan rasa kesal itu membuat keduanya bergegas memberesi semua kekacauan yang Minseok perbuat

.

.

.

.

Pria kelewat tampan itu mengernyit bingung saat mata tajamnya mendapati berpuluh-puluh pria berseragam hitam dan berkaca mata hitam memenuhi tiap lorong yang ada di apartemennya. Entah orang penting mana yang pindah ke apartemennya tapi yang jelas semua tindakan berlebihan ini membuatnya tak nyaman. Ayolah, apa asiknya jika kau mendapati berpuluh-puluh pria berjas dan berbadan kekar menatap mu seolah kau seorang buronan yang harus diwaspadai karena takut membahayakan keselamatan majikan mereka.

"anak pejabat mana yang pindah ke apartemen ini?" gumam Luhan pelan dan mendengus pelan saat matanya makin menangkap sekelompok pria yang berjaga dengan siaga di salah satu pintu apartemen.

Dan kesiap tak suka terdengar saat ia menyadari pintu apartemen siapa yang nampak terjaga dengan ketat itu. Demi Tuhan, itu pintu apartemennya dan mengapa semua orang tak berguna itu berada di depan apartemennya. Dengan gusar ditatapnya satu persatu pria yang ada di depan pintu apartemennya dan mendesah secara berlebihan ketika ia tak dapat membaca apapun dari sekelompok pria berotot itu. Salahkan saja kacamata hitam yang mereka kenakan. Ia seakan sedang berada dalam filem-filem laga tak penting yang terkadang membuatnya geli dengan sikap sok heroic setiap pemeran utama pada filem-filem itu.

Dengan cepat di masukannya kode apartemannya dan mengubah pengaturan sensornya dengan cepat dan memastikan sang penyusup yang sekarang berada di apartemennya itu tak akan lolos dari amukannya.

Dan yang ia lakukan pertama kali melihat aparetemennya justru hal konyol seperti menganga lebar melihat apartemennya kembali mengilat dan rapi. Kemana perginya semua sampah di apartemennnya itu?. Matanya dengan awas memerhatikan semua perubahan pada apartemennya. Memastika tak ada hal mecurigakan yang terdapat pada apartemennya.

Dan tak ada yang aneh pada apartemennya kecuali semua kerapihan yang ia dapatkan. Bahkan ia akan mengalami kesulitan untuk mencari seritik debupun pada apartemennya itu. Decak kagum terlontar dari bibirnya saat hidung mancungnya mencium aroma wangi dari pengharum ruangan beraroma jeruk. Kakinya menginjak lantai apartemennya dengan ragu. Takut kakinya kembali mengotori lantai apartemen mengilat itu. Luhan bahkan dapat melihat pantulan dirinya pada lantai apartemennya.

"whoa… daebak… ini menakjubkan" ujarnya lirih dan berdecak kagum dengan semua kebersihan itu

Bunyi kelotek pelan dari arah dapur serta merta membuat tubuh Luhan menegang dan mengendap dengan pelan dan hati-hati ke arah dapur. Tangannya dengan santai menyelip masuk ke dalam mantel hitamnya. Menyentuh ringan pistol blasternya dan melanjutkan langkah mengendapnya ke arah dapur. Dan netra kelamnya menangkap siluet mungil yang bergerak lincah melintasi dapurnya dari satu tempat ke tempat yang lain seakan sosok itu sudah menghapal apartemennya dengan baik.

"siapa kau?" pertanyan dengan nada dingin itu membuat sosok itu membeku sejenak dan berbalik dengan cepat ke arah Luhan. Dan detik berikutnya Luhan terpaku. Ia seakan lupa bagai mana caranya bernafas ketika mata kelamnya bertatapan dengan mata coklat hangat di depannya. Dunianya sekan berhenti dan menyempit. Hanya ada ia dan sosok mungil menggemaskan itu.

TBC